Anda di halaman 1dari 15

D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M.

RANAHEDY

2.5. Perhitungan Stabilitas Awal


2.5.1. Variabel-variabel yang berhubungan dengan Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan dari suatu kapal/benda yang melayang atau
mengapung yang miring untuk kembali ke kedudukan tegak semula. benda
yang melayang dikatakn seimbang apabila titik berat (G) dan titik tekan (B)
apabila berada di satu garis yang tegak lurus dengan permukaan air.
 Titik-titik penting dalam stabilitas

Adapun Titik-titik penting dalam stabilitas antara lain adalah titik


berat (G), titik apung (B) dan titik M.
Dimana :
M – Metacenter
G – Titik berat (Centre of Gravity)
B – Titik apung (Centre of Buoyancy)
K – Lunas/Keel

 Titik Metasentris
a. Definisi
Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal,
merupakan sebuah titik semu dari batas di mana titik G tidak
boleh melewati di atasnya agar supaya kapal tetap mempunyai
stabilitas yang positif (stabil). Meta artinya berubah-ubah, jadi
titik metasentris dapat berubah letaknya dan tergantung dari
besarnya sudut senget. Apabila kapal senget pada sudut kecil
(tidak lebih dari 150), maka titik apung B bergerak di sepanjang
busur di mana titik M merupakan titik pusatnya di bidang tengah
kapal (centre of line) dan pada sudut senget yang kecil ini
perpindahan letak titik M masih sangat kecil, sehingga masih
dapat dikatakan tetap.

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 55


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

b. Letak / kedudukan titik Metasentrum kapal


Titik Metasentrum sebuah kapal dengan sudut-sudut senget
kecil  terletak  pada perpotongan  garis  sumbu dan, arah garis
gaya tekan ke atas sewaktu kapal menyenget.
c. Sifat dari letak / kedudukan titik metasentrum
Untuk sudut-sudut senget kecil kedudukan Metasentrum
dianggap tetap, sekalipun sebenarnya  kekududkan  titik itu 
berubah-ubah sesuai dengan arah dan besarnya sudut senget.
Oleh karena perubahan letak yang sangat kecil, maka dianggap
tetap. Dengan berpindahnya kedudukan  titik tekan sebuah kapal
sebagai akibat menyengetnya kapal  tersebut  akan  membawa
akibat berubah-ubahnya kemampuan kapal  un tuk menegak
kembali. Besar kecilnya kemampuan sesuatu kapal untuk
menegak kembali  merupakan  ukuran  besar  kecilnya  stabilitas
kapal itu. Jadi dengan berpindah-pindahnya  kedudukan titik
tekan sebuah kapal sebagai akibat dari menyengetnya kapal
tersebut akan membawa akibat berubah-ubahnya stabilitas kapal
tersebut.
 Titik berat (Centre of Gravity)

a. Definisi
Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah
kapal, merupakan titik tangkap dari semua gaya-gaya yang
menekan ke bawah terhadap kapal. Letak titik G ini di kapal
dapat diketahui dengan meninjau semua pembagian bobot di

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 56


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

kapal, makin banyak bobot yang diletakkan di bagian atas maka


makin tinggilah letak titik G-nya.
b. Arah bekerjanya
Arah bekerjanya gaya berat kapal adalah tegak lurus kebawah.
c. Letak / kedudukan berat kapal
Titik  berat  kapal  dari  suatu  kapal  yang  tegak  terletak pada
bidang simetris kapal yaitu bidang yang dibuat melalui linggi
depan linggi belakang dan lunas kapal.
d. Sifat dari letak / kedudukan titik berat kapal
Letak  / kedudukan  titik berat  kapal  suatu  kapal  akan tetap
bila tidak terdapat penambahan,  pengurangan, atau penggeseran
bobot diatas kapal dan akan berpindah  tempatnya bila terdapat
penambahan, pengurangan atau penggeseran bobot di kapal itu :
1. Bila ada penambahan  bobot, maka titik berat kapal akan
berpindah kearah / searah dan sejajar dengan titik berat bobot
yang dimuat.
2. Bila ada pengurangan  bobot, maka titik berat kapal akan
berpindah kearah yang berlawanan  dan  titik berat bobot
yang dibongkar.
3. Bila ada penggeseran bobot, maka titik berat sebuah kapal
akan berpindah searah dan sejajar dengan titik berat dari
bobot yang digeserkan.
 Titik Apung (Centre of Buoyance)

