Anda di halaman 1dari 35

STABILITAS KAPAL

Salah satu penyebab kecelakaan kapal di laut, baik yang terjadi


di laut lepas maupun ketika berada di pelabuhan, adalah
peranan dari para awak kapal yang tidak memperhatikan
perhitungan stabilitas kapalnya sehingga dapat mengganggu
keseimbangan secara umum yang akibatnya dapat
menyebabkan kecelakaan fatal, seperti kapal tidak dapat
dikendalikan, kehilangan keseimbangan dan bahkan tenggelam
yang pada akhirnya dapat merugikan harta benda, kapal,
nyawa manusia bahkan dirinya sendiri.
Sedemikian pentingnya pengetahuan menghitung stabilitas
kapal untuk keselamatan pelayaran, maka setiap awak kapal
yang bersangkutan bahkan calon awak kapal harus dibekali
dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga kondisi
stabilitas kapalnya, sehingga keselamatan dan kenyamanan
pelayaran dapat dicapai.
1
Pengertian stabilitas adalah kemampuan sebuah kapal
untuk kembali kedudukan semula setelah disengetkan
oleh gaya - gaya dari luar.

Stabilitas adalah keseimbangan dari kapal, merupakan


sifat atau kecenderungan dari sebuah kapal untuk
kembali kepada kedudukan semula setelah mendapat
senget (kemiringan) yang disebabkan oleh gaya-gaya
dari luar (Rubianto, 1996).

Stabilitas merupakan kemampuan sebuah kapal untuk


menegak kembali sewaktu kapal menyenget oleh karena
kapal mendapatkan pengaruh luar, misalnya angin,
ombak dan sebagainya (Wakidjo, 1972).

2
Secara umum hal-hal yang mempengaruhi
keseimbangan kapal dapat dikelompokkan kedalam
2 (dua) kelompok besar yaitu :
a. Faktor internal yaitu tata letak barang/cargo,
bentuk ukuran kapal, kebocoran karena kandas
atau tubrukan;
b. Faktor eksternal yaitu berupa angin, ombak, arus
dan badai.

Oleh karena itu maka stabilitas kapal erat


hubungannya dengan bentuk kapal, muatan, draft,
dan ukuran dari nilai GM (Tinggi Metasentris).

3
Kaitannya dengan bentuk dan ukuran, maka dalam
menghitung stabilitas kapal sangat tergantung dari
beberapa ukuran pokok yang berkaitan dengan
dimensi pokok kapal.

Ukuran-ukuran pokok yang menjadi dasar dari


pengukuran kapal adalah panjang (length), lebar
(breadth), tinggi (depth) serta sarat (draft).

Sedangkan untuk panjang di dalam pengukuran


kapal dikenal beberapa istilah seperti LOA (Length
Over All), LBP (Length Between Perpendicular) dan
LWL (Length Water Line).

4
Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum melakukan
perhitungan stabilitas kapal yaitu :

1. Berat benaman (isi kotor) atau displacement adalah


jumlah ton air yang dipindahkan oleh bagian kapal yang
tenggelam dalam air;

2. Berat kapal kosong (Light Displacement) yaitu berat


kapal kosong termasuk mesin dan alat-alat yang melekat
pada kapal;

3. Operating Load (OL) yaitu berat dari sarana dan alat-alat


untuk mengoperasikan kapal dimana tanpa alat ini kapal
tidak dapat berlayar.

Displ = LD + OL + Muatan

DWT = OL + Muatan

5
Dilihat dari sifatnya, stabilitas atau keseimbangan kapal dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
stabilitas statis dan stabilitas dinamis.

 Stabilitas statis
Stabilitas statis diperuntukkan bagi kapal dalam keadaan
diam dan terdiri dari stabilitas melintang dan membujur.

Stabilitas melintang adalah kemampuan kapal untuk tegak


sewaktu mengalami senget dalam arah melintang yang
disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja
padanya, sedangkan stabilitas membujur adalah
kemampuan kapal untuk kembali ke kedudukan semula
setelah mengalami senget dalam arah yang membujur oleh
adanya pengaruh luar yang bekerja padanya.

6
Stabilitas melintang kapal dapat dibagi menjadi sudut
senget kecil ( 00-150 ) dan sudut senget besar ( >150 ).
Akan tetapi untuk stabilitas awal pada umumnya
diperhitungkan hanya hingga 150 dan pada pembahasan
stabilitas melintang saja.

