Anda di halaman 1dari 5

Laporan utama

Oleh : Munari

MANAJEMEN GEREJA BERBASIS STRATEGI


Setiap bentuk organisasi, bisnis, sektor publik, keagamaan bahkan LSM, secara umum menginginkan lembaganya tetap hidup
(survive) dan bertumbuh (growth). Organisasi dituntut tetap hidup dan bertumbuh di dalam situasi yang terus berubah dengan
kecepatan dan akselerasi yang semakin tinggi. Untuk mencapai hal ini maka peran manajemen yang selalu mengarah kepada
peningkatan kinerja organisasi menjadi penting.
Bagi organisasi yang manajemennya telah menetapkan Strategi sebagai acuan operasional untuk merealisasikan Visi-Misi nya,
melaksanakan Strategi yang telah disepakati seluruh perangkat organisasi menjadi penting pula.
Gembala yang menjumpai sidang pembaca kali ini mencoba untuk mengetengahkan betapa perlunya manajemen secara
konsekuen dan konsisten melaksanakan Strategi tersebut, dalam rangka tema utama Peningkatan Manajemen GKJ. Nehemia.

Organisasi dan Strategi


Setiap bentuk organisasi (kumpulan orang dengan tujuan yang sama) secara umum menginginkan
lembaganya tetap hidup (survive) dan bertumbuh (growth). Organisasi dituntut tetap hidup dan
bertumbuh di dalam situasi yang terus berubah dengan kecepatan dan akselerasi yang semakin tinggi.

Dalam pengelolaan organisasi Strategi dibuat salah satu tujuannya adalah untuk mengatasi atau
menghadapi “Permasalahan” atau “Tantangan” yang diperhitungkan akan ada dimasa yang akan datang.
Strategi mempunyai fungsi penting bagi manajemen dalam melakukan 3 hal yakni : Delegasi ,
Pengorganisasian, dan Supervisi.

Coba kita telusuri lebih mendalam, bagaimana tingkat kepedulian kita terhadap strategi?
Dari strategi yang telah kita putuskan sebagai dasar bekerjanya organisasi, seberapa banyak yang
melaksanakannya dengan baik dan konsisten? Jangan sampai strategi yang dirumuskan dengan
pemikiran yang memakan waktu dan tenaga justru hanya menjadi pajangan.
Strategi menjadi penting bagi manajemen organisasi apa saja. Tanpa strategi manajemen boleh
dikatakan hampir tidak memiliki fokus pada masa depan, kecuali hanya untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan rutin semata. Sebelum tahun 1970, strategi hanya dipahami sebagai rencana jangka panjang,
tetapi sekarang lebih luas dari sekedar itu, meliputi persiapan dan perencanaan dan mengetahui apa
yang akan dicapai.

Organisasi kecil sampai besar, komersial ataupun sosial, selalu dihadapkan pada risiko ketidakpastian
yang terjadi pada masa depan kehidupannya. Ketidakpastian masa depan bagi manajemen harus
ditanggapi sebagai risiko. Ketidakmampuan melihat jauh ke masa depan merupakan kodrat manusia,
hanya Tuhan yang maha mengetahui. Walaupun kemampuan manusia terbatas, Tuhan senantiasa
memberi akal budi sehingga manusia dapat menghindari segala macam bentuk risiko yang dihadapinya,
paling tidak mengurangi atau meminimalkan risiko sampai batas yang diinginkannya.
Hal diatas perlu menjadi acuan bagi manajemen yang berorientasi pada peningkatan kinerja
organisasinya. Disini peran membuat strategi dan melaksanakannya menjadi penting.

Manajemen gereja tidak cepat puas diri


Banyak kemajuan yang telah kita capai, seperti perkembangan jumlah warga jemaat, pembangunan fisik
sarana peribadatan, kemampuan memberikan bantuan bagi pendidikan dan kesehatan, berkembangnya
unit-unit pelayanan penunjang, namun demikian kita tidak boleh cepat puas diri, karena tantangan dan
tugas masa mendatang lebih banyak dan berat.
Allah mengamanatkan kepada manusia untuk mengelola bumi dengan sebaik-baiknya (Kej. 1: 28)
Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka
berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan
segala binatang melata yang merayap di bumi.”

Dengan karunia akal-budi Allah meminta kepada kita untuk tidak cepat puas diri dengan apa yang telah
kita capai. Upaya perbaikan dan peningkatan performa perlu selalu dikembangkan.

Kondisi inhaerent organisasi


Rapat Mejelis Lengkap (RML) dalam Gereja Kristen Jawa yang menganut azas Presbiterial Sinodal ,
merupakan kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan-keputusan untuk pengelolaan jemaat.
Ketua Majelis bukanlah seorang “Kepala” yang mempunyai kewenangan mutlak dalam pengambilan
keputusan. Suara anggota-anggota Majelis sangat menentukan.
Sifat pengambilan keputusan kolektif semacam ini memberikan banyak hal yang positif daripada
kewenangan hanya ada pada satu atau segelintir orang. Diharapkan semua keputusan lebih didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan yang sangat obyektif dan rasional, serta menghilangkan timbulnya
one man show.
Akan tetapi juga perlu diingat bahwa keputusan kolektif juga dapat membelenggu organisasi dalam
bentuk lambannya proses suatu keputusan diambil karena banyaknya pertimbangan yang kadang-
kadang tidak diperlukan, sehinga bias terjadi keputusan yang diambil telah kehilangan momen penting.