a. Definisi
Titik apung (center of buoyance) dikenal dengan titik B dari
sebuah kapal, merupakan titik tangkap dari resultan gaya-gaya
yang menekan tegak ke atas dari bagian kapal yang terbenam
dalam air. Titik tangkap B bukanlah merupakan suatu titik yang
tetap, akan tetapi akan berpindah-pindah oleh adanya perubahan
sarat dari kapal. Dalam stabilitas kapal, titik B inilah yang
menyebabkan kapal mampu untuk tegak kembali setelah
mengalami senget
b. Arah bekerjanya
Arah bekerjanya gaya tekan adalah tegak lurus ke atas.
c. Letak/kedudukan titik tekan/titik apung
Kedudukan titik tekan sebuah kapal senantiasa berpindah pindah
searah dengan menyengetnya  kapal, maksudnya bahwa
Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 57
D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

kedudukan titik tekan itu akan berpindah kearah ka nan apabila


kapal menyenget ke kanan dan akan berpindah ke kiri apabila
kapal menye nget ke kiri, sebab titik berat  bagian kapal yang
terbenam berpindah-pindah sesuai dengan arah sengetnya kapal.
Jadi dengan berpindah-pindahnya  kedudukan titik tekan sebuah
kapal sebagai akibat menyengetnya kapal tersebut akan
membawa akibat berubah-ubahnya stabilitas kapal tersebut.
 Ukuran/ dimensi dalam Stabilitas
Ada beberapa ukuran-ukuran yang digunakan dalam stabilitas kapal
seperti ditunjukkan dalam gambar diatas.
a. KG adalah tinggi titik berat ke lunas/ jarak/ letak titik berat
terhadap lunas.
b. GM (tinggi metasentra) yaitu jarak tegak antara titik G (centre of
gravity) dengan titik M ( metasentra)
c. KB itu tinggi titik apung dari lunas
 Kondisi Stabilitas
Posisi Titik gravitasi dan Metacentre menunjukkan indikasi awal
stabilitas kapal. Kalau terjadi permasalahan yang mengganggu
stabilitas kapal maka dikelompokkan dalam :

a. Stabilitas positif

Metacenter berada diatas titik grafitasi. Kalau kapal senget atan


membentuk lengan penegak, yang mendorong kapal tegak
kembali.

b. Stabilitas netral

Metacenter berhimpit dengan titik grafitasi. Kalau kapal senget


tidak membentuk lengan penegak, sampai metacenter berpindah
setelah senget 70 – 100.

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 58


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

c. Stabilitas negatif
Titik gravitasi kapal berada di atas metacenter, bila kapal senget
lengan penegak negatif terbentuk yang akan mengakibatkan kapal
terbalik.

Adapun ukuran utama kapal rancangan sebagai berikut.


Ukuran utama kapal
LBP = 77 m
Lwl = 80 m
B = 12,8 m
T = 5,6 m
H = 7,6 m
Cb = 0,66
Cm = 0,98
Cw = 0,79
Cpv = 0,84
Cph = 0,67
Fb = 2,00
Fn = 0,24
Volume = 3784,704 m3
∆ (ton) = 3908,417
DWT = 3130 ton
Vs = 13 knot
PB = 1376 kW
Dalam perhitungan stabilitas awal ada beberapa variabel yang perlu
diketahui terlebih yaitu:

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 59


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

2.5.2. Menentukan jari - jari titik tekan terhadap Keel (KB)


Penentuan titik KB dapat diperoleh dari berbagai sumber referensi
berikut. Kemudian, dapat dipilih salah satunya.
Dalam buku "Ship Design and Efficiency Economy", hal. 10
Menurut Normand
KB = T x ( 5/6 – ( Cb / (3 x Cw )))
KB = 5,6 x ( 5/6 – ( 0,66 / (3 x 0,79 )))
KB = 3,08 m
Menurut Schenekluth
KB = T x ( 0,9 – ( 0,3 x Cm ) – ( 0,1 x Cb ))
KB = 5,6 x ( 0,9 – ( 0,3 x 0,98 ) – ( 0,1 x 0,66 ))
KB = 3,29 m
Menurut Normand
KB = T x ( 0,9 – ( 0,36 x Cm ))
KB = 5,6 x ( 0,9 – ( 0,36 x 0,98 ))
KB = 3,04 m
Menurut Wobig
KB = T x ( 0,78 – ( 0,285(Cb/ Cw))
KB = 5,6 x ( 0,78 – ( 0,285(0,66/0,79 ))
KB = 3,01 m

Adapun referensi lain sebagai berikut.


