Anda di halaman 1dari 15

DALAM MATA KULIAH DOSEN PEMBIMBING

METODOLOGI STUDI ISLAM Deprizon ,M.Pd.I

ISLAM DAN GAGASAN UNIVERSAL

NAMA KELOMPOK

AULIANA ROSADA 12070320673

RITA HERYANI 12070321740

MAHASISWA AKUNTANSI B

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS SYARIF KASIM RIAU

TA 2020/2021
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah metodologi studi islam tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah Analisis islam dan gagasan universal dapat diselesaikan


karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini bisa memberi kita
pelajaran tentang islam dan bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah
membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,


terutama pada bagian isi. Semoga bapak dan teman-teman bisa memberi kritik
dan saran p demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa
Indonesia ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

22 Oktober
2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

a. Islam dan globalisasi


b. Modernism dan puritanisme islam
c. Gerakan fundamentalisme islam dan radikalisme islam
d. Islam eksklusif dan inklusif
e. Islamisasi sains
f. Pluralism agama-agma

BAB III PENUTUP

Penutup

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A.latar belakang
Islam sebagai agama yang universal, mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai
aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran Islam tersebut
adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran
Islam pendidikan adalah merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi,
demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat .Pendidikan menurut
pandangan Islam adalah merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia yang harus
dilaksanakan secara bertanggung jawab. Kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut
kalau ada aturan dan

pedoman pelaksanaan, oleh karenanya Islam tentunya memberikan garis-garis besar


tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsepkonsep yang mendasar
tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dengan
mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek kependidikan.

B .RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu islam dan globalisasi?


2. Apa itu modernism dan puritanisme islam ?
3. Apa saja gerakan fundamentalisme islam dan radikalisme islam?
4. Apa pengertian eksklusif islam dan insklusif islam ?
5. Apa pengertian islamisasi sains?
6. Apa yang dimaksud dengan pluralism agama_agama?

C TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas metodologi studi islam
,serta agar kita mehamai tentang islam dan gagasan universal ,modernism, puritalisme
,fundamentalisme islam ,radikalisme islam .dan juga memberi wawasan bagi pembaca .
BAB II PEMBAHASAN

A .ISLAM DAN GLABALISASI

Islam adalah sesuatau yang tak dapat dipisahkn dari kehidupan kita termasuk dari
globalisasi, sebelum membahas mengenai hubungan islam dan globalisasi kita perlu
menegetahui pengertian dari islm dan Globalisasi itu sendiri.

Pengertian Islam

Menurut bahasa islam berasal dari kata ‘aslama’ yang berarti tunduk, patuh berserah
diri dan keselamatan, sedangkan menurut istilh islam adalah agama yang di bawa sejak nabi
adam dan diwahyukan oleh Allah kepadaSWT nabi muhamad SAW. Yang berisi aturan aturan
yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam. Dan agama islam merupakan agama penyempurna dri agama-agama
sebelumnya. (Toto suryana 1996 )

Pengertian Globalisasi

Kata globalisasi berasal dari kata global yang artinya menyeluruh, globalisasi belum
memiliki makna yang mapan, kecuali sekedar depinisi kerja, ( working definition )

, sehingga tergantung dari mana seseorang memandangnya, adayang memendangnya


sebagai suatu proses social, atau proses sejrah atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh umat manusia didunia makin terikat setu sama lain, yang mewujudkan suatu tatanan
kehidupan social yang menyingkirkan segala perbedaan.

Hubungan Islam dan Globalisasi

Dari penomena globalisasi yangterjadi hal-hal umum yang mengglobal adalah Seni
budaya, Ilmu pengetahuan,ekonomi, teknologi, dan agama, dari hal-hal yang mengglobal
tersebut selalu terdapat permasalah, permasalahan tersebut selalu muncul yang menjadi
permaslahan social, dimana permasalahan tersebut sealau menjdi hal yang tabu, seperti
masuknya budaya barat yang masuk kedalam masyarakat timur, dimana budaya barat tersebut
selalu dianggap hal yang wajar oleh masyarakat timur walaupun bertolak belakang, globalisasi
selalu dikendalikan oleh yang terkuat, seperti kebudayan barat yang kuat dapat dengan mudah
mengglobal di dalam masyarakat dunia, selain buadaya, globalisasi seni, pendidikan, teknologi,
dalam proses perjalanan globalisasinya selalu diken dalikan oleh yang terkuat. Banyak system
pendidikan, teknologi dan system perokonomian yang di adopsi dari barat, karena memang
itulah yang di anggap kuat,

Dan itupun tak menutup kemungkinan kebudayaan timur yang menyebar di masyarakat
barat dikarenakan mereka menganggap hal tersebut merupakan hal yang baik.

