Anda di halaman 1dari 27

Nama : Zaki Dayatul Akbar

Unit Kerja : SMA Cendana Pekanbaru


LPTK : Universitas Jambi

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Keterampilan KAJIAN LITERATUR Berdasarkan analisis disimpulkan
komunikasi dan 1. Khofifah Indah Farawansyah (2021) menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan
argumentasi peserta bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan argumentasi peserta didik disebabkan
didik masih berada rendahnya keterampilan argumentasi peserta didik oleh
pada tahap claim diantaranya: a. Rendahnya pemahaman konsep
(pernyataan) dan a. Rendahnya kemampuan Argumentasi Peserta peserta didik pada materi laju reaksi.
reasoning (memberi didik disebabkan oleh rendahnya pemahaman b. Penggunaan model dan metoda
alasan) hanya konsep pada materi laju reaksi. pembelajaran yang kurang sesuai,
sebagian kecil peserta b. Rendahnya keterampilan argumentasi dapat metode yang digunakan pada
didik yang mampu disebabkan oleh penggunaan model ceramah pembelajaran laju reaksi adalah
memberikan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang metode ceramah, penugasan dalam
argumentasi berupa diimplementasikan, dinilai belum membekali diskusi kelompok untuk menjawab
dukungan dan peserta didik untuk mengembangkan soal
sanggahan terhadap kemampuannya dalam berargumentasi, peserta c. Penggunaan media pembelajaran
pendapat kelompok didik tidak terbiasa untuk mengkonstruk yang belum mendukung peserta
lain ketika sedang pengetahuannya secara mandiri sehingga didik untuk membangun
berdiskusi pada penguasaan konsepnya menjadi sangat argumentasinya sendiri, LKPD yang
pembelajaran materi rendah. digunakan hanya berisi soal-soal
Laju Reaksi c. Penggunaan buku cetak dalam pembelajaran saja serta media yang digunakan
yang tidak sesuai dengan kondisi peserta didik adalah PPt.
d. Perangkat yang digunakan dinilai masih kurang d. Peserta didik kurang percaya diri
untuk membuat pembelajaran menjadi lebih dalam menyampaikan pendapat atau
bermakna. argumentasinya
e. Peserta didik belum pernah dilatihkan
keterampilan argumentasi yang dipadukan
dalam pembelajaran kimia. Hal tersebut
dikarenakan terdapat kebijakan pusat yang
menjadi kendala untuk memacu kinerja
peserta didik dan tidak adanya perangkat
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
referensi untuk melatihkan keterampilan
argumentasi pada materi laju reaksi

2. Astrid Kinantya Paramita (2020) menjelaskan


beberapa hal yang menyebabkan rendahnya
kemampuan argumentasi peserta didik diantaranya:
a. Proses pembelajaran lebih terfokus pada
pelaksanaan transfer pengetahuan dengan
metode ceramah dan peningkatan pemahaman
konsep dilakukan dengan pemberian latihan
soal.
b. Selain proses pembelajaran, pemahaman konsep
maupun keterampilan argumentasi juga
dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa. Dalam
kaitannya dengan keterampilan argumentasi,
kemampuan awal dianggap sebagai modal untuk
menghasilkan argumen yang berkualitas saat
siswa terlibat dalam argumentasi
c. Diantara materi kimia yang dipelajari di SMA
salah satunya yaitu materi tentang Laju Reaksi.
Konsep-konsep yang abstrak, terdefinisi,
hitungan matematis serta grafik terlibat dalam
materi tersebut. Hal-hal mikroskopis yang
dipelajari pada materi laju reaksi menyebabkan
siswa sulit untuk mengerti dan cenderung hanya
menghafal teori tanpa memahaminya.
Permasalahan-permasalahan tersebut
berdampak pada pembelajaran laju reaksi yang
seharusnya dapat menjadi ajang melatih
pemahaman konsep dan keterampilan
argumentasi siswa menjadi tidak
terimplementasikan dengan baik.

3. Amala Anggraeni Afandi (2021) menjelaskan


bahwa rendahnya kemampuan argumentasi peserda
didik disebabkan oleh
peserta didik belum terbiasa untuk berargumen
karena guru belum menaruh perhatian khusus
dalam menerapkan keterampilan argumentasi
pada proses pembelajaran. Guru biasanya
menyuruh peserta didik untuk memilih jawaban,
melakukan penjelasan secara singkat, menghitung
menggunakan suatu rumus, dan memberi
kesimpulan terhadap materiuntuk mengukur
pemahaman peserta didik.

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru kimia
SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) menjelaskan bahwa
rendahnya kemampuan Argumentasi peserta didik
pada materi laju reaksi disebabkan oleh
pembelajaran yang dilakukan guru pada massa
pandemi lebih menfokuskan pada penyelesaian
konten atau materi kimianya, sehingga
keterampilan abad-21 nya seperti keterampilan
komunikasi dan argumentasi terabaikan dalam
proses pembelajaran.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum) juga menjelaskan
bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya
kemampuan argumentasi peserta didik adalah
kurangnya rasa percaya diri peserta didik yang bisa
disebabkan oleh trauma masa kecil dalam
lingkungan keluarga, pernah dipermalukan atau
ditertawakan ketika menyampaikan pendapat yang
salah, dan kurangnya pemahaman konsep terhadap
materi laju reaksi tersebut.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa terjadinya
permasalahan dalam pembelajaran seperti
rendahnya kemampuan komunukasi dan
argumentasi peserta didik disebabkan oleh
banyak faktor seperti orang tua, guru, siswa, dan
lingkungan sekolah. Dari sekian banyak faktor
yang lebih dominan adalah peserta didik sendiri
dan proses pembelajaran guru. Peserta didik yang
tidak menguasai konsep, dan proses
pembelajaran guru yang belum menfasilitasi anak
untuk membangun argumentasinya sendiri.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa rendahnya keterampilan
argumentasi peserta didik disebabkan oleh proses
pembelajaran yang masih berpusat pada guru,
siswa tidak diberi kesempatan untuk diskusi,
tidak diberi kesempatan untuk menggali sendiri
informasi tentang laju reaksi dan tidak diberi
kesempatan menampilkan hasil jawaban mereka.