Dalam buku "Ship Design and Ship Theory H. Phoels", hal. 39
Menurut Bauer
KB = ( T × ( 0,793 – ( 0,300 × ( Cb / Cw )))
KB = ( 5,6 × ( 0,793 – ( 0,300 × ( 0,66 / 0,79 )))
KB = 3,01 m

Dalam buku "Ship Design and Ship Theory H. Phoels", hal. 39


Menurut Bauer
KB = ( T × ( 0,793 – ( 0,300 × ( Cb / Cw )))
KB = ( 5,6 × ( 0,793 – ( 0,300 × ( 0,66 / 0,79 )))
KB = 3,01 m

Alasan :
Mengacu pada hubungan Cpv dan KB, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Cpv KB
1 1/2T
0,84 ?
0,5 2/3T

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 60


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

KB2 =
1
2
T+
Cpv 2−Cpv 1 2 1
× T− T
Cpv 3−Cpv 1 3 2 ( )
KB2 =
1
2
5,6+
0,84−1 2
0,5−1
1
(
× 5,6− 5,6
3 2 )
−0,16
KB2 = 2,775+ × ( 3,7−2,775 )
−0,5
KB2 = 2,775+ ( 0,296 )
KB2 = 3,07
Sehingga KB yang kita pilih adalah KB = 3,08 m , Karena
mendekati dengan nilai hasil interpolasi dan untuk memenuhi
syarat periode oleng (Tr) di mana syarat periode oleng 8 – 14
sekon.

2.5.3. Menentukan Jari - Jari Metacentra (MB)


Dalam buku "Ship design and ship theory", hal. 41
Dalam penentuan MB digunakan persamaan empiris, sebagai
berikut :
Menurut Murray
MB = ((3 x Cw) – 1)/24) x (B2/(T x Cb))
MB = ((3 x 0,79) – 1)/24) x (12,82/(5,6 x 0,66))
MB = 2,56 m
Menurut Normand
MB = ((( 0,72 × Cw ) + 0,292 ) × ( B2 / ( 12 × T × Cb )))
MB = ((( 0,72 × 0,79 ) + 0,292 ) × ( 12,82 / ( 12 × 5,6 × 0,66 )))
MB = 3,22 m
Menurut Bauer
MB = ((( 2 × Cw ) + 1)3 × ( B2 / ( 323 × T × Cb )))
MB = ((( 2 × 0,79 ) + 1)3 × ( 12,8 2 / ( 323 × 5,6 × 0,66 )))
MB = 2,39 m

Sehingga MB yang kita pilih adalah MB = 3,22 m , Karena untuk


memenuhi syarat periode oleng (Tr) di mana syarat periode oleng
8 – 14 sekon.

2.5.4. Menentukan Jarak Metasentra Terhadap Keel (MK)


Dalam penentuan MK digunakan persamaan empiris sebagai
berikut :
MK = MB + KB
MK = 3,22 m + 3,08 m
MK = 6,30 m

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 61


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

2.5.5. Menentukan Jarak Titik Berat Terhadap Keel (KG)


Dalam penentuan KG digunakan persamaan empiris adalah
sebagai berikut.
KG = 0,7 x H
KG= 5,29 m

2.5.6. Menentukan Tinggi Titik Metasentra dari Titik Berat Kapal (MG)
Dalam penentuan MG digunakan rumus empiris sebagai berikut :
MG = MK-KG
MG = 6,23 m -5,29 m
MG = 1,02
Syarat kapal dengan stabilitas yang baik adalah MG > 0

