Anda di halaman 1dari 205

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE


DI RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA

CALISTA TIARA NABILA


P27220019058

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III
2022
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE


DI RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA

karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

CALISTA TIARA NABILA


P27220019058

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III
2022

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Calista Tiara Nabila

NIM : P27220019058

Program Studi : D3-Keperawatan

Institusi : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surakarta, 2 Juni
2022 Pembuat
pernyataan

Calista Tiara Nabila


NIM. P27220019058

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Calista Tiara Nabila NIM: P27220019058 dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Diare di Rumah Sakit Dr. Moewardi
Surakarta” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surakarta, 2 Juni

Pembimbing I 2022 Pembimbing II

Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., Yeni Tutu Rohimah, S.Kp.,


M.Kep NIP. 19740101 199803 2 M.Kes NIP. 19650410 199103 2
001 003

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Calista Tiara Nabila NIM: P27220019058 dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Diare di Rumah Sakit Dr. Moewardi

Surakarta” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 8 Juni 2022.

Dewan Penguji

Penguji I : Duwi Pudji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep (….....................)


NIP. 9199 105182 019022 01

Penguji II : Yeni Tutu Rohimah, S.Kp., M.Kes (…......................)


NIP. 19650410 199103 2 003

Penguji III : Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., M.Kep (…......................)


NIP. 19740101 199803 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan

Widodo, MN

NIP. 1970 0604 199803 1 002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DIARE DI RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Widodo,MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan telah memberikan
kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Surakarta.
2. Sunarsih Rahayu, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.
3. Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., M.Kep dan Yeni Tutu Rohimah, S.Kp., M.Kes,
selaku pembimbing dan penguji anggota yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal karya tulis ilmiah
ini.
4. Duwi Pudji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku penguji ketua yang telah
banyak mengarahkan dan memberi dorongan sampai terselesaikannya
proposal karya tulis ilmiah ini.
5. Semua dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang
telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang
bermanfaat

v
6. Klien dan keluarganya, yang telah bersedia menjadi responden dalam studi
kasus.
7. Kedua orangtuaku dan keluarga tercinta, yang selalu menjadi inspirasi dan
memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman semua yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam
mengerjakan proposal karya tulis ilmiah ini sehingga selesai dengan baik.
Akhir kata, karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
saran dan kritik sangat diharapkan dalam penyempurnaannya. Semoga studi kasus ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan, amin.

Surakarta, 2 Juni 2022

Penulis

vi
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare Di Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta
Calista Tiara Nabila1, Sri Mulyanti2, Yeni Tutu Rohimah3
D-III Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta
ABSTRAK
Latar Belakang: Diare adalah keadaan seseorang mengalami buang air besar lebih
dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi cair atau lunak. Diare yang
berkepanjangan dan tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal pada anak,
ketidakadekuatan asupan nutrisi serta rehidrasi pada anak dapat menimbulkan
terhambatnya tumbuh kembang anak. Tujuan: untuk memberikan gambaran
pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan diare di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Metode: Metode penelitian dengan desain studi kasus deskriptif yaitu
mendeskripsikan atau memaparkan mengenai asuhan keperawatan pada pasien anak
dengan diare dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan. Hasil:
Ditemukan kecocokan antara konsep teori dengan kasus nyata yang ditemukan pada
pasien meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Kesimpulan: Keilmuan asuhan keperawatan pada anak dengan diare yang terdapat
pada konsep teori dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan asuhan
keperawatan dalam kasus nyata. Saran: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai penyakit diare pada anak dan dapat digunakan dalam asuhan
keperawatan yang komprehensif dan profesional.
Kata Kunci: Anak, Asuhan Keperawatan, Diare

vii
Nursing Care in Children with Diarrhea at Dr. Moewardi Surakarta
Hospital
Calista Tiara Nabila1, Sri Mulyanti2, Yeni Tutu Rohimah3
DIII-Keprawatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta
ABSTRACT
Background: Diarrhea is the state of a person experiencing bowel movements more
than 3 times a day with a liquid or soft consistency. Prolonged diarrhea and not
handled properly can be fatal to children, inadequate nutritional intake and
rehydration in children can cause inhibition of child growth and development.
Purpose: to provide an overview of the implementation of nursing care in children
with diarrhea at Dr. Moewardi Hospital Surakarta. Method: Research method with a
descriptive case study design, namely describing or explaining nursing care in
pediatric patients with diarrhea using a nursing care approach. Results: Found a
match between theoretical concepts and real cases found in patients includes
assessment, diagnosis, intervention, implementation, and evaluation . Conclusion:
The science of nursing care in children with diarrhea contained in the theoretical
concept can be used as a reference to provide nursing care in real cases.
Suggestion: This study is expected to provide information on diarrheal diseases in
children and can be used in comprehensive and professional nursing care.
Keywords: Child, Diarrhea, Nursing Care

viii
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................. v
ABSTRAK.................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................6
A. Konsep Dasar Diare...........................................................................................6
B. Konsep Tumbuh Kembang Anak....................................................................19
C. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................41
BAB III METODE STUDI KASUS...........................................................................56
A. Jenis dan Rancangan Studi Kasus....................................................................56
B. Subjek Studi Kasus..........................................................................................56
C. Definisi Operasional........................................................................................57
D. Lokasi dan Waktu............................................................................................ 57
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.....................................................58
F. Etika Studi Kasus............................................................................................. 60
G. Analisis Data.................................................................................................... 61
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN.........................................62
A. Hasil Studi Kasus.............................................................................................62
B. Pembahasan...................................................................................................... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................112
A. Kesimpulan.................................................................................................... 112
B. Saran............................................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 116
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Etiologi diare akut....................................................................................7


2.2 Bentuk klinis diare...................................................................................9
2.3 Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare......................................10
2.4 Status dehidrasi........................................................................................ 45
2.5 Pemeriksaan fisik.....................................................................................46
2.6 Intervensi keperawatan............................................................................48
3.1 Definisi operasional.................................................................................57
4.1 Pemeriksaan laboratorium sekresi An. A................................................68
4.2 Pemeriksaan urin An. A...........................................................................69
4.3 Pemeriksaan hematologi rutin An. A.......................................................69
4.4 Pemeriksaan elektrolit darah An. A.........................................................70
4.5 Pemeriksaan parasitologi feses An. A......................................................70
4.6 Pemeriksaan radiologi An. A...................................................................70
4.7 Pemeriksaan laboratorium An. F..............................................................77
4.8 Pemeriksaan parasitologi feses An. A......................................................87
4.9 Pemeriksaan hematologi rutin An. A........................................................87
4.10 Pemeriksaan hematologi rutin An. F.........................................................90

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pathway diare..............................................................................................13

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Asuhan Keperawatan Pasien 1


Lampiran 2. Asuhan Keperawatan Pasien 2
Lampiran 3. Format Pengkajian DDST II
Lampiran 4. Ethical Clearance
Lampiran 5. Izin Penelitian
Lampiran 6. Informed Consent Pasien 1
Lampiran 7. Informed Consent Pasien
2 Lampiran 8. Lembar Bimbingan KTI

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang utama di negara maju dan berkembang. World Health Organization

(WHO) mengemukakan bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab utama

kematian pada anak-anak. Penyakit infeksi yang sering diderita adalah diare,

demam tifoid, demam berdarah, infeksi saluran pernapasan atas (influenza,

radang amandel, radang tenggorokan), radang paru-paru. Semua penyakit

infeksi tersebut harus cepat didiagnosis agar tidak semakin parah. (Noor

Mutsaqof, dkk, 2016).

Diare adalah keadaan seseorang mengalami buang air besar lebih dari

3 kali dalam sehari dengan konsistensi cair atau lunak (Rahman dkk, 2016).

Anak yang mengalami diare akan timbul gejala seperti sering buang air besar

dengan konsistensi tinja encer atau cair, mengalami tanda dan gejala dehidrasi

(ubun-ubun, turgor kulit menurun dan mata cekung, membran mukosa

kering), demam, muntah, anorexia, lemah, pucat, perubahan tanda- tanda vital

(nadi dan pernafasan cepat), pengeluaran urin menurun atau tidak ada

(PPNI,2017).

1
2

Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan utama pada

anak karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Setiap tahunnya

terdapat sekitar 2 milyar kasus diare di dunia dan 1,9 juta anak usia di bawah

5 tahun meninggal karena diare (Asurya, Yessi dkk, 2017). Diare

berkontribusi sekitar 18% dari seluruh kematian balita di dunia atau setara

dengan lebih dari 5 ribu balita meninggal perhari. Pada tahun 2017 DI

Indonesia terjadi 21 kali kasus diare yang tersebar di 21 provinsi dengan

jumlah penderita 1725 orang dan kematian 34 orang (1,97%). Prevalensi diare

pada balita berdasarkan diagnosis nakes dari tahun 2013-2018 meningkat 9%,

dimana provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan kasus diare dari tahun

2013-2018 yaitu 3% menjadi 11% (Riskesdas, 2018).

Kesehatan merupakan salah satu faktor utama dan sangat penting

dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika kondisi kesehatan anak

kurang sehat, maka akan berdampak pada berbagai hal yang berkaitan dengan

pertumbuhan, perkembangan, dan terhadap berbagai aktivitas yang akan

dilakukannya (Awaluddin, dkk, 2017). Diare yang berkepanjangan dan tidak

ditangani dengan baik dapat berakibat fatal pada anak, komplikasi yang dapat

terjadi pada diare yang berkepanjangan dan tidak ditangani dengan baik

berupa gangguan keseimbangan elektrolit (62,5%) disusul oleh sepsis

(73,3%), renjatan hipovolemik (8,4%), bronkopneumonia (2,4%), dan

ensefalitis (12%) (Manoppo, 2016). Ketidakadekuatan asupan nutrisi serta


3

rehidrasi pada anak dapat menimbulkan terhambatnya tumbuh kembang anak.

Seorang anak yang tumbuh kembangnya terganggu, maka kualitas

kesehatannya tidak akan sama dengan anak-anak lain pada umumnya, hal ini

dapat berakibat pada buruknya kualitas generasi penerus bangsa.

Perawat merupakan fasilitator dalam mewujudkan kesehatan bagi

masyarakat sesuai dengan kompetensi dan perannya. Masalah keperawatan

yang sering dijumpai pada anak dengan diare yaitu kekurangan volume

cairan, gangguan integritas kulit, defisit nutrisi, risiko syok, dan ansietas

(Nuraarif & Kusuma, 2015). Dari uraian di atas, perlu kiranya memberikan

perhatian yang lebih terhadap kasus diare pada anak. Peran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diare antara lain

memantau intake dan output cairan, memperhatikan nilai analisa gas darah,

memantau tingkat kesadaran dan adanya tanda dan gejala hipovolemia,

memberikan posisi yang nyaman untuk mengurangi kerusakan integritas kulit

akibat berbaring terlalu lama, memberikan diit yang sesuai, serta

mengupayakan lingkungan yang teraupetik untuk mengurangi kecemasan

pada pasien (PPNI, 2018).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

studi kasus penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan

Diare.”
4

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan

pada anak dengan diare?”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan

asuhan keperawatan pada anak dengan diare di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada anak dengan

diare.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan diare.

c. Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan

diare.

d. Mampu melaksanakan intervensi asuhan keperawatan pada klien

dengan diare.

e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada anak dengan diare.


5

D. Manfaat penelitian

karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak

pihak, antara lain:

1. Bagi peneliti

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman

dalam bidang keperawatan anak khususnya pada klien dengan diare.

2. Bagi instansi pendidikan

Sebagai masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan

keperawatan pada anak dengan diare.

3. Bagi instalasi pelayanan keperawatan

Sebagai masukan dan evaluasi dalam pemberian pelayanan keperawatan

pada anak dengan diare.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan perbandingan oleh

mahasiswa keperawatan pada penulisan karya ilmiah selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diare

1. Definisi

Menurut WHO (2013) diare berasal dari bahasa Yunani yaitu

διάρροια. Diare terdiri dari 2 kata yaitu δια/dia (melalui) dan ρέω/rheo

(aliran). Secara harfiah berarti mengalir melalui. Diare merupakan suatu

kondisi dimana individu mengalami buang air dengan frekuensi sebanyak

3 atau lebih per hari dengan konsistensi tinja dalam bentuk cair. Diare

Akut (Gastroenteritis) adalah lambung dan usus yang disebabkan oleh

berbagai bakteri, virus dan pathogen parasitik (Wong,2013). Diare

merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja

dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam

kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019).

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah

suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (>

3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair

dengan atau tanpa darah dan tanpa lender yang disebabkan oleh bakteri,

virus, dan pathogen parasitik.

6
7

2. Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi

(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-

lain.

Tabel 2.1. Etiologi Diare Akut


Infeksi
1. Enteral : yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
anak, kuman meliputi infeksi bakteri, virus, parasit, protozoa, serta
jamur dan bakteri.
 Bakteri : Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio
cholera, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V.
parahaemoliticus, V.NAG, Staphylococcus aureus,
Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus
dll.
 Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like
virus, cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus HIV.
 Parasit : Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lambia,
Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.
 Worm : A. lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichuria,
S. stercoralis, cestodiasis dll.
 Fungus : Kandida/moniliasis
2. Parenteral : yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia
serta encephalitis dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah
usia 2 tahun.
3. Makanan :
 Intoksikasi makanan : Makanan beracun atau mengandung
logam berat, makanan mengandung bakteri/toksin:
Clostridium perfringens, B. cereus, S.aureus, Streptococcus
anhaemo lyticus dll.
 Alergi : susu sapi, makanan tertentu.
 Malabsorpsi/maldigesti : karbohidrat: monosakarida (glukosa,
laktosa, galaktosa), disakarida (sakarosa, laktosa), lemak :
rantai panjang trigliserida protein: asam amino tertentu,
vitamin & mineral
Imunodefisiensi : hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia
(Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi
IgA heavycombination.
Terapi Obat : antibiotik, kemoterapi, antacid, dll
8

Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi


terapi radiasi
Faktor resiko : Menurut faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku yang meliputi:
a. Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif),
memberikan makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan
mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol
susu.
c. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan
setelah membersihkan BAB anak.
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2. Faktor lingkungan antara lain:
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).
Sumber : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) dan Wong (2013).

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah

sebagai berikut:

1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,

nafsu makan berkurang.

2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,

kadang disertai wial dan wiata.

3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

dengan empedu.

4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi

lebih asam akibat banyaknya asam laktat.


9

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan

disertai penurunan berat badan

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran

menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran

menurun (apatis, samnolen, spoor, komatus) sebagai akibat

hipovokanik.

7. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).

8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan

pernafasan cepat dan dalam.

Tabel 2.2
Bentuk Klinis Diare

Diagnosa Didasarkan pada keadaan


Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare yang sering dan banyak akan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi
KLB kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V.
Cholera 01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah ( terlihat atau dilaporkan )
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan - Diare apapun yang disertai gizi buruk
gizi buruk
Diare terkait -
Mendapat pengobatan antibiotikoral spectrum
antibiotika luas
Invaginasi - Dominan darah dan lender dalam tinja
- Massa intra abdominal ( abdominal mass)
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Sumber: Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015
10

Tabel 2.3
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan


Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda Beri cairan untuk diare
: dengan dehidrasi berat
- Letargis/tidak sadar
- Mata kecung
- Tidak bisa minum atau
malas minum
- Cubitan kulit perut
kembali sangat ( ≥ 2
detik)
Dehidrasi Terdapat 2 atau - Beri anak cairan
ringan atau lebih tanda: dengan makanan
sedang - Rewel, gelisah untuk dehidrasi
- Mata cekung ringan
- Minum dengan lahap, - Setelah rehidrasi,
haus nasehati ibu untuk
- Cubitan kulit kembali penanganan di
dengan lambat rumah dan kapan
kembali
segera
Tanpa dehidrasi - Tidak terdapat cukup - Beri cairan dan
tanda untuk makanan untuk
diklasifikasikan sebagai menangani diare
dehidrasi ringan atau di rumah
berat - Nasehati ibu kapan
kembali segera
- Kunjungan ulang
dalam waktu 5
hari jika tidak
membaik
Sumber : Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015

4. Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai

berikut: 1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare

osmotik; 2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare

sekretorik; 3) Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak; 4) Defek

sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit; 5)

Motilitas
11

dan waktu transit usus abnormal; 6) Gangguan permeabilitas usus; 7)

Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik; 8) Infeksi dinding

usus, disebut diare infeksi.

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare diantaranya

karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya

mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang

dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus.

Berikutnya terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga

menyebabkan gangguan fungsi usus dalam mengabsorpsi (penyerapan)

cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis bakteri maka akan

menyebabkan gangguan sistem transpor aktif dalam usus akibatnya sel

mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit

meningkat.

Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan

absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga

terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat

meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare. Pada faktor makanan

dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak diserap dengan baik sehingga

terjadi peningkatan dan penurunan peristaltik yang mengakibatkan

penurunan penyerapan makanan yang kemudian terjadi diare.


12

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diare

adalah:

1) Pemeriksaan laboratorium

Ada 3 jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu

Polymerase Chain Reaction (PCR), biakan/kultur, dan tes serologis.

Jenis pemeriksaan secara mikroskopis tidak digunakan dikarenakan

pada pemeriksaan mikroskopis hanya dapat melihat adanya parasit

dan ovum (telur, kista) pada feses. Hal ini menjadikan pemeriksaan

mikroskopis feses memiliki subjektifitas tinggi yaitu hanya pada

kelompok patogen parasit saja, sehingga jarang digunakan untuk

mencari patogen penyebab diare (Amin, 2015)

2) Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan

keseimbangan asam basa.


13

6. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Pathway Diare

Infeksi Makanan Psikologi

Diare (D0020)
Toksik tak dapat diserap Ansietas (D0080)
Berkemba
ng di

Hipersekresi air & elektrolit


Hiperperistaltik
Hipersekresi air & elektrolit

Penyerapan makanan diusus menurun

Isi usus Meningkatkan tekanan osmotik

Pergeseran air dan elektrolit ke usus

Frekuensi BAB meningkat

Mual muntah

Hilang cairan & Gg. Nafsu


elektrolit
Gangguan Integritas
Asidosis metabolik makan
Defisit
keseimbangan Nutrisi
cairan &
Ses

Dehidrasi
Gangguan pertukaran gas (D0003)

Hipovolemia (0023)
Risiko
syok (D0039)

Sumber: Syaifudin, 2016


14

7. Komplikasi

Menurut Ngastiah (2014), sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit

secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi:

1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)

2) Renjatan hipovolemik

3) Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardi, perubahan elektro kardiogram)

4) Hipoglikemia

5) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi

enzim lactase

6) Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

7) Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik).

8. Penatalaksanaan

Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan

Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:

a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.

Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium

klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta
15

glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan

elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat

penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung

garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan

oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit

dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.

Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan oralit

dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan oralit

osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:

1) Mengurangi volume tinja hingga 25%

2) Mengurangi mual muntah hingga 30%

3) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena

sampai 33%.

Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang

hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak

mencret
16

2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/

kgbb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti

diare tanpa dehidrasi.

3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk

ke Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus

diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2

menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang

lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah

hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-

lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini

dilanjutkan sampai dengan diare berhenti

b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting

untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam

tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami

diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak

dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare

serta menjaga agar anak tetap sehat. Zinc merupakan salah satu zat

gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak.


17

Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar

ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang

hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan

membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap

sehat.

Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam

waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

dengan dosis sebagai berikut

1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari

2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari

c. Pemberian Makan

Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6

bulan ke atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan

tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali

balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan

yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi.

Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare

kembali. Oleh karena perlu diperhatikan:

1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap

menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare

dan selama masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).


18

2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi

berusia 0- 6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain

atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali

menyusui eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka

produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk

mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang

penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.

Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6

– 24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat

diberikan makanan keluarga secara bertahap.

4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan

anak.

d. Antibiotik Selektif

Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare

berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai

penyakit lain. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak

rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare

yang disebabkan oleh antibiotik.


19

e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang

cara pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk

segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:

1) Buang air besar cair lebih sering

2) Muntah berulang-ulang

3) Makan atau minum sedikit

4) Demam

5) Tinjanya berdarah

6) Tidak membaik dalam 3 hari

B. Konsep Tumbuh Kembang Anak

1. Pengertian Tumbuh Kembang

Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan

dan perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami

perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara

perkembangan. Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang

sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu

pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan dan

perkembangan adalah sebagai berikut : Pertumbuhan adalah perubahan

dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun

individu yang
20

bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,

meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan

emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).

Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan

ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan

organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari

kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain,

berhitung, membaca, dan lain-lain.

2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa

atau waktu kehidupan anak.

a. Masa prenatal

Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase

fetus. Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi
21

hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari

ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus

terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12

sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran

panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan

jaringan subkutan dan jaringan otot.

b. Masa postnatal

Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa

sekolah, dan masa remaja.

1) Masa neonatus

Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali

dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan

yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua

sistem organ tubuh.

2) Masa bayi

Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap

pertama (antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada

masa ini dapat berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam

peningkatan sususan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan

pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan

pada perkembangan motorik.


22

3) Masa usia prasekolah

Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih

terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada

aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson, pada

usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah

(initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan

adanya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya

mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya.

Apabila orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat

anak merasa bersalah. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak

berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis

kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi

figur atau perilaku kedua orang tuanya sehingga kecenderungan untuk

meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya. Pada masa usia

prasekolah anak mengalami proses perubahan dalam pola makan

dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses

eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan

perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak

sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah.

4) Masa sekolah

Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik

dan kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah.


23

5) Masa remaja

Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada

perempuan dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat

untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas dibandingkan dengan

anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan

pubertas.

c. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menurut

Adriana (2013) adalah:

1) Faktor internal

Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh

kembang anak, yaitu:

a) Ras/etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki

faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,

pendek, gemuk, atau kurus.


24

c) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja.

d) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

e) Genetik

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi

anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik

yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti

kerdil.

f) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.

2) Faktor eksternal

Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh

kembang anak

a) Faktor prenatal

(1) Gizi
25

Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan

memengaruhi pertumbuhan janin.

(2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan

kongenital seperti club foot.

(3) Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid

dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.

(4) Endokrin

Diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan

makrosomia, kardiomegali, dan hyperplasia adrenal.

(5) Radiasi

Paparan radiasi dan sinar rontgen dapat mengakibatkan

kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi

mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata,

serta kelainan jantung.

(6) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat


26

menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli,

mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital

(7) Kelainan imunologi

Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan

darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi

terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk

ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis

yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kerniktus

yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

(8) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu.

(9) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau

kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.

b) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia

dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak


27

c) Faktor pasca persalinan

(1) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat.

(2) Penyakit kronis atau kelainan kongenital

Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan

mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

(3) Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak

tersebut hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak

(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar

matahari, paparan sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb,

Merkuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif

terhadap pertumbuhan anak.

(4) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa

tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan

perkembangan.
28

(5) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid, akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

(6) Sosio ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta

kesehatan lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal tesebut

menghambat pertumbuhan anak.

(7) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat

memengaruhi tumbuh kembang anak.

(8) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya

dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak,

serta keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan

anak.

(9) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormon pertumbuhan.
29

a. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan

otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi

yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan

sebagainya.

3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,

berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya

4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai

bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

b. Anak Usia Prasekolah

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan

masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun)

usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), usia prasekolah (2,5-5), usia sekolah (5-

11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6

tahun menguatkan rasa identitas gender dan mulai membedakan perilaku

sesuai
30

jenis kelamin yang didefinisikan secara sosial serta mengamati perilaku

orang dewasa, mulai untuk menirukan tindakan orangtua yang berjenis

kelamin sama, dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang

didasarkan pada umpan balik orangtua.

