Anda di halaman 1dari 30

Nama : Zaki Dayatul Akbar

Unit Kerja : SMA Cendana Pekanbaru


LPTK : Universitas Jambi

LK. 1.3 Penentuan Penyebab Masalah

No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Akar penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
1 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore 1. Keterampilan argumentasi
1. Khofifah Indah Farawansyah (2021) penyebab masalah sehingga berkaitan dengan kemampuan
menjelaskan bahwa ada beberapa faktor didapatkan akar penyebab berpikir kritis dalam memahami
yang menyebabkan rendahnya keterampilan masalah dari rendahnya konsep dan kemampuan
argumentasi peserta didik diantaranya: kemampuan komunikasi dan berkomunikasi, seringkali siswa
a. Rendahnya kemampuan Argumentasi argumentasi peserta didik dalam tidak berargumentasi dalam
Peserta didik disebabkan oleh rendahnya pembelajaran laju reaksi adalah : pembelajaran kimia materi laju
pemahaman konsep pada materi laju 1. Rendahnya pemahaman reaksi karena tidak memiliki
reaksi. konsep peserta didik pada pemahaman konsep, sehingga
b. Rendahnya keterampilan argumentasi materi laju reaksi. tidak tahu apa yang hendak di
dapat disebabkan oleh penggunaan 2. Penggunaan model dan metoda sampaikan.
model ceramah dalam pembelajaran. pembelajaran yang kurang 2. Penggunaan metoda
Pembelajaran yang diimplementasikan, sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang kurang
dinilai belum membekali peserta didik materi laju reaksi. sesuai, metode yang digunakan
untuk mengembangkan kemampuannya 3. Penggunaan media pada pembelajaran laju reaksi
dalam berargumentasi, peserta didik pembelajaran yang belum adalah metode ceramah,
tidak terbiasa untuk mengkonstruk mendukung peserta didik penugasan dalam diskusi
pengetahuannya secara mandiri untuk membangun kelompok untuk menjawab soal,
sehingga penguasaan konsepnya argumentasinya sendiri dalam sehingga tidak ruang bagi siswa
menjadi sangat rendah. pembelajaran kimia materi untuk membangun
c. Penggunaan buku cetak dalam materi laju reaksi argumentasinya, mereka hanya
pembelajaran yang tidak sesuai dengan 4. Peserta didik kurang percaya fokus menyelesaikan soal.
kondisi peserta didik diri dalam menyampaikan 3. Penggunaan media
d. Perangkat yang digunakan dinilai masih pendapat atau argumentasinya pembelajaran yang belum
kurang untuk membuat pembelajaran ketika pembelajaran kimia mendukung peserta didik untuk
menjadi lebih bermakna. materi laju reaksi. membangun argumentasinya
e. Peserta didik belum pernah sendiri, LKPD yang digunakan
dilatihkan keterampilan argumentasi hanya berisi soal-soal tentang
yang dipadukan dalam pembelajaran laju reaksi saja serta media yang
kimia. Hal tersebut dikarenakan digunakan adalah PPt.
terdapat kebijakan pusat yang menjadi
kendala untuk memacu kinerja peserta 4. Pembelajaran pada materi laju
didik dan tidak adanya perangkat reaksi belum menggunakan
pembelajaran yang dapat digunakan model pembelajaran inovatif.
sebagai referensi untuk melatihkan
keterampilan argumentasi pada materi
laju reaksi

2. Astrid Kinantya Paramita (2020)


menjelaskan beberapa hal yang
menyebabkan rendahnya kemampuan
argumentasi peserta didik diantaranya:
a. Proses pembelajaran lebih terfokus pada
pelaksanaan transfer pengetahuan
dengan metode ceramah dan
peningkatan pemahaman konsep
dilakukan dengan pemberian latihan
soal.
b. Selain proses pembelajaran, pemahaman
konsep maupun keterampilan
argumentasi juga dipengaruhi oleh
kemampuan awal siswa. Dalam
kaitannya dengan keterampilan
argumentasi, kemampuan awal dianggap
sebagai modal untuk menghasilkan
argumen yang berkualitas saat siswa
terlibat dalam argumentasi
c. Diantara materi kimia yang dipelajari di
SMA salah satunya yaitu materi tentang
Laju Reaksi. Konsep-konsep yang
abstrak, terdefinisi, hitungan matematis
serta grafik terlibat dalam materi
tersebut. Hal-hal mikroskopis yang
dipelajari pada materi laju reaksi
menyebabkan siswa sulit untuk
mengerti dan cenderung hanya
menghafal teori tanpa memahaminya.
Permasalahan-permasalahan tersebut
berdampak pada pembelajaran laju
reaksi yang seharusnya dapat menjadi
ajang melatih pemahaman konsep dan
keterampilan argumentasi siswa menjadi
tidak terimplementasikan dengan baik.

3. Amala Anggraeni Afandi (2021)


menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan
argumentasi peserda didik disebabkan oleh
peserta didik belum terbiasa untuk
berargumen karena guru belum menaruh
perhatian khusus dalam menerapkan
keterampilan argumentasi pada proses
pembelajaran. Guru biasanya menyuruh
peserta didik untuk memilih jawaban,
melakukan penjelasan secara singkat,
menghitung menggunakan suatu rumus,
dan memberi kesimpulan terhadap
materiuntuk mengukur pemahaman
peserta didik.

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru
kimia SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru)
menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan
Argumentasi peserta didik pada materi laju
reaksi disebabkan oleh pembelajaran yang
dilakukan guru pada massa pandemi lebih
menfokuskan pada penyelesaian konten
atau materi kimianya, sehingga
keterampilan abad-21 nya seperti
keterampilan komunikasi dan argumentasi
terabaikan dalam proses pembelajaran.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum) juga
menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan rendahnya kemampuan
argumentasi peserta didik adalah kurangnya
rasa percaya diri peserta didik yang bisa
disebabkan oleh trauma masa kecil dalam
lingkungan keluarga, pernah dipermalukan
atau ditertawakan ketika menyampaikan
pendapat yang salah, dan kurangnya
pemahaman konsep terhadap materi laju
reaksi tersebut.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa
terjadinya permasalahan dalam
pembelajaran seperti rendahnya
kemampuan komunukasi dan
argumentasi peserta didik disebabkan
oleh banyak faktor seperti orang tua,
guru, siswa, dan lingkungan sekolah. Dari
sekian banyak faktor yang lebih dominan
adalah peserta didik sendiri dan proses
pembelajaran guru. Peserta didik yang
tidak menguasai konsep, dan proses
pembelajaran guru yang belum
menfasilitasi anak untuk membangun
argumentasinya sendiri.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa rendahnya
keterampilan argumentasi peserta didik
disebabkan oleh proses pembelajaran
yang masih berpusat pada guru, siswa
tidak diberi kesempatan untuk diskusi,
tidak diberi kesempatan untuk menggali
sendiri informasi tentang laju reaksi dan
tidak diberi kesempatan menampilkan
hasil jawaban mereka.