2 Motivasi belajar KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


sebagian peserta didik 1. Chatur Fathonah Djarwo (2020) menjelaskan bahwa rendahnya motivasi peserta didik
pada materi laju bahwa: pada materi laju reaksi disebabkan oleh
reaksi masih rendah a. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh dua beberapa faktor :
tepatnya pada hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Peserta didik tidak mempunyai target
indikator hukum laju. Faktor dari dalam (internal) yang dapat jangka pendek dan jangka panjang
meningkatkan motivasi belajar siswa b. Proses pembelajaran yang berpusat
diantaranya adalah fisik, intelegensi, sikap, pada guru
minat, bakat, dan emosi. Dorongan dari luar diri c. Hubungan antara guru dengan siswa
siswa (eksternal) diantaranya adalah keluarga, d. Media pembelajaran yang digunakan
sekolah, dan masyarakat. tidak menarik
b. Faktor keluarga yang dapat mempengaruhi e. Model dan media pembelajaran yang
proses belajar siswa, antara lain pola asuh orang digunakan tidak sesuai dengan
tua, cara orangtua mendidik, relasi antar karakteristik peserta didik
anggota keluarga (misalnya akrab, saling tidak f. Pembelajaran yang tidak
peduli, sering cekcok atau bertengkar), suasana berdeferensiasi sehingga hanya anak
rumah (misalnya selalu ada keributan), dengan gaya belajar yang cocok saja
kebudayaan keluarga (misalnya disiplin ketat yang teraktifkan
dan kurang disiplin), serta keadaan sosial- g. Guru tidak menggunakan video
ekonomi keluarga (misalnya ekonomi tinggi, pembelajaran untuk menampilkan
menengah, atau bawah dan terpandang atau materi yang abstrak.
tidak)
c. Faktor dari lingkungan sekolah yang dapat
mempengaruhi proses belajar siswa, antara lain
metode mengajar yang digunakan guru
(misalnya berpusat pada guru atau berpusat
pada siswa), jenis kurikulum yang diberlakukan,
hubungan antara guru dengan siswa (misalnya
sangat akrab, terbuka atau sangat tertutup),
hubungan antar siswa (misalnya adanya
persaingan atau kerja sama), model disiplin
sekolah yang dikembangkan, jenis mata
pelajaran dan beban belajar siswa, waktu
sekolah (misalnya masuk pagi atau masuk
siang), keadaan gedung sekolah, kuantitas tugas
rumah, media pembelajaran yang sering
digunakan, dan sebagainya.

2. Lisa Sigala (2016) menyatakan bahwa : Beberapa


faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
berkaitan dengan keterampilan mengajar yang perlu
dimiliki oleh seorang guru, seperti instruksi
langsung dan pemberian umpan balik.

3. Gusti Made Adi Widarta (2020) Menjelaskan bahwa


Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan
sebagai (a) adanya hasrat dan keinginan
berhasil, (b) adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar, (c) adanya harapan dan cita-
cita masa depan, (d) adanya penghargaan dalam
belajar, (e) adanya lingkungan yang kondusif,
sehingga memungkinkan seorang siswa dapat
belajar dengan baik.

WAWANCARA
1. Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru kimia
SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) menjelaskan bahwa
rendahnya motivasi peserta didik disebabkan oleh
proses pembelajaran yang dilakukan secara online
dimana peserta didik tidak terlihat secara langsung.
Selain itu media pembelajaran yang digunakan
ketika pembelajaran hanya berupa PPt saja karena
berada dalam waktu transisi pembelajaran offline ke
online.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum) juga menjelaskan
bahwa hal yang menyebabkan rendahnya motivasi
belajar peserta didik adalah peserat didik tidak
memiliki target dalam setiap pembelajarannya,
metode dan metode yang digunakan tidak cocok
dengan karakterisitik materi, media pembelajaran
yang tidak menarik dan jam pelajaran di jam siang.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd ( Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan rendahnya motivasi siswa adalah
ketidakmampuan guru menciptakan suasana
belajara kondusif dan menyenangkan,
pembelajaran yang tidak berdeferensiasi
sehingga hanya anak dengan gaya belajar yang
cocok saja yang teraktifkan.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan
rendahnya motivasi siswa adalah guru yang
mengajar menggunakan metode ceramah, tidak
melakukan praktikum dan tidak menggunakan
video pembelajaran untuk menampilkan materi
yang abstrak.

3 Peserta didik sulit KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


memahami materi 1. Siti Marfu’a (2022) menjelaskan kesulitan belajar bahwa kesulitan peserta didik dalam
yang bersifat abstrak siswa dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai memahami konsep materi
dan hitungan pada berikut: kesetimbangan disebabkan oleh :
materi kesetimbangan a. Kesulitan belajar yang sering dialami siswa a. karakteristik materinya yang
kimia. biasanya terjadi karena siswa cenderung tidak abstrak dan disertai dengan
memiliki ketertarikan untuk mengikuti proses perhitungan,
pembelajaran. Selain itu siswa juga kurang b. media yang disiapkan guru dalam
memperhatikan pada saat guru menjelaskan pembelajaran juga belum
materi pembelajaran
b. Kesulitan belajar pada siswa disebabkan oleh mendukung untuk memahami
faktor internal dan eksternal. Faktor internal konsep yang abstrak tersebut.
adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, c. adanya deretan konsep materi
seperti kesehatan, intelegensi, bakat dan sebelumnya yang belum dipahami
minat, motivasi, terkendala biaya kuota, sehingga materi pelajaran yang
dansebagainya. Sedangkan faktor eksternal dipelajari sekarang terasa sulit bagi
yaitu berasal dari luar diri siswa seperti siswa
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan d. Guru tidak menggunakan video
lingkungan masyarakat. Kesulitan belajar juga pembelajaran untuk menampilkan
terjadi pada mata pelajaran kimia materi yang abstrak.
e. Guru mengajar menggunakan
2. Sri Rizka Fadhila (2017) menyatakan bahwa: Salah metoda ceramah.
satu materi kimia yang sulit dipahami siswa adalah
kesetimbangan kimia karena sebagian besar
konsep-konsep pada materi ini bersifat abstrak.
Kesetimbangan kimia merupakan topik yang paling
sulit dalam pembelajaran kimia. Kesulitan tersebut
disebabkan sebagian besar konsep-konsep dalam
topik kesetimbangan kimia merupakan konsep
abstrak, seperti konsep setimbang dan pergeseran
kesetimbangan

