2. Sebagai auditor internal dalam melakukan audit manajemen fungsi SDM, ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan audit, antara lain:
a. Memahami tujuan bisnis perusahaan: Auditor internal perlu memahami tujuan
bisnis perusahaan serta strategi dan rencana jangka panjang perusahaan, agar dapat
menetapkan tujuan audit yang sesuai dengan kebutuhan bisnis perusahaan.
b. Memahami peran fungsi SDM: Auditor internal perlu memahami peran fungsi SDM
dalam organisasi, baik dari segi struktur, tanggung jawab, dan kebijakan yang terkait.
Hal ini akan membantu auditor internal dalam mengevaluasi apakah fungsi SDM
telah memenuhi peran dan tanggung jawabnya secara efektif.
c. Mengetahui standar dan regulasi terkait: Auditor internal harus memahami standar
dan regulasi terkait manajemen SDM yang berlaku di negara atau wilayah tempat
perusahaan beroperasi, seperti undang-undang ketenagakerjaan, peraturan
perusahaan, dan standar industri terkait.
d. Memahami risiko SDM: Auditor internal perlu memahami risiko-risiko yang terkait
dengan manajemen SDM, seperti risiko kepatuhan, risiko reputasi, dan risiko
kehilangan bakat. Hal ini akan membantu auditor internal dalam mengevaluasi
efektivitas kontrol internal yang terkait dengan manajemen SDM.
e. Mengidentifikasi area fokus audit: Auditor internal harus mengidentifikasi area fokus
audit yang paling penting dan relevan dengan tujuan bisnis perusahaan serta risiko-
risiko yang terkait dengan manajemen SDM. Area fokus audit dapat mencakup
proses perekrutan, pengembangan karyawan, manajemen kinerja, dan manajemen
kompensasi.
3. Kertas Kerja Audit adalah dokumen yang digunakan oleh auditor untuk merekam
temuan, pengamatan, dan hasil audit selama proses audit dilakukan. Beberapa unsur
penting yang harus ada di dalam Kertas Kerja Audit antara lain:
a. Judul dan Deskripsi: Kertas Kerja Audit harus memiliki judul dan deskripsi yang jelas
untuk mengidentifikasi sumber daya yang diaudit, jenis audit yang dilakukan, dan
periode waktu yang di audit.
b. Tujuan Audit: Kertas Kerja Audit harus menjelaskan tujuan audit dan ruang lingkup
audit yang dilakukan, termasuk batasan-batasan audit dan metode audit yang
digunakan.
c. Jadwal Audit: Kertas Kerja Audit harus mencantumkan jadwal audit yang
dijadwalkan, termasuk tanggal awal dan akhir audit, waktu yang dihabiskan untuk
setiap bagian audit, dan jadwal pertemuan dengan manajemen.
d. Daftar Pihak yang Terlibat: Kertas Kerja Audit harus mencantumkan daftar pihak
yang terlibat dalam audit, termasuk nama auditor dan anggota tim audit, dan pihak-
pihak yang diaudit.
e. Rencana Audit: Kertas Kerja Audit harus mencantumkan rencana audit, termasuk
skenario yang diharapkan, temuan potensial, dan risiko yang diidentifikasi selama
audit.
f. Dokumen Pendukung: Kertas Kerja Audit harus mencantumkan dokumen
pendukung yang relevan, seperti dokumen kebijakan, prosedur, dan dokumen
keuangan.
g. Temuan Audit: Kertas Kerja Audit harus mencantumkan temuan audit yang terkait
dengan tujuan audit dan ruang lingkup audit, termasuk catatan audit yang terkait
dengan hasil audit dan tindakan perbaikan yang diperlukan.
h. Kesimpulan Audit: Kertas Kerja Audit harus memberikan kesimpulan audit, yang
mencakup penilaian terhadap efektivitas dan efisiensi sistem kontrol internal yang
dievaluasi, serta kesimpulan mengenai apakah laporan keuangan yang di audit bebas
dari kesalahan material.
i. Rekomendasi: Kertas Kerja Audit harus mencantumkan rekomendasi untuk
memperbaiki masalah yang ditemukan selama audit, serta tindakan perbaikan yang
harus diambil oleh manajemen untuk mengatasi masalah tersebut.
j. Tanda Tangan dan Persetujuan: Kertas Kerja Audit harus memiliki tanda tangan dan
persetujuan dari auditor dan manajemen untuk menunjukkan bahwa semua pihak
terlibat telah menyetujui hasil audit.