1) Ciri anak usia prasekolah

a) Ciri fisik

Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka memiliki

penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat suka melakukan

kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah melakukan berbagai

kegiatan, anak usia prasekolah membutuhkan istirahat yang cukup.

Otot-otot besar pada anak usia prasekolah lebih berkembang dari

kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu, mereka biasanya

belum terampil dalam melakukan kegiatan yang agak rumit seperti

mengikat tali sepatu. Anak usia prasekolah juga sering mengalami

kesulitan apabila harus memfokuskan perhatiannya pada objek-objek

yang kecil ukurannya. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi

tengkorak kepala mereka masih lunak. Selain itu, walaupun anak laki-

laki lebih besar, akan tetapi anak perempuan lebih terampil dalam

tugas yang praktis.

b) Ciri sosial

Umumnya pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua

sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya


31

cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisir dengan baik. Anak yang

lebih muda sering kali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih

tua. Selain itu permainan mereka juga bervariasi sesuai dengan kelas

sosial dan gender. Sering terjadi perselisihan tetapi kemudian

berbaikan kembali. Pada anak usia prasekolah juga sudah menyadari

peran jenis kelamin dan sextyping.

c) Ciri emosional

Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan perasaan secara

bebas dan terbuka. Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan

anak usia prasekolah pada umumnya sering kali merebut perhatian

guru.

d) Ciri kognitif

Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam berbahasa.

Kompetensi anak juga perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,

kesempatan, memahami dan kasih sayang.

2) Karakteristik anak usia prasekolah

a) Perkembangan motorik

Pada saat anak mencapai tahapan usia prasekolah (4-6 tahun) ada

ciri yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak usia prasekolah.

Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat,

panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki. Bertambahnya


32

usia, perbandingan antar bagian tubuh akan berubah. Gerakan anak usia

prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola.

Perkembangan lain yang terjadi pada anak usia prasekolah , umumnya

ialah jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi susu akan

tanggal pada akhir masa usia prasekolah. Gigi yang permanen tidak

akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang

akan terus berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak

mereka telah mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai

usia prasekolah. Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik

halus dan motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang

terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti ; berjalan,

melompat, berlari, melempar dan naik. Motorik halus berkaitan dengan

gerakan yang menggunakan otot halus, seperti ; menggambar,

menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain sebagainya.

b) Perkembangan kognitif

Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir.

Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan

mengamati, jadi kognitif merupakan tingkah laku-tingkah laku yang

mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan. Perkembangan

kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir.

Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir

untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai

tolok ukur pertumbuhan kecerdasan. Piaget (Patmonodewo, 2008)


33

menjelaskan perkembangan kognitif terdiri dari empat tahapan

perkembangan yaitu tahapan sensorimotor, tahapan praoperasional,

tahapan kongkret operasional dan tahapan formal operasional.

c) Perkembangan bahasa

Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, dapat

diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya

yang memiliki aturan sendiri yang berkembang menjadi komunikasi

melalui ujaran yang tepat dan jelas. Dalam membicarakan

perkembangan bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan

(Patmonodewo, 2018), yaitu:

(1) Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa

biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan bersifat

semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam

bentuk kata-kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara sangat

dekat hubungannya tapi keduanya berbeda.

(2) Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat

pengertian/reseptif (understanding) dan pernyataan/ekspresif

(producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan

membaca) menunjukkan kemampuan anak untuk memahami dan

berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan kepada anak tersebut.

Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa

yang dikomunikasikan kepada orang lain.


34

(3) Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak

akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat

merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan

mereka. Anak usia prasekolah biasanya telah mampu

mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat

memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan

berbagai cara, antara lain dengan bertanya, melakukan dialog dan

menyanyi.

d) Perkembangan Psikososial

Merupakan perkembangan yang membahas tentang perkembangan

kepribadian manusia, khususnya yang berkaitan dengan emosi,

motivasi dan perkembangan kepribadian.

2. Cara Mengukur Perkembangan Bahasa pada Anak Usia

Prasekolah

Cara mengukur perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi.

Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk

mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian

tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dikelas. Isi dari

lembar observasi mengacu dari DDST II yang mencakup anak usia

prasekolah 4 - 5 tahun. DDST adalah sebuah metode pengkajian yang

digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0-6 tahun. DDST


35

memenuhi semua persyaratan yang dapat diandalkan dan menunjukkan

validitas yang tinggi. DDST II merupakan revisi dan standarisasi dari

DDST dan Revised DDST Development Screening Test (DDST-R) oleh

Frakenburg, revisi ini terutama tugas perkembangan pada sektor bahasa

(Soetjiningsih, 2012).

1. Deskripsi DDST II

DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk

menilai perkembangan anak umur 0-6 tahun. Formulir DDST II

terdiri atas satu lembar kertas dimana halaman depan berisi tentang

tes dan halaman belakang berisi tentang petunjuk pelaksanaannya.

a. Pada halaman depan terdapat skala umur dalam bulan dan tahun

pada garis horizontal atas dan bawah.

1) Umur dimulai dari 0-6 tahun.

2) Pada umur 0-2 bulan, jarak antara 2 tanda (garis tegak kecil)

adalah 1 bulan.

3) Setelah umur 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.

b. Pada halaman depan kiri atas terdapat neraca umur yang

menunjukkan 25%, 50%, 75%, dan 90%.

c. Pada kanan bawah terdapat kotak kecil berisi tes perilaku. Tes

perilaku ini dapat digunakan untuk membandingkan perilaku

anak selama tes dengan perilaku sebenarnya.


36

d. Pada bagian tengah berisi 125 item yang digambarkan dalam

neraca umur 25%, 50%, 75%, dan 90% dari seluruh sampel

standar anak normal yang dapat melaksanakan tugas tersebut.

2. Manfaat DDST

Manfaat DDST bergantung pada umur anak. DDST II dapat

digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut :

a. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.

b. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.

c. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan

gejala kemungkinan adanya kelainan perkembangan (Adriana,

2013).

3. Prosedur DDST II

Prosedur DDST II dilakukan melalui dua tahap, yaitu sebagai

berikut:

a. Tahap I : secara periodik dilakukan pada anak yang berumur 3-6

bulan, 9- 12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.

b. Tahap II : dilakukan pada anak yang dicurigai mengalami

hambatan perkembangan pada tahap I, kemudian dilakukan

evaluasi diagnostik yang lengkap.


37

4. Penentuan umur

Menentukan umur menggunakan patokan sebagai berikut.

a. 1 bulan = 30-31 hari.

b. 1 tahun = 12 bulan

c. Umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah.

d. Umur lebih dari atau sama dengan 15 hari dibulatkan ke atas.

e. Apabila anak lahir prematur maka dilakukan pengurangan umur,

misalnya prematur 6 minggu maka dikurangi 1 bulan 2 minggu.

f. Apabila anak lahir maju atau mundur 2 minggu, tidak dilakukan

penyesuaian umur.

5. Pelaksanaan tes

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Semua item harus diujikan dengan prosedur yang sudah

terstandarisasi.

b. Perlu kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang,

aman, senang, dan sehat.

c. Harus terbina kerja sama yang baik antara kedua belah pihak.

d. Tersedianya ruangan yang cukup luas, ventilasi baik, dan

berikan kesan santai dan menyenangkan.


38

e. Orang tua harus tahu tes ini bukan tes IQ melainkan tes untuk

melihat perkembangan anak secara keseluruhan.

6. Skoring penelitian item tes

Pemberian skor untuk setiap item peneliti memiliki ketentuan

sebagai berikut :

a. L = Lulus/Lewat (P = Pass).

Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang

tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat

menyelesaikan item tersebut.

b. G = Gagal (F = Fail).

Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau

orangtua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak

tidak dapat melakukan dengan baik.

c. M = Menolak (R = Refusal).

Anak menolak untuk melakukan tes oleh karena faktor sesaat,

misalnya lelah, menangis, mengantuk.

7. Interpretasi nilai

a. Penilaian per item


39

1) Advanced

Apabila anak lulus pada uji coba item yang terletak disebelah

kanan garis umur

2) Normal

Gagal/menolak tugas pada item yang ada dikanan garis umur

dan lulus atau gagal atau menolak pada item dimana garis

umur terletak di antara 25-75%.

3) Peringatan

Gagal atau menolak pada item dalam garis umur yang berada

di antara 75- 90%.

4) Keterlambatan

Bila gagal/menolak pada item yang berada di sebelah kiri

garis umur.

5) Tidak ada kesempatan pada item tes yang orang tuanya

melaporkan bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk

melakukan atau mencoba diskor sebagai TAK.

b. Interpretasi tes DDST II

1) Normal

a) Tidak ada delayed (keterlambatan).

b) Paling banyak 1 caution (peringatan).


40

c) Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol berikutnya.

2) Suspect

a) Terdapat 2 atau lebih caution (peringatan).

b) Dan/atau terdapat 1 atau lebih delayed (keterlambatan).

c) Dalam hal ini delayed (terlambat) atau caution

(peringatan) harus disebabkan oleh kegagalan/fail, bukan

oleh penolakan/ refusal.

d) Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian untuk

menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, sakit atau

kelelahan.

3) Untestable (tidak dapat diuji)

a) Terdapat 1 atau lebih skor delayed (terlambat).

b) Dan/atau 2 atau lebih caution (peringatan).

c) Dalam hal ini delayed atau caution harus disebabkan oleh

penolakan (refusal), bukan oleh kegagalan.

d) Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian (Adriana, 2013).

C. Konsep Asuhan Keperawatan

Dalam proses keperawatan, asuhan keperawatan dibagi menjadi 5 tahap

yaitu:
41

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan

data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien.

Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau

kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu

diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).

a. Pengumpulan data

1) Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi

pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi

adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman

usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini

membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada

anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih

imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena

infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar

terutama pasien tidak menyadari adanya infeksi. Status

ekonomi juga
42

berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan

peraatannya. Kejadian diare akut pada anak laki-laki

hampir sama dengan anak perempuan (Susilaningrum,

2013).

2) Riwayat Keperawatan

a) Keluhan utama

BAB lebih dari 3 kali sehari, BAB kurang dari

empat kali sehari dengan konsistensi cair (diare tanpa

dehidrasi) BAB 4-10 kali dengan konsistensi cair

(dehidrasi ringan atau sedang). BAB lebih dari 10 kali

(dehidrasi berat). Bila diare berlangsung kurang dari 14

hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari atau

lebih adalah diare persisten,(Susilaningrum, 2013).

b) Riwayat penyakit sekarang

Mula – mula bayi atau anak menjadi cengeng,

gelisah, suhu badan mungkin meningkat, dan

kemungkinan timbul diare, tinja makin cair, mungkin

disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja

berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu,

anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering

defekasi dan sifatnya makin lama makin asam, gejala

muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare,


43

apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan

eletrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, diuresis:

terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi

dehidrasi. Urin normal pada diare tanpa dehidrasi. Urin

sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak

ada urin dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).

c) Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian

antibiotic atau kortikosteroid jangka panjang

(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi

parasit), alergi makanan,ISPA,ISK,OMA,campak.

Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak diare

lebih sering terjadi pada anak-anak dengan campak

atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu

terakhir, adanya riwayat alergi terhadap makanan atau

obat- obatan (antibiotik), makan makanan basi, karena

faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab

diare, riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri

tinja, menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan

setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat

menjamah makanan, riwayat penyakit yang sering

terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun biasanya


44

adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi

sebelumnya, selama, atau setelah diare.

d) Riwayat imunisasi

BCG ( usia 0-3 bulan) diberikan sebanyak 1x, DPT

(depteri, pertusis, tetanus) diberikan 3x, polio diberikan

4x secara oral, campak diberikan 1x usia 9 bulan,

hepatitis diberikan 3x.

e) Riwayat kesehatan keluarga

(1) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota

keluarga

Ada anggota keluarga yang pernah menderita

penyakit diare

(2) Lingkungan rumah dan komunitas

(3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

f) Status cairan

Pasien dengan dehudrasi ringan dan sedang cairan

diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl

dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan

arena pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium

90ml g/dL. Pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi


45

ringan/sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula

lengkap sering disebut : oralit.

Tabel 2.4 Status dehidrasi


Hipotonik Hipertonik
Isotonik
(kehilangan (kehilangan air
Aspek (kehilangan air
garam pada pada kelebihan
dan garam)
kelebihan air) garam)
Kulit Abu-abu Abu-abu Abu-abu
Warna Dingin Dingin Dingin atau
panas
Suhu Buruk Sangat buruk Sedang
Turgor Kering Basah Tebal, liat
Perasaan Kering Agak lembab Kering dan panas
Membran Tidak ada Tidak ada Tidak ada
mukosa
Air mata Cekung dan Cekung dan Cekung
dan salivasi lunak lunak
Bola mata Cekung Cekung Cekung
Fontanel Di bawah Abnormal Dibawah normal
normal atau atau meningkat
meningkat
Suhu tubuh Di bawah Abnormal Dibawah normal
normal atau atau meningkat
meningkat
Nadi Cepat Sangat cepat Kecepatan
sedang
Pernapasan Cepat Cepat Cepat
Perilaku Peka rangsang Letargik sampai Letargi nyata
sampai letargik koma, konvulsi dengan
hiperiritabilitas
yang ekstrem
terhadap
stimulasi
Sumber : Wong, Donna L, 2013

g) Perserpsi keluarga terhadap penyakit anak

Awalnya orang tua dapat bereaksi dengan tidak

percaya, takut dan cemas berkaitan dengan keseriusan

penyakit ini dan jens prosedur medis yang dilakukan.


46

Perasaan fungsi berkaitan dengan kurangnya informasi

tentang prosedur dan pengobatan. Orang tua dapat

bereaksi dengan beberapa tingkat depresi (Wong,

2009).

b. Pemeriksaan fisik

Tabel 2.5 Pemeriksaan Fisik


No Aspek Pemeriksaan
1 BI (Breathing) Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas ireguler
, irama nafas teratur, frekuensi pernafasan normal,
tidak ada retraksi otot bantu nafas , tidak ada batuk
Palpasi : tidak ada benjolan pada bagian dada,
vocal fremitus sama kanan atau kiri
Perkusi : perkusi thorax sonor
Auskultasi : ronchi, wheezing
2 B2 (Blood) Inspeksi : pucat, tekanan vena jugularis
menurun, tidak ada clubbing finger, nyeri dada
tidak ada Palpasi : peningkatan nadi, pulsasi
kuat, CRT < 3 detik
Perkusi : normal redup, ukuran dan bentuk
jantung secara kasar pada kasus diare masih dalam
batas normal
Auskultasi : irama jantung regular, bunyi jantung
S1 S2 tunggal
3 B3 (Brain) Inspeksi : kesadaran menurun, GCS menurun, tidak
ada kelainan nervus kranialis, tidak ada kejang, ada
nyeri kepala Palpasi : adakah parese, anesthesia.
4 B4 (Bladder) Inspeksi : pada laki-laki testis sudah turun
terdapat lubang uretra, pada perempuan labia
mayor menutupi labia minor, lubang vagina ada,
BAK terlihat pekat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah simfisis
5 B5 (Bowel) Inspeksi : defekasi lebih dari 3 kali dalam sehari,
feses berbentuk encer, terdapat darah, ctual, lemak
serta berbuih/berbusa, pada lidah biasanya
ditemukan lidah berwarna putih terutama pada
bagian tengah lidah. Hal ini disebabkan karena
terjadinya penurunan nafsu makan pada anak dan
dehidrasi
Palpasi : nyeri tekan pada perut
47

Perkusi : kembung saat dilakukan perkusi


Auskultasi : terdengar bising usus, peristaltic usus
meningkat >5- 20x/menit
6 B6 (Bone Inspeksi : tidak ada fraktur, tidak ada
dan ctual dislokasi, kebersihan kulit
ent) Palpasi : akral hangat, turgor kulit kembali <3
detik, kelembapan kulit kering, elastisitas menurun,
biasanya pada anak diare ubun-ubun cekung
7 B7 Penglihatan : pupil normalnya akan mengecil
(Penginderaan) jika cahaya didekatkan, konjungtiva normalnya
merah muda, sclera adanya icterus/tidak,
penglihatan tajam, pergerakan bola mata simetris
atau tidak.
Penciuman : tidak ada ctual, penciuman
tajam, tidak ada kelainan
Pendengaran : bentuk telinga normal,
pendengaran tajam, tidak ada kelainan
Pengecap : ketajaman perasa normal
bisa merasakan (manis, pahit, asam,
asin)
Peraba : bisa merasakaan benda yang dipegang
atau diraba
8 B8 (Endokrin) Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar parotis, hiperglikemia tidak
ada, hipoglikemia tidak ada.

2. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam

pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar

belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian

tentang substansi ilmu keperawatan dan proses penyakit. Fungsi

analisa data adalah perawat yang menginterprestasi data yang

diperoleh dari pasien atau dari sumber lain, sehingga data yang

diperoleh memiliki makna dan arti pengambilan keputusan untuk

menentukan masalah keperawatan dan kebutuhan klien.


48

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial.

Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons

klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering

muncul pada kasus diare menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan

PPNI (2017) sebagai berikut :

a. Gangguan pertukaran gas

b. Diare

c. Hipovolemi

d. Gangguan integritas kulit

e. Defisit nutrisi

f. Risiko syok

g. Ansietas

4. Intervensi

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala

treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)

yang diharapkan PPNI (2019). Adapun intervensi yang sesuai

dengan penyakit diare adalah sebagai berikut :


49

Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Gangguan pertukaran gas Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
b.d perubahan membran intervensi keperawatan a) Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya
alveolar-kapiler diharapkan pertukaran gas nafas
pasien meningkat dengan b) Monitor pola nafas
kriteria hasil : c) Monitor saturasi oksigen
a) Pola nafas membaik d) Monitor nilai analisa gas darah
b) Warna kulit membaik Terapeutik
c) Sianosis membaik a) Dokumentasikan hasil pemantauan
d) Takikardia membaik Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat
2 Diare b.d fisiologis Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
(proses infeksi) intervensi keperawatan a) Identifiksi penyebab diare
diharapkan eliminasi fekal b) Identifikasi riwayat pemberian makan
pasien membaik dengan c) Identifikasi gejala invaginasi
kriteria hasil : d) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
a) Konsistensi feses tinja
meningkat e) Monitor jumlah pengeluaran diare
b) Frekuensi Terapeutik
defekasi/bab a) Berikan asupan cairan oral (oralit)
meningkat b) Pasang jalur intravena
c) Peristaltik usus c) Berikan cairan intravena
meningkat d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah
50

d) Kontrol pengeluaran lengkap


feses meningkat e) Ambil sample feses untuk kultur, jika perlu.
e) Nyeri abdomen
menurun Edukasi
a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa
b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
3 Hipovolemi b.d Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
kehilangan cairan aktif intervensi keperawatan a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia (misal
diharapkan status cairan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
pasien membaik dengan tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
kriteria hasil : turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
a) Turgor kulit membaik volume urin menurun,haus,lemah).
b) Frekuensi nadi b) Monitor intake dan output cairan
membaik Terapeutik
c) Tekanan darah a) Hitung kebutuhan cairan
membaik b) Berikan asupan cairan oral
d) Membrane mukosa Edukasi
membaik a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
e) Intake cairan b) Anjurkan menghidari posisi mendadak
membaik Kolaborasi
f) Output urin a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)
meningkat b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
ml/kg bb untuk anak.
51

4 Gangguan integritas kulit Tujuan: Setelah dilakukan Observasi


b.d ekskresi/BAB sering intervensi keperawatan a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
diharapkan integritas kulit Terapeutik
dan jaringan meningkat a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
dengan kriteria hasil : b) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
a) Kerusakan lapisan selama periode diare
kulit menurun c) Gunakan pelembab berbahan minyak pada kulit
b) Nyeri menurun kering
c) Kemerahan menurun Edukasi
d) Tekstur membaik a) Anjurkan menggunakan pelembab
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
d) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat topical
5 Defisit nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
b.d penurunan intervensi keperawatan a) Identifikasi status nutrisi
intake makanan diharapkan status nutrisi b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
pasien membaik dengan c) Identifikasi makanan yang disukai
kriteria hasil : d) Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi
a) Porsi makanan yang e) Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat f) Monitor berat badan
b) Diare menurun g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
c) Frekuensi makan Terapeutik
membaik a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang
d) Nafsu makan sesuai
membaik b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
52

e) Bising usus membaik Edukasi


a) Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh
kalori dan jenis nutsisi yang dibutuhkan jika perlu.
b) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu
6 Risiko Syok Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan a) Monitor status kardiopulmonal
diharapkan tingkat syok b) Monitor frekuensi nafas
pasien menurun dengan c) Monitor status oksigenasi
kriteria hasil : d) Monitor status cairan
a) Kekuatan e) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
nadi f) Monitor jumlah,warna,dan berat jenis urin
meningkat Terapeutik
b) Output urin a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
meningkat oksigen >94%
c) Frekuensi nafas b) Pasang jalur IV, jika perlu
membaik Edukasi
d) Tingkat kesadaran a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
meningkat b) Jelaskan penyebab/factor risiko syok
e) Tekanan darah c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
sistolik,diastolic Kolaborasi
membaik a) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
7 Ansietas b.d perubahan Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
status kesehatan intervensi keperawatan a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
diharapkan tingkat ansietas b) Monitor tanda-tanda ansietas
pasien menurundengan Terapeutik
kriteria hasil : a) Ciptakan suasana terapeutik untuk mengurangi
53

a) Perilaku gelisah kecemasan


menurun b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
b) Perilaku tegang c) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
menurun d) Gunakan nada suara lemah lembut dengan irama
c) Frekuensi pernapasan lambat
menurun
d) Pucat menurun Edukasi
e) Kontak mata a) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
membaik ketegangan
b) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
54

5. Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga

meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon

klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data

yang baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

keperawatan antara lain:

a. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.

b. Kemampuan menilai data baru.

c. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana


tindakan.

d. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.

e. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi


pelaksanaan.

f. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta


efektivitas tindakan

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian

proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan

keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan

lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah


55

tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada

komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda

gejala yang spesifik (Olfah & Ghofur, 2016).


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

asuhan keperawatan pada anak dengan diare yang meliputi pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi, sampai dengan evaluasi keperawatan

melalui wawancara kepada keluarga dan observasi keadaan pasien

sehingga jenis dan rancangan penulisan karya tulis ilmiah ini

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.

Dalam studi kasus ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi

masalah asuhan keperawatan pada anak dengan diare. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan , meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan

evaluasi.

B. Subjek Studi Kasus

Subyek dalam karya tulis ini adalah pasien dengan diagnosa medis

penyakit diare di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta dengan kriteria:

1. Subyek anak terdiri dari 2 (dua) orang responden baik laki-laki

maupun perempuan berusia 1 bulan s/d 14 tahun.

2. Pasien atau keluarga pasien bersedia ikut dalam penelitian serta

kooperatif

56
57

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah batasan penelitian yang dirumuskan

dengan tidak menimbulkan perbedaan pengertian antar perorang dan agar

orang lain dapat mengulangi penelitian tersebut. Definisi operasional

dirumuskan untuk kepentingan akurasi komunikasi dan. Definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Diare Diare adalah suatu keadaan dimana


terjadi pola perubahan BAB lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja lebih encer
atau berair dengan atau tanpa darah dan
tanpa lendir, yang dapat diketahui dari
diagnosa dokter berdasarkan rekam
medik pasien.
Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan klien anak
Anak dengan Diare dengan diare merupakan suatu proses
tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh seorang perawat yang diberikan
secara langsung kepada pasien dalam
tatanan pelayanan kesehatan dengan
proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi
untuk mengatasi masalah klien anak
dengan diare.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian karya tulis ilmiah ini dilakukan di bangsal Flamboyan 9 Rumah

Sakit Dr. Moewardi Surakarta pada 12 s.d 27 April 2022.