2 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore 1. Peserta didik tidak memiliki


1. Chatur Fathonah Djarwo (2020) penyebab masalah sehingga target pembelajaran seperti
menjelaskan bahwa: didapatkan akar penyebab nilai yang bagus, perguruan
masalah dari rendahnya motivasi tinggi impian, dan lain-lain.
a. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi belajar peserta didik dalam 2. Proses pembelajaran yang
oleh dua hal, yaitu faktor internal dan pembelajaran laju reaksi adalah : berpusat pada guru atau
faktor eksternal. Faktor dari dalam metode ceramah sering
(internal) yang dapat meningkatkan 1. Peserta didik tidak mempunyai membuat siswa bosan dan
motivasi belajar siswa diantaranya target jangka pendek dan mengantuk ketika
adalah fisik, intelegensi, sikap, minat, jangka panjang dalam proses pembelajaran kimia materi laju
bakat, dan emosi. Dorongan dari luar diri pembelajaran kimia materi laju reaksi.
siswa (eksternal) diantaranya adalah reaksi. 3. Penggunaan media
keluarga, sekolah, dan masyarakat. 2. Proses pembelajaran kimia pembelajaran yang belum
b. Faktor keluarga yang dapat materi laju reaksi yang menarik, sehingga
mempengaruhi proses belajar siswa, berpusat pada guru. pembelajaran terkesan
antara lain pola asuh orang tua, cara 3. Media pembelajaran yang membosankan sehingga
orangtua mendidik, relasi antar anggota digunakan pada pembelajaran peserta didik tidak termotivasi
keluarga (misalnya akrab, saling tidak kimia materi laju reaksi tidak dalam pembelajaran kimia
peduli, sering cekcok atau bertengkar), menarik materi laju reaksi. Dan LKPD
suasana rumah (misalnya selalu ada 4. Model dan media pembelajaran yang digunakan hanya berisi
keributan), kebudayaan keluarga yang digunakan pada soal-soal tentang laju reaksi
(misalnya disiplin ketat dan kurang pembelajaran kimia materi laju saja serta media yang
disiplin), serta keadaan sosial-ekonomi reaksi tidak sesuai dengan digunakan adalah PPt.
keluarga (misalnya ekonomi tinggi, karakteristik peserta didik. 4. Proses pembelajaran yang
menengah, atau bawah dan terpandang 5. Pembelajaran kimia materi laju dilakukan dalam pembelajaran
atau tidak) reaksi yang tidak kimia materi laju reaksi belum
c. Faktor dari lingkungan sekolah yang berdeferensiasi sehingga hanya menerapkan model
dapat mempengaruhi proses belajar anak dengan gaya belajar yang pembelajaran inovatif seperti
siswa, antara lain metode mengajar yang cocok saja yang teraktifkan PBl, PjBL, dan DL.
digunakan guru (misalnya berpusat 5. Media yang disipakan oleh guru
pada guru atau berpusat pada siswa), dalam pembelajaran kimia
jenis kurikulum yang diberlakukan, materi laju reaksi hanya berupa
hubungan antara guru dengan siswa PPt saja, sehingga siswa yang
(misalnya sangat akrab, terbuka atau terakifkan hanya siswa yang
sangat tertutup), hubungan antar siswa memiliki gaya belajar visual
(misalnya adanya persaingan atau kerja saja yang semangat, yang
sama), model disiplin sekolah yang auditory dan kinestetik tidak
dikembangkan, jenis mata pelajaran dan termotivasi.
beban belajar siswa, waktu sekolah
(misalnya masuk pagi atau masuk
siang), keadaan gedung sekolah,
kuantitas tugas rumah, media
pembelajaran yang sering digunakan,
dan sebagainya.

2. Lisa Sigala (2016) menyatakan bahwa :


Beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar berkaitan dengan
keterampilan mengajar yang perlu dimiliki
oleh seorang guru, seperti instruksi
langsung dan pemberian umpan balik.

3. Gusti Made Adi Widarta (2020)


Menjelaskan bahwa Indikator motivasi
belajar dapat diklasifikasikan sebagai (a)
adanya hasrat dan keinginan berhasil,
(b) adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar, (c) adanya harapan dan
cita-cita masa depan, (d) adanya
penghargaan dalam belajar, (e) adanya
lingkungan yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar
dengan baik.

WAWANCARA
1. Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru
kimia SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru)
menjelaskan bahwa rendahnya motivasi
peserta didik disebabkan oleh proses
pembelajaran yang dilakukan secara online
dimana peserta didik tidak terlihat secara
langsung. Selain itu media pembelajaran
yang digunakan ketika pembelajaran hanya
berupa PPt saja karena berada dalam waktu
transisi pembelajaran offline ke online.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum) juga
menjelaskan bahwa hal yang menyebabkan
rendahnya motivasi belajar peserta didik
adalah peserat didik tidak memiliki target
dalam setiap pembelajarannya, metode dan
metode yang digunakan tidak cocok dengan
karakterisitik materi, media pembelajaran
yang tidak menarik dan jam pelajaran di jam
siang.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd ( Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa faktor
yang menyebabkan rendahnya motivasi
siswa adalah ketidakmampuan guru
menciptakan suasana belajara kondusif
dan menyenangkan, pembelajaran yang
tidak berdeferensiasi sehingga hanya
anak dengan gaya belajar yang cocok
saja yang teraktifkan.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan rendahnya motivasi siswa
adalah guru yang mengajar
menggunakan metode ceramah, tidak
melakukan praktikum dan tidak
menggunakan video pembelajaran untuk
menampilkan materi yang abstrak.

3 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore1. Materi kesetimbangan kimia


1. Siti Marfu’a (2022) menjelaskan kesulitan penyebab masalah sehingga membutuhkan kemampuan
belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa hal didapatkan akar penyebab memahami konseptuan dan
sebagai berikut: masalah dari kesulitan dbelajar pemahaman algoritmik. Bagi
a. Kesulitan belajar yang sering dialami siswa dalam memhami materi siswa yang kemampuan
siswa biasanya terjadi karena siswa kesetimbangan kimia adalah : kognitifnya lemah dan
cenderung tidak memiliki ketertarikan kemampuan numerasinya
untuk mengikuti proses pembelajaran. 1. Karakteristik materinya yang lemah terutama pada bilangan
Selain itu siswa juga kurang abstrak dan disertai dengan berpangkat, maka akan
memperhatikan pada saat guru perhitungan, mengalami kesulitan dalam
menjelaskan materi pembelajaran 2. Media yang disiapkan guru pembelajaran materi
b. Kesulitan belajar pada siswa dalam pembelajaran juga kesetimbangan kimia.
disebabkan oleh faktor internal dan belum mendukung untuk
eksternal. Faktor internal adalah faktor memahami konsep yang 2. Untuk mengkongkritkan
yang berasal dari dalam diri siswa, abstrak tersebut. konsep materi kesetimbangan
seperti kesehatan, intelegensi, bakat 3. Adanya deretan konsep materi kimia yang abstrak tersebut,
dan minat, motivasi, terkendala biaya sebelumnya yang belum terutama pada konsep
kuota, dansebagainya. Sedangkan dipahami sehingga materi kesetimbangan dan pergeseran
faktor eksternal yaitu berasal dari luar pelajaran yang dipelajari kesetimbangan dibutuhkan
diri siswa seperti lingkungan keluarga, sekarang terasa sulit bagi siswa media pembelajaran yang
lingkungan sekolah, dan lingkungan 4. Guru tidak menggunakan video mendukung. Jika pembelajaran
masyarakat. Kesulitan belajar juga pembelajaran untuk tidak dilengkapi dengan media,
terjadi pada mata pelajaran kimia menampilkan materi yang maka peserta didik akan
abstrak. kesulitan.
2. Sri Rizka Fadhila (2017) menyatakan 5. Guru mengajar menggunakan 3. Proses pembelajaran untuk
bahwa: Salah satu materi kimia yang sulit metoda ceramah. menjelaskan materi
dipahami siswa adalah kesetimbangan kimia kesetimbangan kimia ini tidak
karena sebagian besar konsep-konsep pada cocok menggunakan metode
materi ini bersifat abstrak. Kesetimbangan ceramah, dibutuhkan model
kimia merupakan topik yang paling sulit pembelajaran inovatif yang
dalam pembelajaran kimia. Kesulitan membuat siswa terlibat secara
tersebut disebabkan sebagian besar konsep- langsung dalam pembelajaran,
konsep dalam topik kesetimbangan kimia sehingga pembelajaran lebih
merupakan konsep abstrak, seperti konsep bermakna. Jika guru masih
setimbang dan pergeseran kesetimbangan menggunakan metode ceramah
saja, inilah yang membuat
3. Ketut Sudiana (2019) menjelaskan bahwa siswa sulit dalam memahami
faktor menyebabkan kesulitan belajar materi kesetimbangan kimia
peserta didik pada pembelajaran kimia terutama pada konsep
adalah minat belajar kimia siswa rendah, kesetimbangan dan pergeseren
motivasi belajar kimia siswa rendah, kesetimbangan.
pemahaman terhadap konsep-konsep
materi pembelajaran rendah, pemahaman
terhadap konsep prasyarat materi rendah,
kemampuan matematika siswa lemah,
pengaruh negatif dari teman sebaya, dan
metode mengajar yang diterapkan guru.
WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd
menjelaskan bahwa kesulitan peserta didik
dalam memahami konsep yang abstrak
adalah karena belum adanya media yang
dikembangkan untuk mengkongkritkan
konsep yang abstrak tersebut.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd menjelaskan bahwa faktor
yang menyebabkan kesulitan siswa dalam
memahami konsep abstrak dan perhitungan
adalah motivasi belajar siswa yang rendah,
cara mengajar guru yang belum sesuai dan
kemampuan dasar matematika yang
rendah.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd menjelaskan
bahwa kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa pada materi kesetimbangan
kimia disebabkan oleh adanya deretan
konsep materi sebelumnya yang belum
dipahami sehingga materi pelajaran yang
dipelajari sekarang terasa sulit bagi
siswa.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa kesulitan
belajar siswa pada materi kesetimbangan
kimia disebakan guru yang mengajar
menggunakan metode ceramah, tidak
melakukan praktikum dan tidak
menggunakan video pembelajaran untuk
menampilkan materi yang abstrak.