3. Ketut Sudiana (2019) menjelaskan bahwa faktor


menyebabkan kesulitan belajar peserta didik pada
pembelajaran kimia adalah minat belajar kimia
siswa rendah, motivasi belajar kimia siswa
rendah, pemahaman terhadap konsep-konsep
materi pembelajaran rendah, pemahaman terhadap
konsep prasyarat materi rendah, kemampuan
matematika siswa lemah, pengaruh negatif dari
teman sebaya, dan metode mengajar yang
diterapkan guru.
WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd menjelaskan
bahwa kesulitan peserta didik dalam memahami
konsep yang abstrak adalah karena belum adanya
media yang dikembangkan untuk mengkongkritkan
konsep yang abstrak tersebut.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan kesulitan siswa dalam memahami
konsep abstrak dan perhitungan adalah motivasi
belajar siswa yang rendah, cara mengajar guru yang
belum sesuai dan kemampuan dasar matematika
yang rendah.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd menjelaskan bahwa
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada
materi kesetimbangan kimia disebabkan oleh
adanya deretan konsep materi sebelumnya yang
belum dipahami sehingga materi pelajaran yang
dipelajari sekarang terasa sulit bagi siswa.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa kesulitan belajar siswa pada
materi kesetimbangan kimia disebakan guru
yang mengajar menggunakan metode ceramah,
tidak melakukan praktikum dan tidak
menggunakan video pembelajaran untuk
menampilkan materi yang abstrak.

4 Sebanyak 4 orang KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


peserta didik pada 1. Arifudin Mahmudi (2020) menjelaskan : bahwa faktor yang menyebabkan siswa
kelas XI MIPA butuh a. Hak dan kewajiban orang tua terhadap anak butuh perhatian khusus disekolah
perhatian khusus yaitu dengan memberikan bimbingan dan adalah :
disekolah pendidikan yang baik bagi anak. Seorang anak a. berkaitan dengan tahap
mendapatkan pendidikan pertama kali dari perkembangan anak yang berada
orang tua dan keluarga. pada usia remaja.
b. Anak usia kelas tinggi, yang mana pada masa ini b. kurangnya perhatian yang diberikan
anak mulai melakukan hal yang sesuai dengan oleh orang tua dirumah yang bisa
apa yang anak fikirkan tanpa memperdulikan disebabkan oleh berbagai hal seperti
otoritas atau nasihat serta bimbingan orang orang tua yang sibuk bekerja,
tua dan gurunya. Pada masa ini orang tua keluarga yang tidak harmonis, serta
dan guru harus saling bekerja sama dalam pola asuh orang tua
upaya membangkitkan semangat siswa dalam
belajar dan membimbing siswa agar lebih baik.
c. Orang tua siswa kurang memahami pendidikan
anaknya.
d. Tinggi rendahnya pendidikan orangtua, besar
kecilnya penghasilan orangtua, serta rukun
tidaknya orangtua dengan anak anaknya,
tenang tau tidaknya situasi dalam rumah,
semua itu turut mempengaruhi hasil belajar
anak. Dalam kegiatan belajar dirumah,
orangtua merupakan contoh terdekat dari
anak anaknya

2. Chatur Fathonah Djarwo (2020) menjelaskan


bahwa Faktor keluarga yang dapat mempengaruhi
proses belajar siswa, antara lain pola asuh orang
tua, cara orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga (misalnya akrab, saling tidak peduli, sering
cekcok atau bertengkar), suasana rumah (misalnya
selalu ada keributan), kebudayaan keluarga
(misalnya disiplin ketat dan kurang disiplin), serta
keadaan sosial-ekonomi keluarga (misalnya
ekonomi tinggi, menengah, atau bawah dan
terpandang atau tidak)

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd menjelaskan
bahwa yang siswa menyebabkan siswa mencari
perhatian disekolah adalah berkaitan dengan tahap
perkembangan anak yang berada pada usia remaja.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd juga menjelaskan bahwa siswa
menyebabkan siswa mencari perhatian disekolah
adalah karena kurangnya perhatian yang diberikan
oleh orang tua dirumah yang bisa disebabkan oleh
berbagai hal seperti orang tua yang sibuk bekerja,
keluarga yang tidak harmonis, serta pola asuh orang
tua.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd menjelaskan bahwa
penyebab siswa sibuk mencari perhatian di
sekolah adalah kurangnya perhatian orang tua
terhadap anak disetiap tahap perkembangannya.
Penyebabnya tidak hanya masalah keluarga
ketika anak telah berada di SMA, tetapi
permasalahan keluarga sejak tahap
perkembangan anak, sehingga ada yang kurang
pada perkembangannya, salah satu perhatian
dari orang tuanya.

5 Model pembelajaran KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


Discovery Learning 1. Masayu Diska Prilliza (2020) menjelaskan bahwa bahwa faktor yang menyebabkan model
belum bisa diterapkan penerapan model pembelajaran discovery learning pembelajaran inovatif (discovery
dengan optimal pada terdapat beberapa kekurangan karena disebabkan learning) belum bisa diterapkan secara
materi Sel Volta dan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut maksimal disebabkan oleh beberapa
Sel Elektrolisis diantaranya yaitu : faktor:
a. Dibutuhkan waktu yang cukup untuk a. peserta didik membutuhkan waktu
menerapkan model pembelajaran discovery untuk menyesuaikan diri dalam
learning, menerapkan model pembelajaran
b. peserta didik membutuhkan waktu untuk discovery learning
menyesuaikan diri dalam menerapkan model b. sulit untuk mengontrol setiap peserta
pembelajaran discovery learning, didik yang memiliki karakteristik
c. sulit untuk mengontrol setiap peserta didik yang yang berbeda-beda pada kelas yang
memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada memiliki jumlah peserta didik yang
kelas yang memiliki jumlah peserta didik yang banyak
banyak. c. pendidik tidak menjelaskan petunjuk
pengerjaan LKPD dalam
2. Heni Hasanah (2021) melakukan penelitian pembelajaran discovery learning
tindakan kelas menggunakan model pembelajaran secara rinci sebelum pertemuan
discovery learning dan menemui bahwa peserta menggunakan model tersebut.
didik belum teraktifkan secara optimal pada siklus d. sebagian kelompok masih belum bisa
I, hal ini disebabkan oleh : merumuskan masalah dan mengolah
a. pendidik tidak menjelaskan petunjuk pengerjaan data dengan tepat,
LKPD dalam pembelajaran discovery learning e. sebagian besar peserta didik lebih
secara rinci, suka materi tersebut dijelaskan oleh
b. sebagian kelompok masih belum bisa guru sehingga malas berdiskusi
merumuskan masalah dan mengolah data dalam kelompok.
dengan tepat, f. kesulitan guru dalam
c. peserta didik masih merasa kebingungan mengembangkan media yang
sehingga peserta didik kurang berbagi ide
dengan teman kelompoknya maupun kelompok mendukung pelaksanaan model
lain sehingga menyebabkan kurang aktifnya pembelajaran discover learning.
pembelajaran, g. kemampuan pedagogik guru yang
d. sebagian besar kegiatan diskusi kelompok pada rendah dalam mengelola kelas dan
siklus I ini belum sepenuhnya terlihat. kurangnya analisa tentang gaya
e. pengelolaan waktu oleh pendidik pada siklus I ini belajar siswa dengan karakterisitik
juga belum efektif sehingga menghambat pada model.
pelaksanaan evaluasi.

