DI SUSUN OLEH
DONNIE JEVO KATIPANA (2021-69-004)
TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
STABILITAS PADA KAPAL
ABSTRAK
Stabilitas kapal adalah kemampuan sebuah kapal untuk tetap dapat mempertahankan
keseimbangannya sehingga tetap tegak dan kembali pada posisi normalnya ketika mendapat
hentakan atau gaya dari luar. Gaya dari luar keapada kapal ini dapat disebabkan oleh adanya
gelombangan yang membuat kapal menjadi oleng. Kapal yang oleh atau tidak stabil tersebut
dapat menyebabkan kecelakan terhadap kapal seperti terbaliknya kapal, tenggelam atau
kerusakan yang terjadi pada peralatan kapal. Ketika kecelakaan tersebut terjadi maka akan
dapat menimbulkan kerugian secara finansial, permasalahan lingkungan seperti tumpahan
minyak sampai yang paling fatal adalah kehilangan nyawa awak kapal. Maka dari itu
stabilitas yang baik harus diperlukan sebuah kapal untuk mencegah hal-hal yang demikian.
PENDAHULUAN
Pengaturan muatan (stowage) di atas kapal sangat berpengaruh terhadap stabilitas kapal.
Stabilitas kapal sendiri adalah kemampuan sebuah kapal untuk kembali tegak semula, setelah
kapal mengalami kemiringan yang diakibatkan gaya-gaya dari luar kapal seperti ombak dan
angin, serta gaya-gaya dari dalam kapal seperti pegaturan muatan atau penempatan muatan
yang tidak seimbang terhadap center line. Misalnya pemuatan terkonsentrasi di bagian atas
(tambahan muatan di deck), atau muatan di kapal tidak diikat kuat (dilashing). Dalam
pelaksanaan pemuatan maka harus memperha tikan salah satu prinsip pemuatan yaitu prinsip
melindungi kapal. Melindungi kapal terkait erat dengan cara pembagian muatan itu sendiri
di dalam ruang muatnya. Ada 3 cara pembagian muatan yang sering terjadi :
a) Pembagian muatan secara vertikal
Pembagian muatan secara vertikal dapat menyebabkan terjadinya stabilitas positif
yang kaku atau langsar dan dapat pula memiliki stabilitas yang negatif. Hal ini sangat
tergantung pada konsentrasi berat muatan di bagian atas atau bawah.
b) Pembagian muatan secara horizontal
Pembagian muatan secara horizontal dapat berakibat pula terjadinya Hogging dan
Sagging.
c) Pembagian muatan secara transversal (melintang kapal)
Pembagian muatan secara transversal akan mengaki batkan kapal miring ke salah satu
sisi apabila berat sebelah, oleh sebab itu hendaknya dibagi rata ke kanan/kiri center
line. Pembagian muatan secara transversal ini juga akan mempengaruhi periode oleng
kapal.
Stabilitas sebuah kapal dipengaruhi oleh titik-titik penting yang merupakan titik konsentrasi
gaya. Letak titik konsentrasi gaya yang bekerja pada kapal terletak pada tiga titik yaitu :
1. Titik B (center of buoyancy)
Titik apung (center of buoyancy) dikenal dengan titik B dari sebuah kapal, merupakan
titik tangkap dari resultan gaya-gaya yang menekan tegak ke atas dari bagian kapal
yang terbenam dalam air. Titik tangkap B bukanlah merupakan suatu titik yang tetap,
akan tetapi akan berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat dari kapal. Dalam
stabilitas kapal, titik B inilah yang menye babkan kapal mampu untuk tegak kembali
setelah mengalami senget (kemiringan).
2. Titik G (center of gravity)
Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah kapal, merupakan
titik tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke bawah terhadap kapal. Letak
titik G ini di kapal dapat diketahui dengan meninjau semua pembagian bobot di kapal.
Makin banyak bobot yang diletakkan di bagian atas maka makin tinggilah letak titik
G.
3. Titik M (metacenter).
Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal, merupakan sebuah
titik semu dari batas dimana titik G tidak boleh melewati di atasnya agar supaya kapal
tetap mempunyai stabilitas yang positif (stabil). Meta artinya berubah-ubah, jadi titik
metasentris dapat berubah letaknya dan tergantung dari besarnya sudut senget (oleng).
PEMBAHASAN
1. PERKIRAAN PERPINDAHAN TITIK B DAN TITIK G
1.1 Perpindahan titik apung B
Pada gambar a kapal dalam keadaan kosong, di mana letak titik apung (B) berada
tepat di tengah-tengah sarat (garis benaman). Sehingga pada kapal yang berbentuk
kotak ini, nilai KB = ½ d. Pada gambar b, di mana pada kapal tersebut (berbentuk
kotak) sudah ditambah sejumlah muatan yang menyebabkan saratnya berubah,
walaupun nilai Kb tetap sama (Kb = ½ d). Ini menunjukkan bahwa dengan
penambahan dan pengurangan muatan, maka letak titik apung akan berubah. dan
besaran nilai KB sangat tergantung pada bentuk dasar kapal.
1.2 Perpindahan titik G akibat perubahan letak muatan
Muatan yang ada di dalam kapal dipindah secara transversal sehingga titik berat kapal
berpindah dari G ke G1. Akibat perpindahan muatan ini, akan terjadi momen dengan
nilai W x GG1 dan kapal akan mengalami kemiringan (list) sampai titik B akan
menyesuaikan diri dengan G1 hingga berada dalam satu garis vertikal.