58

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam menyusun karya ilmiah ini pengumpulan data yang

digunakan meliputi:

a. Wawancara

Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan yang

mencakup permasalahan secara luas yang meliputi kepribadian,

perasaan dan emosi klien. Wawancara yang dilakukan pada

penelitian ini terbagi menjadi dua:

1) Auto anamnesa yaitu wawancara dengan klien langsung

2) Alloanamnesa yaitu wawancara dengan keluarga atau

orang terdekat, yaitu ibu klien.

b. Observasi

Dilakukan dengan melakukan pengamatan secara

langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan

atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini,

instrumen yang digunakan antara lain lembar observasi dan

lembar checklist.

c. Pemeriksaan Fisik

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan empat cara

dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu:


59

1) Inspeksi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan

indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman.

Inspeksi yang dilakukan pada subjek penelitian ini

secara berurutan dari kepala sampai kaki.

2) Palpasi

Pada pemeriksaan ini peneliti menggunakan indra

peraba tangan dan jari-jari yang dilakukan dengan

berhati-hati sehingga mencegah terjadinya nyeri. Teknik

pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui tentang

turgor, kelembaban, vibrasi, suhu dan ukuran.

3) Perkusi

Peneliti menggunakan tangan atau satu jari yang

diketukkan ke bagian permukaan tubuh tertentu untuk

membandingkan bagian tubuh satu dengan yang lainnya

yang menghasilkan suara. Dengan tujuan untuk

mengidentifikasi lokasi, ukuran, dan konsistensi jaringan.

4) Auskultasi

Pada pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan cara

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh

menggunakan alat yang disebut stetoskop. Pemeriksaan

ini dilakukan untuk memeriksa bunyi jantung, paru, dan

peristaltik usus.
60

d. Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengambil data

yang berasal dari dokumentasi asli. Dokumentasi tersebut dapat

berupa gambar, tabel, dan daftar periksa. Pada studi dokumentasi

penelitian ini penulis melakukan studi dokumentasi melalui catatan

medis dan keperawatan berupa catatan status perkembangan

pasien, laporan hasil laboratorium, radiologi dan lainnya.

Pengumpulan data ini digunakan untuk menegakkan diagnosis

maupun perkembangan status kesehatan pasien.

2. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang digunakan pada studi kasus ini adalah

menggunakan format asuhan keperawatan, yaitu dengan berpedoman

pada format asuhan keperawatan yang telah dibuat mulai dari

pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi sampai evaluasi.

F. Etika Studi Kasus

Prinsip etika yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini

menggunakan tiga prinsip yaitu:

1. Prinsip manfaat, peneliti mempertimbangkan manfaat yang akan

didapat pasien seperti mengajarkan edukasi tentang penyakit diare

dan meminimalisir atau mencegah kerugian yang terjadi pada pasien.


61

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity),

peneliti menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, memberikan

pilihan pada klien untuk ikut serta dalam penelitian atau menolak,

serta memberikan informasi yang terbuka dan lengkap tentang

pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian,

prosedur penelitian, resiko dan keuntungan yang mungkin didapat.

3. Prinsip keadilan (right to justice). Hak untuk mendapatkan

pengobatan yang adil dan hak dijaga kerahasiaannya. Peneliti

menggunakan instrument yang sama pada kedua responden dan

memastikan informasi yang telah diberikan akan dijaga

kerahasiaannnya

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

data deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa

yang terjadi. Prosedur pengolahan data pada penelitian ini dengan

menggambarkan secara rinci objek penelitian agar didapat data yang jelas

dan lengkap kemudian diringkas agar mudah dipahami dan mempunyai

makna untuk suatu karya tulis ilmiah.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Hasil studi kasus berisi ringkasan asuhan keperawatan 2 pasien

pada kasus diare yang dikelola oleh mahasiswa minimal 3 hari. Penulisan

dalam bentuk narasi yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan

yang muncul, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Pasien Pertama (An. A)

Pengkajian pada An. A dilaksanakan pada Selasa, 12 April

2022 pukul 08.00 WIB di ruang Flamboyan 9 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Data diperoleh dari wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, dan rekam medis sehingga didapatkan hasil

sebagai berikut, pasien bernama An. A, umur 4 bulan 17 hari,

jenis kelamin laki-laki, alamat Boyolali. Pasien beragama Islam.

Pasien masuk rumah sakit tanggal Senin pukul 14.00 WIB

dengan medis Diare Kronis tanpa dehidrasi dengan No RM

0157XXX. Penanggung jawab pasien yaitu Ny. R (23 tahun)

jenis kelamin perempuan, beralamat di Boyolali, hubungan

dengan pasien yaitu ibu kandung.

Riwayat kesehatan pasien sekarang yaitu pasien dibawa ke

IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta diantar orang tuanya

atas rujukan RS Banyu Bening dengan keluhan BAB dengan

62
63

konsistensi cair secara terus menerus 13 kali per hari, keluarnya

sedikit-sedikit, terdapat gambaran colitis colon descendens

sebagai penyebab diare, pasien sudah mulai rewel dan susah

minum ASI, terdapat kemerahan di anus dan bokong. Pada saat

pengkajian hari Selasa, 12 April 2022 pukul 08.00 WIB

didapatkan data TD : - mmHg, N : 102 x/menit, RR : 30x/menit,

S : 36,1 C, infus D5 ¼ NS 29 cc/jam, kesadaran composmetis

GCS E4V5M6. Berat badan pasien saat ini ialah 7,5 kg, pasien

tidak mengalami penurunan berat badan selama sakit.

Riwayat penyakit dahulu pasien mempunyai riwayat

penyakit diare pada bulan Februari, sudah mendapat perawatan

dari puskesmas terdekat, namun selama 1 bulan terakhir ini

diarenya kambuh lagi secara terus menerus. Riwayat penyakit

keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat

penyakit menurun ataupun menular seperti hipertensi, DM, HIV.

Riwayat nutrisi klien didapatkan data bahwa selama 4

bulan 17 hari ini pasien mendapatkan nutrisi dari asi saja, pasien

belum pernah diberi susu formula.

Riwayat imunisasi pasien sudah mendapatkan imunisasi

HB Jek dan BCG/Polio I pada bulan pertama kelahiran, DPT

I/Polio II pada bulan kedua, DPT II/Polio III pada bulan ketiga,

DPT III/Polio IV dan IPV pada bulan ke empat.


64

Pengkajian DDST pada An. A dilakukan saat umur anak 4

bulan 17 hari. Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anaknya

sudah mampu melihat dan memandang wajah orang di

sekitarnya, mampu mengenali tangannya sendiri dan memegang

mainan, sudah dapat mengucapkan “ooh” dan “aah”, tertawa dan

memekik kencang, orang tua pasien mengatakan An. A cukup

aktif. Anak dapat melakukan 4 sektor dari 4 sektor yang diminta.

Jadi dapat disimpulkan bahwa anak mengalami perkembangan

personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar yang

baik dan normal sesuai dengan umur anak.

Pada riwayat sosial pasien diasuh oleh ibu dan ayahnya

sendiri. Riwayat spiritual keluarga pasien menganut agama Islam

dan setiap hari Ny. R dan keluarganya menunaikan sholat 5

waktu. Pada pemeriksaan kognitif – perseptual, keluarga pasien

berbahasa Jawa dan Bahasa Indonesia dengan sopan kepada

perawat, kemampuan penginderaan berfungsi dengan baik, pada

pengkajian nyeri, paliatif/provokatif nyeri timbul sebelum BAB,

kualitas nyeri tidak diketahui, region nyeri di area abdomen,

severity nyeri skala 4 dengan melihat ekspresi wajah pasien

sesuai pain measurement chart, waktu nyeri muncul hilang

timbul.

Pola persepsi konsep diri, ideal diri An. A tampak rewel

dan sering menangis jika didatangi perawat dan dokter. Pola

hubungan peran keluarga pasien dan lingkungan sekitarnya baik.


65

Pola interaksi ibu dengan perawat sangat baik dan kooperatif.

Pola seksual reproduksi klien belum menikah, klien berjenis

kelamin laki-laki dan tidak mengalami gangguan genetalia.

Pengkajian nutrisi ABCD; Antropometri : berat badan An.

A saat ini 7,5 kg, tinggi badan 63cm, indeks massa tubuh 18,89

(normal); biomedical: hemoglobin : 11g/dl, clinical sign: tampak

rewel dan sering menangis jika didatangi perawat dan dokter;

diet: pasien diberikan diet ASI on demand.

Pada pengkajian pola nutrisi; makan minum: sebelum sakit

pasien minum asi 6 kali/hari sekitar 900cc/hari, saat sakit 6

kali/hari sekitar 500 cc/hari; BAB: sebelum sakit pasien BAB

2x/hari, feses berwarna kecoklatan dengan konsistensi lembek

tanpa penggunaan pencahar dan tidak terdapat keluhan, saat sakit

pasien BAB >13x/hari, feses berwrna kuning kehijauan dengan

konsistensi cair , tanpa menggunakan pencahar, ibu pasien

mengatakan kemungkinan terdapat keluhan BAB yaitu sakit perut

sebelum BAB dilihat dari ekspresi pasien sebelum BAB seperti

merasakan sakit; BAK: sebelum sakit pasien BAK >10x/hari

berwarna kuning jernih, jumlah urine lebih kurang 180-

360cc/hari, saat sakit pasien BAK >10x/hari berwarna kuning

jenih, jumlah urine kurang lebih 300cc/hari.

Sistem cairan dan elektrolit pada tanggal 12 April 2022

selama 24 jam, cairan yang masuk berupa diit 500 cc, infus 500
66

oralit = 360 cc, jumlah total 1360cc. Cairan yang keluar berupa

urine 300 cc, feses 560 cc, IWL (30 - Usia Anak x BB Anak) =

500 cc, jumlah total 860 cc. Balance cairan = input – output =

1360 cc – 1360 cc = 0 cc. Pada tanggal 3 April 2022 selama 24

jam, cairan yang masuk berupa diit 100 cc, infus 480 cc, obat

305cc, air metabolisme (5xBB = 5x60) = 300, jumlah total

1185cc. Cairan yang keluar berupa urine 130 cc, IWL (15xBB =

15x60) = 900 cc, jumlah total 1030 cc. Balance cairan = input –

output = 1185 cc – 1030 cc = +156 cc.

Pada pengkajian pola aktivitas dan latihan; kemampuan

perawatan diri, makan/minum, mandi, toileting, berpakaian,

mobilitas di tempat tidur, berpindah posisi, ambulasi/ROM pasien

dibantu oleh keluarganya.

Pada pengkajian pola istirahat tidur; sebelum sakit pasien

tidur siang selama ±5 jam, tidur malam ±7 jam, tidak

menggunakan obat tidur, tidak ada gangguan tidur, perasaan

waktu bangun segar; saat sakit pasien tidur siang selama ± 3,5

jam, tidur malam ± 6 jam, tidak menggunakan obat tidur, anak

sedikit rewel saat tidur, perasaan waktu bangun tidak segar.

Pemeriksaan fisik pasien; keadaan/penampilan umum:

kesadaran pasien GCS E4 V5 M6 composmentis, nadi 102

x/menit, RR 30x/menit irama teratur, suhu tubuh 36,1 oC, berat

badan 7,5 kg, tinggi badan 63 cm; pada pemeriksaan kepala:


67

bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, rambut warna

hitam, lurus, dan tidak rontok

Pada pemeriksaan muka: mata tampak merah cekung,

konjungtiva tidak anemis, sclera putih tidak ikterik, pupil isokor

diameter 2mm/2mm, reflek terhadap cahaya normal, bentuk

hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping

tambahan, gigi belum tumbuh, stomatitis tidak ada, mukosa

mulut lembab, fungsi pendengaran normal, bentuk simetris,

bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri telinga.

Pada pemeriksaan leher tidak terdapat pembesaran kelenjar

tiroid, tidak ada pembesaran limfe dan tidak teraba adanya

benjolan, JVP tidak teraba.

Dengan pemeriksaan fisik thorak pada paru-paru, telah

dilakukan secara inpeksi simetris kanan kiri sama, pengembangan

dada kanan dan kiri sama. Palpasi, tidak ada nyeri tekan, fremitus

raba kanan dan kiri sama. Perkusi paru kanan kiri sonor.

Auskultasi terdengar suara vesikuler.

Pada pemeriksaan jantung, telah dilakukan pemeriksaan

inpeksi, ictus cordis tidak tampak. Palpasi tidak ada nyeri tekan.

Suara perkusi jantung terdengar redup dengan batas jantung

melebar. Auskultasi terdengar bunyi regular.

Pada abdomen pada pemeriksaan inpeksi warna kulit sama,

tidak ada jejas. Auskultasi, peristaltik usus 35 x/menit. Pada


68

pemeriksaan palpasi, terdapat nyeri tekan. Perkusi, hypertympani,

perut kembung. Pada pemeriksaan genetalia jenis kelamin laki-

laki, tidak ada odema, tidak ada kelainan, dan tidak menggunakan

selang kateter.

Pada ekstremitas didapatkan data bahwa pada ekstremitas

atas kanan dan kiri kekuatan otot 5, rentang gerak aktif, akral

hangat, tidak ada edema, CRT <2 detik, dan tidak ada keluhan.

Pada ekstremitas bawah kanan dan kiri kekuatan otot 5, rentang

gerak aktif, akral hangat, tidak ada edema, CRT <2 detik, tidak

terdapat keluhan.

Tabel 4. 1 Pemeriksaan laboratorium sekresi An. A

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


SEKRESI
MAKROSKOPIS
Warna Yellow
Kejernihan Clear
KIMIA URIN
Berat jenis L 1.011 1.015-1.025
pH 5.5 4.5-8.0
Leukosit Negatif /ul Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif mg/dl Negatif
Glukosa Normal mg/dl Normal
Keton Negatif mg/dl Negatif
Urobilinogen Normal mg/dl Normal
Bilirubin Negatif mg/dl Negatif
Eritrosit Negatif mg/dl Negatif
MIKROSKOPIS
Eritrosit 0.1 /ul 0-6.4
Leukosit 0.2 /LPB 0-12
EPITEL
Epitel squamous H 1-2 /LPB Negatif
Epitel transisional H 0-1 /LPB Negatif
Epitel bulat - /LPB Negatif
69

SILINDER
Hyline 0 /LPK 0-3
Granulated - /LPK Negatif

Tabel 4. 2 Pemeriksaan urine An. A

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


Leukosit - /LPB Negatif
Bakteri 15.2 /uL 0.0-2150.0
Kristal 0.0 /Ul 0.0-0.0
Mukus 0.00 /uL 0.00-0.00
Sperma 0.0 /uL 0.0-0.0
Lain-lain Eritrosit 0-1/LPB, Leukosit 0-1/LPB

Tabel 4. 3 Pemeriksaan hematologi rutin An. A

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 11.0 g/dl 9.4-13.0
Hematokrit 31 % 28-42
Leukosit 12.4 ribu/uL 5.0-19.5
Trombosit H 783 ribu/uL 150-450
Eritrosit H 5.57 juta/uL 3.10-4.30
INDEX ERITROSIT
MCV L 55.3 /um 80.0-96.0
MCH L 19.7 Pg 28.0-33.0
MCHC 35.7 g/dl 33.0-36.0
RDW H 22.8 % 11.6-14.6
MPV 7.7 fl 7.2-11.1
PDW L 15 % 25-65
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.10 % 0.00-4.00
Basofil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 21.60 % 18.00-74.00
Limfosit H 73.00 % 60.00-66.00
Monosit 4.90 % 0.00-6.00
Golongan darah O %
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Natrium darah 134 mmol/L 129-147
Kalium darah 6.1 mmol/L 3.6-6.1
70

Tabel 4. 4 Pemeriksaan elektrolit darah An. A


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN
Chlorida darah 102 mmol/L 98-106
Calsium ion 1,25 mmol/L 1.17-1.29

Tabel 4. 5 Pemeriksaan parasitologi feses An. A

HASIL PEMERIKSAAN PARASITOLOGI FESES


PARAMETER HASIL NILAI NORMAL
Mikroskopis
Sel epitel Negatif Negatif/Ditemukan sedikit
Leukosit Positif (+) Negatif/Ditemukan sedikit
Eritrosit Negatif Negatif
Benzidine test Negatif Negatif
Makanan tidak tercerna - Negatif/Ditemukan sedikit
Telur cacing Negatif Negatif
Larva cacing Negatif Negatif
Proglotid cacing - Negatif
Protozoa Negatif Negatif
Yeast Positif (+) Negatif
Pseudohifa Positif (+) Negatif

Tabel 4. 6 Pemeriksaan radiologi An. A

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI-


RADIODIAGNOSTIK
PP0074 – Usus Kecil/Besar (Colon Inloop)

Klinis : Diare kronis

Colon in loop single

Plain foto :
- Bayangan gas usus bercampur fecal material prominent
- Bayangan hepar dan lien tak tampak membesar
- Contour ginjal kanan kiri tak tampak jelas
- Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis tak tampak kelainan
- Tak tampak proses osteolitik/blastik

Kontras study :
- Kontras watersoluble non ionik, dicairkan 1:4 dengan aquabidest
150 cc dimasukkan secara bertahap melalui kateter ke dalam anus
71

- Tampak kontras berjalan mulai dari rectum, sigmoid, colon


descenden, flexura lienalis, colon transversum, colon ascendens dan
sekum
- Tampak gambaran incisura dan haustra yang berkurang
dengan mukosa yang relative licin di colon descendens

Kesan :
Mengarah gambaran colitis colon descendens

Pasien mendapat terapi infus D5 ¼ NS 29 cc/jam mikro

terpasang di tangan kiri, zink dalam bentuk cair 20 mg/24 jam, oralit

serbuk 10 ml/kg/BAB dan 5 ml/kg/muntah, serta L Bio oral 1x1 sach.

b. Pasien kedua

Pengkajian pada An. F dilaksanakan pada Senin, 25 April 2022

pukul 08.00 WIB di ruang Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Data diperoleh dari wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik, dan rekam medis sehingga didapatkan hasil sebagai berikut,

pasien bernama An. F, umur 5 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat

Klaten. Pasien beragama Islam. Pasien masuk rumah sakit tanggal

Sabtu pukul 20.00 WIB dengan medis Diare akut dengan No RM

1235XXX. Penanggung jawab pasien yaitu Ny. K (33 tahun) jenis

kelamin perempuan, beralamat di Klaten, hubungan dengan pasien

yaitu ibu kandung.

Riwayat kesehatan pasien sekarang yaitu pasien dibawa ke

IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta diantar orang tuanya

dengan keluhan mual, muntah 3 kali BAB cair 7 kali bercampur

lendir, Ny. K mengatakan anaknya suka sekali makan pedas, namun


72

sekarang susah makan dan minum sudah satu minggu, Ny. K

mengatakan An. F mengalami penurunan berat badan selama satu

minggu sebelum sakit 25 kg saat sakit menjadi 20 kg, pasien lemas

dan tampak memegangi perutnya. Pada saat pengkajian hari Selasa,

12 April 2022 pukul 08.00 WIB didapatkan data TD : - mmHg, N :

100 x/menit, RR : 25x/menit, S : 36,5 oC, kesadaran composmetis

GCS E4V5M6.

Riwayat penyakit dahulu pasien mempunyai riwayat penyakit

diare pada umur 3 tahun, namun tidak sampai dirawat di rumah sakit.

Riwayat penyakit keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang

mempunyai riwayat penyakit menurun ataupun menular seperti

hipertensi, DM, HIV.

Riwayat nutrisi klien didapatkan data bahwa pasien mendapatkan

ASI sampai umur 15 bulan, setelah itu pasien diberikan susu formula.

Riwayat imunisasi pasien sudah mendapatkan imunisasi HB Jek

dan BCG/Polio I pada bulan pertama kelahiran, DPT I/Polio II pada

bulan kedua, DPT II/Polio III pada bulan ketiga, DPT III/Polio IV,

IPV pada bulan ke empat, dan campak/MR pada bulan ke sembilan.

Pengkajian DDST An. F saat umur 5 tahun 1 bulan 23 hari,

pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anaknya sudah mampu

memakai baju sendiri dan menyebut nama teman sekitarnya, anak

sudah mampu membuat menara mainan dari kubus dengan cukup

baik, bahwa anak sudah dapat paham dan mengerti ketika berbicara,
73

anak yang cukup aktif dan lincah dalam mengikuti kegiatan

permainan. Anak dapat melakukan 4 sektor dari 4 sektor yang

diminta. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak mengalami

perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik

kasar yang baik dan normal sesuai dengan umur anak.

Pada riwayat sosial pasien diasuh oleh ibu dan ayahnya sendiri.

Hubungan dengan teman sebaya, An. F adalah anak yang aktif dan

sering bermain dengan teman-temannya.

Riwayat spiritual keluarga pasien menganut agama Islam dan

setiap hari Ny. R dan keluarganya menunaikan sholat 5 waktu. Pada

pemeriksaan kognitif – perseptual, keluarga pasien berbahasa Jawa

dan Bahasa Indonesia dengan sopan kepada perawat, dan pasien

terkadang tampak kooperatif; kemampuan penginderaan berfungsi

dengan baik, pada pengkajian nyeri, paliatif/provokatif nyeri timbul

sebelum, saat, dan sesudah BAB, kualitas nyeri seperti diremas-

remas, region nyeri di area abdomen, severity nyeri skala 4 dengan

melihat ekspresi wajah pasien sesuai pain measurement chart, waktu

nyeri muncul hilang timbul.

Pola persepsi konsep diri, ideal diri An. F tampak rewel dan

sering menangis jika didatangi perawat dan dokter, An. F mengatakan

ingin cepat sembuh dan pulang; Identitas diri An. F dapat mengatakan

bahwa dirinya adalah anak berusia 5 tahun, dan saat ini masih

bersekolah TK A.
74

Pola hubungan peran keluarga pasien dan lingkungan sekitarnya

baik. Pola interaksi ibu dengan perawat sangat baik dan kooperatif.

Pola seksual reproduksi klien belum menikah, klien berjenis kelamin

laki-laki dan tidak mengalami gangguan genetalia.

Pengkajian nutrisi ABCD; Antropometri : berat badan An. F

sebelum sakit 25 kg, BB saat ini 20 kg, tinggi badan 105 cm, indeks

massa tubuh 18,14 (normal); biomedical: hemoglobin : 14,8g/dl,

clinical sign: turgor kulit kering, mukosa bibir kering, pucat,

konjungtiva tidak anemis; diet: pasien diberikan diet makanan lunak

rendah garam.

Pada pengkajian pola nutrisi; makan minum: sebelum sakit

pasien makan 3x1 hari dengan jenis nasi, lauk, dan sayur, satu porsi

selalu habis, minum 4 gelas/hari, saat sakit pasien makan 3x1 dengan

jenis bubur, lauk, sayur, dan buah hanya dihabiskan ¾ porsi, minum 4

gelas standar/hari; BAB: sebelum sakit pasien BAB 1x/hari, feses

berwarna kecoklatan dengan konsistensi lunak tanpa penggunaan

pencahar dan tidak terdapat keluhan, saat sakit pasien BAB ± 5x/hari,

feses berwarna kuning kehijauan dengan konsistensi cair , tanpa

menggunakan pencahar, terdapat keluhan BAB yaitu sakit perut

sebelum, saat, dan setelah BAB; BAK: sebelum sakit pasien BAK

5x/hari berwarna kuning jernih, jumlah urine lebih kurang 500

cc/hari, saat sakit pasien BAK 5x/hari berwarna kuning jenih, jumlah

urine kurang lebih 1500cc/hari.