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru kimia
SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) menjelaskan bahwa
belum optimalnya penerapan model pembelajaran
inovatif seperti Discovery Learning pada
pembelajaran Sel Volta dan Elektrolisis disebabkan
oleh sebagian besar peserta didik lebih suka materi
tersebut dijelaskan oleh guru. Selain itu guru juga
kesulitan dalam mengkoordinir diskusi kelompok,
sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum) juga menjelaskan
bahwa belum optimalnya penerapan model
pembelajaran inovatif seperti Discovery Learning
pada pembelajaran Sel Volta dan Elektrolisis
disebabkan oleh rendahnya kemampuan guru
dalam pemanfaatn IT, pemahaman terhadap sintaks
model yang rendah, dan kesulitan guru dalam
mengembangkan media yang mendukung
pelaksanaan model pembelajaran discover learning.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa belum
optimalnya penerapan model pembelajaran
inovatif seperti Discovery Learning pada
pembelajaran Sel Volta dan Elektrolisis
disebabkan oleh kurangnya perencanaan guru
dalam mendesain pelaksanaan pembelajaran,
kurangnya analisa tentang kecocokan materi
dengan model pembelajaran yang akan
diterapkan, kemampuan pedagogik guru yang
rendah dalam mengelola kelas dan kurangnya
analisa tentang gaya belajar siswa dengan
karakterisitik model.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa belum optimalnya
penerapan model pembelajaran inovatif seperti
Discovery Learning pada pembelajaran Sel Volta
dan Elektrolisis disebabkan oleh guru yang tidak
menguasai dengan baik tentang sintaks-sintaks
model discovery learning, karena model
pembelajaran inovatif dilakukan hanya ketika
disupervisi oleh pimpinan, selain itu kebanyakan
guru mengajar dengan metode ceramah.

6 Model pembelajaran KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


yang diterapkan guru 1. Agustina (2021) menjelaskan bahwa dalam bahwa faktor yang menyebabkan model
dalam pembelajaran pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru
materi Sel Volta dan model pembelajaran yang bervariatif masih belum bervariatif adalah:
Sel Elektrolisis belum sangat rendah dan guru cenderung a. kurangnya penguasaan guru
bervariasi. menggunakan model pembelajaran ekspositori terhadap model model pembelajaran
pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. inovatif yang ada.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya b. intake siswa yang juga belum
penguasaan guru terhadap model model mandiri
pembelajaran yang ada, padahal penguasaan c. waktu guru dalam menganalisa dan
guru terhadap model-model pembelajaran mempelajari berbagai model
sangat diperlukan untuk meningkatkan pembelajran inovatif sangat terbatas
kemampuan profesional guru. karena banyak beban mengajar dan
2. Mislinawati (2018) menjelaskan bahwa guru tugas tambahan di sekolah
belum memahami langkah-langkah d. sulitnya menghilangkan persepsi
pembelajaran yang ada di kurikulum 2013 guru bahwa kalau belum
sehingga guru kurang termotivasi dalam menjelaskan materi berarti belum
mengaplikasikan model-model pembelajaran mengajar,
inovatif. e. minimnya pelatihan dan
3. Saragi (2022) menjelaskan bahwa pembelajaran pengembangan kompetensi guru
kimia masih dominan menggunakan model yang diawadahi oleh pihak terkait
pembelajaran konvensional serta penggunakan
media pembelajaran masih belum digunakan
secara maksimal. Peneliti juga menemukan
media pembelajaran seperti proyektor yang ada
disekolah tidak selalu digunakan pada saat
proses pembelajaran berlangsung, sehingga
kondisi pembelajaran menyebabkan siswa tidak
aktif pada saat proses pembelajaran
berlangsung.

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru kimia
SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) menjelaskan bahwa
Model pembelajaran yang diterapkan guru belum
bervariatif adalah karena kondisi sarana dan
prasarana sekolah yang tidak mendukung, intake
siswa yang juga belum mandiri serta disebabkan
oleh waktu guru dalam menganalisa dan
mempelajari berbagai model pembelajran inovatif
sangat terbatas karena banyak beban mengajar dan
tugas tambahan di sekolah.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum) juga menjelaskan
bahwa Model pembelajaran yang diterapkan guru
belum bervariatif adalah karena sulitnya
menghilangkan persepsi guru bahwa kalau belum
menjelaskan materi berarti belum mengajar, serta
persepsi siswa juga begitu bahwa ketika guru belum
menjelaskan berarti siswa menganggap guru belum
mengajar dan sampai menganngap guru pemalas.
Selain faktor itu, faktor pengetahuan terhadap
berbagai mode ljuga minim.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa Model
pembelajaran yang diterapkan guru belum
bervariatif adalah guru tidak menguasai model-
model pembelajaran inovatif dan waktu guru yang
terbatas untuk mengembangkan media yang
menunjang pelaksanaan model inovatif.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa Model pembelajaran yang
diterapkan guru belum bervariatif adalah karena
minimnya pelatihan dan pengembangan
kompetensi guru yang diawadahi oleh pihak
terkait, sehingga guru tidak mendapatkan
pelatihan terkait model pembelajaran inovatif,
pihak sekolah juga tidak memberi arahan tegas
untuk melaksanakan model pembelajaran.