Gambar 1.2. Perubahan letak muatan
Akibat dari perpindaan ini dalam sudut list yang kecil ,maka jarak pergeseran titik G
transversal dihitung dengan rumus :
di mana :
w = berat muatan yang dipindah (ton)
d = jarak pemindahan muatan transversal (m)
Δ = displacement (ton)
Sudut list dapat dihitung dengan rumus :
di mana :
GM = KM – KG
di mana :
G = titik berat kapal
W = gaya berat kapal
KG = jarak titik berat kapal secara vertikal (VCG) ke keel (titik K)
KG dapat diitung dengan rumus:
Di mana ;
∑M = Jumlah momen (ton)
∑W = jumlah perkalian titik berat dengan bobot (meter ton)
5) GM(Tinggi Metasentris)
Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) yaitu jarak tegak antara titik G
dan titik M. Dari rumus disebutkan :
GM = KM – KG
GM = (KB + BM) – KG
Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal atau keadaan
stabilitas kapal selama pelaya ran nanti.
BMT merupakan jari-jari metacenter yang diukur dari titik B ke titik Metacenter (M) dari
penampang transversal bangunan apung. BMT dihitung dengan formula :
Diagram Metasenter
Diagram Metacenter menggambarkan nilai KB, BMT, dan KMT dapat ditemukan untuk
setiap draft. Gambar di bawah ini memberikan contoh diagram KB dan KMT untuk
kapal dari draft terrendah ke draft tertinggi, yaitu masing-masing 3 dan 13 m.
Untuk suatu kapal yang mengalami oleng pada sudut < 6 derajat, titik G akan tetap
(karena displasemen tidak berubah) tetapi bentuk kapal di dalam air berubah
sehingga titik B berpindah menjadi B𝜑. Garis tekanan ke atas akan melalui titik B𝜑
dan tegak lurus garis W’L sehingga memotong garis GB di titik M. Dengan demikian
maka timbul gaya W= γV yang mempunyai jarak lengan h=MG sin𝜑. Lengan h ini
merupakan koppel(righting arm). Dari sini dapat diperoleh momen koppel (righting
moment) Sa = W x h= W x MG sin𝜑.
4.3 Stabilitas statis bentuk dan berat
Jika nilai BU dan BG sin𝜑 dihitung pada berbagai sudut oleng maka dapat
digambarkan lengkungan stabilitas bentuk dan berat seperti pada gambar berikut ini :
KM = KB + BM
= 1,65m + 5,50m
= 7,15 m
KG = (BM-GM) + KB
= (5,50-2) + 1,65 m
= 3,50 + 1,65m
= 5,15 meter
2) Bangunan apung berbentuk kotak memiliki ukuran L × B × H = 25 m × 5 m × 5 m
mengapung pada draft T = 2 m. Diketahui KG = 1.5 m, hitunglah tinggi
metacenter awal GM.
Penyelesaian :
Maka :
Remember :
Kapal berbentuk kotak :
KESIMPULAN
1) Stabilitas kapal adalah kemampuan sebuah kapal untuk kembali tegak semula, setelah
kapal mengalami kemiringan yang diakibatkan gaya-gaya dari luar kapal seperti ombak
dan angin, serta gaya-gaya dari dalam kapal seperti pegaturan muatan atau penempatan
muatan yang tidak seimbang terhadap center line.
2) Ada tiga titik yang berpengaruh pada stabilitas kapal yaitu : a) Titik apung (center of
buoyancy), Titik G (center of gravity), dan Titik M (metacenter).
3) Nilai KG dengan dalil momen digunakan bila terjadi pemuatan atau pembongkaran di
atas kapal. Dengan mengetahui letak titik berat suatu bobot di atas lunas yang disebut
dengan vertical centre of gravity (VCG) lalu dikalikan dengan bobot muatan tersebut
maka diperoleh momen bobot. Selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal
dibagi dengan jumlah bobot sehingga diperoleh nilai KG.
4) Faktor – faktor yang mempengaruhi keseimbangan kapal dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok besar yaitu : a) Faktor internal : tata letak barang/cargo, bentuk ukuran
kapal, kebocoran karena kandas atau tubrukan, b) Faktor eksternal : angin, ombak, arus
dan badai.
5) Klasifikasi stabilitas kapal menurut kesetimbangan terbagi atas 3, yaitu : 1) Stabilitas
mantap/positif, 2) Stabilitas goyah/negatif, 3) Stabilitas netral.
6) Berdasarkan sifat olengnya apakah sebuah kapal mengoleng terlalu lambat atau cepat
maka ada 2 kondisi kapal yang terjadi, yaitu : Kapal langsar (tender) dan kapal kaku
(stiff).
7) Klasifikasi stabilitas kapal terbagi atas dua yaitu stabiltas statis (statical stability) dan
Stabilitas dinamis (dynamical stability). Stabilitas statis adalah stabilitas kapal dalam
keadaan diam sedangkan stabilitas dinamis adalah stabilitas kapal dalam keadaan
bergerak, oleng atau mengangguk.
8) Stabilitas kapal sangat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu : faktor bentuk (dipengaruhi oleh
letak titik G) dan faktor berat (dipengaruhi oleh letak titik B)