2.5.7. Periode Oleng


Dalam penentuan Tr Berdasarkan buku “Ship Design and Ship
Theory” H. Poels Halaman 36 digunakan persamaan empiris
sebagai berikut :
Tr = 2π x ((0,38 x B) / (g x MG)½)
Dimana :
Tr = Periode Oleng
B = Lebar kapal
g = Percepatan gravitasi
MG = Tinggi titik metasentra dari titik berat kapal
Adapun nilai-nilai variebel di atas sebagai berikut.
B = 12,83 m
G = 9,81 m/s2
MG = 1,02 m
Sehingga :
Tr = 2π x ((0,38 x B) / (g x MG)½)
Tr = 2π x ((0,38 x 12,8) / (9,81 x 1,02)½)
Tr = 9,69 s (memenuhi)

Persayaratan Tr, 8 – 14 detik

Untuk periode oleng sebesar 9,69 sekon. itu artinya kapal dapat
kembali keposisi semula setelah 9,69 sekon. Hal ini tentunya
berkorelasi dengan keamanan dan keutuhan muatan yang akan
dibawa oleh kapal.

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 62


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

2.5.8. Perhitungan Lengan Stability


Dalam buku "Bouyancy and Stability of Ship" oleh Ir. R. F.
Scelteme DeHere, hal. 106 - 109. Perhitungan stabilitas dengan
menggunakan metode Prohaska Second Approach :
Sf / Sheer Forward ( Sheer pada haluan kapal )
Sf = 50 x ((L/3)+10)
Sf = 50 x ((77/3)+10)
Sf = 1782,67 mm
Sf = 1,78 m

Sa/Sheer After (Sheer pada buritan kapal)


Sa = 25 x ((L/3)+10)
Sa = 25 x ((77/3)+10)
Sa = 891,33 mm
Sa = 0,89 m

Sm ( Perhitungan Sheer rata-rata)


Sm = (Sf+Sa)/2
Sm = (1782,67+891,33)/2
Sm = 1337 mm
Sm = 1,34 m

Hi (Tinggi ideal)
Dapat diperoleh dengan menggunakan rumus empiris sebagai
berikut.
Hid = H + (Sm/3)
Dimana :
H = Tinggi kapal
Sm = Sheer rata-rata
Adapun nilai dari H dan Sm sebagai berikut.
H = 7,6 m
Sm = 1,34 m
Sehingga didapatkan nilai Hid sebagai berikut.
Hid = H + (Sm/3)
Hid = 7,6 + (1,34/3)
Hid = 8,00 m

Rasio sarat kapal per tinggi ideal


T/ Hid = 5,6/8,00
T/ Hid = 0,69

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 63


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

Rasio tinggi ideal per lebar kapal


Hid/B = 8,00/12,8
Hid/B = 0,62
Perhitungan Tg α
(Hid/B)/0,6 = 1,04
((Hid/B)/0,6) 2
= 1,08
Tg α = (Hid / 0.6 x B) x Tg α
Tg α = (8,00 / 0.6 x 12,8) x Tg α
Tg α = 1,04 x Tg α

B/Bwl = 1
Adapun tabel data sebagai berikut :
No Uraian 0 7.5 15 30 45 60 75
1 Fy 0 1 1 0,88 0,685 0,439 0,21
2 Fz 0 0,0085 0,05 0,15 0,26 0,362 0,455
3 Tg α 0 0,13 0,27 0,58 1 1,73 3,73
4 Tg α' 0 0,13503 0,28044 0,6024 1,0387 1,7969 3,8742
5 α' 0 7,69 15,6656 31,0659 46,0866 60,9034 75,5270
6 Sin α' 0 0,13 0,25 0,50 0,70 0,86 0,96
7 ((Hid/B)/0,6)2 x 0 0,01 0,05 0,16 0,2805 0,3905 0,4909
point 2
8 Point 1 + Point 0 1,01 1,05 1,04 0,9655 0,8295 0,7009
6
9 (B/Bwl)2 x point 0 0,01 0,05394 0,04 -0,0345 -0,1705 -0,2991
7-1
10 h' = Point 8 x 0 0,0012 0,01 0,0209 -0,0242 -0,1466 -0,2872
Point 6
11 MB x Point 10 0 0,0038 0,0435 0,0674 -0,0779 -0,4726 -0,9257
12 MG sin α' 0 0,132 0,255 0,47179 0,66 0,8115 0,91
13 h = Point 11 + 0 0,14 0,30 0,58 0,63 0,4029 0,05
Point 12