4 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore


Siswa yang sibuk mencari
4. Arifudin Mahmudi (2020) menjelaskan : penyebab masalah sehingga
perhatian disekolah disebabkan
a. Hak dan kewajiban orang tua terhadap didapatkan akar penyebab
oleh kurangnya perhatian orang
anak yaitu dengan memberikan masalah dari sibuknya siswa tua dirumah dan ada sesuatu yang
bimbingan dan pendidikan yang baik mencari perhatian guru di sekolah
missing dari tahap tumbuh dan
bagi anak. Seorang anak mendapatkan adalah : kembang anak. Permasalahan
pendidikan pertama kali dari orang tua siswa SMA bukan masalah atau
dan keluarga. 1. Siswa berada pada masa kurangnya perhatian ketika usia
b. Anak usia kelas tinggi, yang mana pada remaja yang sedang mencari SMA saja, tetapi rentetan masalh
masa ini anak mulai melakukan hal yang masa kecil sampai sekarang. Jika
sesuai dengan apa yang anak fikirkan jati diri dan cenderung butuh anak bermasalah dirumah, maka
tanpa memperdulikan otoritas atau pengakuan keberadaannya. akan berdampak pada proses
nasihat serta bimbingan orang tua dan 2. Kurangnya perhatian yang pembelajaran disekolah, siswa
gurunya. Pada masa ini orang tua dan diberikan oleh orang tua sibuk mencari perhatian dengan
guru harus saling bekerja sama dalam dirumah yang bisa disebabkan melakukan hal-hal sepele agar
upaya membangkitkan semangat siswa oleh berbagai hal seperti orang ditegur oleh guru.
dalam belajar dan membimbing siswa tua yang sibuk bekerja,
agar lebih baik. keluarga yang tidak harmonis,
c. Orang tua siswa kurang memahami serta pola asuh orang tua
pendidikan anaknya.
d. Tinggi rendahnya pendidikan orangtua,
besar kecilnya penghasilan orangtua,
serta rukun tidaknya orangtua dengan
anak anaknya, tenang tau tidaknya
situasi dalam rumah, semua itu turut
mempengaruhi hasil belajar anak.
Dalam kegiatan belajar dirumah,
orangtua merupakan contoh terdekat
dari anak anaknya

5. Chatur Fathonah Djarwo (2020)


menjelaskan bahwa Faktor keluarga yang
dapat mempengaruhi proses belajar siswa,
antara lain pola asuh orang tua, cara
orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga (misalnya akrab, saling tidak
peduli, sering cekcok atau bertengkar),
suasana rumah (misalnya selalu ada
keributan), kebudayaan keluarga (misalnya
disiplin ketat dan kurang disiplin), serta
keadaan sosial-ekonomi keluarga (misalnya
ekonomi tinggi, menengah, atau bawah dan
terpandang atau tidak)

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd
menjelaskan bahwa yang siswa
menyebabkan siswa mencari perhatian
disekolah adalah berkaitan dengan tahap
perkembangan anak yang berada pada usia
remaja.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd juga menjelaskan bahwa
siswa menyebabkan siswa mencari
perhatian disekolah adalah karena
kurangnya perhatian yang diberikan oleh
orang tua dirumah yang bisa disebabkan
oleh berbagai hal seperti orang tua yang
sibuk bekerja, keluarga yang tidak
harmonis, serta pola asuh orang tua.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd menjelaskan bahwa
penyebab siswa sibuk mencari perhatian
di sekolah adalah kurangnya perhatian
orang tua terhadap anak disetiap tahap
perkembangannya.
Penyebabnya tidak hanya masalah
keluarga ketika anak telah berada di
SMA, tetapi permasalahan keluarga sejak
tahap perkembangan anak, sehingga ada
yang kurang pada perkembangannya,
salah satu perhatian dari orang tuanya.