Bagi satu lembaga dimana model keputusan kolektif sebagai dasar berjalannya organisasi maka
diperlukan koordinasi yang sangat kuat pada aras pimpinan, apalagi organisasi dengan unit-unit
kegiatan yang cukup banyak dan bervariasi sebagaimana GKJ Nehemia. Kemampuan koordinasi ini
menjadi ukuran tersendiri bagi peningkatan manajemen. Kemajuan organisasi sebagai hasil peningkatan
manajemen sangat dipengaruhi oleh cepat-tidaknya proses pengambilan keputusan penting.

Strategi GKJ Nehemia


GKJ Nehemia sebagai organisasi telah mempunyai Strategi pelayanan tahun 2010 s/d 2012. Berarti
sekarang telah memasuki tahun kedua masa strategi tersebut. Strategi merupakan penjabaran lebih
rinci dan bersifat operasional dari Misi GKJ Nehemia. Merupakan rencana tindak yang lebih rinci yang
telah diputuskan oleh Majelis. Dalam rumusan Strategi ada sebanyak 20 butir yang menyangkut bidang
Koinonia (Persekutuan), Diakonia (Pelayanan), Liturgia (Peribadatan), Kateketik (Pengembangan) ,dan
Marturia (Kesaksian).
Adapun strategi tersebut secara lengkap sbb.:

1. Bidang Koinonia (Persekutuan)


a. Peningkatan partisipasi warga dalam kegiatan PA, kegiatan gerejawi, kunjungan warga
(antar-warga), kegiatan PS.
b. Peningkatan kehadiran jemaat dalam kebaktian gerejawi.
c. Peningkatan partisipasi dalam persembahan.
d. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan umat beragama lain secara institusional..

2. Bidang Diakonia (Pelayanan)


a. Kedalam
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan (bantuan rawat inap sesuai kemampuan gereja bagi
Keluarga yang sangat memerlukan).
2) Melaksanakan bantuan program bantuan pendidikan dalam rangka Nehemia
Membangun.
3) Memberikan bantuan sosial ekonomi bagi warga jemaat yang sangat membutuhkan.
b. Keluar
1) Menyelenggarakan pelatihan/kursus gratis bagi warga sekitar gereja.
2) Mengupayakan rumah singgah.
3) Melanjutkan kegiatan baksos, nasi murah, peduli kasih, dll.

3. Bidang Kateketik (Pengembangan)


a. Mengolah dan memanfaatkan data base yang ada sehingga berguna untuk memperbaiki
persekutuan dan pelayanan dalam mewujudkan kesaksian.
b. Melakukan survey/kajian mengenai perrsepsi warga terhadap hakekat dan tugas panggilan
gereja.
c. Melakukan studi banding ke gereja dan komunitas lain.
d. Melakukan Pembinaan Theologi Jemaat (PTJ).
e. Melakukan seminar, lokakarya, ceramah yang terprogram.

4. Bidang Liturgia (Peribadatan)


a. Menyediakan bahan-bahan renungan untuk keluarga.
b. Memperbaiki pola ibadah pada masing-masing kelompok kategorial.

5. Bidang Marturia (Kesaksian)


a. Menyuarakan suara kenabian antara lain melalui kotbah.
b. Membuka diri untuk mengantisipasi isu-isu actual melalui diskusi/seminar dengan
mengundang tokoh yang berkompeten.
c. Mengarahkan media (majalah, selebaran, bulletin) gereja untuk membahas isu-isu tersebut
diatas.

Dengan menentukan strategi, manajemen gereja telah membuat rencana besar paling tidak untuk
jangka menengah bagi peningkatan pelayanan kepada warga. Artinya gereja telah memenuhi The
Principle of Objective ,yakni organisasi telah mempunyai tujuan yang tertentu dan jelas.
Permasalahannya : Sejauh mana (sampai tahun kedua ini) hal tersebut telah dilaksanakan, agar yang
namanya rumusan strategi tidak hanya menjadi pajangan yang indah di rak buku.