 Stabilitas dinamis
Stabilitas dinamis diperuntukkan bagi kapal-kapal yang
sedang oleng atau mengangguk ataupun saat menyenget
besar.
Pada umumnya kapal hanya menyenget kecil saja. Jadi
untuk senget yang besar, misalnya melebihi 200 bukanlah hal
yang biasa dialami.
Senget-senget besar ini disebabkan oleh beberapa keadaan
misalnya badai atau oleng besar ataupun gaya dari dalam
antara lain GM yang negatif.
7
KAPAL TERBALIK AKIBAT STABILITAS YANG TIDAK SESUAI

8
Titik-titik penting dalam stabilitas :

Menurut Hind (1967), titik-titik penting dalam stabilitas


antara lain adalah titik berat (G), titik apung (B) dan titik M.

M - Metacenter

G – Titik berat (Centre of Gravity)

B – Titik apung (Centre of Buoyancy)

K – Lunas / Keel

9
STABILITY REFERENCE POINTS
(Titik-titik Penting dalam Stabilitas)

Metacentris

Gravity

Buoyancy

K eel
CL
 Titik Berat (Centre of Gravity) :
Titik berat (centre of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah
kapal, merupakan titik tangkap dari semua gaya-gaya yang
menekan ke bawah terhadap kapal.
Letak titik G ini di kapal dapat diketahui dengan meninjau semua
pembagian bobot di kapal, dimana makin banyak bobot yang
diletakkan di bagian atas maka makin tinggilah letak titik G-nya.

Letak titik berat kapal di perairan


11
Titik berat kapal adalah sebuah titik di kapal yang
merupakan titik tangkap dari Resultante semua gaya berat yang
bekerja di kapal itu, dan dipengaruhi oleh konstruksi kapal.
Secara definisi, titik berat (G) ialah titik tangkap dari semua gaya-
gaya yang bekerja ke bawah. Letak titik G pada kapal kosong
ditentukan oleh hasil percobaan stabilitas.
Perlu diketahui, bahwa letak titik G tergantung daripada
pembagian berat di kapal. Jadi selama tidak ada berat yang
digeser/ditambah/dikurangi, maka titik G tidak akan berubah
walaupun kapal oleng atau mengangguk / trim.

12
 Titik Apung (Centre of Buoyancy) :

Titik apung (centre of buoyancy) dikenal dengan titik B dari


sebuah kapal, merupakan titik tangkap dari resultant gaya-gaya
yang menekan tegak ke atas dari bagian kapal yang terbenam
dalam air.
Titik tangkap B bukanlah merupakan suatu titik yang tetap, akan
tetapi akan berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat dari
kapal.
Dalam stabilitas kapal, titik B inilah yang menyebabkan kapal
mampu untuk tegak kembali setelah mengalami senget.
Letak titik B tergantung dari besarnya senget kapal (bila senget
berubah maka letak titik B akan berubah/berpindah). Bila kapal
menyenget titik B akan berpindah ke sisi yang rendah.

13
Titik Apung Kapal (Centre of Buoyancy)

RESERVE BUOYANCY
WATERLINE

B
 Titik Metasentris :

Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari


sebuah kapal, merupakan sebuah titik semu dari
batas dimana titik G tidak boleh melewati di atasnya
agar supaya kapal tetap mempunyai stabilitas yang
positif (stabil).
Seperti diketahui, meta itu artinya berubah-ubah ;
jadi titik metasentris dapat berubah letaknya dan
tergantung dari besarnya sudut senget.

15
Titik Metasentris

B B1

CL
Apabila kapal senget pada sudut kecil (tidak
lebih dari 150), maka titik apung B bergerak
di sepanjang busur dimana titik M merupakan
titik pusatnya di bidang tengah kapal (centre
of line) dan pada sudut senget yang kecil ini
perpindahan letak titik M masih sangat kecil,
sehingga masih dapat dikatakan tetap.

17
 Ukuran dalam Stabilitas :
Ada beberapa ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam
stabilitas kapal seperti ditunjukkan dalam gambar berikut :

KG - adalah tinggi titik berat ke lunas/jarak/letak titik berat


terhadap lunas.