5 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore


1. Model pembelajaran salah satu
1. Masayu Diska Prilliza (2020) menjelaskan penyebab masalah sehingga model pembelajaran
bahwa penerapan model pembelajaran didapatkan akar penyebab rekomendasi dalam kurikulum
discovery learning terdapat beberapa masalah dari belum optimalnya 2013. Jadi ketika model
kekurangan karena disebabkan oleh penerapan model pembelajaran tersebut tidak optimal
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut discovery learning dalam dilaksankan berarti yang
diantaranya yaitu : pembelajaran sel elektrokimia kurang cermat adalah guru
a. Dibutuhkan waktu yang cukup untuk adalah : atau peserta didik
menerapkan model pembelajaran 2. Kesulitan dalam menerapkan
discovery learning, 1. peserta didik membutuhkan model discovery learning secara
b. peserta didik membutuhkan waktu waktu untuk menyesuaikan optimal biasanya terkendalam
untuk menyesuaikan diri dalam diri dalam menerapkan model oleh waktu, karena butuhnya
menerapkan model pembelajaran pembelajaran discovery penyesuain peserta didik
discovery learning, dengan sintaks model discovery
c. sulit untuk mengontrol setiap peserta learning dalam pembelajaran learning. Siswa yang biasanya
didik yang memiliki karakteristik yang kimia materi sel elektrokimia hanya berdiskusi dalam
berbeda-beda pada kelas yang memiliki 2. sulit untuk mengontrol setiap kelompok dalam
jumlah peserta didik yang banyak. peserta didik yang memiliki menyelesaikan soal, sekarang
karakteristik yang berbeda- harus melakukan tahap demi
2. Heni Hasanah (2021) melakukan penelitian beda pada kelas yang memiliki tahap sesuai sintaks model
tindakan kelas menggunakan model jumlah peserta didik yang discovery learning.
pembelajaran discovery learning dan banyak dalam pembelajaran sel 3. Pembawaan kebiasan siswa
menemui bahwa peserta didik belum volta dan elektrolisis yang ingin materi dijelaskan
teraktifkan secara optimal pada siklus I, hal menggunakan model discovery oleh guru juga berpengaruh
ini disebabkan oleh : learning dalam keoptimalan penerapan
a. pendidik tidak menjelaskan petunjuk 3. pendidik tidak menjelaskan model discovery learning dalam
pengerjaan LKPD dalam pembelajaran petunjuk pengerjaan LKPD pembelajaran sel elekrokimia.
discovery learning secara rinci, dalam pembelajaran discovery 4. Kesulitan dalam menerapkan
b. sebagian kelompok masih belum bisa learning secara rinci sebelum model discovery learning secara
merumuskan masalah dan mengolah pertemuan menggunakan optimal dalam pembelajaran
data dengan tepat, model tersebut dalam kimia juga disebabkan oleh
c. peserta didik masih merasa kebingungan pembelajaran sel volta dan kesulitan guru dalam
sehingga peserta didik kurang berbagi elektrolisis. menegmbangkan media yang
ide dengan teman kelompoknya maupun 4. sebagian kelompok masih yang mendukung dalam
kelompok lain sehingga menyebabkan belum bisa merumuskan penerapan model pembelajaran
kurang aktifnya pembelajaran, masalah dan mengolah data discovery learning seperti
d. sebagian besar kegiatan diskusi dengan tepat ketika berdiskusi LKPD, PPt, Viedeo, atau media
kelompok pada siklus I ini belum dalam kelompok dalam interaktif lainnya terkait sel
sepenuhnya terlihat. pembelajaran sel volta dan elektrokimia.
e. pengelolaan waktu oleh pendidik pada elektrolisis
siklus I ini juga belum efektif sehingga 5. sebagian besar peserta didik
menghambat pada pelaksanaan evaluasi. lebih suka materi sel
elektrokimia dijelaskan oleh
WAWANCARA guru sehingga malas berdiskusi
1. Teman Sejawat dalam kelompok.
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru 6. kesulitan guru dalam
kimia SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru) mengembangkan media yang
menjelaskan bahwa belum optimalnya mendukung pelaksanaan
penerapan model pembelajaran inovatif model pembelajaran discover
seperti Discovery Learning pada learning pada materi sel
pembelajaran Sel Volta dan Elektrolisis elektrokimia
disebabkan oleh sebagian besar peserta 7. kemampuan pedagogik guru
didik lebih suka materi tersebut dijelaskan yang rendah dalam mengelola
oleh guru. Selain itu guru juga kesulitan kelas dan kurangnya analisa
dalam mengkoordinir diskusi kelompok, tentang gaya belajar siswa
sehingga membutuhkan waktu yang lebih dengan karakterisitik model
banyak. discover learning dalam
2. Pimpinan Sekolah pembelajaran sel volta dan
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan elektrolisis.
wakil kepala sekolah bidang kurikulum) juga
menjelaskan bahwa belum optimalnya
penerapan model pembelajaran inovatif
seperti Discovery Learning pada
pembelajaran Sel Volta dan Elektrolisis
disebabkan oleh rendahnya kemampuan
guru dalam pemanfaatn IT, pemahaman
terhadap sintaks model yang rendah, dan
kesulitan guru dalam mengembangkan
media yang mendukung pelaksanaan model
pembelajaran discover learning.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa belum
optimalnya penerapan model
pembelajaran inovatif seperti Discovery
Learning pada pembelajaran Sel Volta
dan Elektrolisis disebabkan oleh
kurangnya perencanaan guru dalam
mendesain pelaksanaan pembelajaran,
kurangnya analisa tentang kecocokan
materi dengan model pembelajaran yang
akan diterapkan, kemampuan pedagogik
guru yang rendah dalam mengelola kelas
dan kurangnya analisa tentang gaya
belajar siswa dengan karakterisitik
model.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa belum
optimalnya penerapan model
pembelajaran inovatif seperti Discovery
Learning pada pembelajaran Sel Volta
dan Elektrolisis disebabkan oleh guru
yang tidak menguasai dengan baik
tentang sintaks-sintaks model discovery
learning, karena model pembelajaran
inovatif dilakukan hanya ketika
disupervisi oleh pimpinan, selain itu
kebanyakan guru mengajar dengan
metode ceramah.

6 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore 1. Guru yang tidak menguasai


1. Agustina (2021) menjelaskan bahwa penyebab masalah sehingga model pembelajaran tentu tidak
dalam pelaksanaan pembelajaran di didapatkan akar penyebab bisa menerapkan model
kelas penggunaan model pembelajaran masalah dari model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran
yang bervariatif masih sangat rendah yang diterapakan guru belum kimia materi sel elektrokimia,
dan guru cenderung menggunakan bervariasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran
model pembelajaran ekspositori pada kimia materi sel elektrokimia dilaksakan hanya
setiap pembelajaran yang dilakukannya. adalah : menggunakan satu model saja
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya atau bahkan tidak
penguasaan guru terhadap model model 1. kurangnya penguasaan guru menggunakan model, hanya
pembelajaran yang ada, padahal terhadap model model menggunakan metode ceramah
penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran inovatif yang ada saja dan menjawab soal secara
pembelajaran sangat diperlukan untuk yang bisa diterapkan dalam berkelompok.
meningkatkan kemampuan profesional pembelajaran kimia materi sel 2. Guru disekolah banyak diberi
guru. elektrokimia. beban diluar tupoksinya seperti
2. Mislinawati (2018) menjelaskan bahwa 2. waktu guru dalam menganalisa kepala labor, pustakawan,
guru belum memahami langkah-langkah dan mempelajari berbagai panitia PPDB, bendahara BOS
pembelajaran yang ada di kurikulum model pembelajran inovatifyang dan lain sebagainya sehingga
2013 sehingga guru kurang termotivasi dapat diterapkan dalam tidak memiliki waktu dalam
dalam mengaplikasikan model-model pembelajaran kimia materi sel mengembangkan kemampuan
pembelajaran inovatif. elektrokimia sangat terbatas pedagoginya, salah satunya
3. Saragi (2022) menjelaskan bahwa karena banyak beban mengajar adalah penguasaan terhadap
pembelajaran kimia masih dominan dan tugas tambahan di sekolah model-model pembelajaran
menggunakan model pembelajaran 3. sulitnya menghilangkan inivatif yang bisa diterapkan
konvensional serta penggunakan media persepsi guru bahwa kalau dalam pembelajaran kimia
pembelajaran masih belum digunakan belum menjelaskan materi materi sel elekektrokimia.
secara maksimal. Peneliti juga dalam pembelajaran kimia 3. Sebagian guru masih meyakini
menemukan media pembelajaran seperti materi sel elektrokimia berarti bahwa kalau belum
proyektor yang ada disekolah tidak selalu belum mengajar, menjelaskan materi dalam
digunakan pada saat proses pembelajaran kimia materi sel
pembelajaran berlangsung, sehingga 4. minimnya pelatihan dan elektrokimia berarti belum
kondisi pembelajaran menyebabkan pengembangan kompetensi mengajar, sehingga cenderung
siswa tidak aktif pada saat proses guru oleh pihak terkait ingin menjelaskan materi di
pembelajaran berlangsung. terhadap penguasaan model papan tulis, dan siswa diminta
pembelajaran inovatif dalam menjadi pendengar yang baik.
WAWANCARA pembelajaran kimia materi sel
1. Teman Sejawat elektrokimia
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru
kimia SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru)
menjelaskan bahwa Model pembelajaran
yang diterapkan guru belum bervariatif
adalah karena kondisi sarana dan prasarana
sekolah yang tidak mendukung, intake
siswa yang juga belum mandiri serta
disebabkan oleh waktu guru dalam
menganalisa dan mempelajari berbagai
model pembelajran inovatif sangat terbatas
karena banyak beban mengajar dan tugas
tambahan di sekolah.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum) juga
menjelaskan bahwa Model pembelajaran
yang diterapkan guru belum bervariatif
adalah karena sulitnya menghilangkan
persepsi guru bahwa kalau belum
menjelaskan materi berarti belum mengajar,
serta persepsi siswa juga begitu bahwa
ketika guru belum menjelaskan berarti
siswa menganggap guru belum mengajar
dan sampai menganngap guru pemalas.
Selain faktor itu, faktor pengetahuan
terhadap berbagai mode ljuga minim.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa Model
pembelajaran yang diterapkan guru
belum bervariatif adalah guru tidak
menguasai model-model pembelajaran
inovatif dan waktu guru yang terbatas
untuk mengembangkan media yang
menunjang pelaksanaan model inovatif.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa Model
pembelajaran yang diterapkan guru
belum bervariatif adalah karena
minimnya pelatihan dan pengembangan
kompetensi guru yang diawadahi oleh
pihak terkait, sehingga guru tidak
mendapatkan pelatihan terkait model
pembelajaran inovatif, pihak sekolah juga
tidak memberi arahan tegas untuk
melaksanakan model pembelajaran.