7 Kemampuan literasi KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


dan numerasi peserta 1. Elok Rintarti Widiastuti (2021) menyatakan bahwa rendahnya kemampuan literasi
didik tergolong bahwa penyebab literasi numerasi di Indonesia sains dan numerasi peserta didik pada
rendah pada materi masih rendah yaitu kurang menariknya guru materi termokimia disebabkan oleh :
Termokimia. dalam mengemas model dan media pembelajaran a. Pengetahuan dan penerapan literasi
yang dipakai. Pernyataan lain yang mendukung sains yang hanya mengandalkan
yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Yulianti, buku ajar atau teks(tekstual)belum
Jaya, & Eliza (2019) dengan memberikan media sepenuhnya menyentuh jiwa peserta
pembelajaran yang tepat dapat memberikan solusi didik, akibatnya pelajaran menjadi
untuk meningkat kemampuan literasi numerasi membosankan dan peserta didik
Indonesia. kurang memahami materi
pelajaran dalam konteks
2. Husnul Fuadi (2020) menjelaskan bahwa beberapa kehidupan
faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi b. kemampuan awal yang dimiliki oleh
sains dalam pembelajaran IPA peserta didik yang belum memadai,
a. Pemilihan Buku Ajar c. proses pembelajaran yang tidak
Salah satu faktor penyebab rendahnya literasi memberi ruang bagi siswa untuk
sains peserta didik yang berkaitan langsung mengembangkan literasi sainsnya
dan dekat dengan peserta didik adalah d. minimnya sumber bacaan, dan
pemilihan sumber belajar. Pengetahuan dan banyak siswa yang tidak mengerti
penerapan literasi sains yang hanya cara mencari e-book di intrnet
mengandalkan buku ajar atau e. rendahnya kepedulian siswa
teks(tekstual)belum sepenuhnya menyentuh terhadap lingkungan sekitar yang
jiwa peserta didik, akibatnya pelajaran menyebakan rendahnya literasi
menjadi membosankan dan peserta didik kurang budaya dan kearifan lokal
memahami materi pelajaran dalam f. soal evaluasi yang dilakukan
konteks kehidupan. langsung angka-angka saja, tanpa
b. Miskonsepsi diikuti kekayaan literasi.
Kecenderungan guru untuk memberikan
materi tanpa mengaitkannya dengan
kehidupan nyata menyebabkan siswa kesulitan
mengaitkan pengetahuan yang telah didapatkan
dengan situasi kehidupan nyata. Hal ini
terlihat dari jawaban-jawaban siswa yang
masih sangat teoritik sesuai dengan konsep
materi yang diajarkan di sekolah dan belum
mampu mengaplikasikan konsep materi untuk
memecahkan masalah-masalah sains yang
dijumpai di dalam soal
c. Pembelajaran Tidak Kontekstual
d. Rendahnya Kemampuan Membaca
e. Lingkungan dan Iklim Belajar
Lingkungan dan iklim belajar disekolah
mempengaruhi variasi skor literasi siswa.
Demikian juga keadaan infrastruktur
sekolah, sumber daya manusia sekolah
dan tipe organisasi serta manajemen
sekolah, sangat signifikan pengaruhnya
terhadap prestasi literasi siswa.

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru kimia
SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) menjelaskan bahwa
rendahnya kemampuan literasi sains dan numerasi
peserta didik pada materi termokimia dipengaruhi
oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh peserta
didik yang belum memadai, proses pembelajaran
yang tidak memberi ruang bagi siswa untuk
mengembangkan literasi sainsnya.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum) juga menjelaskan
bahwa rendahnya kemampuan literasi sains dan
numerasi peserta didik pada materi termokimia
dipengaruhi oleh kurangnya pembiasaan literasi
sains oleh guru, tujuan literasi itu sendiri tidak
dipahami oleh siswa, program sekolah yang tidak
mendukung, serta kegiatan pembelajaran yang tidak
memberi ruang untuk melatih kemampuan literasi
sains dan numerasi siswa.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa rendahnya
kemampuan literasi sains dan numerasi peserta
didik dipengaruhi Program sekolah dan
pelayanan sekolah yang membelum mewadahi
siswa untuk melatih kemampuan literasi dan
numerasi siswa, sebagai contoh : tidak
disediakan waktu bagi siswa untuk berliterasi,
perpustakaan sekolah yang tidak menjadi
perhatian bagi sekolah, pelayanan petugas
perpusatakan yang tidak ramah. Selain itu juga
bisa disebabkan oleh minimnya sumber bacaan,
dan banyak siswa yang tidak mengerti cara
mencari e-book di intrnet, dan juga rendahnya
kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar
yang menyebakan rendahnya literasi budaya dan
kearifan lokal.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan
literasi sains dan numerasi peserta didik pada
materi termokimia dipengaruhi pembelajaran
yang berpusat pada guru, siswa tidak dibiasakan
melakukan literasi, serta soal evaluasi yang
dilakukan langsung angka-angka saja, tanpa
diikuti kekayaan literasi.