75

Sistem cairan dan elektrolit pada tanggal 25 April 2022 selama 24

jam, cairan yang masuk berupa diit 900 cc, infus 500, oralit 600 cc,

jumlah total 2000 cc. Cairan yang keluar berupa urine 1500 cc, feses

500 cc, IWL (30 - Usia Anak x BB Anak) = 500 cc, jumlah total

2700cc. Balance cairan = input – output = 2000 cc – 2700 cc = -700

cc.

Pada pengkajian pola aktivitas dan latihan; kemampuan

perawatan diri, makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas

di tempat tidur, berpindah posisi, ambulasi/ROM pasien dibantu oleh

keluarganya.

Pada pengkajian pola istirahat tidur; sebelum sakit pasien tidur

siang selama ±3 jam, tidur malam ±8 jam, tidak menggunakan obat

tidur, tidak ada gangguan tidur, perasaan waktu bangun segar; saat

sakit pasien tidur siang selama ± 2 jam, tidur malam ± 6 jam, tidak

menggunakan obat tidur, anak rewel saat tidur, perasaan waktu

bangun tidak segar.

Pemeriksaan fisik pasien; keadaan/penampilan umum: kesadaran

pasien GCS E4 V5 M6 composmentis, nadi 100 x/menit, RR

25x/menit irama teratur, suhu tubuh 36,5 oC, berat badan 20 kg, tinggi

badan 105 cm.

Pada pemeriksaan kepala: bentuk kepala mesochepal, kulit kepala

bersih, rambut warna hitam, lurus, dan tidak rontok. Pada

pemeriksaan muka: mata tampak merah cekung, konjungtiva tidak

anemis, sclera
76

putih tidak ikterik, pupil isokor diameter 2mm/2mm, reflek terhadap

cahaya normal, bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak

ada nafas cuping tambahan, gigi lengkap, stomatitis tidak ada,

mukosa mulut kering, fungsi pendengaran normal, bentuk simetris,

bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri telinga.

Pada pemeriksaan leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid,

tidak ada pembesaran limfe dan tidak teraba adanya benjolan, JVP

tidak teraba.

Dengan pemeriksaan fisik thorak pada paru-paru, telah

dilakukan secara inpeksi simetris kanan kiri sama, pengembangan

dada kanan dan kiri sama. Palpasi, tidak ada nyeri tekan, fremitus

raba kanan dan kiri sama. Perkusi paru kanan kiri sonor. Auskultasi

terdengar suara vesikuler.

Pada pemeriksaan jantung, telah dilakukan pemeriksaan

inpeksi, ictus cordis tidak tampak. Palpasi tidak ada nyeri tekan. Suara

perkusi jantung terdengar redup dengan batas jantung melebar.

Auskultasi terdengar bunyi regular.

Pada abdomen pada pemeriksaan inpeksi warna kulit sama,

tidak ada jejas. Auskultasi, peristaltik usus 35 x/menit. Pada

pemeriksaan palpasi, terdapat nyeri tekan. Perkusi, hypertympani,

perut kembung. Pada pemeriksaan genetalia jenis kelamin laki-laki,

tidak ada odema, tidak ada kelainan, dan tidak menggunakan selang

kateter.
77

Pada ekstremitas didapatkan data bahwa pada ekstremitas atas

kanan dan kiri kekuatan otot 5, rentang gerak aktif, akral hangat, tidak

ada edema, CRT <2 detik, dan tidak ada keluhan. Pada ekstremitas

bawah kanan dan kiri kekuatan otot 5, rentang gerak aktif, akral

hangat, tidak ada edema, CRT <2 detik, tidak terdapat keluhan.

Pemeriksaan penunjang pada tanggal 29 Maret 2022 pukul 21.11

WIB dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil :

Pemeriksaan penunjang pada tanggal 5 April 2022 pukul 18.00

WIB dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil :

Tabel 4.7 Pemeriksaan laboratorium An. F

Nilai
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
Hb H 14.8 g / dl 10.8-12.8
Leukosit H 18.96 10 3/mm3 6.00-17.00
Eritrosit H 5.37 Juta/mm3 3.60-5.20
Trombosit 434 Ribu/mm3 229-553
Hematokrit H 43,2 % 35.0-43.0
Hitung Jenis
Leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-4
Limfosit L 13 % 20-40
Monosit 4 % 2-8
Neutrophil batang 2 % 2-6
Neutrophil segmen H 80 % 50-70
MCH 27.6 Pg 23.0-31.0
MCHC H 35.2 g/dl 26.0-34.0
MCV 78.2 Fl 73.0-101.0
Rasio N/L H 6.15 < 3.13

Pasien mendapat terapi infus ringer lactate 25 cc/jam di

tangan kanan, injeksi indansetron 2 mg/12 jam, injeksi ampicillin 650

gr/6 jam, zink 2 sdt/hari setiap 1jam, oralit serbuk 1 gelas/BAB.


78

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa keperawatan pada pasien pertama yaitu; 1. Diare

berhubungan dengan proses infeksi jamur. Data obyektif yang

mendukung antara lain pasien BAB >13x/hari dengan konsistensi

cair feses berwarna kuning kehijauan. Pada pemeriksaan

abdomen, peristaltik usus meningkat 35x/menit, terdapat

hypertimpani, perut kembung. Pada pemeriksaan laboratorium

ditemukan limfosit 73.00% (high), leukosit positif (+) pada feses,

yeast positif (+) dan pseudohifa positif (+) pada feses; 2.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban dan

frekuensi gesekan pada kulit. Data objektif yang mendukung

antara lain An. A tampak lemas, tampak adanya kemerahan di

anus dan bokong; 3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien. Data objektif yang

mendukung antara lain asupan nutrisi pasien berkurang, dari 900

cc/hari menjadi 500 cc/per hari, pasien tampak lemas, interpretasi

pemeriksaan radiodiagnostik: mengarah gambaran colitis colon

descendens.

b. Diagnosa keperawatan pada pasien kedua yaitu; 1. Diare

berhubungan dengan proses infeksi bakteri. Data objektif yang

mendukung antara lain BAB ±5x/hari dengan konsistensi cair,

pada pemeriksaan abdomen, peristaltik usus meningkat 35x/menit,

terdapat hypertimpani, perut kembung, pada pemeriksaan

laboratorium ditemukan Leukosit 18.96 103/mm3 (High), Limfosit


79

13 % (Low); 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya

asupan makanan. Dengan data objektif yang mendukung antara

lain berat badan An. F mengalami penurunan dari 25 kg sekarang

menjadi 20 kg, pasien tampak lemas dan membran mukosa pucat,

BAB ±5x/hari dengan konsistensi cair, pada pemeriksaan

abdomen peristaltik usus meningkat 35x/menit, terdapat

hypertimpani, perut kembung; 3. Resiko Hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Data objektif yang

mendukung antara lain BAB ±5x/hari dengan konsistensi cair

bercampur lender, An. F tampak lemas, pasien mual, muntah

sudah 3 kali, turgor kulit tampak kering, mukosa bibir kering,

pasien tampak pucat, TTV nadi : 100x/menit, RR : 25x/menit,

suhu 36,5 o
C, balance cairan -700cc, pada pemeriksaan

laboratorium ditemukan Hb 14.8 g / dl (High), Eritrosit 5.37

Juta/mm3 (High), Hematokrit 43,2% (High);

3. Intervensi Keperawatan

a. Pasien pertama

Tujuan pertama yang ingin dicapai pada An. A yaitu Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam selama 3 hari

diharapkan eliminasi fekal pasien membaik dengan kriteria hasil;

konsistensi feses meningkat, frekuensi BAB menurun, kontrol

pengeluaran feses meningkat, dan nyeri abdomen menurun.


80

Intervensi yang direncanakan antara lain monitor warna, volume,

frekuensi, konsistensi feses, dan pengeluaran diare, memberikan

asupan cairan oralit, ambil sampel darah dan feses untuk

pemeriksaan lab, kolaborasi pemberian terapi obat bersama dokter.

Tujuan kedua yaitu setelah dilakukan tindakan 3x8 jam selama

3 hari diharapkan integritas kulit meningkat dengan kriteria hasil

tidak ada elastisitas kulit meningkat dan tidak terdapat kemerahan.

Intervensi yang direncanakan antara lain identifikasi penyebab,

ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring, gunakan minyak pada kulit

kering, anjurkan menggunakan pelembab, anjurkan pemenuhan gizi

yang cukup.

Tujuan ketiga yang ingin dicapai pada An. A yaitu setelah

dilakukan tindakan 3x8 jam selama 3 hari diharapkan status nutrsi

bayi meningkat dengan kriteria hasil An. A tidak rewel, tidak

pucat, gangguan makan menurun. Intervensi yang direncanakan

antara lain monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta

kebutuhan kalori, timbang berat badan secara rutin, berikan

penguatan positif terhadap keberhasilan target, anjurkan diet yang

diprogramkan, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan jika perlu.


81

b. Pasien kedua

Tujuan pertama yang ingin dicapai pada An. F yaitu Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam selama 3 hari

diharapkan eliminasi fekal pasien membaik dengan kriteria hasil;

konsistensi feses meningkat, frekuensi BAB menurun, kontrol

pengeluaran feses meningkat, dan nyeri abdomen menurun.

Intervensi yang direncanakan antara lain monitor warna, volume,

frekuensi, konsistensi feses, dan pengeluaran diare, memberikan

asupan cairan oralit, ambil sampel darah dan feses untuk

pemeriksaan lab, anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,

pedas, dan mengandung laktosa, anjurkan makanan porsi kecil dan

sering secara bertahap kolaborasi pemberian terapi obat bersama

dokter.

Tujuan kedua yang ingin dicapai pada An. F yaitu setelah

dilakukan tindakan 3x8 jam selama 3 hari diharapkan nutrsi pasien

meningkat dengan kriteria hasil porsi makan yang dihabiskan

meningkat, nyeri abdomen menurun, bising usus menurun, dan

membran mukosa membaik. Intervensi yang direncanakan antara

lain identifikasi makanan yang disukai, monitor asupan makanan,

monitor berat badan, berikan makanan menarik dan suhu yang

sesuai, berikan makanan tinggi kalori dan protein, anjurkan diet

yang diprogramkan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan jika perlu.


82

Tujuan ketiga yaitu setelah dilakukan tindakan 3x8 jam selama

3 hari diharapkan status cairan meningkat dengan kriteria hasil

kekuatan nadi meningkat, frekuensi nadi dalam batas normal

output urine meningkat, turgor kulit meningkat, berat badan

meningkat, hemoglobin dan hematocrit dalam batas normal.

Intervensi yang direncanakan antara lain observasi observasi tanda

dan gejala hypovolemia, monitor intake dan output cairan, hitung

kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral, kolaborasi pemberian

cairan IV.

4. Implementasi Keperawatan

a. Pasien pertama

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 12 April 2022 yaitu

dimulai pada jam 08.00 WIB memonitor tanda-tanda vital. Nadi:

102x/menit, RR: 30x/menit, Suhu: 36,1⁰C. Pukul 08.15

menganjurkan keluarga pasien untuk menggunakan

pelembab/minyak pada daerah bokong pasien serta menganjurkan

untuk mengubah posisi anak setiap 2 jam, keluarga mengatakan

akan melakukan anjuran yang diberikan, keluarga menggunakan

minyak zaitun pada bokong pasien. Dilanjutkan pada pukul 09.00

WIB yaitu memonitor input dan output cairan, memonitor warna,

volume, frekuensi, konsistensi tinja, Input pasien didapatkan dari

ASI 100 ml, oralit 20 ml, infus 58 cc, output feses 100 cc

berwarna kuning kehijauan dengan konsistensi cair dan urine 30


83

cc. Pada pukul 10.00 WIB memonitor berat badan, BB pasien 7,5

kg. Pada pukul 13.00 WIB memberikan edukasi terkait cara

mencuci tangan dengan benar serta memberi motivasi penguatan

positif terkait keberhasilan target penanganan, keluarga pasien

nampak mampu melakukan cara mencuci tangan dengan benar

dan optimis untuk kesembuhan anaknya.

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 13 April 2022 yaitu

dimulai pada jam 15.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital

pasien Nadi: 104x/menit, RR: 34x/menit, Suhu: 36,6⁰C. Pukul

16.00 WIB memonitor input dan output cairan, dan memonitor

warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, input ASI 300 ml,

oralit 50 ml, infus sudah masuk 232 cc, output feses 400 cc, dan

urine 90 cc.

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 14 April 2022 yaitu

dimulai pada jam 08.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital. N:

99x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,7⁰C. Dilanjutkan pada pukul

09.00 WIB yaitu memonitor input dan output dan memonitor

warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, input ASI 150 ml,

oralit 20 ml, infus sudah masuk 58 ml, outut feses 90 cc, urin 40

cc. Pada pukul 10.00 memonitor berat badan, BB A. A bertambah,

7,7 kg.
84

b. Pasien kedua

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 25 April 2022 yaitu

dimulai pada jam 08.00 WIB memonitor tanda-tanda vital. Nadi:

100x/menit, RR: 25x/menit, Suhu: 36,5⁰C. Pukul 08.15

memonitor tanda dan gejala hipovolemia, pasien masih tampak

lemas, nadi 100x/menit teraba lemah, turgor kulit kering.

Dilanjutkan pada pukul 09.00 WIB yaitu memonitor input dan

output cairan, memonitor warna, volume, frekuensi, konsistensi

tinja, Input pasien didapatkan dari minum 100 ml, oralit 200 ml,

infus sudah masuk 50 cc, output feses 100 cc berwarna

kecoklatan dengan konsistensi cair dan muntah 75 cc. Pada pukul

10.00 WIB memonitor berat badan, BB pasien 20 kg. Pukul

12.30 WIB mengedukasi keluarga pasien agar pasien

menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung

laktosa, serta anjurkan makan porsi kecil tapi sering tapi

bertahap, keluarga pasien tampak kooperatif serta berniat

melakukan anjuran perawat. Pada pukul 13.00 WIB memberikan

asupan cairan oral, cairan oralit 100 cc telah diberikan pada

pasien.

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 26 April 2022 yaitu

dimulai pada jam 15.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital

pasien Nadi: 102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 36,7⁰C. Pukul

16.00 WIB memonitor input dan output cairan, dan memonitor

warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, input minum

400
85

ml, oralit 400 ml, infus sudah masuk 225 cc, output feses 250 cc

masih lembek berwarna kecoklatan, muntah 75 cc, urine 150 cc.

Dilanjutkan pada pukul 18.00 WIB yaitu memberikan terapi obat,

obat ondansetron 2 mg/12 jam, zink 1 sdt/12 jam, dan Ampicilin

650 gr/6 jam sudah masuk IV line dan oral tanpa ada reaksi

alergi. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 27 April 2022 yaitu

dimulai pada jam 08.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital. N:

93x/menit, RR: 23x/menit, S: 36,6⁰C. Pukul 08.15 WIB

mengobservasi tanda-tanda hipovolemia, frekuensi nadi

93x/menit, nadi teraba agak kuat, turgor kulit nampak kering.

Dilanjutkan pada pukul 09.00 WIB yaitu memonitor input dan

output dan memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi

tinja, input minum 150 ml,, oralit 200 ml, infus sudah masuk 50

cc, output feses 100 cc, urine 100 cc. Pada pukul 10.00

memonitor berat badan, BB An. F bertambah, 21 kg.

5. Evaluasi Keperawatan

a. Pasien pertama

Evaluasi diagnosa pertama pada tanggal 15 April 2022

didapatkan data subyektif (S) ibu pasien mengatakan anaknya

sudah BAB 5 kali dengan konsistensi cair, BAK 4 kali, minum asi

sudah 5 kali, ibu pasien mengatakan anaknya masih terlihat lemas

tapi sudah tidak selemas hari Selasa, ibu pasien mengatakan


86

anaknya masih sedikit nyeri sebelum BAB di abdomen dengan

skala 2 nyerinya hilang timbul. Data Obyektif (O) input : minum

200 ml, oralit 50 ml, infus sudah masuk 203 cc, output: feses 250

cc konsistensi cair berwana kuning kecoklatan, BAK 150 cc,

bising usus 30x/menit, berat badan pasien 7,7 kg, TTV; S :

36,5°C, N : 95x/menit, RR : 23x/menit. Asessment (A) masalah

diare berhubungan dengan proses infeksi bakteri belum teratasi.

Perencanaan (P) lanjutkan terapi obat (D5 ¼ NS, Zinc 20 mg/24

jam, Oralit 10 ml/kg/BAB, dan L Bio 1x1 sach), monitor skala

nyeri pasien, monitor input dan output.

Evaluasi diagnosa kedua pada tanggal 15 April 2022

didapatkan data subyektif (S) ibu pasien mengatakan di daerah

bokong dan anus anaknya masih terdapat kemerahan. Data

objektif (O) suhu tubuh pasien tampak normal 36,5 °C, tampak

kemerahan di anus dan bokong pasien, tidak terdapat bengkak,

keluarga pasien tampak memberikan pelembab/minyak pada area

bokong pasien, dan melakukan ubah posisi pasien setiap 2 jam.

Assesment (A) masalah resiko infeksi berhubungan dengan proses

penyakit diare belum teratasi. Planning (P) lanjutkan perawatan

kulit area bokong pasien menggunakan minyak zaitun.

Evaluasi diagnosa ketiga pada tanggal 15 April 2022

didapatkan data subyektif (S) ibu pasien mengatakan nafsu makan

anaknya meningkat, ibu pasien mengatakan anaknya masih sedikit


87

nyeri sebelum BAB di abdomen dengan skala 2 nyerinya hilang

timbul. Data objektif (O) berat badan pasien 7,7 kg, bising usus

30x/menit, membrane mukosa dan turgor kulit lembab, pasien

tampak meringis nyeri. Assesment (A) masalah resiko defisit

nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi

nutrien belum teratasi. Planning (P) monitor asupan makanan,

monitor berat badan pasien, kolaborasi dengan dokter terkait

operasi untuk colitis colon descendens.

Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan pada tanggal 15 April 2022


pukul 11.41 WIB
Tabel 4. 8 Pemeriksaan parasitologi feses An. A

HASIL PEMERIKSAAN PARASITOLOGI FESES


PARAMETER HASIL NILAI NORMAL
Mikroskopis
Sel epitel Negatif Negatif/Ditemukan sedikit
Leukosit Positif (+) Negatif/Ditemukan sedikit
Eritrosit Negatif Negatif
Benzidine test Negatif Negatif
Makanan tidak tercerna - Negatif/Ditemukan sedikit
Telur cacing Negatif Negatif
Larva cacing Negatif Negatif
Proglotid cacing - Negatif
Protozoa Negatif Negatif
Yeast Positif (+) Negatif
Pseudohifa Positif (+) Negatif

Tabel 4. 9 Pemeriksaan hematologi rutin An. A


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 12.0 g/dl 9.4-13.0
Hematokrit 33 % 28-42
Leukosit 12.2 ribu/uL 5.0-19.5
Trombosit H 560 ribu/uL 150-450
Eritrosit H 4.73 juta/uL 3.10-4.30
INDEX ERITROSIT
88

MCV L 66.9 /um 80.0-96.0


MCH L 25.8 Pg 28.0-33.0
MCHC 35.2 g/dl 33.0-36.0
RDW H 22.8 % 11.6-14.6
MPV 7.7 fl 7.2-11.1
PDW L 15 % 25-65
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.10 % 0.00-4.00
Basofil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 21.60 % 18.00-74.00
Limfosit H 70.00 % 60.00-66.00
Monosit 4.90 % 0.00-6.00
Golongan darah O %
KIMIA KLINIK
Natrium darah 134 mmol/L 129-147
Kalium darah 6.1 mmol/L 3.6-6.1

b. Pasien kedua

Evaluasi diagnosa pertama pada tanggal 27 April 2022

didapatkan data subyektif (S) ibu pasien mengatakan anaknya

sudah BAB 1 kali dengan konsistensi lembek, BAK 2 kali, minum

air putih sudah 5 gelas, sudah tidak muntah tetapi masih sedikit

mual, ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak selemas hari

Senin, ibu pasien mengatakan anaknya masih sedikit nyeri

sebelum BAB seperti diremas remas di abdomen dengan skala 2

nyerinya hilang timbul. Data Obyektif (O) input : m minum 500

ml, oralit 200 ml, infus sudah masuk 200 cc, output: feses 200 cc

konsistensi lunak berwana kecoklatan, sudah tidak muntah, BAK

250 cc, bising usus 17x/menit, berat badan pasien 21 kg, TTV; S :

36,5°C, N : 95x/menit, RR : 22x/menit. Asessment (A) masalah

diare berhubungan dengan proses infeksi bakteri teratasi sebagian.


89

Planning (P) lanjutkan terapi obat (infus RL, ondansetron 2 mg/12

jam, zinc 12 jam, ampicillin 650 gr/6 jam, oralit 100 cc/BAB,

paracetamol 3x1 tab , monitor skala nyeri pasien, monitor input

dan output.

Evaluasi diagnosa kedua pada tanggal 27 April 2022

didapatkan data subyektif (S) ibu pasien BAB 1 kali dengan

konsistensi lunak, BAK 2 kali, minum air putih sudah 5 gelas. Ibu

pasien mengatakan anaknya sudah tidak selemas hari Senin. Data

objektif (O) frekuensi nadi dalam batas normal (95x/menit), nadi

teraba kuat, suhu tubuh pasien tampak normal 36,5 °C, turgor

kulit lembab, Analisa keseimbangan cairan : input: minum 1300

ml, oralit 100 ml, infus sudah masuk 500 cc, output: feses 100 cc

konsistensi lunak berwana kecoklatan, sudah tidak muntah, urine

1300 cc. IWL : (30-Usia anak x BB) = (30-5) X 20 = 500 cc.

Balance cairan : input – output = 1900-(1400+500) = 0 cc.

Assesment (A) masalah hypovolemia berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif teratasi. Planning (P) monitor tanda-tanda

vital pasien.

Evaluasi diagnosa ketiga pada tanggal 27 April 2022

didapatkan data subyektif (S) ibu pasien mengatakan nafsu makan

anaknya meningkat, makan pagi dihabiskan ¾ porsi, makan siang

1 porsi ibu pasien mengatakan anaknya masih sedikit nyeri

sebelum BAB seperti diremas-remas di abdomen dengan skala 2


90

nyerinya hilang timbul. Data objektif (O) berat badan pasien

meningkat menjadi 21 kg, bising usus 17x/menit, membrane

mukosa dan turgor kulit lembab, pasien tampak meringis nyeri.

Assesment (A) masalah defisit nutrisi berhubungan dengan

kurangnya asupan makanan teratasi sebagian. Planning (P)

monitor asupan makanan, monitor berat badan pasien, berikan diit

makanan yang menarik.

Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan pada tanggal 27 April 2022


pukul 09.00 WIB
Tabel 4. 10 Pemeriksaan hematologi rutin An. F
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hb 12.8 g / dl 10.8-12.8
Leukosit 15.45 10 3/mm3 6.00-17.00
Eritrosit 4.90 Juta/mm3 3.60-5.20
Trombosit 429 Ribu/mm3 229-553
Hematokrit 41.1 % 35.0-43.0
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-4
Limfosit 33 % 20-40
Monosit 4 % 2-8
Neutrophil batang 2 % 2-6
Neutrophil segmen 65 % 50-70
MCH 27.1 Pg 23.0-31.0
MCHC 29.5 g/dl 26.0-34.0
MCV 75.2 Fl 73.0-101.0
Rasio N/L 2.20 < 3.13

B. Pembahasan

Pada bagian ini dibandingkan kecocokan antara konsep teori

dengan kasus nyata yang terjadi pada pasien pertama dan pasien kedua

dengan Diare di ruang Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang


91

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian pada kasus ini dilakukan pada tanggal 12 dan 25

April 2022. Pengumpulan data dalam pengambilan kasus

menggunakan metode wawancara, observasi, pengkajian primer,

pengkajian sekunder, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

a. Data yang ada dalam teori dan ditemukan dalam kasus nyata

adalah :

A. BAB lebih dari 3 kali sehari

Diare merupakan keadaan kehilangan cairan dan elektrolit

secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau

lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau

cair (Suriadi & Yuliani, 2016). Diare adalah buang air besar

yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya nampak

sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, disertai

perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan

darah (Yusuf, 2016). Apabila pada diare pengeluaran cairan

melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh,

maka akan terjadi dehidrasi (Yusuf, 2016). Data yang

ditemukan pada pasien pertama yaitu BAB cair secara terus

menerus >13x/hari sudah diderita sejak Februari 2022 sampai

April 2022 dan didapatkan hasil adanya colitis colon


92

descendens. Diare yang terjadi pada pasien pertama

merupakan manifestasi klinis dari colitis colon descendens.