7 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore1. Pengetahuan, penerapan dan


1. Elok Rintarti Widiastuti (2021) penyebab masalah sehingga kesadaran guru dan siswa
menyatakan bahwa penyebab literasi didapatkan akar penyebab terkait literasi masih
numerasi di Indonesia masih rendah yaitu masalah dari rendahnya berganutng pada buku paket
kurang menariknya guru dalam mengemas kemampuan literasi sains dan atau buku cetak, yang
model dan media pembelajaran yang numerasi peserta didik dalam notabenenya buku cetak
dipakai. Pernyataan lain yang mendukung pembelajaran termokimia adalah : tersebut dibagikan ke seluruh
yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Indonesia, dan isinya tidak
Yulianti, Jaya, & Eliza (2019) dengan 1. Pengetahuan dan penerapan sepenuhnya kontekstual
memberikan media pembelajaran yang literasi sains yang hanya dengan siswa, sehingga
tepat dapat memberikan solusi untuk mengandalkan buku ajar atau pelajaran kimia materi
meningkat kemampuan literasi numerasi teks(tekstual)belum termokimia menjadi
Indonesia. sepenuhnya menyentuh jiwa membosankan dan peserta
peserta didik, akibatnya didik kurang memahami
2. Husnul Fuadi (2020) menjelaskan bahwa pelajaran kimia materi materi pelajaran dalam
beberapa faktor penyebab rendahnya termokimia menjadi konteks kehidupan.
kemampuan literasi sains dalam membosankan dan peserta didik 2. Materi termokimia terdapat 2
pembelajaran IPA kurang memahami materi pemahaman yang mesti dimiliki
a. Pemilihan Buku Ajar pelajaran dalam konteks oleh peserta didik yaitu
Salah satu faktor penyebab rendahnya kehidupan konseptual dan algoritmik.
literasi sains peserta didik yang 2. kemampuan awal yang dimiliki Rendahnya kemampuan
berkaitan langsung dan dekat dengan oleh peserta didik yang belum algoritmik disebabkan oleh
peserta didik adalah pemilihan sumber keampuan numerasi yang
belajar. Pengetahuan dan penerapan memadai terhadap materi rendah terkait materi
literasi sains yang hanya termokimia termokimia terutama pada
mengandalkan buku ajar atau 3. proses pembelajaran kimia bilangan berpangkat. Kesulitan
teks(tekstual)belum sepenuhnya materi termokimia yang tidak numerasi dipengaruhi oleh
menyentuh jiwa peserta didik, memberi ruang bagi siswa ketidakpahaman peserta didik
akibatnya pelajaran menjadi untuk mengembangkan literasi diwaktu-waktu sebelumnya
membosankan dan peserta didik kurang sainsnya terkait materi yang
memahami materi pelajaran dalam 4. minimnya sumber bacaan berhubungan dengan
konteks kehidupan. terkait materi termokimia, dan termokimia maupun
b. Miskonsepsi banyak siswa yang tidak kemampuan matematikanya.
Kecenderungan guru untuk mengerti cara mencari e-book di 3. Proses pembelajaran kimia
memberikan materi tanpa intrnet materi termokimia yang
mengaitkannya dengan kehidupan 5. rendahnya kepedulian siswa dilakukan dengan ceramah
nyata menyebabkan siswa kesulitan terhadap lingkungan sekitar tidak membuat peserta didik
mengaitkan pengetahuan yang telah yang menyebakan rendahnya terbiasa berliterasi sehingga
didapatkan dengan situasi kehidupan literasi budaya dan kearifan ketika menghadapi soal yang
nyata. Hal ini terlihat dari jawaban- lokal yang ada kaitannya berhubungan dengan literasi
jawaban siswa yang masih sangat dengan materi termokimia. siswa kesulitan.
teoritik sesuai dengan konsep materi 6. soal evaluasi yang dibuat pada 4. Latihan soal dan soal evaluasi
yang diajarkan di sekolah dan belum materi termokimia langsung yang dikembangkan pada
mampu mengaplikasikan konsep materi angka-angka saja, tanpa diikuti materi termokimia langsung to
untuk memecahkan masalah-masalah kekayaan literasi. the point saja, tidak melibatkan
sains yang dijumpai di dalam soal kemampuan literasi peserta
c. Pembelajaran Tidak Kontekstual didik.
d. Rendahnya Kemampuan Membaca
e. Lingkungan dan Iklim Belajar
Lingkungan dan iklim belajar disekolah
mempengaruhi variasi skor literasi
siswa. Demikian juga keadaan
infrastruktur sekolah, sumber daya
manusia sekolah dan tipe organisasi
serta manajemen sekolah, sangat
signifikan pengaruhnya terhadap
prestasi literasi siswa.

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru
kimia SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru)
menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan
literasi sains dan numerasi peserta didik
pada materi termokimia dipengaruhi oleh
kemampuan awal yang dimiliki oleh peserta
didik yang belum memadai, proses
pembelajaran yang tidak memberi ruang
bagi siswa untuk mengembangkan literasi
sainsnya.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum) juga
menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan
literasi sains dan numerasi peserta didik
pada materi termokimia dipengaruhi oleh
kurangnya pembiasaan literasi sains oleh
guru, tujuan literasi itu sendiri tidak
dipahami oleh siswa, program sekolah yang
tidak mendukung, serta kegiatan
pembelajaran yang tidak memberi ruang
untuk melatih kemampuan literasi sains
dan numerasi siswa.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa
rendahnya kemampuan literasi sains
dan numerasi peserta didik dipengaruhi
Program sekolah dan pelayanan sekolah
yang membelum mewadahi siswa untuk
melatih kemampuan literasi dan
numerasi siswa, sebagai contoh : tidak
disediakan waktu bagi siswa untuk
berliterasi, perpustakaan sekolah yang
tidak menjadi perhatian bagi sekolah,
pelayanan petugas perpusatakan yang
tidak ramah. Selain itu juga bisa
disebabkan oleh minimnya sumber
bacaan, dan banyak siswa yang tidak
mengerti cara mencari e-book di intrnet,
dan juga rendahnya kepedulian siswa
terhadap lingkungan sekitar yang
menyebakan rendahnya literasi budaya
dan kearifan lokal.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa rendahnya
kemampuan literasi sains dan numerasi
peserta didik pada materi termokimia
dipengaruhi pembelajaran yang berpusat
pada guru, siswa tidak dibiasakan
melakukan literasi, serta soal evaluasi
yang dilakukan langsung angka-angka
saja, tanpa diikuti kekayaan literasi.