18
Nilai KB untuk kapal kosong diperoleh dari percobaan stabilitas
(inclining experiment), selanjutnya KG dapat dihitung dengan
menggunakan dalil momen.
Nilai KG dengan dalil momen ini digunakan bila terjadi
pemuatan atau pembongkaran di atas kapal dengan
mengetahui letak titik berat suatu bobot di atas lunas yang
disebut dengan vertical centre of gravity (VCG) lalu dikalikan
dengan bobot muatan tersebut sehingga diperoleh momen
bobot tersebut.
Selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal
dibagi dengan jumlah bobot dan menghasilkan nilai KG pada
saat itu.

19
∑𝑀
KG total =
∑𝑊

dimana,

∑M = jumlah momen (ton m)


∑W = jumlah perkalian titik berat dengan bobot benda (ton)

KM - adalah tinggi/jarak metasentris dari lunas.

KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau


jumlah jarak dari lunas ke titik apung (KB) dan jarak titik apung
ke metasentris (BM), sehingga KM dapat dicari dengan rumus :

KM = KB + BM
Diperoleh dari diagram metasentris atau hydrostatical curve
bagi setiap sarat (draft ) saat itu.
20
GM - Tinggi Metasentris :

Tinggi metasentris atau metacentric high (GM) adalah jarak


tegak antara titik G dan titik M.
Dari rumus disebutkan :
GM = KM – KG
GM = ( KB + BM ) - KG
Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal
atau keadaan stabilitas kapal selama pelayaran nanti.

BM - Radius Metacentric :
BM dinamakan jari-jari metasentris atau metacentric radius,
karena bila kapal mengoleng dengan sudut-sudut yang kecil,
maka lintasan pergerakan titik B merupakan sebagian busur
lingkaran dimana M merupakan titik pusatnya dan BM sebagai
jari-jarinya.
21
Titik M masih bisa dianggap tetap karena sudut olengnya kecil
( 100 – 150 ).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa :
𝑏2
BM =
10𝑑
dimana, b = lebar kapal (m)
d = draft kapal (m)

KB - (Tinggi Titik Apung dari Lunas) :


Letak titik B di atas lunas bukanlah suatu titik yang tetap, akan
tetapi berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat atau
senget kapal.
Menurut Rubianto (1996), nilai KB dapat dicari :
Untuk kapal tipe plat bottom, KB = 0,50 d
22
Untuk kapal tipe V bottom, KB = 0,67 d
Untuk kapal tipe U bottom, KB = 0,53 d
dimana d = draft kapal.

Dari diagram metasentris atau lengkung hidrostatis, nilai KB


dapat dicari pada setiap sarat kapal saat itu.

 Segitiga Stabilitas :
Bila suatu kapal senget maka titik apung akan bergerak,
sedangkan titik berat (gravitasi) tidak berubah. Karena gaya
apung dan gravitasi sama besar, tetapi kalau kapal miring akan
membentuk dua gaya yang paralel dengan arah yang
berlawanan, mengakibatkan terjadinya rotasi.
Rotasi ini mengakibatkan kapal kembali ke posisi semula
karena gaya apung dan gravitasi sama besar berlawanan arah
akan saling menutup.
23
Hal ini dikatakan sebagai pasangan (coupled) karena kedua
gaya yang bekerja menghasilkan rotasi.
Rotasi inilah yang menyebabkan terjadinya keseimbangan
kapal.

M
M

G Z
Lengan penegak
B G Z

Gaya-gaya yang bekerja pada saat kapal senget, di antaranya


yang penting adalah lengan penegak

24
Jarak antara gaya apung dan gravitasi disebut sebagai lengan
penegak.
Pada gambar di atas, lengan penegak merupakan garis yang
ditarik dari titik gravitasi ke vektor gaya apung kapal.
Untuk kemiringan yang kecil (00 sampai 70 ke 100, metasentris
tidak berubah), nilai lengan penegak (GZ) dapat diperoleh
secara trigonometry.