4. KKA (Kertas Kerja Audit) adalah dokumen yang disusun oleh auditor internal selama
proses audit. KKA mencakup informasi tentang temuan-temuan yang didapat selama
audit dan rekomendasi atas tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki masalah
yang ditemukan. Berikut adalah KKA yang dapat dibuat untuk kondisi-kondisi yang
terjadi di perusahaan XY:
5. Dalam melakukan audit SDM, terdapat beberapa kriteria yang dapat dijadikan dasar
untuk menilai objek yang diaudit. Berikut adalah beberapa contoh kriteria yang dapat
digunakan dalam audit SDM:
a. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan: Kriteria ini mencakup
penilaian terhadap kepatuhan perusahaan dalam menjalankan aktivitas SDM sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti peraturan
ketenagakerjaan, peraturan tentang upah, dan peraturan tentang hak-hak
karyawan.
b. Kinerja SDM: Kriteria ini mencakup penilaian terhadap kinerja SDM dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Kinerja SDM dapat diukur dengan
menggunakan berbagai metode, seperti evaluasi kinerja, pengukuran produktivitas,
dan penilaian kompetensi.
c. Kebijakan SDM: Kriteria ini mencakup penilaian terhadap kebijakan dan prosedur
SDM yang diterapkan oleh perusahaan. Kebijakan dan prosedur SDM ini mencakup
hal-hal seperti proses rekrutmen dan seleksi, pengembangan karyawan, dan
manajemen kinerja.
d. Budaya perusahaan: Kriteria ini mencakup penilaian terhadap budaya perusahaan
terkait SDM. Budaya perusahaan mencakup nilai-nilai, norma, dan keyakinan yang
dianut oleh perusahaan terkait dengan SDM, seperti keadilan, keberagaman, dan
partisipasi.
e. Kepemimpinan dan manajemen SDM: Kriteria ini mencakup penilaian terhadap
kemampuan manajemen dalam memimpin dan mengelola SDM perusahaan.
Kemampuan manajemen dalam hal ini mencakup kemampuan dalam
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengontrol aktivitas SDM.
6. Dalam melakukan audit atas fungsi pengadaan, auditor harus memperhatikan beberapa
masalah kritis berikut untuk menilai apakah rencana pengadaan telah memenuhi
prinsip-prinsip tata kelola pengadaan yang baik:
a. Kepatuhan terhadap aturan dan peraturan: Auditor harus memastikan bahwa
rencana pengadaan mematuhi semua aturan dan peraturan yang berlaku, termasuk
peraturan pemerintah, hukum, dan peraturan internal organisasi.
b. Transparansi dan akuntabilitas: Rencana pengadaan harus transparan dan
akuntabel, sehingga semua proses pengadaan dapat diawasi dan dilaporkan secara
jelas.
c. Keterbukaan pasar: Auditor harus memastikan bahwa proses pengadaan dilakukan
secara adil dan terbuka, dan tidak ada pihak yang mendapat perlakuan khusus atau
diuntungkan.
d. Evaluasi risiko: Auditor harus mengevaluasi risiko-risiko yang mungkin terjadi selama
proses pengadaan, dan memastikan bahwa rencana pengadaan telah
mempertimbangkan semua risiko yang mungkin terjadi.
e. Efisiensi dan efektivitas: Auditor harus menilai apakah rencana pengadaan efisien
dan efektif, yaitu apakah proses pengadaan dilakukan dengan biaya dan waktu yang
optimal, dan apakah hasilnya memenuhi tujuan organisasi.
f. Pengendalian intern: Auditor harus memastikan bahwa pengendalian intern yang
memadai telah diterapkan pada semua tahapan proses pengadaan, sehingga risiko
kesalahan dan penyalahgunaan dapat diminimalkan.
g. Pemenuhan persyaratan kontrak: Auditor harus memastikan bahwa kontrak yang
disepakati telah memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan, termasuk
kualitas, harga, dan jangka waktu.
h. Kepatuhan terhadap kode etik: Auditor harus memastikan bahwa semua pihak yang
terlibat dalam proses pengadaan, termasuk penyedia jasa, telah mematuhi kode etik
dan standar perilaku yang berlaku.
7. Tujuan dari audit SDM adalah untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program
manajemen SDM dalam organisasi, serta untuk memastikan bahwa kebijakan dan
prosedur SDM yang diterapkan sesuai dengan peraturan dan persyaratan hukum yang
berlaku.