8 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore 1. Materi termokimia terdapat 2


1. Mangara Sihaloho (2021) melakukan penyebab masalah sehingga pemahaman yang mesti dimiliki
penelitian tentang diagnosa miskonsepsi didapatkan akar penyebab oleh peserta didik yaitu
siswa pada materi termokimia, dan masalah dari banyaknya siswa konseptual dan algoritmik dan
disimpulkan bahwa Miskonsepsi yang mengalami miskonsepsi dalam terdapat konsep kimia
terjadi mengindikasikan bahwa siswa hanya pembelajaran termokimia adalah : maksroskopik, simbolik, atau
mampu memahami dan merencanakan submikroskopik, pembelajaran
masalah, namun siswa tidak mampu untuk 1. Pembelajaran yang hanya yang tidak mampu menfasilitasi
menyelesaikan masalah, apalagi mengecek mengandalkan secara parsial peserta didik dalam ketiganya,
kembali masalah yang dipelajari. representasi kimia, yaitu maka peserta didik kesulitan
Pembelajaran yang hanya mengandalkan maksroskopik, simbolik, atau dalam mengkonstruksi konsep
secara parsial representasi kimia, yaitu submikroskopik saja maka sulit yang sesuai, jadi sering tidak
maksroskopik, simbolik, atau bagi siswa unutk memahami memahami konsep atau
submikroskopik saja maka sulit bagi siswa konsep terutama materi miskonsepsi.
unutk memahami konsep Bahkan gabungan termokimia. 2. Metode ceramah yang
dua representasi kimia pun tidak cukup 2. banyaknya kesalahan konsep diterapkan guru tidak mampu
unutk menyampaikan materi secara yang terjadi dalam kimia materi memvisualisasikan struktur dan
lengkap. termokimia berasal dari proses pada level mikroskopik
2. Menurut Paul Suparno (2013) menyatakan ketidakmampuan peserta didik pada materi termokimia
miskonsepsi yang ditimbul disebabkan oleh: untuk memvisualisasikan sehingga siswa kesulitan dalam
a. Peserta didik sendiri dapat berupa: struktur dan proses pada level memahami konsepnya, atau
prakonsepsi atau konsep awal yang mikroskopik salah dalam memahami
salah, pemikiran asosiatif yang sering (miskonsepsi)
terjadi karena peserta didik sudah 3. kesulitan siswa dalam 3. Siswa yang tidak terbiasa
mempunyai konsep tertentu dengan arti memahami karakteristik materi mandiri biasanya sering mencari
tertentu sebelum mengikuti dan media untuk mengkongkrit penyelesaian soal di internet,
pembelajaran, pemikiran humanistik itu belum digunakan guru dan menyalin saja tampa
dengan memandang semua benda dari dalam pembelajaran. menganalisa, sehingga sering
pandangan manusiawi, reasoning yang 4. banyaknya sumber-sumber sekali menemui konsep yang
tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, diinternet yang tidak tervalidasi salah dan dia meyakini bahwa
tahap perkembangan kognitif peserta dan siswa tidak selektif dalam itu benar. Karena bagi siswa
didik, kemampuan peserta didik, dan memilihnya. internet yang paling benar.
minat belajar peserta didik yang rendah. 5. guru yang menggunakan
b. Penyebab miskonsepsi yang berasal dari metode ceramah sedangkan
guru/pengajar yaitu: tidak menguasai materi termokimia terlalu
bahan, tidak kompeten, bukan lulusan banyak rumus yang harus
dari bidang ilmu, tidak membiarkan digunakan sehingga siswa tidak
peserta didik mengungkapkan paham dan sering mengalami
gagasan/ide dan relasi guru peserta miskonsepsi
didik tidak baik.
c. Penyebab miskonsepsi dari konteks
adalah pengalaman peserta didik,
bahasa sehari-hari berbeda, teman
diskusi yang salah, keyakinan dan
agama, penjelasan orangtua/ orang lain
yang keliru, konteks hidup peserta didik
(TV, radio, film yang keliru) dan perasaan
senag atau tidak senang atau perasaan
bebas atau tertekan.
d. Sedangkan pada buku teks dapat
menyebabkan miskonsepsi pula ketika
buku tersebut salah tulis terutama
dalam penulisan rumus, penjelasan yang
keliru, tingkat kesulitan buku terlalu
tinggi bagi peserta didik, peserta didik
tidak tahu membaca buku teks, dan lain-
lain.
e. Dan pada penyebab miskonsepsi karena
cara mengajar hanya berisi ceramah dan
menulis, dan tidak mengoreksi PR yang
salah juga dapat menimbulkan
miskonsepsi pada peserta didik.
3. Achmad Luthfi 2019 menjelaskan
bahwa banyaknya kesalahan konsep
yang terjadi dalam kimia berasal dari
ketidakmampuan peserta didik untuk
memvisualisasikan struktur dan proses
pada level mikroskopik.
WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru
kimia SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru)
menjelaskan bahwa yang menyebabkan
siswa sering mengalami miskonsepsi pada
materi termokimia adalah disebabkan oleh
kesulitan siswa dalam memahami
karakteristik materi dan media untuk
mengkongkrit itu belum digunakan guru
dalam pembelajaran.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum) juga
menjelaskan bahwa yang menyebabkan
siswa sering mengalami miskonsepsi dalam
pembelajaran adalah bahwa kadang guru itu
sendiri sering miskonsepsi terhadap materi
yang disampaikan, selain itu juga
disebabkan banyaknya sumber-sumber
diinternet yang tidak tervalidasi dan siswa
tidak selektif dalam memilihnya.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa siswa
sering mengalami miskonsepsi dalam
pembelajaran disebabkan oleh suatu
permasalahan yang sangat komplit, yang
bisa disebabkan oleh berbagai sumber
seperti pemahan awal peserta didik, guru
yang miskonsepsi atau proses
pembelajaran guru yang belum membuat
siswa meahami konsep dengan baik,
media pembelajaran yang tidak
menfasilitasi siswa memahami konsep,
buku yang miskonsepsi, serta sumber-
sumber lain yang meberikan informasi
yang salah.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa yang
menyebabkan siswa sering mengalami
miskonsepsi dalam pembelajaran adalah
guru yang menggunakan metode
ceramah sedangkan materi termokimia
terlalu banyak rumus yang harus
digunakan sehingga siswa tidak paham
dan sering mengalami miskonsepsi.