Keterangan :
1. Untuk Fy dan Fz didapatkan dengan melihat metode prohaska pada
buku “ Buoyancy and Stability of Ships” pada halaman 108-109.
2. Untuk Tg α nilai nilai pada sudut-sudut di atas sudah ketentuan.
Nilai Tg α’ adalah hasil kali dari Tg α masing-masing sudut di atas
dengan Tg α yang di dapat dari perhitungan yang nilainya Tg α =
1,04 x Tg α maka nilai Tg α’ dapat didapatkan untuk pada masing-
masing sudut diatas

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 64


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

3. Untuk nilai α’ pada masing-masing sudut di atas di dapatkan


dengan cara Tg α’ di Arc Tan pada nilai Tg α’ pada masing-masing
sudut lalu dikalikan dengan 180/π.
4. Untuk nilai Sin α' sudah merupakan ketentuan.
5. Nilai pada baris ke-7 pada tabel di atas di dapatkan dengan cara
mengalikan nilai ((Hid/B)/0,6)2 yang telah didapatkan dengan nilai
Fz pada masing-masing sudut.
6. Untuk nilai pada baris ke-8 pada tabel di atas didapatkan dengan
cara menjumlahkan nilai (((Hid/B)/0,6)2 x Fz masing masing sudut)
dengan Fy pada masing-masing sudut.
7. Untuk nilai pada baris ke-9 didapatkan dengan cara ( (B/Bwl)2 x
(((Hid/B)/0,6)2 x Fz masing–masing sudut) – 1 maka didapatkan
nilai pada baris tersebut untuk masing-masing sudut.
8. Untuk nilai pada baris ke-10 yaitu nilai h’ didapatkan dengan
mengalikan nilai (((Hid/B)/0,6)2 x Fz masing masing sudut) dengan
nilai Sin α' untuk masing-masing sudut .
9. Untuk nilai baris ke-11 pada tabel didaptkan dengan cara
mengalikan nilai MB dengan (((Hid/B)/0,6)2 x Fz masing masing
sudut) x Sin α' sehingga didapatkan nilai baris ke-11 untuk masing-
masing sudut.
10. Untuk nilai baris ke-12 yaitu nilai MG sin α' didaptkan dengan cara
mengalikan nilai MG dengan nilai sin α' pada masing-masing
sudut.
11. Untuk nilai h’ didaptkan dengan cara menjumlahkan nilai MB x
(((Hid/B)/0,6)2 x Fz masing masing sudut) x Sin α' dengan nilai MG
dengan nilai sin α' pada masing-masing sudut. Sehingga di
dapatkan nilai h’ untuk masing-masing sudut.

Kurva Stabilitas
1.02
1
0.8
Lengan Stabilitas

0.63
0.58
0.6
0.40
0.4 0.30
0.14
0.2 0.05
0.00
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
Sudut Oleng

Series2 Series4

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 65


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

2.5.9. Kontrol Stabilitas

No. Ordinat
7,5 0,14
10 ?
15 0,30

Misal:
X = 7,5 Y = 0,14
X1= 10 Y1= ?
X2= 15 Y2= 0,30
X 1−X
Y1 = Y + × ( Y 2−Y )
X 2−X 2
10−7
KB2 = 0,14+ × ( 0,30−0,14 )
15−7
KB2 = 0,14+ ( 0,06 )
KB2 = 0,2

Begitupun untuk sudut 20°, 25°, 35°, dan 40° digunakan


persamaan interpolasi di atas sebagai acuan untuk mendapatkan
hasil seperti pada tabel sebagai berikut.