8 Peserta didik sering KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


mengalami 1. Mangara Sihaloho (2021) melakukan penelitian bahwa faktor yang menyebabkan
tentang diagnosa miskonsepsi siswa pada materi peserta didik sering mengalami
miskonsepsi pada termokimia, dan disimpulkan bahwa Miskonsepsi miskonsepsi pada materi termokimia
materi termokimia yang terjadi mengindikasikan bahwa siswa hanya adalah:
mampu memahami dan merencanakan masalah, a. Pembelajaran yang hanya
namun siswa tidak mampu untuk menyelesaikan mengandalkan secara parsial
masalah, apalagi mengecek kembali masalah yang representasi kimia, yaitu
dipelajari. Pembelajaran yang hanya mengandalkan maksroskopik, simbolik, atau
secara parsial representasi kimia, yaitu submikroskopik saja maka sulit bagi
maksroskopik, simbolik, atau submikroskopik saja siswa unutk memahami konsep.
maka sulit bagi siswa unutk memahami konsep b. banyaknya kesalahan konsep yang
Bahkan gabungan dua representasi kimia pun tidak terjadi dalam kimia berasal dari
cukup unutk menyampaikan materi secara lengkap. ketidakmampuan peserta didik untuk
2. Menurut Paul Suparno (2013) menyatakan memvisualisasikan struktur dan
miskonsepsi yang ditimbul disebabkan oleh: proses pada level mikroskopik
a. Peserta didik sendiri dapat berupa: prakonsepsi c. kesulitan siswa dalam memahami
atau konsep awal yang salah, pemikiran asosiatif karakteristik materi dan media untuk
yang sering terjadi karena peserta didik sudah mengkongkrit itu belum digunakan
mempunyai konsep tertentu dengan arti tertentu guru dalam pembelajaran.
sebelum mengikuti pembelajaran, pemikiran d. banyaknya sumber-sumber
humanistik dengan memandang semua benda diinternet yang tidak tervalidasi dan
dari pandangan manusiawi, reasoning yang siswa tidak selektif dalam
tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap memilihnya.
perkembangan kognitif peserta didik, e. guru yang menggunakan metode
kemampuan peserta didik, dan minat belajar ceramah sedangkan materi
peserta didik yang rendah. termokimia terlalu banyak rumus
b. Penyebab miskonsepsi yang berasal dari yang harus digunakan sehingga siswa
guru/pengajar yaitu: tidak menguasai bahan, tidak paham dan sering mengalami
tidak kompeten, bukan lulusan dari bidang ilmu, miskonsepsi
tidak membiarkan peserta didik
mengungkapkan gagasan/ide dan relasi guru
peserta didik tidak baik.
c. Penyebab miskonsepsi dari konteks adalah
pengalaman peserta didik, bahasa sehari-hari
berbeda, teman diskusi yang salah, keyakinan
dan agama, penjelasan orangtua/ orang lain
yang keliru, konteks hidup peserta didik (TV,
radio, film yang keliru) dan perasaan senag atau
tidak senang atau perasaan bebas atau tertekan.
d. Sedangkan pada buku teks dapat menyebabkan
miskonsepsi pula ketika buku tersebut salah
tulis terutama dalam penulisan rumus,
penjelasan yang keliru, tingkat kesulitan buku
terlalu tinggi bagi peserta didik, peserta didik
tidak tahu membaca buku teks, dan lain-lain.
e. Dan pada penyebab miskonsepsi karena cara
mengajar hanya berisi ceramah dan menulis,
dan tidak mengoreksi PR yang salah juga dapat
menimbulkan miskonsepsi pada peserta didik.
3. Achmad Luthfi 2019 menjelaskan bahwa
banyaknya kesalahan konsep yang terjadi dalam
kimia berasal dari ketidakmampuan peserta
didik untuk memvisualisasikan struktur dan
proses pada level mikroskopik.
WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru kimia
SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) menjelaskan bahwa
yang menyebabkan siswa sering mengalami
miskonsepsi pada materi termokimia adalah
disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami
karakteristik materi dan media untuk mengkongkrit
itu belum digunakan guru dalam pembelajaran.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum) juga menjelaskan
bahwa yang menyebabkan siswa sering mengalami
miskonsepsi dalam pembelajaran adalah bahwa
kadang guru itu sendiri sering miskonsepsi
terhadap materi yang disampaikan, selain itu juga
disebabkan banyaknya sumber-sumber diinternet
yang tidak tervalidasi dan siswa tidak selektif dalam
memilihnya.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa siswa sering
mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran
disebabkan oleh suatu permasalahan yang
sangat komplit, yang bisa disebabkan oleh
berbagai sumber seperti pemahan awal peserta
didik, guru yang miskonsepsi atau proses
pembelajaran guru yang belum membuat siswa
meahami konsep dengan baik, media
pembelajaran yang tidak menfasilitasi siswa
memahami konsep, buku yang miskonsepsi,
serta sumber-sumber lain yang meberikan
informasi yang salah.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa yang menyebabkan siswa
sering mengalami miskonsepsi dalam
pembelajaran adalah guru yang menggunakan
metode ceramah sedangkan materi termokimia
terlalu banyak rumus yang harus digunakan
sehingga siswa tidak paham dan sering
mengalami miskonsepsi.

9 Proses pembelajaran KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


yang dilakukan dan 1. Sultan Beddu (2019) menyatakan bahwa masih bahwa faktor yang menyebabkan guru
asesmen yang banyak guru atau pendidik yang masih ragu-ragu belum menerapkan proses pembelajaran
diberikan pada materi dalam melaksanakan pendekatan HOTS. Karena dan asesmen HOTS adalah:
termokimia belum guru masih memerlukan penyesuaian dengan a. Para guru terbiasa melakukan tes
HOTS. metode ini dikarenakan pendidik dari dulu sudah tertulis pilihan ganda dan uraian
terbiasa dengan metode ceramah dalam proses yang mengukur pemahaman
pembelajaran b. Pembelajaran terjebak pada tujuan
2. Moh I Sholeh (2022) mengatakan bahwa guru penilaian yang mengukur
jarang untuk mengembangkan soal-soal HOTS keterampilan berpikir tingkat
secara mandiri untuk kegiatan penilaian dan rendah
pembelajaran. Sebagian besar guru masih c. guru yang belum mengerti tentang
menggunakan soal dengan tipe Lower Order HOTS itu sendiri, guru hanya
Thinking Skill (LOTS). Mengembangkan soal yang mengetahui tentang soal HOTS, dan
berorientasi HOTS ini memaksimalkan keterampilan tidak mengetahui tentang
guru dalam melakukan penilaian sehingga dapat pembelajaran HOTS.
meningkatkan keterampilan proses berpikir peserta d. Guru belum merancang
didik. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan pembelajaran yang HOTS.
menunjukkan masih terdapat banyak guru yang Pelaksanaan pembelajaran HOTS
belum memasukan unsur HOTS baik dalam proses dimulai dari penyusunan perangkat
pengajaran maupun evaluasi. Analisis dari buku pembelajaran yang HOTS, seperti
teks yang digunakan oleh guru-guru kimia diperoleh kata kerja operasional yang
kesimpulan bahwa buku teks menyajikan materi digunakan dalam penyusunan
dengan konsep yang sistematis tetapi lebih dari 50% tujuan pembelajaran, media yang
soal-soal yang tertulis belum mengukur HOTS dikembangkan harus mendukung
(Higher Order Thinking Skill) siswa untuk berfikir kritis dan
kreatif, serta soal yang disusun juga
3. Ferina Agustini (2017) menjelaskan bahwa harus HOTS.
kendala-kendala yang dihadapi guru dalam e. guru sering menganggap bahwa
pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa tidak bisa menjawab soal dari
(HOTS): guru bearti soal tersebut telah
a. Para guru terbiasa melakukan tes tertulis HOTS, padahal yang dimaksud
pilihan ganda dan uraian yang mengukur HOTS bukan soal sulit.
pemahaman
b. Pembelajaran terjebak pada tujuan penilaian
yang mengukur keterampilan berpikir tingkat
rendah.
c. Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran tematik menemui jalan buntu
d. Orang tua siswa menagih pihak sekolah untuk
menyusun rangkuman materi dengan alasan
minimnya materi yang tersaji dalam buku siswa