9 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore 1. Soal evaluasi yang


1. Sultan Beddu (2019) menyatakan bahwa penyebab masalah sehingga diekmabngkan guru masih
masih banyak guru atau pendidik yang didapatkan akar penyebab dalam tahap meminta ingatan
masih ragu-ragu dalam melaksanakan masalah dari belum diterapkannya dan pemahaman peserta didik,
pendekatan HOTS. Karena guru masih pembelajaran dan assesmen HOTS dan yang paling tinggi adalah
memerlukan penyesuaian dengan metode dalam pembelajaran kimia materi menerapkan rumus atau
ini dikarenakan pendidik dari dulu sudah termokimia : menghitung. Soal yang
terbiasa dengan metode ceramah dalam dikembangkan pada materi
proses pembelajaran 1. Para guru terbiasa melakukan kimia belum menuntun siswa
2. Moh I Sholeh (2022) mengatakan bahwa tes tertulis pilihan ganda dan untuk berfikir tingkat tinggi.
guru jarang untuk mengembangkan soal- uraian yang mengukur 2. Guru belum mengerti bahkan
soal HOTS secara mandiri untuk kegiatan pemahaman saja pada materi ada yang tidak tahu tentang
penilaian dan pembelajaran. Sebagian besar termokimia pembelajaran HOTS, sehingga
guru masih menggunakan soal dengan tipe 2. Pembelajaran materi pembelajarannya LOTS dan
Lower Order Thinking Skill (LOTS). termokimia terjebak pada evaluasi dibuat HOTS, atau
Mengembangkan soal yang berorientasi tujuan penilaian yang LOTS kedua duanya.
HOTS ini memaksimalkan keterampilan mengukur keterampilan 3. Karena guru belum memahami
guru dalam melakukan penilaian sehingga berpikir tingkat rendah tentang pembelajaran HOTS,
dapat meningkatkan keterampilan proses 3. Guru yang belum mengerti maka dalam penyusunan
berpikir peserta didik. Beberapa penelitian tentang HOTS itu sendiri, guru perangkat pembelajaran
yang sudah dilakukan menunjukkan masih hanya mengetahui tentang soal terutama dalam merumuskan
terdapat banyak guru yang belum HOTS, dan tidak mengetahui indikator dan tujuan
memasukan unsur HOTS baik dalam proses tentang pembelajaran HOTS. pembelajaran tidak sesuai
pengajaran maupun evaluasi. Analisis dari 4. Guru belum merancang dengan KD, bahkan banyak yang
buku teks yang digunakan oleh guru-guru pembelajaran yang HOTS. diturunkan kata kerja
kimia diperoleh kesimpulan bahwa buku Pelaksanaan pembelajaran operasional.
teks menyajikan materi dengan konsep yang HOTS dimulai dari penyusunan 4. Sebagian guru beranggapan
sistematis tetapi lebih dari 50% soal-soal perangkat pembelajaran yang bahwa soal HOTS adalah soal
yang tertulis belum mengukur HOTS (Higher HOTS, seperti kata kerja yang sulit, sehingga guru-gur
Order Thinking Skill) operasional yang digunakan berlomba-lomba membuat soal
dalam penyusunan tujuan yang berbelit belit cara
3. Ferina Agustini (2017) menjelaskan bahwa pembelajaran, media yang penyelesaian, tetapi sebenarnya
kendala-kendala yang dihadapi guru dalam dikembangkan harus tidak HOTS
pengembangan keterampilan berpikir mendukung siswa untuk
tingkat tinggi (HOTS): berfikir kritis dan kreatif, serta
a. Para guru terbiasa melakukan tes soal yang disusun juga harus
tertulis pilihan ganda dan uraian yang HOTS.
mengukur pemahaman 5. Guru sering menganggap
b. Pembelajaran terjebak pada tujuan bahwa siswa tidak bisa
penilaian yang mengukur keterampilan menjawab soal materi
berpikir tingkat rendah. termokimia dari guru bearti
c. Penerapan pendekatan saintifik dalam soal tersebut telah HOTS,
pembelajaran tematik menemui jalan padahal yang dimaksud HOTS
buntu bukan soal sulit
d. Orang tua siswa menagih pihak sekolah
untuk menyusun rangkuman materi
dengan alasan minimnya materi yang
tersaji dalam buku siswa

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru
kimia SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru)
menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan proses pembelajaran dan
asesmen yang diberikan belum HOTS pada
pembelajaran termokimia disebabkan oleh
guru yang belum mengerti tentang HOTS itu
sendiri. Sebagian guru hanya mengetahui
tengang soal HOTS, dan tidak mengetahui
tentang pembelajaran HOTS.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum) juga
menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan proses pembelajaran dan
asesmen yang diberikan belum HOTS pada
pembelajaran adalah bahwa guru tidak
memahami tentang pembelajaran HOTS,
bahkan sebagian guru juga belum
mengetahui tentang soal HOTS. Guru
mengangganp soal HOTS adalah soal yang
sulit saja.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd ( Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa faktor
yang menyebabkan proses pembelajaran
dan asesmen yang diberikan belum
HOTS pada pembelajaran karena guru
belum merancang pembelajaran yang
HOTS. Pelaksanaan pembelajaran HOTS
dimulai dari penyusunan perangkat
pembelajaran yang HOTS, seperti kata
kerja operasional yang digunakan dalam
penyusunan tujuan pembelajaran, media
yang dikembangkan harus mendukung
siswa untuk berfikir kritis dan kreatif,
serta soal yang disusun juga harus
HOTS.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan proses pembelajaran dan
asesmen yang diberikan belum HOTS
adalah karena guru itu sendiri tidak
mengerti tentang HOTS, dan guru sering
menganggap bahwa siswa tidak bisa
menjawab soal dari guru bearti soal
tersebut telah HOTS, padahal yang
dimaksud HOTS bukan soal sulit.
10 KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan eksplore 1. Alat komunikasi atau Hp
1. Heriyanto (2014) menjelaskan bahwa media penyebab masalah sehingga ibaratkan sebuah pisau yang
pembelajaran yang tersedia dan sering didapatkan akar penyebab asal mula penciptaannya adalah
digunakan di sekolah berupa buku teks, LKS, masalah dari siswa lebih tertarik untuk memudahkan pekerjaan
video, dan file presentasi yang hanya bersifat membuka sosmed atau game manusia, tapi kalau salah
satu arah saja. Hal ini menyebabkan online dibanding media digunakan maka bisa
pembelajaran yang ada di sekolah selama ini pembelajaran guru pada materi membahayakan. Begitu juga
terlihat kurang menarik, sehingga membuat sistem periodik unsur adalah : dengan penggunaan HP bagi
siswa merasa jenuh dan kurang memiliki remaja, harus dibawah kontrol
minat pada pelajaran kimia. 1. kurangnya kontrol penggunaan orng tua dan guru, jika tidak
2. Yola Dewi Putri (2021) juga menjelaskan HP dari guru dan orang tua, maka Hp akan salah guna,
bahwa media pembelajaran yang digunakan 2. rendahnya kemampuan guru sehingga bukan menunjang
tidak interaktif atau hanya satu arah saja. menciptkan media pembelajaran pembelajaran, tapi malah
3. Tika Rahmawati (2019) menjelaskan bahwa yang inovatif dan menghambat pembelajaran.
Pendidik masih belum maksimal dalam menyenangkan, sehingga 2. Guru yang tidak
penggunaan media pembelajaran berbasis peserta didik sering membuka mengembangkan medai
teknologi. Pendidik lebih sering sosmed/game dibanding media pembelajaran berbasi IT dan
menggunakan media pembelajaran berupa yang dibuat hanaya mengembangkan media
buku kimia dan LKS. Media pembelajaran pembelajaran yang tidak
berbasis teknologi yang digunakan hanya menarik untuk pembelajaran
power point. kimia, maka media akan kalah
4. Lounard (2018) menjelaskan bahwa kendala sama sosmed atau game online,
pendidik memakai media IT dalam sehingga aanak-anak lebih
pembelajaran diantaranya yaitu: sering membuka game dibanding
a. Kurangnya pengetahuan guru tentang IT media pembelajaran walau itu
(laptop/komputer, infokus, printer, dan sedang belajar di dalam kelas.
internet) disebabkan oleh faktor usia dan
kesulitan dalam mencari file
b. Arus listrik di sekolah tidak normal serta
internet tidak dapat menjangkau
keseluruh kelas
c. Tidak diwajibkan bagi guru mengajar
dengan menggunakan media IT oleh
pihak sekolah.