Manifestasi klinis lainnya yaitu nyeri abdomen. Penyebab

pasti dari colitis colon descendens ini sendiri belum dapat

diketahui secara pasti (Ariestine, 2018). Sedangkan pada

pasien kedua BAB cair 5x/hari bercampur lendir terjadi

selama 7 hari akibat pasien sering mengonsumsi makanan

pedas. Pada pasien kedua diare disebabkan oleh adanya

proses inflamasi langsung yang ditimbulkan makanan pedas

terhadap saluran pencernaan ataupun mekanisme toksisitas

melalui perantaraan bakteri saluran cerna. Hal ini sesuai

dengan penelitian Najah (2020) ditemukan pasien dengan

BAB encer selama 5 hari. Berdasarkan data, pasien pertama

termasuk klasifikasi diare kronis karena bersifat

menahun/berlangsung lama dengan penyebab penyakit serius

yang mendasarinya, sedangkan pada pasien kedua termasuk

klasifikasi diare akut karena bersifat mendadak (Dwienda,

2014).

B. Gelisah

Pada pengkajiaan An. A umur 4 bulan mengalami

gelisah. Gejala penyerta lain dari diare pada anak balita

biasanya ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah,


93

suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun sampai tidak

ada nafsu makan (Widaningsih & Ulfiyah, 2018). Gelisah

juga ditemukan pada pengkajian An. F umur 5 tahun.

Dikuatkan oleh penelitian Utami & Luthfiana (2016) bahwa

manifestasi klinis dari diare yaitu mula– mula anak akan

menjadi cengeng, gelisah, demam, dan tidak nafsu makan.

Naiknya tonus simpatis yang berlebih pada penderita diare

menyebabkan adanya reaksi otonom yang berlebih sehingga

menyebabkan terjadinya gelisah (Kusuma, 2012).

C. Lecet di sekitar anus

Pada saat pengkajian hari pertama, kedua responden

menggunakan diapers, setelah diobservasi daerah kulit

bokong pada kedua responden tampak adanya kemerahan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Puji (2018) bahwa kulit bayi

lebih rentan terhadap gesekan antara kulit dengan diapers

sehingga kulit mudah lecet dan mudah teriritasi. Gesekan-

gesekan dengan pakaian, selimut atau linen dan gesekan-

gesekan yang terjadi akibat aktivitas bayi juga dapat

menimbulkan luka lecet. Pada anak yang mengalami diare

secara tidak langsung, kulit menjadi lembab karena

penggunaan diapers yang bersifat menutup kulit, sehingga

menghambat terjadinya penyerapan dan kulit menjadi


94

lembab. Kulit yang lembab lebih rentan terhadap gesekan

antara kulit dengan diapers, sehingga kulit lebih mudah lecet

dan mudah terjadi iritasi. Feses dan urin juga bersifat

mengiritasi kulit. Feses yang tidak segera di buang, bila

bercampur dengan urine, akan menyebabkan pembentukan

ammonia. Ammonia yang terbentuk dari urin dan enzim yang

berasal dari feses akan meningkatkan keasaman (pH) kulit

dan akhirnya menyebabkan iritasi kulit. Maka timbul bintik-

bintik merah atau bercak kemerahan, atau luka bersisik yang

meluas di daerah yang berkontak langsung dengan diapers

(Puji, 2018).

D. Dehidrasi

Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar

dengan feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair

dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Gejala

penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal,

mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (Amin,

2015). Sedangkan data yang ditemukan pada pasien kedua

yaitu turgor kulit kering, mata tampak cekung, frekuensi nadi

relative tinggi, sedikitnya frekuensi buang air kecil. Data

yang ditemukan selaras dengan penelitian oleh Iskandar &

Sukardi (2015) salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada


95

pasien diare ialah dehidrasi, derajat dehidrasi terbanyak

adalah dehidrasi ringan sedang (71,6%). Komplikasi akibat

dehidrasi atau toksin dapat menyebabkan morbiditas dan

mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah

diketahui dengan baik, serta prosedur diagnostiknya juga

makin baik (Amin, 2015).

E. Riwayat penyakit diare terdahulu

Diare pada riwayat penyakit sekarang berhubungan

dengan gastritis kronis pada riwayat penyakit dahulu.

Perkembangan gastritis dapat memicu terjadinya diare akut

(Rakayuda, 2016). Pada pasien pertama ditemukan data

bahwa pasien pernah mengalami diare pada bulan Februari

saat pasien berumur 3 bulan dan pada April 2022 ditemukan

adanya colitis colon descendens pada pemeriksaan radiologi

sebagi penyebab diarenya, sedangkan pada pasien kedua

ditemukan data bahwa pasien pernah mengalami diare pada

umur 3 tahun akibat sering mengonsumsi makanan pedas.

Data yang ditemukan cocok dengan penelitian Ariyanti

(2020) yang menyebutkan bahwa pasien diare yang

mempunyai riwayat kesehatan masa lalu menderita diare

memungkinkan terjadinya diare kembali.


96

F. Gangguan gizi

Gangguan gizi pada pasien pertama ditandai dengan

pasien mulai rewel dan susah minum ASI, asupan nutrisi

berkurang dari biasanya, turgor kulit kering, pasien tampak

lemas dan terdapat indikasi colitis colon descendens.

Sedangkan pada pasien kedua ditandai dengan adanya nafsu

makan menurun, terdapat nyeri abdomen, berat badan

menurun drastis, turgor kulit kering dan pasien tampak

lemas. Menurut Widoyono (2013) gangguan ini terjadi

karena asupan makanan yang kurang dan output yang

berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian

makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah

mengalami kekurangan gizi (malnutrisi). Hal ini dikuatkan

oleh Sampul, dkk (2015) bahwa terdapat hubungan antara

diare dengan kejadian gangguan gizi pada anak. Diare dapat

mengakibatkan berkurangnya nafsu makan dan gangguan

pencernaan yang menyebabkan menurunnya absorbsi zat-zat

nutrisi dalam tubuh sehingga menimbulkan malnutrisi.

Akibat dari gangguan gizi pada anak yaitu dapat

menghambat pertumbuhan, mengurangi daya tahan tubuh

sehingga rentan terhadap penyakit infeksi, mengakibatkan

rendahnya tingkat kecerdasan, penurunan kemampuan fisik,


97

gangguan pertumbuhan jasmani dan mental, stunting,

kebutaan serta kematian pada anak (Alamsyah, dkk, 2017).

G. Pemeriksaan laboratorium

Pada pasien pertama ditemukan data pemeriksaan

laboratorium tidak normal pada berat jenis urine 1.011

dengan nilai rujukan 1.015-1.025, hal ini menunjukkan

bahwa anak tidak mengalami dehidrasi. Berat jenis urin di

kategorikan menjadi 4 yaitu Eunhydrated apabil/a berat jenis

urin < 1,015, dehidrasi ringan apabila berat jenis urin 1,016–

1,020, dehidrasi sedang apabila berat jenis urin 1,026–1,030

dan dehirasi berat apabila berat jenis urin > 1,030 (Sari &

Nindya, 2016). Ditemukan Yeast dan Pseudohifa positif (+)

yang mengindikasikan adanya infeksi oleh jamur.

Pada pasien kedua ditemukan kadar hemoglobin 14.8 g/dl

(high) dengan nilai rujukan 10.8-12.8 g/dl, leukosit 18.96

103/mm3 (high) dengan nilai rujukan 6.00-17.00 10 3/mm3,

eritrosit 5.37 juta/mm3 (high) dengan nilai rujukan 3.60-5.20

juta/mm3, hematokrit 43,2% (high) dengan nilai rujukan

35.0-43.0%. Hasil pemeriksaan pada pasien kedua

menunjukkan adanya dehidrasi berdasarkan nilai

hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit yang tinggi. Seseorang

terkena diare biasanya akan mengalami dehidrasi yaitu


98

kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan air dari badan

baik karena kekurangan pemasukan air atau kehilangan air

yang berlebih dapat menyebabkan nilai hematokrit

meningkat akibat hemokonsentrasi (Syafaati, 2017). Namun,

data yang ditemukan pada kasus mempunyai sedikit

perbedaan dengan kepustakaan, menurut penelitian Rottie,

dkk (2015) yang menyebutkan bahwa nilai pemeriksaan

hematologi diare akut umumnya normal. Nilai hematokrit

yang normal pada diare akut tidak menyingkirkan

kemungkinan dehidrasi.

H. Terapi Obat

Pada kedua pasien diberikan zink dan oralit, hal ini sesuai

dengan kepustakaan yang menunjukkan bahwa dalam

penatalaksaan pengobatan diare akut, zink mampu

mengurangi durasi episode diare hingga sebesar 25%.

Beberapa penelitian menunjukkan pemberian zink mampu

menurunkan volume dan frekuensi tinja rata-rata sebesar

30%. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Siswidiasari,dkk

(2014) bahwa zink juga menurunkan durasi dan keparahan

pada diare persisten. Pada tahun 1975, WHO dan United

Nations Children's Fund (UNICEF) sepakat untuk

mempromosikan cairan rehidrasi oral yang mengandung

natrium 90 mmol/L dan glukosa 111 mmol/L dengan total


99

osmolaritas sebesar 311 mOsm/L. Komposisi ini dipilih

sebagai suatu larutan tunggal yang digunakan untuk

tatalaksana diare yang disebabkan oleh berbagai agen

infeksius dan dihubungkan dengan berbagai derajat

kehilangan elektrolit. Oralit atau cairan rehidrasi oral adalah

larutan untuk mengatasi diare. Larutan ini sering disebut

rehidrasi oral. Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan

pada pencegahan timbulnya dehidrasi. Sedangkan bila terjadi

dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minuman Oralit

(Siswidiasari, dkk, 2014). Obat lain pada pasien pertama

yaitu L Bio yang berguna untuk menjaga bakteri baik si

saluran pencernaan. Pada pasien kedua diberikan

ondansetron untuk mengurangi mual muntah yang diderita

pasien hal ini juga sesuai pada teori yang menyebutkan

bahwa ada mulanya odansentron merupakan obat antiemetik

untuk mengurangi efek mual dan muntah yang ditimbulkan

akibat radiasi dengan efek samping yang paling ringan.

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ondansentron

juga dapat menurunkan frekuensi diare dan mengurangi efek

mual dan muntah pada pasien diare. Kiesewetter & Raderer

(2013) melaporkan bahwa pemberian 8 mg ondansentron

pada penderita diare akibat efek samping pengobatan tumor

neuroendokrin, mampu menurunkan intensitas defekasi


100

pasien dari 10 kali perhari menjadi 4 kali perhari setelah

terapi ondansentron selama 3 hari (Siswidiasari, 2014).

paracetamol sebagai antipiretik dan analgesik, serta

ampicillin sebagai antibiotik. Menurut Siswidiasari (2014),

selain berfungsi sebagai antipiretik, parasetamol juga

berfungsi sebagai analgesik. Antipiretik merupakan obat

yang digunakan untuk menurunkan demam yang ditandai

oleh peningkatan suhu tubuh pasien. Gejala demam pada

penderita diare akut anak umum terjadi dan biasa disebabkan

oleh aktivitas invasif patogen. Oleh karena itu pemberian

antipiretik merupakan hal tepat dilakukan untuk menurunkan

gejala demam pada penderita diare akut anak.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut teori terdapat 7 diagnosis keperawatan yang timbul pada

pasien Diare antara lain gangguan pertukaran gas, diare, hipovolemi,

gangguan integritas kulit, defisit nutrisi, resiko syok, dan ansietas.

Hasil studi kasus yang dilakukan oleh penulis pada kedua pasien,

diagnosa keperawatan yang muncul antara lain diare berhubungan

dengan proses infeksi jamur/bakteri, defisit nutrisi berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan, resiko hypovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, resiko infeksi


101

berhubungan dengan proses penyakit diare, resiko defisit nutrisi

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.

Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak

yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau

lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau

tanpa lendir dan darah. Apabila pada diare pengeluaran cairan

melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh, maka

akan terjadi dehidrasi (Yusuf, dkk, 2016). Pada pasien pertama

ditandai dengan pasien mengalami BAB >13 kali sehari dengan

konsistensi cair tanpa lender, sedangkan pada pasien kedua ditandai

dengan pasien mengalami BAB >7 kali sehari dengan konsistensi

cair bercampur lender.

Defisit nutrisi adalah ketidakcukupan asupan zat gizi dalam

memenuhi kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang

tidak memadai atau karena gangguan pencernaan dan penyerapan

makanan (Barbara, Glenora, Audrey, & Shirlee J, 2013). Defisit

nutrisi adalah keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak

berpuasa (normal) atau penurunan berat badan akibat

kedidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Menurut Wilkinson & Ahern (2015) defisit nutrisi yaitu asupan

nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Sedangkan resiko defisit nutrisi adalah kondisi yang berisiko

mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


102

metabolisme (PPNI, 2019). Pada pasien pertama ditandai dengan

pasien mulai rewel dan susah minum asi, asupan nutrisi berkurang

dari biasanya, pasien tampak lemas dan terdapat indikasi colitis

colon descendens. Sedangkan pada pasien kedua ditandai dengan

adanya nafsu makan menurun, terdapat nyeri abdomen, berat badan

menurun drastis, dan pasien tampak lemas.

Resiko hipovolemia atau resiko defisit volume cairan terjadi

ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam

jumlah yang proporsional (isotonik). Secara umum, defisit volume

cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan

abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan, dan

pergerakan cairan ke lokasi intravascular menuju ke lokasi potensial

seperti pleura dan peritoneum. Biasanya ditandai dengan kehilangan

berat badan, penurunan turgor kulit, nadi cepat dan lemah, asupan

lebih sedikit daripada pengeluaran, penurunan volume urin,

membran mukosa kering, merasa haus/lemas. (Tamsuri, 2013). Pada

pasien kedua ditandai dengan terdapat penurunan turgor kulit (kulit

kering), pengeluaran urin sedikit, membrane mukosa kering, dan

kehilangan berat badan secara drastis.

Gangguan integritas kulit ialah kerusakan kulit (dermis dan/atau

epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,

tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen (PPNI, 2019). Pada


103

pasien pertama ditandai dengan adanya kemerahan di bagian anus

dan bokong, serta ketidaknyamanan posisi pasien.

Pada pasien pertama prioritas diagnosa meliputi diare

berhubungan dengan proses infeksi jamur, gangguan integritas kulit

berhubungan dengan kelembaban dan frekuensi gesekan pada kulit,

dan resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrien. Sedangkan pada pasien kedua meliputi diare

berhubungan dengan proses infeksi bakteri, hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, dan Defisit nutrisi

berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Prioritas ini

disusun berdasarkan kegawatan dan kebutuhan pasien. Pada pasien

pertama masalah diare lebih urgent dibandingkan gangguan

integritas dan resiko defisit nutrisi, sedangkan gangguan integritas

kulit lebih aktual dibandingkan dengan resiko defisit nutrisi karena

diagnosa resiko defisit nutrisi merupakan diagnosa keperawatan

resiko, dimana tidak terdapat tanda dan gejala mayor. Begitu juga

pada pasien kedua, diagnosa diare dan defisit nutrisi lebih aktual

daripada resiko hypovolemia, karena pada diagnosa ketiga

merupakan jenis diagnosa resiko.

3. Intervensi Keperawatan dan Implementasi Keperawatan

Pada diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi

jamur/bakteri yang ditandai dengan pasien mengalami BAB >13

kali sehari dengan konsistensi cair tanpa lender pada pasien pertama
104

dan BAB >7 kali sehari dengan konsistensi cair bercampur lender

pada pasien kedua, dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan

yaitu eliminasi fekal pasien membaik, maka intervensi dan

implementasi yang bisa diberikan antara lain:

1) Memonitor warna, volume, frekuensi, konsistensi tinja, dan

pengeluaran diare. monitor warna diare untuk menentukan

apakah diare berdarah atau tidak, volume untuk mengetahui

berapa volume atau jumlah diare setiap 1xBAB, menanyakan

frekuensi untuk mengatahui dalam pengelolaan anak sudah

diare berapa kali , dan menanyakan konsistensi tinja apakah

diare terebut cair, lunak, ataupun keras (Ngastiyah dalam

Nurarif & Kusuma, 2015). Hal ini dilakukan untuk membantu

membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya tiap

defekasi (PPNI, 2019).

2) Memberikan asupan cairan oral. Cairan oral tersebut berupa

minuman, obat, makanan, guna mengembalikan cairan yang

telah dikeluarkan melalui feses ataupun melalui keringat dan

kencing pasien. Pada pasien pertama lanjutkan pemberian asi.

Anjurkan melanjutkan pemberian ASI, karena ASI sangat

diperlukan untuk bayi, dan dapat mengurangi terjadinya diare.

Pemberian ASI harus selalu dilakukan tujuannya untuk

mecegah terjadinya dehidrasi, karena ASI merupakan makanan

yang ideal
105

untuk bayi pada 6 bulan pertama kehidupan (Tamimi, Antya,

Jurnalis, & Sulastri 2016).

Pada diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya

asupan makanan yang ditandai dengan menurunnya nafsu makan,

nyeri abdomen, penurunan berat badan, serta pasien tampak lemas,

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan ialah status nutrisi pasien

meningkat, maka intervensi serta implementasi yang diambil ialah:

1) Monitor asupan makanan. Asupan makanan adalah jumlah

makanan tunggal ataupun beragam yang dimakan seseorang

dengan tujuan memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan

sosiologis. Pemenuhan kebutuhan fisiologis berupa pemenuhan

terhadap keinginan makan atau rasa lapar. Pemenuhan tujuan

psikologis adalah untuk pemenuhan kepuasan emosional,

sedangkan tujuan sosiologis berupa pemeliharaan hubungan

manusia dalam keluarga dan masyarakat. Asupan makanan

merupakan faktor penentu dalam pemenuhan kebutuhan gizi

sebagai sumber energi dan pertahanan tubuh terhadap serangan

penyakit serta untuk pertumbuhan. Pentingnya dilakukan pada

pasien diare agar pasien tetap mendapatkan nutrisi yang adekuat

sebagai kompensasi terhadap output yang berlebihan (Utami,

2017).
106

2) Monitor berat badan. Untuk memantau perubahan atau

penurunan berat badan pada pasien diare karena mempengaruhi

keseimbangan cairan dalam tubuh (PPNI, 2019).

3) Berikan diit makanan yang menarik. Makanan kesukaan yang

tersaji dalam keadaan hangat akan meningkatkan keinginan

untuk makan (PPNI, 2019). Salah satu yang mempengaruhi agar

makanan dapat memenuhi asupan pasien adalah citarasa. Cita

rasa dipengaruhi 3 aspek utama : penampilan makanan, rasa

makanan dan tingkat kematangan (Ristiani, 2015).

Pada diagnosa resiko hypovolemia berhubungan kehilangan

cairan aktif yang ditandai dengan adanya kelemahan pada pasien,

turgor kulit dan membran mukosa kering, nafsu makan berkurang,

serta menurunnya berat badan secara drastis, dengan tujuan dan

kriteria hasil status cairan meningkat, maka intervensi yang bisa

diberikan antara lain:

1) Observasi tanda dan gejala hypovolemia, hal ini dilakukan

secara terus menerus sebagai pencegahan awal pada terjadinya

syok hipovolemi. Syok hipovolemik merupakan kondisi medis

atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang

berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh

volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi

yang tidak adekuat (Dewi & Rahayu, 2020). Tanda dan gejala

yang harus diwaspadai antara lain peningkatan atau penurunan


107

frekuensi nadi (takikardi/bradikardi), perlambatan pengisian

kapiler, pola nafas lebih cepat, peningkatan atau penurunan

tekanan darah, menurunnya produksi urin, kulit dingin, serta

terjadinya penurunan kesadaran (Ganesha & Putra, 2016).

2) Monitor intake dan output cairan pada pasien diare meliputi

pemantauan intake output cairan selama 24 jam dengan

menggunakan chart intake output cairan untuk kemudian

dilakukan penghitungan balance cairan (balance negatif

menunjukkan keadaan kurang dari kebutuhan tubuh (Sahang &

Rahmawati, 2018).

Pada diagnosa resiko defisit nutrisi berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien yang ditandai dengan

menurunnya nafsu makan, penurunan asupan nutrien, lemas, serta

adanya gambaran colitis colon descendens, tujuan dan kriteria hasil

yang diharapkan ialah status nutrisi pasien meningkat, maka

intervensi serta implementasi yang diambil ialah:

1) Monitor asupan keluar masuknya makanan dan cairan serta

kebutuhan kalori. Pemantauan terhadap asupan masuk (intake)

merupakan tindakan mengukur jumlah asupan cairan/makanan

yang masuk ke dalam tubuh, pemantauan terhadap keluarnya

(output) cairan/makanan ialah tindakan mengukur jumlah cairan

yang keluar dari tubuh. Hal ini dilakukan untuk memantau

tingkat dehidrasi klien, memudahkan kontrol terhadap


108

keseimbangan cairan dan elektrolit, dan memberikan data untuk

menunjukkan efek diuretik atau terapan rehidrasi (Larasati,

2021). Pentingnya dilakukan pada pasien diare adalah untuk

tetap mengetahui status hidrasi pada anak, apabila substitusi

cairan tubuh tidak terpenuhi untuk menggantikan cairan yang

keluar, maka kondisi dapat menjadi bahaya untuk anak, kondisi

ini dapat memicu dehidrasi bahkan bisa sampai menjadi syok

dan terjadi penurunan kesadaran (Ahmad, 2014).

2) Timbang berat badan secara rutin. Untuk memantau perubahan

atau penurunan berat badan pada pasien diare karena

mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh (PPNI, 2019).

3) Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target. B.F

Skinner dalam Watik & Reza (2019) mengartikan reinforcement

positive sebagai penyajian stimulus yang meningkatkan

probabilitas suatu respon. Dengan pemberian penguatan positif,

keluarga mampu lebih bersemangat dan lebih fokus untuk

kesembuahan anak.

Pada diagnosa gangguan integritas kulit berhubungan dengan

kelembaban dan frekuensi gesekan pada kulit, tujuan dan kriteria

hasil yang diharapkan ialah integritas kulit meningkat, maka

intervensi serta implementasi yang diambil ialah:


109

1) Ubah posisi tiap 2 jam

Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit / daerah yang

iritasi. Mengubah posisi pasien di tempat tidur setiap 2

jam membantu menjaga aliran darah. Ini dapat membantu kulit

tetap sehat dan mencegah luka atau ulkus dekubitus karena

berbaring dalam waktu yang lama. Membalik pasien adalah saat

yang tepat untuk memeriksa kemerahan dan luka pada kulit

(Puji, 2018).