Interpolasi
No Ordinat
0 0,00
7,5 0,14
10 0,20
15 0,30
20 0,39
25 0,48
30 0,58

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 66


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

35 0,40
40 0,37
45 0,63

Luas Lengan Stabilitas 0-30

No Ordinat Fs Product
0 0,00 1 0
5 0,09 4 0,36
10 0,19 2 0,38
15 0,30 4 1,19
20 0,39 2 0,78
25 0,48 4 1,93
30 0,58 1 0,58
∑ 5,23
1 radian = 57,3 derajat
1 derajat = 0,01745 radian
L = 5 x 0,01745 rad = 0,09 rad
A1 = (1/3) x L x ∑
A1 = (1/3) x 0,09 rad x 5,23
A1 = 0,15 m rad

Luas Lengan Stabilitas 0-40

No Ordinat Fs Product
30 0,58 1 0,58
35 0,40 4 1,60
40 0,37 1 0,37
∑ 2,55
1 radian = 57,3 derajat
1 derajat = 0,01745 radian
L = 5 x 0,01745 rad = 0,09 rad
A2 = (1/3) x L x ∑
A2 = (1/3) x 0,09 rad x 2,55
A2 = 0,07 m rad

Luas Lengkung Stabilitas 0-40


A3= A1+A2
A3= 0,15+0,07
A3= 0,22 m rad

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 67


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

KONTROL STABILITAS MENURUT IMO

Mengacu pada ketentuan internasional tentang stabilitas kapal


“The International Code on Infact Stability, 2008 ( 2008 IS
Code)”, halaman 12 – 13, maka kontrol stabilitas kapal rancangan
sebagai berikut :

Komponen Standar Nilai Komponen Keterangan


Luas 0 - 30 derajat ≥ 0.05 m rad 0.15 m rad Memenuhi
Luas 30 - 40 derajat ≥ 0.03 m rad 0.07 m rad Memenuhi
Luas 0 - 40 derajat ≥ 0.09 m rad 0.22 m rad Memenuhi
H maks. Pada kemiringan
≥ 0.2 m rad 0.58 m rad Memenuhi
30 derajat

Sudut H (maksimum) ≥ 30 derajat 45 derajat Memenuhi


MG ≥ 0.15 m 1.2 m Memenuhi
“IMO 2008 Standar”

Dalam buku Principle Of Naval Architecture Volume I Halaman 113 diuraikan bahwa
menurut IMO terdapat beberapa persyaratan untuk penilaian stabilitas kapal yaitu :
1. Jari-jari Metasentra (MG) harus lebih besar dari 0,15 m (MG > 0,15). Dimana nilai
MG yang didapatkan pada kapal rancangan yaitu 1.02 m dan telah lebih besar dari
syarat yang diberikan IMO yaitu 0.15 m.
2. Lengan Stabilitas (h) pada saat sudut oleng 30o harus lebih besar dari 0.20 m (h 30o >
0,20 ) di mana nilai yang didapatkan adalah 0.58 m rad sehinga nilai tersebut
memenuhi strandar yang telah ditetapkan.
3. Lengan stabilitas maksimum (h maks) harus berada di sudut oleng 30 o (h maksimum >
30o ). Di mana h maksimum yang didapatkan yaitu 45 o di mana nilai ini memenuhi
persyaratan.
4. Sudut minimum dimana kapal sudah tidak memiliki lagi lengan stabilitas berada diatas
sudut oleng 60o (Range Of Stabilty > 60O )

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 68


D031171313 MUHAIMIN AS’ADI M. RANAHEDY

5. Luasan kurva lengan stabilitas statis antara sudut 0 o-30o harus lebih besar dari 0,05
m.Rad (Area Up to 0o-30o > 0,05 m rad). Di mana nilai luasan kurva lengan stabilitas
statis antara sudut 0o-30o adalah 0,15 m rad dimana nilai ini memenuhi persyaratan.

6. Luasan kurva lengan stabilitas statis antara sudut 0 o-40o harus lebih besar dari 0,09
m.Rad (Area Up to 0o-40o > 0,09 m rad). Di mana nilai luasan kurva lengan stabilitas
statis antara sudut 0o-40o didapatkan 0,22 m rad dimana nilai ini memenuhi
persyaratan.
7. Luasan kurva lengan stabilitas statis antara sudut 30 o-40o harus lebih besar dari 0,03
m.Rad (Area Up to 30o-40o > 0,03 m.rad). Di mana nilai luasan kurva lengan stabilitas
statis antara sudut 30o-40o didapatkan 0,07 m rad dimana nilai ini memenuhi
persyaratan.

Prarancangan Departemen Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin 69

Anda mungkin juga menyukai