M
𝐴𝐷𝐽𝐴𝐶𝐸𝑁𝑇 𝑀𝑍
COS θ = =
θ 𝐻𝑌𝑃𝑂𝑇𝐸𝑁𝑈𝑆𝐸 𝐺𝑀

𝑂𝑃𝑃𝑂𝑆𝐼𝑇𝐸 𝐺𝑍
adjacent

SIN θ = =
𝐻𝑌𝑃𝑂𝑇𝐸𝑁𝑈𝑆𝐸 𝐺𝑀

𝑂𝑃𝑃𝑂𝑆𝐼𝑇𝐸 𝐺𝑍
G TG θ = =
opposite Z 𝐴𝐷𝐽𝐴𝐶𝐸𝑁𝑇 𝑀𝑍

Gambar segitiga gaya apung, gravitasi dan lengan penegak


25
Dengan menggunakan fungsi sinus untuk mendapatkan lengan
penegak :
GZ = GM x sin θ
Dengan stabilitas awal (00 sampai 70 - 100) metasentris tidak
berubah, dan fungsi sinus hampir linier (garis lurus).
Oleh karena itu, lengan penegak kapal < GZ proporsional
terhadap ukuran tinggi metasentris, GM. Sehingga GM adalah
ukuran awal stabilitas kapal.

 Momen Penegak ( Righting Moment / RM ) :


Momen penegak adalah ukuran stabilitas kapal terbaik.
Menjelaskan kenapa kapal bisa mengatasi kemiringan dan
kembali ke titik keseimbangan/stabilitas.
Momen penegak adalah sama dengan lengan penegak dikali
dengan displacement kapal.

26
M

OVERALL
STABILITY
G Z

B B1

RM = GZ x 
CL
Contoh :

Suatu kapal penyeberangan mempunyai displacement sebesar


6.000 LT dan mempunyai lengan penegak sebesar 2,4 ft.
Bila dimiringkan 400 , berapa momen penegak kapal ?

Solusi :

RM = 2,4 ft x 6.000 LT

RM = 14,400 ft-tons ( disebut “foot tons” )

Atau dalam ukuran metrik :

RM = 0,73 m x 6.000 LT

RM = 4.384 M-ton

28
 Kondisi Stabilitas :
Posisi titik gravitasi dan metasentris menunjukkan indikasi awal
stabilitas kapal.
Kalau terjadi permasalahan yang mengganggu stabilitas kapal,
maka dikelompokkan dalam :

Stabilitas Positif :
M
Metasentris berada di atas titik
gravitasi. Kalau kapal senget akan
membentuk lengan penegak, yang G Z
B B1
mendorong kapal tegak kembali.

29
Stabilitas Netral :
Metasentris berhimpit dengan titik G M
gravitasi. Kalau kapal senget tidak
membentuk lengan penegak,
sampai metasentris berpindah B
B1
setelah senget 70 – 100.

Stabilitas Negatif :
G
Titik gravitasi kapal berada di atas
M
metasentris, bila kapal senget
lengan penegak negatif terbentuk
yang akan mengakibatkan kapal B
B1
terbalik.

30
 Kurva Statistik Stabilitas :
Bila suatu kapal disengetkan melalui berbagai sudut
senget dan lengan penegak untuk setiap derajat
senget diukur, maka dapat diperoleh kurva statistik
stabilitas.
Kurva ini adalah gambaran stabilitas kapal pada
muatan tertentu.
Lengan Penegak (Ft)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sudut Kemiringan (derajat)

60°
40°
20°
G Z G Z G Z
B B B

GZ = 1.4 FT GZ = 2.0 FT GZ = 1 FT

Hubungan antara lengan penegak dengan sudut kemiringan kapal (senget)


32
10o = .55 M STATICAL STABILITY CURVE PLOTTING SHEET
15o = .85 M 5
20o = 1.1 M
30o = 1.73 M
40o = 2.35 M
RIGHTING ARMS (FT)

45o = 2.55 M 4
50o = 2.6 M
55o = 2.5 M
60o = 2.3 M 3
X X X
X X
2
X

1 X
GZ X
X
0X 57.3
10 20 30 40 50 60 70 80 90
ANGLE OF INCLINATION - DEGREES
Berbagai informasi bisa diperoleh dari kurva ini, diantaranya :

 Rentang stabilitas : Kapal ini akan menghasilkan lengan


penegak bila disengetkan dari 00 sampai 740 .
(Kurva ini diasumsikan bahwa seluruh struktur utama kapal
kedap air)

 Lengan penegak maksimum : adalah jarak terbesar antara


gaya dari daya apung dengan gravitasi.
Di sinilah para tenaga ahli perkapalan menghabiskan
energinya.

 Sudut maksimum lengan penegak : adalah sudut senget


dimana lengan penegak mencapai puncaknya.

 Sudut bahaya : adalah separuh sudut lengan penegak


maksimum.

34
35

Anda mungkin juga menyukai