2) Anjurkan menggunakan pelembab dengan bahan minyak pada

kulit kering. Kondisi kulit kering bagi sebagian orang dapat

menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan dapat menyebabkan

terjadinya penyakit, seperti dermatitis atopik yang merupakan

salah satu penyakit akibat adanya peradangan pada kulit. Salah

satu, solusi untuk mengatasi kondisi kulit kering adalah

penggunaan produk pelembab (Butar & Chaerunisa, 2020).

Keluarga menggunakan minyak zaitun pada kulit kering dan

kemerahan di area bokong An. A sebagai pelembab.

Dari perencanaan keperawatan pada pasien pertama dan kedua,

semua bisa diimplementasikan pada pasien, hanya saja pada

intervensi memonitor tanda dan gejala syok hipovolemik, perawat

tidak bisa selalu melakukan monitor setiap waktu karena banyaknya

pasien lain yang masih memerlukan perawatan, untuk itu perawat

mengajarkan pada keluarga pasien untuk bisa memonitor tanda dan


110

gejala syok hipovolemik itu secara mandiri, bila sewaktu-waktu

terjadi gelaja syok supaya langsung melaporkan pada perawat jaga.

Intervensi yang diberikan pada pasien sudah mencakup 5 lintas

tatalaksana diare pada anak, yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,

suplementasi zinc, AB selektif, serta edukasi orang tua. Selain itu,

juga sesuai dengan penelitian sebelumnya, yaitu pada Dida (2019)

bahwa pasien diare diberikan tindakan monitor intake dan output

cairan, pemberian cairan oral, pemberian zinc, serta edukasi kepada

orangtua asuh.

4. Evaluasi

Setelah asuhan keperawatan diberikan, pengkajian yang

berkelanjutan menentukan respon pasien terhadap terapi dan

kemajuan mengarah pencapaian hasil yang diharapkan. Aktivitas

ono berfungsi sebagai umpan balik dan bagian kontrol proses

keperawatan, melalui mana status pernyataan diagnostic pasien

secara individual dinilai untuk diselesaikan, dilanjutkan, atau

memerlukan perbaikan. Evaluasi keperawatan mengukur

keberhasilan dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan

dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang

menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan

dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor,


111

perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Olfah & Ghofur,

2016).

Hasil evaluasi yang dilakukan pada klien 1 terdapat diagnosa

keperawatan yang teratasi sebagian setelah 3 hari dilakukan asuhan

keperawatan yaitu diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit

berhubungan dengan kelembaban dan frekuensi gesekan. Sedangkan

pada klien 2 terdapat diagnosa yang teratasi ialah resiko

hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,

sedangkan diagnosa yang teratasi sebagian setelah 3 hari dilakukan

asuhan keperawatan yaitu diagnosa diare berhubungan dengan

proses infeksi bakteri, defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya

asupan makanan.

Berdasarkan hasil evaluasi akhir pasien pertama dan kedua

mempunyai tingkat kesembuhan yang berbeda. Ada beberapa alasan

mengapa kedua pasien mempunyai tingkat kesembuhan yang

berbeda, antara lain tingkat keparahan penyakit yang diderita

masing-masing pasien yang berbeda, pasien pertama dengan diare

kronis akibat adanya colitis kolon descendens yang masih menunggu

waktu untuk dilakukan tindakan operasi sehingga penyebab utama

diare belum teratasi, sedangkan pada pasien kedua ialah dengan

diare akut dan ditambah dengan usia yang lebih tua sehingga faktor

pendukung keberhasilan perawatan meningkat. Selain itu ada pula

faktor usia, anak usia dibawah 1 tahun lebih memerlukan perawatan


112

yang intens dan lebih lama karena dalam masa rawan pertumbuhan

anak, dimana pada umur ini anak belum mempunyai sistem imun

yang sempurna sehingga lebih mudah terkena infeksi. Sistem

kekebalan endogen pada bayi belum bekerja secara optimal

sehingga infeksi rotavirus pada bayi bisa lebih berat. Selain

itu, bayi cenderung mengalami dehidrasi lebih berat karena

berisiko mengalami kehilangan cairan lebih tinggi dari umur di

atasnya (Anitasari & Sappe, 2019).

a. Keterbatasan

Dalam studi kasus ini keterbatan penulis dalam pembuatan Karya Tulis

Ilmiah ini yaitu intervensi pengubahan posisi setiap dua jam pada pasien

dengan diagnosa gangguan integritas kulit tidak dapat dilakukan maksimal

oleh perawat karena perawat tidak bisa selalu mengecek setiap 2 jam, oleh

karena itu perawat menyelesaikan masalah ini dengan memberikan edukasi

pada pengasuh untuk selalu mengubah posisi pasien setiap dua jam agar

aliran darah lancar dan mencegah dekubitus


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan diare di ruang flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi

Surakarta, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapatkan pada An. A dan An. F

ditemukan kesamaan data pada teori yang ada. Pengkajian dilakukan

pada hari Selasa, 12 April 2022 dan Senin, 25 April 2022. Data

pengkajian didapatkan dari wawancara dengan pasien, keluarga, dan

catatan medis pasien.

2. Diagnosa keperawatan

Pada pasien pertama ditegakkan diagnosa; 1. Diare berhubungan

dengan proses infeksi jamur; 2. Gangguan integritas kulit

berhubungan dengan kelembaban dan frekuensi gesekan pada kulit; 3.

Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrien. Pada pasien kedua ditegakkan diagnosa; 1.

Diare berhubungan dengan proses infeksi bakteri; 2. Defisit nutrisi

berhubungan dengan kurangnya asupan makanan; 3. Hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

113
3. Intervensi

Intervensi keperawatan pada An. A dan An. F disusun sesuai

kondisi pasien dan teori keperawatan. Penyusunan rencana

keperawatan berdasarkan standar luaran dan kriteria hasil, serta

standar intervensi keperawatan Indonesia sesuai teori PPNI.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. A dan An. F

dilakukan sesuai intervensi yang telah disusun dan disesuaikan

dengan kondisi pasien. Implementasi yang dilakukan telah sesuai

dengan studi kepustakaan sebelumnya.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi yang dilakukan pada An. A terdapat satu diagnosa

keperawatan yang teratasi sebagian setelah 3 hari dilakukan asuhan

keperawatan. Sedangkan pada An. F terdapat satu diagnosa yang

teratasi dan dua diagnosa yang teratasi sebagian setelah 3 hari

dilakukan asuhan keperawatan.

B. Saran

1. Pelayanan Kesehatan

Asuhan keperawatan pada kedua pasien yang telah dilakukan

dengan baik oleh perawat hendaknya dipertahankan atau ditingkatkan

agar mendapat hasil yang lebih optimal. Diharapkan pada pengkajian

status perkembangan anak (DDST) bisa dilakukan secara lebih

114
maksimal, karena dari hal tersebut bisa diambil kesimpulan apakah

penyakit yang diderita memengaruhi tingkat perkembangan anak atau

tidak. Selain itu, pada pelaksanaan intervensi untuk diagnosa

gangguan integritas kulit, perawat hendaknya memantau apakah

pasien benar sudah mengubah posisinya setiap 2 jam, karena hal

tersebut berpengaruh pada lancarnya aliran darah dan membantu

mencegah decubitus.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat mengembangkan asuhan

keperawatan pada pasien anak dengan diare berdasarkan ilmu maupun

literatur terbaru.

3. Masyarakat

Diharapkan masyarakat mengetahui dan memahami penyebab dan

tanda gejala penyakit diare pada anak agar masyarakat mampu

menghindari faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit diare dan

dapat mengenali tanda dan gejala penyakit diare pada anak supaya

mendapatkan perawatan yang tepat dan cepat.

4. Peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memberikan inovasi baru

pada pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan diare.

115
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi, dkk. (2017). Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang dan Gizi
Buruk pada Balita 12-59 Bulan (Studi Kasus di Kota Pontianak). Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Komunitas 2 (1), 54-62.
Amin, Lukman Zulkifli. (2015). Tatalaksana Diare Akut. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.
Ariestine, Dina Aprillia. (2018). Kolitis Ulseratif Ditinjau Dari Aspek Etiologi,
Klinik, dan Patogenesa. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Asurya, Yessi dkk. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Penanganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan
Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas Vol 6, No 2.
Awaluddin,dkk. (2017). Hubungan Status Gizi dengan Hasil Belajar Siswa Kelas
1 SD Negeri 5 Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar, 5(2). Retrieved from
www.jurnal.unsyiah.ac.id
Barbara, K., Glenora, E., Audrey, B., & Shirlee J, S. (2011). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik Volume 2. (D.
Widiarti, Ed.) (7th ed.). Jakarta: EGC.
Butar, Maria Elvina Tresia & Chaerunisa, Anis. (2020). Peran Pelembab dalam
Mengatasi Kondisi Kulit Kering. Jurnal Universitas Padjajaran.
Dewi, Enita & Rahayu, Sri. (2014). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik.
Muhammadiyah University of Surakarta.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta.
Dr. I gede Haryo Ganesha, S. Ked dan I Ketut Bawantika Adi Putra. (2016).
Hypovolemic Shock. Faculty of Medicine Udayana University.
Dwienda, O. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish
Inten & Permatasari. (2019). Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini melalui
Kegiatan Eating Clean. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
Volume 3 Issue 2 Halaman 366-376
Manoppo, Jeannete I Ch. 2016. Profil Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di
Ruang Perawatan Intensif Anak. Jurnal Sari Pediatri Vol. 12 No. 3
Maulana, Aditha Satria. (2019). Skripsi Uji Klinis Adsorben Untuk Mencegah
Resiko Diare Akibat Konsumsi Cabai Rawit (Capsicum frutescens).
Fakultas Kedokteran Universitas Jember

116
Noor Mutsaqof, A. A., W, & Suryani, E. (2016). Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosis Penyakit Infeksi Menggunakan Forward Chaining. Jurnal
Teknologi & Informasi ITSmart, 4(1), 43
Nuraarif, Amih Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Mediaction:
Yogyakarta
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan–Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Prawati, Debby Daviani; Haqi, Dani Nasirul. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.
Puji, A Sri. (2018). Aplikasi Pemberian Minyak Zaitun Untuk Menurunkan
Derajat Diapers Dermatitis Pada Anak Usia 0-36 Bulan. Repository
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Rahman MS, Howlader T, M. M., & Rahman ML. (2016). Association of Low-
Birth Weight with Malnutrition in Children under Five Years in
Bangladesh: Do Mother’s Education, Socio-Economic Status, and Birth
Interval Matter?. National Library of Medicine.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27355682. Diakses pada 25 November
2021
Riatiani Irma. (2015). Gambaran Tentang Daya Terima Makanan dan Sisa
Makanan Tanpa Diit Khusus di Ruang Mawar RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Repository Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitin dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Sampul, Mega Pricilia Kurnia, Amatus Yudi Ismanto, Linnie Pondaag. (2015).
Hubungan Diare Dengan Kejadian Malnutrisi pada Balita Di Irina E
Bawah RSUP Prof. Dr. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan Vol 3, No
1.
Siswidiasari, A., Astuti, K. W. & Yowani, S. C. 2014. Profil Terapi Obat pada
Pasien Rawat Inap dengan Diare Akut pada Anak di Rumah Sakit Umum
Negara. JK, 8, 185-8.
Syafa’ati, F. L., 2017. Perbedaan Hasil Kadar Hematokrit Metode
Mikrohematokrit dengan Antikoagulant EDTA Cair dan Serbuk, Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Semarang.

Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi (Monica Ester, Ed.). Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC
Suriadi, Yuliani, Rita. 2016. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :
CV. Sagung Seto.

117
Sudoyo, dkk. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta
Pusat: Internal Publishing
Susilaningrum (2013). Askep bayi dan anak. Jakarta. Salemba Medika
Tamsuri, Anas. (2013). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Keseimbangan Cairan & Elektrolit. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.
Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan
Utami, Nurul & Luthfiana, Nabila. (2016). Faktor- Faktor yang Memengaruhi
Kejadian Diare Pada Anak. Medical Journal of Lampung Univesity Vol 5
No 4.
Utami, Risky Wijaya. (2017). Asupan Makanan pada Pasien Penyakit Jantung
Koroner. Karya Tulis Ilmiah Universitas Diponegoro.
Watik, Tri Anjar & Reza, Muhammad. (2019). Pemberian Reinforcement
Positive Untuk Meningkatkan Percaya Diri. Repository Universitas
Negeri Surabaya.
Widaningsih, Ida & Ulfiyah, Novi. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Tambelang Tahun
2018. Repository Universitas Medika Suherman.
Wilkinson, J & Ahern. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9.
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
Wijayaningsih, Kartika Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta.
Wong, Donna L. (2013). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta
World Health Organization (WHO). (2011). Tentang Penyakit Diare dan
Penularannya.
Wulandari, fitri & Yuliandri, Ihsan. (2014). Diagnosa Gizi Menggunakan Metode
Certainty Factor. Jurnal Sains, Teknologi, dan Industri UIN Sultan Syarif
Kasim Baru Vol. 11 No. 2.
Yuliastati; Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta
Yusuf, Sulaiman. (2016). Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri
Vol 13, No 4

118
Yustiana Olfah, APP., M.Kes & Abdul Ghofur, S.Kp, M. K. (2016). Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta.

119
120

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan Pasien 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A


DENGAN DIARE KRONIS TANPA DEHIDRASI
DI RUANG FLAMBOYAN 9 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama Klien : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Boyolali
Umur : 4 bulan 17 hari
Agama : Islam
Status : Anak
Pendidikan :-
No RM 01573637
Diagnosa : Diare kronis tanpa dehidrasi
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 23 Th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Boyolali
Hubungan : Ibu Kandung

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Diare sudah sejak 1 bulan yang lalu
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
diantar orang tuanya atas rujukan RS Banyu Bening dengan keluhan
BAB dengan konsistensi cair secara terus menerus 13 kali per hari,
keluarnya sedikit-sedikit, Pasien hanya minum ASI setiap hari, sudah
mulai rewel dan susah minum asi, terdapat kemerahan di anus dan
bokong.
3. Riwayat penyakit dahulu
Ny. R mengatakan sebelumnya An. A pernah mengalami diare
pada bulan Februari dibawa ke puskesmas setempat dan mendapat
obat, tetapi selama 1 bulan terakhir ini diarenya kambuh lagi secara
terus menerus.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. R mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit keturunan atau penyakit menular seperti
HIV, hipertensi
5. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
Ibu pasien mengatakan sampai saat ini An. A masih diberi ASI
b. Pemberian susu formula
An. A belum pernah diberi susu formula
6. Riwayat imunisasi

Bulan
Imunisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
HB Jek V
BCG/Polio I V
DPT I /
V
Polio II
DPT II/
V
Polio III
DPT III/ Polio
V
IV
IPV V
Campak/MR

7. Pengkajian DDST
a. Penghitungan umur
Tanggal pemeriksaan : 12 April 2022
Tanggal lahir: 24 November 2021
Umur anak: 4 bulan 17 hari

b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1) Personal sosial/ kemandirian bergaul
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anaknya mampu
melihat dan memandang wajah orang di sekitarnya.
2) Motorik halus
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak sudah mampu
mengenali tangannya sendiri dan memegang mainan.
3) Bahasa
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak sudah dapat
mengucapkan “ooh” dan “aah”, tertawa dan memekik
kencang.
4) Motorik kasar
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak ini merupakan
anak yang cukup aktif.

c. Intrepretasi hasil test dari DDST II


Anak dapat melakukan 4 sektor dari 4 sektor yang diminta.

d. Kesimpulan dari keempat sektor


Anak dapat melakukan 4 sektor dari 4 sektor yang diminta. Jadi
dapat disimpulkan bahwa anak mengalami perkembangan
personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar yang
baik dan normal sesuai dengan umur anak.

e. Saran kepada orang tua/pengasuh


Anak sudah mengalami perkembangan yang normal. Walaupun
begitu diharapkan orang tua/pengasuh untuk selalu mengawasi
anaknya agar tidak terjadi kesalahan ataupun penyimpangan dan
orang tua selalu menuntun buah hatinya. Disamping itu perlu
diperhatikan juga asupan gizi yang diberikan untuk menunjang
tumbuh kembang anak.

8. Riwayat Sosial
Ny. R mengatakan yang mengasuh An. A adalah dirinya sendiri
dan suaminya

9. Riwayat Spiritual
Ny. R mengatakan semua keluarganya menganut agama Islam dan
setiap hari Ny. R dan keluarganya menunaikan sholat 5 waktu

10. Pola Kognitif – Perseptual


a. Status Psikologi
Keluarga pasien berbahasa Jawa dan Indonesia dengan sopan
kepada perawat
b. Kemampuan penginderaan
Kemampuan penginderaan berfungsi dengan baik
11. Pengkajian nyeri
Paliatif/provoktaif : Nyeri sebelum BAB
Quality :-
Region : Di abdomen
Severity : Skala 4 dengan melihat ekspresi
wajah pasien sesuai pain
measurement chart
Time : Hilang Timbul
Pain measurement chart (Moyle, 2015)

12. Pola persepsi konsep diri


Ideal diri : An. A tampak rewel dan sering menangis jika didatangi
perawat dan dokter

13. Pola Hubungan Peran


Ny. R mengatakan hubungannya dengan keluarganya dan lingkungan
sekitarnya baik. Pola interaksi ibu dengan perawat sangat baik dan
kooperatif.

14. Pola seksual reproduksi


Klien belum menikah, klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak
mengalami gangguan genetalia.

15. Pengkajian nutrisi ABCD


a. Antropometri
BB saat ini 7,5
kg TB 63 cm
IMT = BB : (TB2)
= 7,5 : 63 cm2 ( dibuat ke m, dibagi 100)
=
7,5 : 0,39692
= 18,89 ( Normal )
b. Biomedikal
Hemoglobin 11 g/dl
c. Clinical Sign
Turgor kulit kering, mukosa bibir kering, pucat, konjungtiva tidak
anemis
d. Diet
Pasien diberi asi

16. Pengkajian pola nutrisi


a. Makan Minum
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 6 kali/hari 6 kali/hari
Jenis Asi Asi
Jumlah asi 900 cc/hari 500 cc/hari
b. BAB
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 2x/hari >13x/hari
Konsistensi Lembek Cair
Warna Coklat Kuning kehijauan
Penggunaan
Tidak ada Tidak ada
pencahar (laktasif)
Sakit perut sebelum
Keluhan Tidak ada
BAB
c. BAK
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi >10x /hari >10x/hari
Jumlah urine Lebih kurang 180- Lebih kurang 300
360cc/hari cc/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih

Analisa Keseimbangan Cairan


Intake Cairan Output Cairan Analisa
(cairan masuk) (cairan keluar)
Minum : 500cc/hari Urine : 300cc/hari Intake : 1600
Infus : 500cc Feses : 560cc Output : 1100
Oralit : 360cc
Total : 1360cc Total : 860cc
IWL : ( 30 - Usia Anak x BB Anak )
: ( 30 – 5 ) x 20
: 500
Balance Cairan : Input – Output
: 1360 – (860 + 500)
: 0 cc

17. Pola Aktivitas dan Latihan


Kemampuan perawatan diri Pasien dibantu oleh keluarganya
Makan/minum Pasien dibantu oleh keluarganya
Mandi Pasien dibantu oleh keluarganya
Toileting Pasien dibantu oleh keluarganya
Berpakaian Pasien dibantu oleh keluarganya
Mobilitas di tempat tidur Pasien dibantu oleh keluarganya
Berpindah posisi Pasien dibantu oleh keluarganya
Ambulasi/ROM Pasien dibantu oleh keluarganya

18. Pola Istirahat Tidur


Sebelum sakit Saat sakit
Jumlah tidur siang 5 jam 4 jam
Jumlah tidur malam 7 jam 6 jam
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak Anak rewel
Peraasaan waktu
Segar Tidak segar
bangun

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan/ Penampilan Umum
a. Kesadaran : E 4 V 5 E 6 = composmentis
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah : -
2) Nadi
- Frekuensi : 102x/mnt
- Irama : Teratur
3) Pernafasan
- Frekuensi : 30 x/menit
- Irama : Teratur
1) Suhu : 36,1oc
2) BB : 7,5 kg
3) TB : 63 cm
2. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesochepal
b. Kulit kepala : Bersih
c. Rambut : Warna hitam, lurus dan tidak rontok
3. Muka
a. Mata
Mata tampak merah cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera putih
tidak ikterik, pupil isokor diameter 2mm/2mm, reflek terhadap cahaya
normal
b. Hidung
Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
tambahan
c. Mulut
Gigi belum tumbuh, stomatitis tidak ada, mukosa mulut lembab
d. Telinga
Fungsi pendengaran normal, bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen,
tidak ada nyeri telinga
4. Leher
a. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran limfe, tidak teraba benjolan
c. JVP : Tidak teraba
5. Dada ( Thorax)
a. Paru-paru
1) Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan dan kiri sama
2) Palpasi : Vokal premitus kanan kiri sama
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : Suara vesikuler
b. Jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi : Redup
4) Auskultasi : Terdengar bunyi regular
6. Abdomen
a. Inspeksi : Warna kulit sama, tidak ada jejas
b. Auskultasi : Peristaltik meningkat 35x/menit
c. Perkusi : Hypertimpani, perut kembung
d. Palpasi : Terdapat nyeri tekan
7. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada odema, tidak ada kelainan, dan
tidak menggunakan selang kateter
8. Ektremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada
D. Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


SEKRESI
MAKROSKOPIS
Warna Yellow
Kejernihan Clear
KIMIA URIN
Berat jenis L 1.011 1.015-1.025
pH 5.5 4.5-8.0
Leukosit Negatif /ul Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif mg/dl Negatif
Glukosa Normal mg/dl Normal
Keton Negatif mg/dl Negatif
Urobilinogen Normal mg/dl Normal
Bilirubin Negatif mg/dl Negatif
Eritrosit Negatif mg/dl Negatif
MIKROSKOPIS
Eritrosit 0.1 /ul 0-6.4
Leukosit 0.2 /LPB 0-12
EPITEL
Epitel squamous H 1-2 /LPB Negatif
Epitel transisional H 0-1 /LPB Negatif
Epitel bulat - /LPB Negatif
SILINDER
Hyline 0 /LPK 0-3
Granulated - /LPK Negatif

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


Leukosit - /LPB Negatif
Bakteri 15.2 /uL 0.0-2150.0
Kristal 0.0 /Ul 0.0-0.0
Mukus 0.00 /uL 0.00-0.00
Sperma 0.0 /uL 0.0-0.0
Lain-lain Eritrosit 0-1/LPB, Leukosit 0-1/LPB

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 11.0 g/dl 9.4-13.0
Hematokrit 31 % 28-42
Leukosit 12.4 ribu/uL 5.0-19.5
Trombosit H 783 ribu/uL 150-450
Eritrosit H 5.57 juta/uL 3.10-4.30
INDEX ERITROSIT
MCV L 55.3 /um 80.0-96.0
MCH L 19.7 Pg 28.0-33.0
MCHC 35.7 g/dl 33.0-36.0
RDW H 22.8 % 11.6-14.6
MPV 7.7 fl 7.2-11.1
PDW L 15 % 25-65
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.10 % 0.00-4.00
Basofil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 21.60 % 18.00-74.00
Limfosit H 73.00 % 60.00-66.00
Monosit 4.90 % 0.00-6.00
Golongan darah O %
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Natrium darah 134 mmol/L 129-147
Kalium darah 6.1 mmol/L 3.6-6.1

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


Chlorida darah 102 mmol/L 98-106
Calsium ion 1,25 mmol/L 1.17-1.29

HASIL PEMERIKSAAN PARASITOLOGI FESES


PARAMETER HASIL NILAI NORMAL
Mikroskopis
Sel epitel Negatif Negatif/Ditemukan
sedikit
Leukosit Positif (+) Negatif/Ditemukan
sedikit
Eritrosit Negatif Negatif
Benzidine test Negatif Negatif
Makanan tidak tercerna - Negatif/Ditemukan
sedikit
Telur cacing Negatif Negatif
Larva cacing Negatif Negatif
Proglotid cacing - Negatif
Protozoa Negatif Negatif
Yeast Positif (+) Negatif
Pseudohifa Positif (+) Negatif
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI-
RADIODIAGNOSTIK
PP0074 – Usus Kecil/Besar (Colon Inloop)