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru kimia
SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) menjelaskan bahwa
faktor yang menyebabkan proses pembelajaran dan
asesmen yang diberikan belum HOTS pada
pembelajaran termokimia disebabkan oleh guru
yang belum mengerti tentang HOTS itu sendiri.
Sebagian guru hanya mengetahui tengang soal
HOTS, dan tidak mengetahui tentang pembelajaran
HOTS.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum) juga menjelaskan
bahwa faktor yang menyebabkan proses
pembelajaran dan asesmen yang diberikan belum
HOTS pada pembelajaran adalah bahwa guru tidak
memahami tentang pembelajaran HOTS, bahkan
sebagian guru juga belum mengetahui tentang soal
HOTS. Guru mengangganp soal HOTS adalah soal
yang sulit saja.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd ( Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan proses pembelajaran dan asesmen
yang diberikan belum HOTS pada pembelajaran
karena guru belum merancang pembelajaran
yang HOTS. Pelaksanaan pembelajaran HOTS
dimulai dari penyusunan perangkat
pembelajaran yang HOTS, seperti kata kerja
operasional yang digunakan dalam penyusunan
tujuan pembelajaran, media yang dikembangkan
harus mendukung siswa untuk berfikir kritis
dan kreatif, serta soal yang disusun juga harus
HOTS.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan
proses pembelajaran dan asesmen yang
diberikan belum HOTS adalah karena guru itu
sendiri tidak mengerti tentang HOTS, dan guru
sering menganggap bahwa siswa tidak bisa
menjawab soal dari guru bearti soal tersebut
telah HOTS, padahal yang dimaksud HOTS
bukan soal sulit.

10 Sebagian peserta KAJIAN LITERATUR Setelah dianalisis dapat disimpulkan


didik lebih sering 1. Heriyanto (2014) menjelaskan bahwa media bahwa faktor yang menyebabkan
membuka aplikasi pembelajaran yang tersedia dan sering digunakan di peserta didik lebih sering membuka
lain dibanding melihat sekolah berupa buku teks, LKS, video, dan file aplikasi lain dibanding melihat media
media pembelajaran presentasi yang hanya bersifat satu arah saja. Hal pembelajaran materi pembelajaran
materi pembelajaran ini menyebabkan pembelajaran yang ada di sekolah kimia adalah:
kimia materi sistem selama ini terlihat kurang menarik, sehingga a. kontrol penggunaan HP dari guru dan
periodik unsur. membuat siswa merasa jenuh dan kurang memiliki orang tua,
minat pada pelajaran kimia. b. rendahnya kemampuan guru
menciptkan media pembelajaran yang
inovatif dan menyenangkan, sehingga
2. Yola Dewi Putri (2021) juga menjelaskan bahwa peserta didik sering membuka
media pembelajaran yang digunakan tidak sosmed/game dibanding media yang
interaktif atau hanya satu arah saja. dibuat
3. Tika Rahmawati (2019) menjelaskan bahwa
Pendidik masih belum maksimal dalam
penggunaan media pembelajaran berbasis
teknologi. Pendidik lebih sering menggunakan
media pembelajaran berupa buku kimia dan LKS.
Media pembelajaran berbasis teknologi yang
digunakan hanya power point.
4. Lounard (2018) menjelaskan bahwa kendala
pendidik memakai media IT dalam pembelajaran
diantaranya yaitu:
a. Kurangnya pengetahuan guru tentang IT
(laptop/komputer, infokus, printer, dan internet)
disebabkan oleh faktor usia dan kesulitan dalam
mencari file
b. Arus listrik di sekolah tidak normal serta internet
tidak dapat menjangkau keseluruh kelas
c. Tidak diwajibkan bagi guru mengajar dengan
menggunakan media IT oleh pihak sekolah.

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru kimia
SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) menjelaskan bahwa
yang menyebabkan siswa membuka sosmed/game
dibandingkan media pembelajaran adalah kurang
kontrol penggunaan HP dari guru dan orang tua,
kurangnya kesadaran siswa terhadap pembelajaran,
serta media yang dikembangkan belum menarik.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum) juga menjelaskan
bahwa yang menyebabkan siswa membuka
sosmed/game dibandingkan media pembelajaran
adalah media pembelajaran yang monoton,
kurangnya pengawasan orang tua dan guru,
kurangnya motivasi belajar siswa, dan pengaruh
usia siswa.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa yang
menyebabkan siswa membuka sosmed/game
dibandingkan media pembelajaran adalah
rendahnya kemampuan guru menciptkan media
pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan,
sehingga peserta didik sering membuka
sosmed/game dibanding media yang dibuat.
Selain itu kharisma dan pengawasan guru yang
kurang sehingga peserta didik sering
mengabaikan arahan guru.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi Riau)
menjelaskan bahwa yang menyebabkan siswa
membuka sosmed/game dibandingkan media
pembelajaran adalah karena bermain game lebih
menarik dan tidak memosankan, maka guru
harus mampu memasukkan materi juga dalam
bentuk game atau permainan yang
menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. A., & Rusmini, R. (2021). KELAYAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK UNTUK MELATIHKAN
KETERAMPILAN ARGUMENTASI PESERTA DIDIK SMA KELAS XI. UNESA Journal of Chemical Education, 10(2),
172-184.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/journal-of-chemical-education/article/view/38798/34379

Beddu, S. (2019). Implementasi pembelajaran higher order thinking skills (HOTS) terhadap hasil belajar peserta
didik. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Pembelajaran, 1(3), 71-84.
http://ejournal-jp3.com/index.php/Pendidikan/article/view/78/57