WAWANCARA
1. Teman Sejawat
Bapak M. Fadhli Hidayatullah, S.Pd (Guru
kimia SMA IT Asy-Syafi’i 2 Pekanbaru)
menjelaskan bahwa yang menyebabkan
siswa membuka sosmed/game
dibandingkan media pembelajaran adalah
kurang kontrol penggunaan HP dari guru
dan orang tua, kurangnya kesadaran siswa
terhadap pembelajaran, serta media yang
dikembangkan belum menarik.
2. Pimpinan Sekolah
Desnawati, M.Pd (Master pendidikan dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum) juga
menjelaskan bahwa yang menyebabkan
siswa membuka sosmed/game
dibandingkan media pembelajaran adalah
media pembelajaran yang monoton,
kurangnya pengawasan orang tua dan guru,
kurangnya motivasi belajar siswa, dan
pengaruh usia siswa.
3. Pakar Pendidikan
a. Dr. Deni Satria, M.Pd (Direktur yayasan
pendidikan cendana, instruktur nasional
pendidikan) menjelaskan bahwa yang
menyebabkan siswa membuka
sosmed/game dibandingkan media
pembelajaran adalah rendahnya
kemampuan guru menciptkan media
pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan, sehingga peserta didik
sering membuka sosmed/game
dibanding media yang dibuat. Selain itu
kharisma dan pengawasan guru yang
kurang sehingga peserta didik sering
mengabaikan arahan guru.
b. Nurhafni, M.Pd (Guru inti kimia Provinsi
Riau) menjelaskan bahwa yang
menyebabkan siswa membuka
sosmed/game dibandingkan media
pembelajaran adalah karena bermain
game lebih menarik dan tidak
memosankan, maka guru harus mampu
memasukkan materi juga dalam bentuk
game atau permainan yang
menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. A., & Rusmini, R. (2021). KELAYAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK UNTUK MELATIHKAN
KETERAMPILAN ARGUMENTASI PESERTA DIDIK SMA KELAS XI. UNESA Journal of Chemical Education, 10(2),
172-184.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/journal-of-chemical-education/article/view/38798/34379

Beddu, S. (2019). Implementasi pembelajaran higher order thinking skills (HOTS) terhadap hasil belajar peserta
didik. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Pembelajaran, 1(3), 71-84.
http://ejournal-jp3.com/index.php/Pendidikan/article/view/78/57

Bintiningtiyas, Nita. "Pengembangan permainan varmintz chemistry sebagai media pembelajaran pada materi sistem
periodik unsur (development of varmintz chemistry as learning media on periodic system of element)." Unesa
Journal of Chemical Education 5.2 (2016).
https://core.ac.uk/download/pdf/276225471.pdf

Djarwo, C. F. (2020). Analisis faktor internal dan eksternal terhadap motivasi belajar kimia siswa SMA Kota
Jayapura. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram, 7(1), 1-7.
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/ijed/article/view/781/687

Farawansyah, K. I., & Suyono, S. (2021). Pengembangan Lembar Penugasan Terstruktur pada Materi Laju Reaksi untuk
Melatihkan Keterampilan Argumentasi. Chemistry Education Practice, 4(2), 142-152.
https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/CEP/article/view/2315

Ferina A. & Khusnul F. (2017). Problematika Pengembangan Hots (Higher Order Thingking Skills) Di Sekolah Dasar.
Jurnal Inovasi Pendidikan Hal 139-145
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snip/article/view/11160

Fuadi, H., Robbia, A. Z., Jamaluddin, J., & Jufri, A. W. (2020). Analisis faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi
sains peserta didik. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5(2), 108-116.
http://www.jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/view/122/110

Guci, S. R. F., Zainul, R., & Azhar, M. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Tiga Level Representasi
Menggunakan Prezi Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas Xi Sma/Ma.
https://osf.io/preprints/inarxiv/n7jkf/
Hasanah, H. (2021). MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA MATERI REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA KELAS 12 IPA. JIRA: Jurnal Inovasi dan
Riset Akademik, 2(3), 342-366.
https://ahlimedia.com/jurnal/index.php/jira/article/view/102

Heriyanto, A., & Haryani, S. (2014). Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif berbasis education game
sebagai media pembelajaran kimia. Chemistry in Education, 3(1).
https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=peserta+didik+lebih+tertarik+game+dibandingkan+med
ia+pembelajaran&btnG=

Lounard S.S. & Linda V. Dkk (2018). Kendala Guru Memanfaatkan Media IT Dalam Pembelajaran Di SDN 1 Pagar Air
Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 3 Nomor 2, 131-140
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/8579

Lutfi, A., & Nugroho, A. (2019). Minat Belajar Dan Keberhasilan Belajar Partikel Penyusun Atom Dengan Media
Pembelajaran Permainan Chem Man. J-PEK (Jurnal Pembelajaran Kimia), 4(1), 39-50.
http://journal2.um.ac.id/index.php/j-pek/article/view/7564/4135

Mahmudi, A., Sulianto, J., & Listyarini, I. (2020). Hubungan perhatian orang tua terhadap hasil belajar kognitif
siswa. Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran, 3(1), 122-129.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/article/view/24435/14772

Marfu'a, S., & Astuti, R. T. (2022, August). ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI
KESETIMBANGAN KIMIA. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia (Vol. 1, No. 1, pp. 297-307).
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/snpk/article/view/82/53

Mislinawati, M., & Nurmasyitah, N. (2018). KENDALA GURU DALAM MENERAPKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA SD NEGERI 62 BANDA ACEH. Jurnal Pesona Dasar, 6(2).
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/view/12194

Paul Suparno. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika. PT Grasindo. Jakarta.

Paramita, A. K., Yahmin, Y., & Dasna, I. W. (2021). Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Pendekatan STEM (Science,
Technology, Engineering, Mathematics) untuk Pemahaman Konsep dan Keterampilan Argumentasi Siswa SMA
pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 5(11), 1652-1663.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/14189
Prilliza, M. D., Lestari, N., Merta, I. W., & Artayasa, I. P. (2020). Efektivitas Penerapan Model Discovery Learning
Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Pijar MIPA, 15(2), 130-134.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2592491&val=24434&title=Efektivitas%20Penerapan%2
0Model%20Discovery%20Learning%20Terhadap%20Hasil%20Belajar%20IPA

Putri, Y. D., Elvia, R., & Amir, H. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Alotrop, 5(2), 168-174.
https://ejournal.unib.ac.id/alotropjurnal/article/view/17138/8176

Sholeh, M. I., & Olensia, Y. (2022). Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal HOTS Kimia Berbasis Lesson
Study. Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia, 6(1), 38-48.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/orbital/article/view/12169

Sahono, B., & Agustina, E. (2021). Pembinaan guru melalui pelatihan penerapan model pembelajaran yusrisprudensial
untuk peningkatan profesionalitas guru-guru sd negeri di kecamatan muara bangkahulu kota bengkulu. Jurnal
Abdi Pendidikan, 2(2), 74-81.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jap/article/view/19382

Saragi, L., & Dalimunthe, M. (2022). Pengaruh model pembelajaran problem based learning dengan menggunakan
powerpoint terhadap hasil dan minat belajar siswa pada materi laju reaksi di kelas XI SMA. Educenter: Jurnal
Ilmiah Pendidikan, 1(4), 353-361.
https://jurnal.arkainstitute.co.id/index.php/educenter/article/view/108

Sigala, L. I. S. A. (2016). Hubungan Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa yang
Pernah Mengikuti Remedial. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(3).
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/4088/2621

Sihaloho, M., Hadis, S. S., Kilo, A. K., & La Kilo, A. (2021). Diagnosa Miskonsepsi Siswa SMA Negeri 1 Telaga Gorontalo
pada Materi Termokimia. Jambura Journal of Educational Chemistry, 3(1), 7-13.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjec/article/view/7133/2722

Sudiana, I. K., Suja, I. W., & Mulyani, I. (2019). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil
Kali Kelarutan. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 3(1), 7-16.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPK/article/view/20943/13104

Syamsidah, S., Khery, Y., & Mashami, R. A. (2018, September). PENGARUH VIDEO PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X. In Prosiding Seminar Nasional Lembaga Penelitian Dan
Pendidikan (LPP) Mandala.
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/Prosiding/article/view/887
Widiastuti, E. R., & Kurniasih, M. D. (2021). Pengaruh Model Problem Based Learning Berbantuan Software Cabri 3D
V2 terhadap Kemampuan Literasi Numerasi Siswa. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 1687-
1699.
https://www.j-cup.org/index.php/cendekia/article/view/690/375

Anda mungkin juga menyukai