Klinis : Diare kronis

Colon in loop single

Plain foto :
- Bayangan gas usus bercampur fecal material prominent
- Bayangan hepar dan lien tak tampak membesar
- Contour ginjal kanan kiri tak tampak jelas
- Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis tak tampak kelainan
- Tak tampak proses osteolitik/blastik

Kontras study :
- Kontras watersoluble non ionik, dicairkan 1:4 dengan
aquabidest 150 cc dimasukkan secara bertahap melalui kateter
ke dalam anus
- Tampak kontras berjalan mulai dari rectum, sigmoid, colon
descenden, flexura lienalis, colon transversum, colon
ascendens dan sekum
- Tampak gambaran incisura dan haustra yang berkurang
dengan mukosa yang relative licin di colon descendens

Kesan :
Mengarah gambaran colitis colon descendens

E. Terapi Medis
NO NAMA OBAT RUTE DOSIS FUNGSI
1. D5 ¼ NS IV 29 cc/jam Menggantikan
cairan tubuh
yang hilang
2. Zink Cair 20 mg/24 jam Mengaktifkan
sel darah putih
3. Oralit Serbuk 10ml/kg/BAB Untuk
dan mencegah dan
5ml/kg/muntah mengatasi diare
4. L Bio Oral 1x1 sach Menjaga bakteri
baik di
pencernaan
F. Analisa Data

No Data Fokus Problem Etiologi


1 Data Subjektif: Diare Proses
1. Ny. R mengatakan infeksi
anaknya BAB >13 jamur
kali/hari
2. Ny. R mengatakan
sepertinya anaknya merasa
nyeri
a. P : Nyeri sebelum BAB
b. Q : -
c. R : Di abdomen
d. S : Skala 4 dengan
melihat ekspresi
wajah pasien sesuai
pain measurement
chart
e. T : Hilang Timbul

Data Objektif:
1. Pasien BAB >13x/hari
dengan konsistensi cair
feses berwarna kuning
kehijauan
2. Pada pemeriksaan abdomen,
peristaltik usus meningkat
35x/menit, terdapat
hypertimpani, perut kembung
3. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan;
a. Limfosit 73.00% (High)
b. Ditemukan leukosit
positif (+) pada feses
c. Ditemukan yeast positif
(+) dan Pseudohifa
positif (+) pada feses
2 Data Subjektif: Gangguan Kelembaba
1. Ny. R mengatakan An. A integritas n dan
BAB dengan konsistensi cair kulit frekuensi
secara terus menerus 13 kali gesekan
per hari, keluarnya sedikit- pada kulit
sedikit

Data Objektif:
1. An. A tampak lemas
2. Tampak adanya kemerahan
di anus dan bokong
3 Data Subjektif: Resiko Ketidakma
1. Ny. R mengatakan anaknya Defisit mpuan
hanya minum asi setiap Nutrisi mengabsorb
hari, sudah mulai rewel dan si nutrien
susah minum asi
2. Ny. R mengatakan anaknya
hanya minum kurang lebih
500 cc/hari, sebelum sakit
biasanya 900cc/hari

Data Objektif:
1. Asupan nutrisi pasien
berkurang, dari 900
cc/hari menjadi 500 cc/per
hari
2. Pasien tampak lemas
3. Interpretasi pemeriksaan
radiodiagnostik: mengarah
gambaran colitis colon
descendens

G. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi jamur (D.0020).
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban dan
frekuensi gesekan pada kulit (D.0129).
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien (D.0032).

H. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
1 Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare
berhubungan tindakan (I.03101)
dengan proses keperawatan
infeksi bakteri selama 3x8 jam Observasi
(D.0020) dalam 3 hari a. Identifiksi
diharapkan penyebab diare
eliminasi fekal b. Monitor warna,
pasien membaik volume, frekuensi,
dengan kriteria konsistensi tinja,
hasil : (L.04033) dan pengeluaran
1. Konsistensi diare
feses
meningkat Terapeutik
3. Frekuensi a. Berikan asupan
BAB cairan oral (oralit)
menurun b. Ambil sample darah
4. Kontrol untuk pemeriksaan
pengeluaran darah lengkap
feses b. Ambil sample feses
meningkat untuk kultur, jika
5. Nyeri perlu.
abdomen
menurun Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
b. Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas
2 Gangguan Setelah dilakukanPerawatan integritas
integritas kulit tindakan 3x8 jam kulit (I.11353)
berhubungan dalam 3 hari
dengan diharapkan Observasi
kelembaban dan integritas kulit a. Identifikasi
frekuensi gesekan meningkat dengan penyebab gangguan
pada kulit kriteria hasil : integritas kulit
(D.0129). (L.14125)
1. Elastisitas Terapeutik
kulit a. Ubah posisi tiap 2
meningkat jam
2. Tidak b. Gunakan produk
terdapat atau minyak pada
kemerahan kulit kering

Edukasi
a. Anjurkan
menggunakan
pelembab
b. Anjurkan pemenuhan
gizi yang cukup
3 Resiko defisit Setelah dilakukanManajemen gangguan
nutrisi tindakan 3x8 jam makan (I.03111)
berhubungan dalam 3 hari
dengan diharapkan status Observasi
ketidakmampuan nutrsi bayi a. Monitor asupan dan
mengabsorbsi meningkat dengan keluarnya makanan
nutrien (D.0032). kriteria hasil : dan cairan serta
(l.03031) kebutuhan kalori
1. Pasien tidak
rewel Terapeutik
2. Tidak pucat a. Timbang berat badan
3. Gangguan secara rutin
makan b. Berikan penguatan
menurun positif terhadap
keberhasilan target

Edukasi
a. Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan jika
perlu.

I. Implementasi Keperawatan
Hari/
No. DX Implementasi Respon TTD
Tanggal
Selasa, 1,2,3 Mengobservasi DS:
12 April TTV Ibu pasien mengatakan
2022, bersedia untuk
pukul dilakukan pengukuran
08.00 TTV pada anaknya
WIB DO:
An. A tampak tidak
rewel saat dilakukan
pengukuran TTV
TTV : Suhu : 36,1 °c
Nadi:102x/menit
RR : 30x/menit
08.15 2 Menganjurkan DS:
WIB keluarga Ibu pasien mengatakan
pasien untuk bersedia, ibu pasien
menggunakan mengatakan daerah
pelembab/min bokong anaknya masih
yak pada tampak ada kemerahan
daerah bokong DO:
pasien serta 1. Keluarga pasien
menganjurkan mengatakan akan
untuk mengikuti anjuran
mengubah perawat
posisi anak
setiap 2 jam.
09.00 1,3 - Memonitor DS:
WIB input dan Ibu pasien mengatakan
output cairan anaknya sudah minum
- Monitor asi 1 kali, oralit 2 kali,
warna, BAK 1 kali, BAB 2 kali
volume, masih cair
frekuensi, DO:
konsistensi Intake : asi 100 ml,
tinja. oralit 20 ml, infus
sudah masuk 58 cc
Output : Feses 100 cc
berwarna kuning
kehijauan dengan
konsistensi cair, urine
30cc
10.00 3 Memonitor DS:
WIB berat badan Ibu pasien mengatakan
BB anaknya tetap
sama DO:
BB anak 7,5 kg
13.00 1,2,3 Memberikan DS:
WIB edukasi terkait Ibu pasien mengatakan
cara mencuci bersedia diberikan
tangan dengan edukasi
benar serta DO:
memberi Ibu pasien nampak
motivasi kooperatif dan mampu
penguatan melakukan cara
positif terkait mencuci tangan dengan
keberhasilan benar serta nampak
target optimis untuk
penanganan kesembuhan anaknya
Rabu, 13 1,2,3 Mengobservasi DS:
April TTV pasien Ibu pasien mengatakan
2022, bersedia untuk
pukul dilakukan pengukuran
15.00 TTV pada anaknya
WIB DO:
An. F tampak rewel
saat dilakukan
pengukuran TTV
TTV : Suhu : 36,6 °c
Nadi :
104x/menit RR :
34x/menit
16.00 1,2,3 - Memonitor DS:
WIB input dan Ibu pasien mengatakan
output cairan anaknya sudah minum
- Monitor asi 4 kali, oralit 5 kali,
warna, BAK 4 kali, BAB 5 kali
volume, masih cair
frekuensi, DO:
konsistensi Input : asi 300 ml, oralit
tinja. 50 ml, infus sudah
masuk 232 cc
Output : Feses 400 cc,
dan urine 90 cc
Kamis,1 1,2,3 Mengobservasi DS:
4 April TTV Ibu pasien mengatakan
2022, bersedia untuk
pukul dilakukan pengukuran
08.00 TTV pada anaknya
WIB DO:
An. A tampak tidak
rewel saat dilakukan
pengukuran TTV
TTV : Suhu : 36,7 °c
Nadi: 99x/menit
RR : 24x/menit
09.00 1,2,3 - Memonitor DS:
WIB intake dan Ibu pasien mengatakan
output cairan anaknya sudah minum
- Memonitor asi 2 kali, oralit 2 kali,
warna, BAK 1 kali, BAB 2 kali
volume, masih cair
frekuensi, DO:
konsistensi Input : asi 150 ml, oralit
tinja. 20 ml, infus sudah
masuk 58 cc
Output : Feses 90 cc,
urine 40 cc
10. 00 1,2,3 Memonitor DS:
WIB berat badan Ibu pasien mengatakan
BB anaknya sepertinya
bertambah
DO:
BB An. A sedikit
bertambah, 7,7 kg

J. Evaluasi Keperawatan
No.
Hari/Tanggal Evaluasi TTD
DX
Kamis, 15 April 1 S:
2022 1. Ny. R mengatakan anaknya
Pukul 14.00 sudah BAB 5 kali dengan
konsistensi cair, BAK 4 kali,
minum asi sudah 5 kali
2. Ibu pasien mengatakan
anaknya masih terlihat lemas
tapi sudah tidak selemas hari
Selasa
3. Ibu pasien mengatakan
anaknya masih sedikit merasa
nyeri sebelum BAB
P : Nyeri sebelum
BAB Q : -
R : Di abdomen
S : Skala 2 dengan melihat
ekspresi wajah pasien
sesuai
pain measurement
chart T : Nyeri hilang
timbul

O:
1. Input; minum 200 ml, oralit
50 ml, infus sudah masuk
203 cc.
2. Output; feses 250 cc
konsistensi cair berwana
kuning kecoklatan, BAK 150
cc
3. Bising usus 30x/menit
4. Berat badan pasien 7,7 kg
5. TTV : Suhu : 36,5°c
Nadi :
95x/menit RR :
23x/menit

A : Masalah diare berhubungan


dengan proses infeksi bakteri
belum teratasi

P:
1. Lanjutkan terapi obat
2. Monitor skala nyeri pasien
3. Monitor input & output
Kamis, 15 April 2 S:
2022 Pukul 1. Ny. K mengatakan di daerah
14.00 WIB bokong dan anus anaknya
masih terdapat kemerahan
O:
1. Suhu tubuh pasien tampak
normal (36,5 °c)
2. Kemerahan di sekitar bokong
berkurang
3. Tidak terdapat bengkak
4. Keluarga pasien tampak
memberikan
pelembab/minyak pada area
bokong pasien
5. Keluarga pasien tampak
melakukan pengubahan
posisi pasien setiap 2 jam.

A : Masalah gangguan integritas


kulit berhubungan dengan
kelembaban dan frekuensi
gesekan teratasi sebagian

P:
1. Berikan perawatan kulit area
bokong pasien
Kamis, 15 April 3 S:
2022 Pukul 1. Ny.R mengatakan anaknya
14.00 WIB nafsu makannya meningkat
2. Ibu pasien mengatakan
anaknya masih merasa
sedikit nyeri sebelum BAB
P : Nyeri sebelum BAB
Q:-
R : Di abdomen
S : Skala 2 dengan melihat
ekspresi wajah pasien
sesuai
pain measurement chart
T : Nyeri hilang timbul

O:
1. Berat badan pasien 7,7 kg
2. Bising usus 30x/menit
3. Membran mukosa dan turgor
kulit lembab
4. Pasien tampak meringis nyeri

A : Masalah resiko defisit nutrisi


berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien belum teratasi

P:
1. Monitor asupan makanan
2. Monitor berat badan pasien
3. Kolaborasi dengan dokter
terkait operasi untuk colitis
colon descendens

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 15 April 2022 pukul 11.41 WIB

HASIL PEMERIKSAAN PARASITOLOGI FESES


PARAMETER HASIL NILAI NORMAL
Mikroskopis
Sel epitel Negatif Negatif/Ditemukan sedikit
Leukosit Positif (+) Negatif/Ditemukan sedikit
Eritrosit Negatif Negatif
Benzidine test Negatif Negatif
Makanan tidak tercerna - Negatif/Ditemukan sedikit
Telur cacing Negatif Negatif
Larva cacing Negatif Negatif
Proglotid cacing - Negatif
Protozoa Negatif Negatif
Yeast Positif (+) Negatif
Pseudohifa Positif (+) Negatif

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 12.0 g/dl 9.4-13.0
Hematokrit 33 % 28-42
Leukosit 12.2 ribu/uL 5.0-19.5
Trombosit H 560 ribu/uL 150-450
Eritrosit H 4.73 juta/uL 3.10-4.30
INDEX ERITROSIT
MCV L 66.9 /um 80.0-96.0
MCH L 25.8 Pg 28.0-33.0
MCHC 35.2 g/dl 33.0-36.0
RDW H 22.8 % 11.6-14.6
MPV 7.7 fl 7.2-11.1
PDW L 15 % 25-65
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.10 % 0.00-4.00
Basofil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 21.60 % 18.00-74.00
Limfosit H 70.00 % 60.00-66.00
Monosit 4.90 % 0.00-6.00
Golongan darah O %
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Natrium darah 134 mmol/L 129-147
Kalium darah 6.1 mmol/L 3.6-6.1
Lampiran 2 : Asuhan Keperawatan Pasien 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. F


DENGAN DIARE AKUT DI RUANG FLAMBOYAN 9
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama Klien : An. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Klaten
Umur : 5 Tahun
Agama : Islam
Status : Anak
Pekerjaan : Pelajar
No RM : 1235xxx
Diagnosa : Diare akut
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Umur : 37 Th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Klaten
Hubungan : Ibu Kandung

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Diare

x
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta di antar
orang tuanya dengan keluhan mual, muntah 4 kali BAB cair 5 kali
bercampur lendir, Ny. K mengatakan anaknya susah makan dan minum
sudah satu minggu, Ny. K mengatakan An. F mengalami penurunan berat
badan dari 25 kg sekarang menjadi 20 kg, pasien lemas dan tampak
memegangi perutnya.
3. Riwayat penyakit dahulu
Ny. K mengatakan sebelumnya An. F pernah mengalami diare pada
umur 3 tahun tapi tidak sampai di bawa ke rumah sakit.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. K mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit keturunan atau penyakit menular seperti HIV,
hipertensi
5. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
Ibu pasien mengatakan pemberian ASI dilakukan sampai umur 15
bulan.
b. Pemberian susu formula
Setelah umur 15 bulan diberikan susu formula.
6. Riwayat imunisasi

Bulan
Imunisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
HB Jek V
BCG/Polio I V
DPT I /
V
Polio II
DPT II/
V
Polio III
DPT III/ Polio
V
IV
IPV V
Campak/MR V

7. Pengkajian DDST
a. Penghitungan umur
Tanggal pemeriksaan : 25 April 2022
Tanggal lahir: 3 Maret 2017
Umur anak: 5 tahun 1 bulan 23 hari

b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1) Personal sosial/ kemandirian bergaul
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anaknya sudah mampu
memakai baju sendiri dan menyebut nama teman sekitarnya.
2) Motorik halus
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak sudah mampu
membuat menara mainan dari kubus dengan cukup baik
3) Bahasa
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak sudah dapat
paham dan mengerti ketika berbicara.
4) Motorik kasar
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak ini merupakan
anak yang cukup aktif dan lincah dalam mengikuti kegiatan
permainan.

c. Intrepretasi hasil test dari DDST II


Anak dapat melakukan 4 sektor dari 4 sektor yang diminta. Anak
mendapat skor A pada beberapa item yang ditunjukkan bahwa anak
mengalami perkembangan lebih serta hasil tes perilaku anak baik.
d. Kesimpulan dari keempat sektor
Anak dapat melakukan 4 sektor dari 4 sektor yang diminta. Jadi
dapat disimpulkan bahwa anak mengalami perkembangan personal
sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar yang baik dan
normal sesuai dengan umur anak.

e. Saran kepada orang tua/pengasuh


Anak sudah mengalami perkembangan yang normal. Walaupun
begitu diharapkan orang tua/pengasuh untuk selalu mengawasi
anaknya agar tidak terjadi kesalahan ataupun penyimpangan dan
orang tua selalu menuntun buah hatinya. Disamping itu perlu
diperhatikan juga asupan gizi yang diberikan untuk menunjang
tumbuh kembang anak.

8. Riwayat Sosial
Ny. K mengatakan yang mengasuh An. F adalah dirinya sendiri dan
suaminya, Ny. K mengatakan An. F adalah anak yang aktif dan sering
bermain dengan teman-temannya

9. Riwayat Spiritual
Ny. K mengatakan semua keluarganya menganut agama Islam dan setiap
hari Ny. K dan keluraganya menunaikan sholat 5 waktu

10. Pola Kognitif – Perseptual


a. Status Psikologi
Pasien berbahasa Jawa dan Indonesia dengan sopan kepada perawat
dan pasien terkadang tampak kooperatif
b. Kemampuan penginderaan
Kemampuan penginderaan berfungsi dengan baik
11. Pengkajian nyeri
Paliatif/provoktaif : Nyeri sebelum, saat dan sesudah
BAB Quality : Seperti diremas-remas
Region : Di perut
Severity : Skala 4 dengan melihat ekspresi
wajah pasien sesuai pain
measurement chart
Time : Hilang Timbul

Pain measurement chart (Moyle, 2015)


Mengkaji nyeri pada pasien dengan cara melihat ekspresi pasien pada saat
dilakukan perkusi dan penekanan perut pasien .

12. Pola persepsi konsep diri


a. Ideal diri : An. F tampak rewel dan sering menangis jika didatangi
perawat dan dokter, An. F mengatakan ingin cepat sembuh dan
pulang.
b. Identitas diri : An. F dapat mengatakan bahwa dirinya adalah anak
berusia 5 tahun, dan saat ini masih bersekolah TK A.
13. Pola Hubungan Peran
Ny. K mengatakan hubungannya dengan keluarganya dan lingkungan
sekitarnya baik. Pola interaksi ibu dengan perawat sangat baik dan
kooperatif. An. F sering merasa takut jika didatangi perawat dan dokter

14. Pola seksual reproduksi


Klien belum menikah, klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak
mengalami gangguan genetalia.

15. Pengkajian nutrisi ABCD


a. Antropometri
BB sebelum sakit 25 kg, BB saat ini 20 kg, TB 105
cm IMT = BB : (TB2)
= 20 : 105 cm2 ( dibuat ke m dibagi 100)
=
20 : 1,10252
= 18,14 ( Normal )
b. Biomedikal
Hemoglobin 14.8 g/dl
c. Clinical Sign
Turgor kulit kering, mukosa bibir kering, pucat, konjungtiva tidak
anemis
d. Diet
Makanan lunak rendah garam
16. Pengkajian pola
nutrisi
a. Makan Minum
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3x1 hari 3x1 hari
Jenis Nasi, lauk, sayur Bubur, lauk, sayur,
buah
Porsi Habis ¾ porsi
Minum 4 gelas/hari 4 gelas standar/hari

b. BAB
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 1x/hari 5x/hari
Konsistensi Lunak Cair
Kuning kehijauan
Warna Coklat
bercampur lendir
Penggunaan
pencahar Tidak ada Tidak ada
(laktasif)
Sakit perut
Keluhan Tidak ada sebelum, saat dan
sesudah BAB

c. BAK
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 5x /hari 5x/hari
Jumlah urine Lebih kurang 500 Lebih kurang
cc/hari 1500cc/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih

Analisa Keseimbangan Cairan


Intake Cairan Output Cairan Analisa
(cairan masuk) (cairan keluar)
Minum : 900cc/hari Urin : 1.500cc/hari Intake :
Infus : 500cc Feses : 500cc 2000 Output
Oralit : 600cc Muntah : 200cc : 1.900
Total : 2000 Total : 2.200 Total : 4.200

IWL : ( 30 - Usia Anak x BB Anak )


: ( 30 – 5 ) x 20
: 500
Balance Cairan : Input – Output
: 2000 – (2200 + 500)
: -700 cc
17. Pola Aktivitas dan
Latihan
Kemampuan perawatan diri Pasien dibantu oleh keluarganya
Makan/minum Pasien dibantu oleh keluarganya
Mandi Pasien dibantu oleh keluarganya
Toileting Pasien dibantu oleh keluarganya
Berpakaian Pasien dibantu oleh keluarganya
Mobilitas ditempat tidur Pasien dibantu oleh keluarganya
Berpindah posisi Pasien dibantu oleh keluarganya
Ambulasi/ROM Pasien dibantu oleh keluarganya

18. Pola Istirahat Tidur


Sebelum sakit Saat sakit
Jumlah tidur
3 jam 2 jam
siang
Jumlah tidur
8 jam 6 jam
malam
Penggunaan obat
Tidak ada Tidak ada
tidur
Gangguan tidur Tidak Anak rewel
Peraasaan waktu
Segar Tidak segar
bangun

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan/ Penampilan Umum
a. Kesadaran : E 4 V 5 E 6 = composmentis
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah : -
2) Nadi
- Frekuensi : 100x/mnt
- Irama : Teratur
3) Pernafasan
- Frekuensi : 25 x/menit
- Irama : Teratur
4) Suhu : 36,5oc
5) BB : 20 kg
6) TB : 105 cm

2. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesochepal
b. Kulit kepala : Bersih
c. Rambut : Warna hitam, lurus dan tidak rontok

3. Mata
a. Mata : Tampak merah cekung
b. Konjungtiva : Tidak anemis
c. Sklera : Warna putih, tidak ikterik
d. Pupil : Isokor
e. Diameter pupil kiri/kanan : 2mm/2mm
f. Reflek terhadap cahaya : Reflek normal
g. Pengguanaan alat bantu penglihatan : Tidak menggunakan alat bantu
penglihatan

4. Hidung
Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
tambahan

5. Mulut
Gigi lengkap, bibir kering, stomatitis tidak ada.
6. Telinga
Fungsi pendengaran normal, bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen,
tidak ada nyeri telinga

7. Leher
a. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran limfe, tidak teraba
benjolan
c. JVP : Tidak teraba

8. Dada ( Thorax)
a. Paru-paru
1) Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan dan
kiri sama
2) Palpasi : Vokal premitus kanan kiri sama
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : Suara vesikuler
b. Jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi : Redup
4) Auskultasi : Reguler

9. Abdomen
a. Inspeksi : Warna kulit sama, tidak ada jejas, kering
b. Auskultasi : Peristaltik meningkat 35x/menit
c. Perkusi : Hypertimpani, perut kembung
d. Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam
2 detik
10. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada odema, tidak ada kelainan, dan tidak
menggunakan selang kateter

11. Ektremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot Aktif Aktif
Rentang gerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot Aktif Aktif
Rentang gerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada

D. Pemeriksaan Penunjang
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hb H 14.8 g / dl 10.8-12.8
Leukosit H 18.96 10 3/mm3 6.00-17.00
Eritrosit H 5.37 Juta/mm3 3.60-5.20
Trombosit 434 Ribu/mm3 229-553
Hematokrit H 43,2 % 35.0-43.0
Hitung Jenis
Leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-4
Limfosit L 13 % 20-40
Monosit 4 % 2-8
Neutrophil batang 2 % 2-6
Neutrophil segmen H 80 % 50-70
MCH 27.6 Pg 23.0-31.0
MCHC H 35.2 g/dl 26.0-34.0
MCV 78.2 Fl 73.0-101.0
Rasio N/L H 6.15 < 3.13

E. Terapi Medis
NO NAMA OBAT RUTE DOSIS FUNGSI
1. Ringer Lactate IV 25 cc/jam Menggantikan
cairan tubuh
yang
hilang
2. Ondansentron IV 2mg/12jam Mencegah mual
dan muntah
3. Zink 12 jam Cair 2 Sendok Mengaktifkan sel
teh/hari darah putih
4. Ampicillin IV 650 gr/6jam Mengatasi infeksi
bakteri pada
berbagai bagian
tubuh, seperti
saluran
pernafasan,
saluran
pencernaan,
saluran kemih,
kelamin telinga,
dan jantung
5. Oralit Serbuk 1gelas/BAB Untuk mencegah
dan mengatasi
diare
6. Paracetamol Oral 3x1 tab Meredakan nyeri

F. Analisa Data
No Data Fokus Problem Etiologi
1 Data Subjektif: Diare Proses
Pasien mengeluh perutnya infeksi
nyeri P : Nyeri sebelum, saat bakteri
dan sesudah BAB
Q : Seperti
diremas remas
R : Di perut
S : Skala 4 dengan
melihat ekspresi
wajah pasien
sesuai pain
measurement chart
T : Hilang Timbul

Data Objektif:
1. BAB ±5x/hari dengan
konsistensi cair
2. Pada pemeriksaan
abdomen, peristaltik usus
meningkat 35x/menit,
terdapat hypertimpani,
perut kembung
3. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan;
Leukosit 18.96 103/mm3
(High)
Limfosit 13 % (Low)

2 Data Subjektif: Defisit Kurangnya


1. Ny. K mengatakan susah Nutrisi asupan
makan dan minum makanan
sudah satu minggu,
selama di
rumah sakit pasien
hanya menghabiskan ¾
porsi makanannya
2. Pasien mengeluh perutnya
nyeri
P : Nyeri sebelum,
saat dan sesudah
BAB
Q : Seperti diremas
remas
R : Di perut
S : Skala 4 dengan
melihat ekspresi
wajah pasien
sesuai pain
measurement chart
T : Hilang Timbul

Data Objektif:
1. Berat badan An. F
mengalami penurunan
dari 25 kg sekarang
menjadi 20 kg
2. Pasien tampak lemas
dan membran mukosa
pucat
3. BAB ±5x/hari dengan
konsistensi cair
Pada pemeriksaan abdomen
peristaltik usus meningkat
35x/menit, terdapat
hypertimpani, perut kembung

3 Data Subjektif: Resiko Kehilangan


1. Ibu pasien mengatakan hipovolemia cairan aktif
anaknya tampak lemas
2. Ny. K mengatakan anaknya
susah makan dan minum
sudah satu minggu, selama
di rumah sakit anaknya
hanya menghabiskan ¾
porsi makanannya
3. Ny. K mengatakan An. F
mengalami penurunan berat
badan dari 25 kg sekarang
menjadi 20 kg

Data Objektif:
1. BAB ±5x/hari dengan
konsistensi cair bercampur
lendir
2. An. F tampak lemas
3. Pasien mual, muntah sudah
3 kali
4. Turgor kulit tampak kering,
mukosa bibir kering, pasien
tampak pucat
5. TTV :
6. Nadi : 100x/menit
7. RR : 25x/menit
8. Suhu : 36,5 oc
9. Balance cairan -700 cc
10. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan;
Hb 14.8 g / dl (High)
Eritrosit 5.37 Juta/mm3
(High) Hematokrit 43,2%
(High)

G. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi bakteri (D.0020).
2. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(D.0034).
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019).

H. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi

1 Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare


berhubung tindakan keperawatan (I.03101)
an dengan selama 3x8 jam dalam
Observasi
proses 3 hari diharapkan
infeksi eliminasi fekal pasien a. Monitor warna,

bakteri membaik dengan volume, frekuensi,

(D.0020) kriteria hasil : konsistensi tinja,


dan
pengeluaran diare
(L.04033) Terapeutik

1. Konsistensi feses a. Berikan asupan cairan


meningkat oral (oralit)
Edukasi
2. Frekuensi BAB
menurun a. Anjurkan menghindari
3. Kontrol makanan pembentuk
pengeluaran feses gas, pedas, dan
meningkat mengandung laktosa
4. Nyeri abdomen b. Anjurkan makanan
menurun porsi kecil dan
sering
secara bertahap
2 Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi tindakan 3x8 jam dalam (I.03119)
berhubung 3 hari diharapkan status
Observasi
an dengan nutrsi pasien meningkat
kurangnya dengan kriteria hasil : a. Identifikasi makanan

asupan (l.03030) yang disukai

makanan b. Monitor asupan


1. Porsi makan yang
(D.0019) makanan
dihabiskan
c. Monitor berat badan
meningkat
2. Nyeri abdomen
menurun Terapeutik

3. Bising usus a. Berikan makanan


menurun secara menarik dan
4. Membran mukosa suhu yang sesuai
membaik b. Berikan makanan tinggi
kalori dan protein
Edukasi

a. Anjurkan diet yang


diprogramkan

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan jika perlu.

3 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia


Hipovole tindakan 3x8 jam dalam (I.03116)
mia 3 hari diharapkan status
Observasi
berhubung cairan meningkat
an dengan dengan kriteria hasil : a. Observasi tanda

kehilangan (L.03028) dan gejala

cairan ypovolemia
1. Kekuatan nadi
aktif b. Monitor intake
meningkat
(D.0034) dan output cairan
2. Frekuensi nadi
dalam batas normal
Terapeutik
3. Output urine
a. Hitung kebutuhan
meningkat
cairan
4. Turgor kulit
b. Berikan asupan cairan
meningkat
oral
5. Berat badan
meningkat
6. Hemoglobin dan Kolaborasi
hematocrit dalam
Kolaborasi pemberian
batas normal
cairan IV

I. Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal No. Implementasi Respon TTD


DX
Senin, 25 1,2,3 Mengobservasi DS:
April 2022, TTV
Ibu pasien
pukul 08.00
mengatakan bersedia
WIB
untuk dilakukan
pengukuran TTV
pada anaknya

DO:

An. F tampak tidak


rewel saat dilakukan
pengukuran TTV

TTV : Suhu : 36,5 °c

Nadi:100x/menit

RR : 25x/menit

08.15 WIB 2 Mengobservasi DS:


tanda dan gejala
Ibu pasien
hipovolemia
mengatakan
bersedia, ibu pasien
mengatakan anaknya
masih lemas

DO:

1. Frekuensi nadi
agak tinggi
namun masih
dalam batas
normal
(100x/menit)
2. Suhu tubuh
pasien tampak
normal (36,5 °c)
3. Nadi teraba
lemah
4. Turgor kulit
tampak kering
09.00 WIB 1,2,3 - Memonitor DS:
intake dan
Ibu pasien
output cairan
mengatakan anaknya
- Monitor
sudah memakan
warna,
jatah sarapan dari
volume,
RS habis ¾ porsi
frekuensi,
dengan minum air
konsistensi
putih 1 gelas (100
tinja, dan
ml), oralit, muntah 1
pengeluaran
kali, belum BAK,
diare
BAB 1 kali masih
cair
DO:

Intake : minum 100


ml, oralit 200 ml,
infus sudah masuk
50 cc

Output : Feses 100


cc, muntah 75 cc

10.00 WIB 3 Memonitor berat DS:


badan
Ibu pasien
mengatakan BB
anaknya sepertinya
masih belum
bertambah

DO:

BB anak 20 kg

12.30 WIB 1,3 Mengedukasi DS:


keluarga pasien
Ibu pasien
agar pasien
mengatakan bersedia
menghindari
menerima edukasi
makanan
yang akan diberikan,
pembentuk gas,
Ibu pasien
pedas dan
meceritakan bahwa
mengandung
anaknya kadang
laktosa, serta
suka makan pedas,
anjurkan makan
ibu pasien
porsi kecil mengatakan akan
tapi sering mengikuti anjuran
secara perawat
bertahap
DO:

Keluarga pasien
nampak kooperatif
mengikuti edukasi
yang diberikan oleh
perawat, keluarga
mampu mengulangi
penjelasan anjuran
edukasi yang
diberikan dan
nampak akan
melakukan anjuran

13.00 WIB 1,2,3 Memberikan DS:


asupan cairan
Ibu pasien
oral
mengatakan bersedia

DO:

Pasien nampak tidak


rewel saat diberikan
cairan oralit, cairan
oralit masuk 100 cc

Selasa, 26 1,2,3 Mengobservasi DS:


April 2022, TTV pasien
Ibu pasien
pukul 15.00 mengatakan bersedia
WIB untuk dilakukan
pengukuran TTV
pada anaknya

DO:

An. F tampak tidak


rewel saat dilakukan
pengukuran TTV

TTV : Suhu : 36,7 °c

Nadi :
102x/menit

RR :
22x/menit

16.00 WIB 1,2,3 - Memonitor DS:


intake dan
Ibu pasien
output cairan
mengatakan anaknya
- Monitor
sudah memakan
warna,
jatah makan siang
volume,
dari RS habis ½
frekuensi,
porsi dengan minum
konsistensi
air putih sudah 3
tinja, dan
gelas (400 ml),
pengeluaran
oralit, muntah 1 kali,
diare
BAK 2 kali, BAB 3
kali masih cair
DO:

Intake : minum 400


ml, oralit 400 ml,
infus sudah masuk
225 cc

Output : Feses 250


cc, muntah 75 cc

17.00 WIB 1,2,3 Memberikan DS:


asupan cairan
Ibu pasien
oral
mengatakan bersedia

DO:

Pasien nampak tidak


rewel saat diberikan
cairan oralit, cairan
oralit masuk 100 cc,
sampai pukul 17.00
hari ini sudah masuk
400 cc

18.00 WIB 1,2,3 Memberikan DS:


terapi obat
Ibu pasien
mengatakan bersedia

DO:

Obat ondansetron 2
mg/12 jam, zink 1
sdt/12 jam, dan
Ampicilin 650 gr/6
jam sudah masuk IV
line dan oral tanpa
ada reaksi alergi

18.15 WIB 1,2,3 Mengedukasi DS:


keluarga pasien
Ibu pasien
untuk memberi
mengatakan bersedia
pasien asupan
untuk melakukan
makanan
anjuran yang
sedikit-sedikit
diberikan
tapi sering
DO:

Pasien dan
keluarganya nampak
memperhatikan
edukasi yang
diberikan, keluarga
pasien nampak
melkukan anjuran
yang diberikan oleh
perawat

Rabu, 27 1,2,3 Mengobservasi DS:


April 2022, TTV
Ibu pasien
pukul 08.00
mengatakan bersedia
WIB
untuk dilakukan
pengukuran TTV
pada anaknya

DO:

An. F tampak sedikit


rewel saat dilakukan
pengukuran TTV
karena pasien
mengatakan ingin
cepat pulang saja

TTV : Suhu : 36,6 °c

Nadi: 93x/menit

RR : 22x/menit

08.15 WIB 2 Mengobservasi DS:


tanda dan gejala
Ibu pasien
hipovolemia
mengatakan
bersedia, ibu pasien
mengatakan anaknya
sudah tidak selemas
kemarin

DO:

1. Frekuensi nadi
normal
(93x/menit)
2. Suhu tubuh
pasien tampak
normal (36,6 °c)
3. Nadi teraba
agak kuat
4. Turgor kulit
lembab
09.00 WIB 1,2,3 - Memonitor DS:
intake dan
Ibu pasien
output cairan
mengatakan anaknya
- Monitor
sudah memakan
warna,
jatah sarapan dari RS
volume,
habis 1 porsi dengan
frekuensi,
minum air putih 1 ½
konsistensi
gelas (150 ml),
tinja, dan
oralit, BAK 1 kali,
pengeluaran
BAB 1 kali
diare
konsistensi lembek

DO:

Intake : minum 150


ml, oralit 200 ml,
infus sudah masuk
50 cc

Output : Feses 100


cc, urine 100 cc

10. 00 WIB 1,2,3 Memonitor berat DS:


badan
Ibu pasien
mengatakan BB
anaknya sepertinya
bertambah

DO:

BB An. F 21 kg

12.30 WIB 1,2,3 Mengedukasi DS:


kembali tentang
Ibu pasien
diit pasien agar
mengtakan sudah
menghindari
paham dan sudah
makanan
menerapkan anjuran
pembentuk gas,
yang diberikan
pedas, dan
mengandung DO:

laktosa Anjuran yang sudah


diberikan nampak
telah dilaksanakan
oleh keluarga pasien

13.00 WIB 1,2,3 Memberikan DS:


asupan cairan
Ibu pasien
oral
mengatakan bersedia

DO:

Pasien nampak tidak


rewel saat diberikan
cairan oralit, cairan
oralit masuk 100 cc
(sampai pukul 13.00
oralit sudah masuk
100 cc)

J. Evaluasi Keperawatan
No.
Hari/Tanggal Evaluasi TTD
DX

Rabu, 27 1 S:
April 2022
1. Ny. K mengatakan anaknya sudah
Pukul 14.00 BAB 1 kali dengan konsistensi
lembek, BAK 2 kali, minum air
putih sudah 5 gelas
2. Ibu pasien mengatakan anaknya
sudah tidak selemas hari Senin
3. Ibu pasien mengatakan anaknya
masih sedikit merasa nyeri sebelum
BAB
P : Nyeri sebelum BAB

Q : Seperti diremas-remas

R : Di abdomen

S : Skala 2 dengan melihat

ekspresi wajah pasien

sesuai pain measurement

chart

T : Nyeri hilang timbul


O:

1. Intake; minum 500 ml, oralit 100


ml, infus sudah masuk 200 cc.
2. Output; feses 100 cc konsistensi
lunak berwana kecoklatan, sudah
tidak muntah, BAK 250 cc
3. Bising usus 17x/menit
4. Berat badan pasien 21 kg
5. TTV : Suhu : 36,5°c
Nadi :

95x/menit RR :

22x/menit

A : Masalah diare berhubungan dengan


proses infeksi bakteri teratasi sebagian

P:

1. Lanjutkan terapi obat


2. Monitor skala nyeri pasien
3. Monitor intake & output
Rabu, 27 2 S:
April 2022
1. Ny. K mengatakan anaknya nafsu
Pukul 14.00
makannya meningkat
WIB
2. Makan pagi dihabiskan ¾ porsi,
makan siang 1 porsi
3. Ibu pasien mengatakan anaknya
masih merasa sedikit nyeri sebelum
BAB
P : Nyeri sebelum BAB

Q : Seperti diremas-remas

R : Di abdomen

S : Skala 2 dengan

melihat ekspresi wajah

pasien

T : Nyeri hilang timbul

O:

1. Berat badan pasien 21 kg


2. Bising usus 17x/menit
3. Membran mukosa dan turgor kulit
lembab
4. Pasien tampak meringis nyeri

A : Masalah defisit nutrisi berhubungan


dengan kurangnya asupan makanan
teratasi sebagian

P:

1. Monitor asupan makanan


2. Monitor berat badan pasien
3. Berikan diit makanan yang menarik
Rabu, 27 3 S:
April 2022
1. Ny. K mengatakan anaknya sudah
Pukul 14.00
BAB 1 kali dengan konsistensi
WIB
lunak, BAK 2 kali, minum air putih
sudah 5 gelas
2. Ibu pasien mengatakan
anaknya sudah tidak selemas
hari Senin

O:

1. Frekuensi nadi dalam batas normal


(95x/menit)
2. Nadi teraba kuat
3. Suhu tubuh pasien tampak normal
(36,5 °c)
4. Turgor kulit lembab
5. Analisa keseimbangan cairan
Intake : Minum 1300 cc/hari, Infus
500 cc, oralit 100 cc; Total : 1900
cc

Output : Urine 1300 cc/hari, feses


100cc; Total : 1400

IWL : (30 – Usia anak x BB)

: (30-5) X 20

: 500

BC : Input – output
: 1900- (1400+500)

: 0 cc

A : Masalah resiko hypovolemia


berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif teratasi

P:

Observasi tanda-tanda vital pasien


Lampiran 3: Format pengkajian DDST II

Format Pengkajian DDST II

x
Lampiran 4 : Ethical Clearance
Lampiran 5 : Izin Penelitian
Lampiran 6 : Informed Consent Pasien 1
Lampiran 7 : Informed Consent Pasien
2
Lampiran 8 : Lembar Bimbingan
KTI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : Calista Tiara

Nabila NIM : P27220019058

NAMA PEMBIMBING I : Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., M.Kep

JUDUL : Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Diare

di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Hari/ Materi Saran Tanda Tangan


No
Tanggal Konsultasi Pembimbing Pembimbing
1. Senin, 15 Konsultasi judul ACC judul KTI
November KTI
2021
2. Jumat, 26 Konsul BAB I Perbaiki latar
November belakang dan
2021 sistematika
penulisan
3. Selasa, 7 Konsul BAB Memperbaiki
Desember I,II, dan III BAB I, II, III
2021 dan
sistematika
penulisan
4. Kamis, 9 Konsul BAB Memperbaiki
Desember I, II, dan III sistematika
2021 penulisan dan
menambahkan
lampiran-
lampiran
5. Selasa, 9 Konsul BAB Memperjelas
Desember I, II, dan III waktu
2021 dilakukannya
penelitian
6. Senin, 20 Konsul BAB ACC, persiapkan
Desember I, II, dan III untuk seminar
2021 KTI
7. Senin, 24 Seminar Perbaiki BAB I,
Desember proposal KTI perjelas peran
2021 perawat
8. Selasa,1 Konsul revisi Dicek kembali
Januari 2022 proposal KTI untuk penulisan
nama dan NIP
pembimbing di
lampiran. Cek
penomoran
halaman
9. Kamis, 3 Konsul revisi ACC, persiapkan
Februari proposal KTI untuk penelitian
2022
10. Kamis, 26 Konsul bab 1-5 Memperbaiki
Mei 2022 bagian
pembahasan
pengkajian,
diagnosa,
intervensi dan
implementasi
11. Sabtu, 28 Konsul revisi ACC, persiapkan
Mei 2022 bab 1-5 untuk seminar
hasil
12. Rabu, 8 Juni Seminar Hasil Alasan prioritas
2022 diagnosa, kriteria
hasilnya
dibenarkan,
tambahkan berat
badan pasien
sebelum dan saat
sakit
13. Kamis, 9 Juni Konsul revisi ACC, dengan
2022 seminar hasil sedikit revisi,
ditambahkan
penurunan berat
badan terkaji
berapa hari, dan
kesalahan
penomoran pada
table lembar
konsul
Mengetahui,

Kaprodi D III Keperawatan


Poltekkes Surakarta Pembimbing

Sunarsih Rahayu,S.Kep.,Ns.,M.Kep Sri Mulyanti, S.Kep., Ns.,


NIP: 19641001 198603 2 001 M.Kep NIP. 19740101 199803
2 001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : Calista Tiara

Nabila NIM : P27220019058

NAMA PEMBIMBING I : Yeni Tutu Rohimah, S.Kp., M.Kes

JUDUL : Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Diare

di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Materi Saran Tanda Tangan


No Hari/ Tanggal
Konsultasi Pembimbing Pembimbing
1. Senin, 24 Seminar Memperbaiki
Desember proposal KTI apakah penelitian
2021 akan ditujukan
secara umum
atau khusus,
apabila khusus
maka materi
BAB II lebih
dikhususkan
Keputusan :
dibuat umum
saja, sehingga
memperbaiki
BAB III
2. Rabu, 29 Konsul revisi ACC. Siapkan
Januari 2022 proposal KTI untuk penelitian

3. Kamis, 26 Konsul bab 1-5 Memperbaiki


Mei 2022 bagian
pembahasan di
evaluasi, ACC,
persiapkan untuk
seminar hasil

4. Rabu, 8 Juni Seminar hasil Penjelasan


2022 perbedaan
kesembuhan
pada pasien,
etilogoi diare
dimasukkan pada
riwayat penyakit
sekarang,
menambahkan
pelembab jenis
apa yang
digunakan pada
pasien
5. Kamis, 9 Juni Konsul revisi ACC
202 KTI setelah
seminar hasil

Mengetahui,

Kaprodi D III Keperawatan Pembimbing


Poltekkes Surakarta

Sunarsih Rahayu,S.Kep.,Ns.,M.Kep Yeni Tutu Rohimah, S.Kp.,


NIP: 19641001 198603 2 001 M.Kes NIP. 19650410 199103 2
003
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : Calista Tiara

Nabila NIM : P27220019058

NAMA PEMBIMBING I : Duwi Pudji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep

JUDUL : Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Diare

di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Materi Saran Tanda Tangan


No Hari/ Tanggal
Konsultasi Pembimbing Pembimbing
1. Rabu, 8 Juni Seminar hasil Memperbaiki
2022 KTI kriteria hasil,
tindak lanjut
planning
dituliskan lebih
rinci, pada
bagian saran
ditambahkan
bagaimana
perawatan yang
baik di rumah
sakit,
mempertimbangk
an kembali
tentang diagnosa
hipovolemi atau
resiko
hipovolemi,
dalam
pembahasan
ditambahkan
perbandingan
dengan
penelitian
sebelumnya.
2. Kamis, 9 Juni Konsul revisi Membenarkan
2022 KTI keyword pada
abstrak,
tambahkan
komplikasi diare
di BAB I, Revisi
BAB III, BAB
IV bagaimana
dapat diketahui
nyeri pada
pasien pertama,
intervensi
ditambahkan 3x
8 jam selama ….
hari,
ditambahkan
pada
pembahasan
pengkajian psien
pertama
menderita BAB
cair dari kapan
sampai kapan,
ditambahkan
referensi
penelitian
terdahulu terkait
tanda diare
terdapat lecet
di sekitar anus.
3. Senin, 20 Konsul revisi Keywords
Juni 2022 KTI abstract
dibenarkan,
subjek studi
kasus diganti
‘responden’,
metode
pengumpulan
data
dipersingkat,
BAB III
kalimatnya
dibuat lebih
aplikatif,
tambahkan hasil
pemeriksaan
radiologi di
pembahasan
pengkajian,
tambahkan data
gelisah yang
ditemukan pada
pasien,data
pemakaian
diapers pada
pasien,
tambahkan tanda
& gejala
gangguan gizi
pada kedua
pasien
4. Kamis, 23 Konsul revisi Intervensi dan
Juni 2022 KTI pemeriksaan
fisik BAB II
dibuat tabel,
prinsip keadilan
dijabarkan,
tambahkan
keterangan diare
sebagai
manifestasi
colitis colon
descendens,
perjalanan
makanan pedas
bisa
mengakibatkan
diare, penulisan
abjad “ASI”,
kesimpulan
implementasi
dan evaluasi
dipersingkat,
sarannya
diperbaiki
5. Jumat, 24 Konsultasi ACC, persiapkan
Juni 2022 revisi KTI untuk tanda
tangan
pengesahan
Mengetahui,

Kaprodi D III Keperawatan Pembimbing


Poltekkes Surakarta

Sunarsih Rahayu,S.Kep.,Ns.,M.Kep Duwi Pudji Astuti, S.Kep., Ns.,


NIP: 19641001 198603 2 001 M.Kep NIP. 9199 105182 019022
01

Anda mungkin juga menyukai