Peningkatan Manajemen
Strategi dibuat seharusnya untuk mengatasi atau menghadapi “Permasalahan” atau “Tantangan” yang
diperhitungkan akan ada dimasa yang akan datang. Karena itu strategi mempunyai fungsi penting bagi
manajemen gereja dalam melakukan 3 hal yakni : Delegasi , Pengorganisasian, dan Supervisi.
Keberhasilan manajemen memerlukan tindakan atas ketiga hal tersebut, sehingga yang namanya
“Peningkatan Manajemen” bagi GKJ Nehemia adalah berhasilnya meningkatkan fungsi delegasi,
pengorganisasian menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
~Delegasi dan organisasi membuka kesempatan organisasi untuk berkembang. Tetapi dengan itu saja
tidak ada jaminan perkembanganya akan baik. Pemilik organisasi (dalam hal ini diwakili oleh Majelis)
harus melakukan satu tindakan lagi yaitu Supervisi.
Jadi dapat digambarkan sbb.:

Peningkatan Manajemen  diukur oleh Peningkatan Keberhasilan dalam perbaikan pelaksanaan


Delegasi, Pengorganisasi , dan Supervisi diukur oleh Peningkatan dalam pelayanan kepada warga.
Hubungan antara Manajemen dan Strategi serta hasil bagi organsiasi digambarkan dalam matrik sbb.:
Manajemen Strategi Hasil bagi organisasi
1. Baik Baik Berhasil baik
2. Buruk Baik Bahaya bagi organisasi dan seluruh unsur
3. Baik Buruk Mungkin berhasil, mungkin tidak
4. Buruk Buruk Kegagalan bagi organisasi

Untuk menjadikan manajemen yang efektif maka perlu sekali manajemen mampu membuat strategi
yang telah dicanangkan menjadi “milik” setiap orang dalam organisasi. Ini disebut dengan pelembagaan
strategi. Dengan pelembagaan yang efektif berarti apapun yang terjadi dalam organisasi selalu
diarahkan pada terlaksananya strategi secara operasional. Dengan perkataan lain, pelembagaan
membuat membuat hal-hal diatas “mendarah daging” di semua tingkat, kalangan dan komponen
organisasi.
Sudah barang tentu pelembagaan tidak terjadi dengan senidirnya, melainkan harus dilakukan secara
terprogram dan berkelanjutan.

Peningkatan peran manajemen yang menuntut terwujudnya manajemen yang efektif, dan berhasil,
mampu berperan selaku penentu strategi yang tangguh, pemimpin yang efektif bagi seluruh pimpinan
kelompok yang terlibat, yang hasil akhirnya adalah membawa organisasi pada tingkat berkinerja tinggi.
Sebagai lawan dari manajemen yang efektif adalah manajemen yang tidak berhasil yaitu yang memiliki
sifat yang tidak kondusif dalam upaya meraih keberhasilan, seperti:
a. Keputusan penting tidak diambil.
b. Masalah-masalah stratejik hanya sekedar dipelajari tetapi tidak ada tindak lanjut
pemecahannya.
c. Lebih senang membiarkan organisasi lain bertindak dahulu dan baru mengikutinya kemudian.

Dengan demikian peningkatan peran manajemen diperlukan agar organisasi mempunyai posisi tetap
efektif.
Perubahan efektivitas internal dapat terjadi karena adanya reaksi terhadap dunia luar, dimana kondisi
luar tsb. dianggap sebagai pemicu-pemicu eksternal (external triggers). Tetapi bisa juga sejumlah faktor
yang menjadi pemicu-pemicu internal (internal triggers) Contoh: adanya redesain organisasi guna
menyesuaikan diri dengan sebuah kondisi baru diluar.
Manajemen yang berorientasi pada meningkatkan peran, tidak dapat mengelakkan diri dari perubahan
dan kegiatan perubahan, dan untuk mampu melakukan perubahan ,dengan sendirinya diperlukan
adanya perubahan perilaku para manajer, dan perubahan-perubahan dalam nilai dan sistem nilai.

Kesimpulan:
a. GKJ Nehemia telah memiliki Visi-Misi-Strategi bagi pelayanannya. Berarti menempatkan diri
sebagai organisasi yang bekerja atas dasar strategi.
b. Pelembagaan strategi menjadi penting bagi gereja dengan jumlah warga yang cukup besar dan
kegiatan pelayanan yang cukup tinggi serta variatif, agar strategi menjadi acuan pokok bagi
operasionalisasi semua kelompok-kelompok pelayanan. Dengan adanya acuan pokok tersebut
masing-masing unit dalam organisasi gereja tidak bekerja berdasarkan persepsi sendiri-sendiri
akan tetapi terkoordinasi mengerucut pada Misi GKJ Nehemiayang telah ditetapkan Majelis.
c. Masing-masing unit pelayanan dalam gereja perlu mengkaji sejauh mana butir-butir dalam
strategi yang digariskan telah dilaksanakan. Hal yang belum terlaksana didorong untuk mampu
dilaksanakan, karena kita telah memasuki tahun kedua periode strategi tersebut.
d. Perlu kemampuan koordinasi yang tinggi bagi organisasi seperti GKJ Nehemia, mengingat jumlah
warga, banyaknya kegiatan, banyaknya unit pelayanan, serta model organisasi-manajemen yang
dipilih.
e. Peningkatan peran manajemen perlu diupayakan berkelanjutan agar tercapai tujuan organisasi
yang efektif dan berkinerja tinggi.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Ref: Berbagai sumber.

Depok, 19 April 2011

Anda mungkin juga menyukai