Bintiningtiyas, Nita. "Pengembangan permainan varmintz chemistry sebagai media pembelajaran pada materi sistem
periodik unsur (development of varmintz chemistry as learning media on periodic system of element)." Unesa
Journal of Chemical Education 5.2 (2016).
https://core.ac.uk/download/pdf/276225471.pdf
Djarwo, C. F. (2020). Analisis faktor internal dan eksternal terhadap motivasi belajar kimia siswa SMA Kota
Jayapura. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram, 7(1), 1-7.
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/ijed/article/view/781/687

Farawansyah, K. I., & Suyono, S. (2021). Pengembangan Lembar Penugasan Terstruktur pada Materi Laju Reaksi untuk
Melatihkan Keterampilan Argumentasi. Chemistry Education Practice, 4(2), 142-152.
https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/CEP/article/view/2315

Ferina A. & Khusnul F. (2017). Problematika Pengembangan Hots (Higher Order Thingking Skills) Di Sekolah Dasar.
Jurnal Inovasi Pendidikan Hal 139-145
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snip/article/view/11160

Fuadi, H., Robbia, A. Z., Jamaluddin, J., & Jufri, A. W. (2020). Analisis faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi
sains peserta didik. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5(2), 108-116.
http://www.jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/view/122/110

Guci, S. R. F., Zainul, R., & Azhar, M. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Tiga Level Representasi
Menggunakan Prezi Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas Xi Sma/Ma.
https://osf.io/preprints/inarxiv/n7jkf/

Hasanah, H. (2021). MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA MATERI REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA KELAS 12 IPA. JIRA: Jurnal Inovasi dan
Riset Akademik, 2(3), 342-366.
https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira/article/view/102

Heriyanto, A., & Haryani, S. (2014). Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif berbasis education game
sebagai media pembelajaran kimia. Chemistry in Education, 3(1).
https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=peserta+didik+lebih+tertarik+game+dibandingkan+med
ia+pembelajaran&btnG=

Lounard S.S. & Linda V. Dkk (2018). Kendala Guru Memanfaatkan Media IT Dalam Pembelajaran Di SDN 1 Pagar Air
Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 3 Nomor 2, 131-140
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/8579

Lutfi, A., & Nugroho, A. (2019). Minat Belajar Dan Keberhasilan Belajar Partikel Penyusun Atom Dengan Media
Pembelajaran Permainan Chem Man. J-PEK (Jurnal Pembelajaran Kimia), 4(1), 39-50.
http://journal2.um.ac.id/index.php/j-pek/article/view/7564/4135
Mahmudi, A., Sulianto, J., & Listyarini, I. (2020). Hubungan perhatian orang tua terhadap hasil belajar kognitif
siswa. Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran, 3(1), 122-129.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/article/view/24435/14772

Marfu'a, S., & Astuti, R. T. (2022, August). ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI
KESETIMBANGAN KIMIA. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia (Vol. 1, No. 1, pp. 297-307).
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/snpk/article/view/82/53

Mislinawati, M., & Nurmasyitah, N. (2018). KENDALA GURU DALAM MENERAPKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA SD NEGERI 62 BANDA ACEH. Jurnal Pesona Dasar, 6(2).
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/view/12194

Paul Suparno. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika. PT Grasindo. Jakarta.

Paramita, A. K., Yahmin, Y., & Dasna, I. W. (2021). Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Pendekatan STEM (Science,
Technology, Engineering, Mathematics) untuk Pemahaman Konsep dan Keterampilan Argumentasi Siswa SMA
pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 5(11), 1652-1663.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/14189

Prilliza, M. D., Lestari, N., Merta, I. W., & Artayasa, I. P. (2020). Efektivitas Penerapan Model Discovery Learning
Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Pijar MIPA, 15(2), 130-134.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2592491&val=24434&title=Efektivitas%20Penerapan%2
0Model%20Discovery%20Learning%20Terhadap%20Hasil%20Belajar%20IPA

Putri, Y. D., Elvia, R., & Amir, H. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Alotrop, 5(2), 168-174.
https://ejournal.unib.ac.id/alotropjurnal/article/view/17138/8176

Sholeh, M. I., & Olensia, Y. (2022). Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal HOTS Kimia Berbasis Lesson
Study. Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia, 6(1), 38-48.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/orbital/article/view/12169

Sahono, B., & Agustina, E. (2021). Pembinaan guru melalui pelatihan penerapan model pembelajaran yusrisprudensial
untuk peningkatan profesionalitas guru-guru sd negeri di kecamatan muara bangkahulu kota bengkulu. Jurnal
Abdi Pendidikan, 2(2), 74-81.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jap/article/view/19382
Saragi, L., & Dalimunthe, M. (2022). Pengaruh model pembelajaran problem based learning dengan menggunakan
powerpoint terhadap hasil dan minat belajar siswa pada materi laju reaksi di kelas XI SMA. Educenter: Jurnal
Ilmiah Pendidikan, 1(4), 353-361.
https://jurnal.arkainstitute.co.id/index.php/educenter/article/view/108

Sigala, L. I. S. A. (2016). Hubungan Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa yang
Pernah Mengikuti Remedial. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(3).
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/4088/2621

Sihaloho, M., Hadis, S. S., Kilo, A. K., & La Kilo, A. (2021). Diagnosa Miskonsepsi Siswa SMA Negeri 1 Telaga Gorontalo
pada Materi Termokimia. Jambura Journal of Educational Chemistry, 3(1), 7-13.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjec/article/view/7133/2722

Sudiana, I. K., Suja, I. W., & Mulyani, I. (2019). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil
Kali Kelarutan. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 3(1), 7-16.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPK/article/view/20943/13104

Syamsidah, S., Khery, Y., & Mashami, R. A. (2018, September). PENGARUH VIDEO PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X. In Prosiding Seminar Nasional Lembaga Penelitian Dan
Pendidikan (LPP) Mandala.
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/Prosiding/article/view/887

Widiastuti, E. R., & Kurniasih, M. D. (2021). Pengaruh Model Problem Based Learning Berbantuan Software Cabri 3D
V2 terhadap Kemampuan Literasi Numerasi Siswa. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 1687-
1699.
https://www.j-cup.org/index.php/cendekia/article/view/690/375

Anda mungkin juga menyukai