Manfaat dari audit SDM antara lain:
a. Meningkatkan kualitas dan efektivitas program manajemen SDM: Dengan
melakukan audit SDM, organisasi dapat mengidentifikasi kelemahan dan kesalahan
dalam program manajemen SDM dan memperbaikinya untuk meningkatkan kualitas
dan efektivitas program tersebut.
b. Meningkatkan kepatuhan hukum: Audit SDM membantu organisasi memastikan
bahwa kebijakan dan prosedur SDM yang diterapkan sesuai dengan peraturan dan
persyaratan hukum yang berlaku.
c. Mengurangi risiko: Audit SDM dapat membantu organisasi mengurangi risiko
terhadap potensi tuntutan hukum, pelanggaran etika, dan kegagalan program
manajemen SDM yang dapat berdampak negatif pada reputasi organisasi.
d. Meningkatkan keterbukaan dan akuntabilitas: Audit SDM membantu organisasi
untuk menjadi lebih transparan dan akuntabel terhadap stakeholder dalam hal
pengelolaan sumber daya manusia.
e. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas: Audit SDM membantu organisasi
mengidentifikasi proses dan kegiatan yang tidak efisien dan mengubahnya untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
f. Memberikan rekomendasi perbaikan: Audit SDM memberikan rekomendasi
perbaikan yang dapat membantu organisasi memperbaiki program manajemen SDM
dan memastikan bahwa sumber daya manusia organisasi dikelola secara efektif dan
efisien.
9. Auditor dapat memperoleh beberapa informasi dari hasil review dan pengujian
pengendalian manajemen auditee, termasuk:
a. Keandalan dan efektivitas sistem pengendalian internal: Auditor dapat mengevaluasi
keandalan dan efektivitas sistem pengendalian internal auditee, seperti prosedur
akuntansi, pengendalian keamanan fisik, dan prosedur pengendalian akses data.
b. Identifikasi risiko: Auditor dapat mengidentifikasi risiko-risiko yang terkait dengan
operasi auditee, dan mengevaluasi apakah pengendalian manajemen yang
diterapkan cukup untuk mengurangi risiko tersebut.
c. Pemahaman bisnis auditee: Melalui review dan pengujian pengendalian manajemen,
auditor juga dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bisnis auditee,
termasuk struktur organisasi, proses operasi, dan strategi bisnis yang digunakan.
d. Kepatuhan terhadap peraturan dan kebijakan: Auditor dapat mengevaluasi
kepatuhan auditee terhadap peraturan dan kebijakan yang berlaku, dan memastikan
bahwa operasi auditee dilakukan sesuai dengan standar etika dan nilai-nilai
perusahaan.
e. Identifikasi kesalahan atau kecurangan: Review dan pengujian pengendalian
manajemen juga dapat membantu auditor untuk mengidentifikasi kesalahan atau
kecurangan yang terjadi dalam operasi auditee. Dengan demikian, auditor dapat
memberikan rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian manajemen dan
mencegah terjadinya kesalahan atau kecurangan di masa depan.
f. Semua informasi ini dapat membantu auditor untuk mengevaluasi risiko audit dan
membuat rekomendasi yang relevan untuk perbaikan pengendalian manajemen dan
operasi bisnis auditee.
10. Sebagai auditor, tujuan utama Anda adalah untuk menilai dan mengevaluasi kinerja
perusahaan atau organisasi secara objektif. Anda tidak harus melihat karyawan sebagai
orang yang harus dicurigai atau sebagai musuh dalam proses pemeriksaan. Sebaliknya,
Anda harus menjalin kemitraan dengan mereka dalam proses pemeriksaan.
Karyawan yang terkait dengan objek pemeriksaan memiliki pengetahuan yang berharga
tentang operasi perusahaan dan dapat membantu Anda dalam memahami proses bisnis
dan aktivitas yang sedang diperiksa. Oleh karena itu, penting untuk menjalin hubungan
yang baik dengan mereka dan memperlakukan mereka dengan hormat dan
profesionalisme.
Namun demikian, Anda tetap harus mempertahankan sikap kritis dan objektif dalam
melakukan pemeriksaan. Anda harus tetap melakukan pengujian yang memadai dan
memeriksa bukti dengan cermat untuk memastikan bahwa laporan yang Anda hasilkan
akurat dan dapat dipercaya.
MENTAL UDAH KAYA YUPI, MASIH AJA DIJADIIN SECOND CHOICE SAMA ORANG
WKWKWKWKWKK