Dari proses globalisasi itulah banyak menimbulkan dampak positip dan negatip, dampak
positip akan menjadi sebuah proses kemajuan dan kebaikan bagi umat manusia, seperti
menyebarnya ilmupengetahuan, teknologi dan system-sistem kehidupan yang mudah di dapat
oleh masyarakat. sebalikanya dampak negatip dari globalisasi adalah mudah meluasnya dan
menyebarnya paham paham yang buruk yang dianggap tak sesuai dengan budaya timur atau
tak sesuai dengan agama Islam.

II.3.1 Peran Islam dalam globalisasi

Seperti yang telah dijelaskan di atas globalisasi banyak membawa hal negatip dan
permasalahan bagi manusia, maka dalam hal ini peran islam sangat penting sebagai filter atau
penyaring segala sesuatu yang menyebar di sekitar kita dan islam harus menjadi pengendali
atas segala sesuatu hal yang mengglobal , segala sesuatu yang terdapat di dalam globalisasi
belum tentu baik bagi kita oleh karena itu islam telah memberikan peraturan-peraturan dan
hukum-hukum yang sebenarnya menyelamatkan kita. Dari masa jaman dahulu sampai sekarang
dan seterusnya ajaran islam yang terdapat dalam alquran akan terus berlaku seperti furman
Allah SWT dalam QS Al-anam ayat 83

“Dan tidak ada yang kami alpakan (tingglkan ) di dalam alkitab ( Al-Quran )

berdasarkan ayat di atas nampak bahwa alquran berfungsi memberikan pnjlasan kepada
umat manusia terhadap segala sesuatu, dan segala sesuatu yang di maksud itu bukan hanya
yang trjadi pada masa yang lalu dn sekarang, tetapi untuk di masa yang akan datang, karena
Islam merupakan agama akhir jaman yang akan selalu up-todate.

II.3.2 Peran globalisasi dalam Islam

Bagi masyarakat islam yang koserpative atau pesimis dan anti terhadap globalisasi selalu
menganggap globalisasi adalah suatu proses yang dapat menyesatkan umat manusia mereka
beranggapan segala sesuatu yang datangnya dari luar merupakan ancaman dan bertolak
belakang.

Di sisi lain pihak yang pro terhadap globalisasi dan optimis terhadap globalisasi
beranggapan bahwa, globalisasi bis dijadikn momentum yang besar untuk menyebar luaskan
agama islam secara menyeluruh, karena hal tersebut didasarkan atas anggapan bahwa islam
tidak hanya untuk satu golongan, negara ras atau warna kulit tetapi islam diperuntukan bagi
seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Hal tersebut atas firaman Alloh dalam surat
Al –araf ayat 158

“Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu semua……’

dalam ayat di atas menjlaskan bahwa islam tidak hana untuk satu golongan saja tetapi
islam diperuntukan bagi seluruh umat di muka bumi. Dan di jelaskan pula dalam surat al araf
172

“Dan (ingatlah) ketiak tuhan mu mengeluarkan keturunan anak- anak Adam dari sulbi
mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka ( seraya berfirman ) Bukan kah
aku ini Tuhan mu? Kami menjadi saksi kami lakukan itu agar di hari kiamat kamu tidk
mengatakan sesungguhnya kami ( bani adam/umat manusia )adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Allah ) Al Araf 172

kita tau bahwa umat manusia barasal dari nabi Adam. Oleh karena itu seluruh
keturunan Adam ( manusia ) telah di ambil kesaksian islamnya maka dari itu agama islam
diperuntukan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Atas dasar itulah pihak yang pro globalisasi menjadi kan globalisasi sebagai sebuah
sarana untuk penyebaran agama islam bagi seluruh umat manusia.

B.MODERNISME DAN PURITALISME

Nurcholish Madjid berpendapat bahwa Moderenisme dalam islam adalah rasionalisasi


yang ditopang oleh dimensi-demensi moral, dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan
yang maha Esa, dan bukan westernisasi (budaya barat). Sebab westernisme ialah suatu total
kehidupan dimana faktor paling menonjol adalah sekularisme. Puritanisme adalah paham
kemurnian ajaran atau kepercayaan.[10] Menurut Syafiq Hasim, puritanisme sama dengan
gerakan fundamentalisme. Yakni, memurnikan ajaran kepada sumber asalnya (Al-Quran dan Al-
Sunnah).

Fundamentalis adalah Faham kepanutan teguh pada pokok ajaran kepercayaan ;


gerakan agama Kristen modern yang menekankan sekumpulan kepercayaan dan penafsiran
harfiyah terhadap kitab suci. Radikalisme faham politik kenegaraan yang menghendaki adanya
perubahan dan perombakan besar sebagai jalan untuk macapai taraf kemajuaan.

Menurut Rahimi Sabirin, Fundamentalisme adalah gerakan Radikalisme pemikiran.

Fundamentalisme Islam adalah gerakan pemikiran yang menolak bentuk pemahaman agama
yang terlalu rasional apalagi kontekstual, sebab bagi mereka, yang demikian itu tidak
memberikan kepastian. Maka dari itu, memahami teks-teks keagamaan secara rigid (kaku) dan
literalis (murni apa yang tertulis) merupakan alternatif yang mereka tonjolkan.

Menurut Syafiq Hasim, Fundamentalisme Islam secara garis besar dapat di bagi menjadi dua
kelompok besar, pertama Fundamentalisme Islam yang merujuk pada wahabisme. Kedua
Fundamentalisme Islam yang merujuk kepada model Syi’ah, gerakan ini mengalami
perkembangannya pada tahun 1979 menyusul kemenangan Revolusi Islam di Iran dengan
pimpinan Imam Ayatullah Khomeini, sebagai simbol fundamentalisme dunia Islam.

1. Wahhabisme

Banyak kalangan yang mengatakan bahwa munculnya Fundamentalisme Islam saat ini berakar
dari istilah Salafi. Kaum Salafi adalah gerakan yang menyerukan dirinya kepada tradisi Salaf atau
di kenal dengsn generasi 4 abad setelah nabi, dan setelah 4 abad itu disebut dengan istilah
generasi kholaf. Kemudian slogan ini dipakai untuk pengikut Muhammad abduh yang juga
santri seorang idiolog islam Muhammad Jamaluddin Al afgan. Dasar klaim gerakan ini adalah
ingin mengembalikan ortodoksi syariat dengan memurnikan ajaran islam sesuai dengan Al-
Quran dan Al-Sunnah. Namun, hal yang patut di garis bawahi, mereka tidak mau bila dikatakan
sebagai kelompok yang mengikuti tokoh tertentu, termasuk Muhammad Abdul Wahab.

Menurut Abdul Hadi Abdurrohman, bahwa gerakan ini awal mulanya dipandegani oleh shohibul
Madzhab Hambali, Ahmad Ibnu Hambal (164 -241 H.) kemudian deteruskan oleh Ibnu Taymiyah
abad ke VII H. kemudian dibakukan oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab pada abad XII H. di
Jazirah Arab dan sampai sekarang menjadi gerakan mayoritas di Arab yang di kenal dengan
istilah wahhabisme. Akidah menurut mereka tidak bisa dijadikan pegangan kecuali dari teks,
sedangkan akal menyesatkan. Karena para sahabat tidak pernah memakai logika untuk
memahami ajaran, tidak seperi filosop dan ahli kalam.
Menurut Abu Al-fadl, Cirri dari kelompok ini, adalah cara penafsiran teologis mereka cenderung
mengucilkan kelompok non islam, bahkan kelompok islam lain yang tidak sama dengan teologi
yang mereka punya. Dalam konsep jihad, kelompok ini lebih ekstrim karena model penafsiran
yang mereka pakai dan sering mengutip ayat-ayat yang memerintahkan peperangan.

2. Syi’isme

Syi’isme adalah kelompok Fundamentalisme Islam yang merujuk kepada model syi’ah, yakni
mengembalikan ajaran kepada sumbernya namun dengan idiologi yang dicetuskan oleh syiah.
Gerakan ini mengalami perkembangannya pasca kemenangan Revolusi Islam di Iran dengan
pimpinan Imam Ayatullah Khomeini, tahun 1979.[16]

Radikalisme adalah gerakan yang ditandai empat hal. Pertama, sikap tidak toleran atau tidak
mau menghargai keyakinan orang lain. Kedua, sikap fanatik atau menganggap dirinya yang
paling benar. Ketiga, sikap eksklusif atau membedakan diri dari kebiasaan umat islam
mayoritas. Keempat, sikap revolusioner, yaitu kecendrungan menggunakan kekerasan sebagai
pencapaian tujuan. Umumnya, radikalisme muncul karena pemaham agama yang tertutup dan
tekstual. Kelompok radikalisme selalu merasa kelompok yang paling memahami ajaran Tuhan.
Makanya mereka kerap sekali mengkafirkan atau menganggap sesat orang lain.

Menurut Rahimi Sabirin, radikalisme terbagi menjadi dau kelompok. Yakni, radikalisme
pemikiran (yang sering disebut dengan kelompok fundamentalis) dan radikalisme dalam
tindakan (yang sering disebut dengan teroris).

C.EKSKLUSIF DAN IKSKLUSIF DALAM ISLAM

Secara etimologi kata inklusif dan ekslusif merupakan pengadopsian bahasa Inggris
“inclusive” dan “exlusive” yang masing-masing memiliki makna “termasuk di dalamnya” dan
“tidak termsuk didalamnya/terpisah”.

Masalah inklusif dan ekslusif dalam Islam merupakan kelanjutan dari pemikiran/gagasan
modernisme kepada wilayah yang lebih spesifik setelah pluralisme, tepatnya pada bidang
teologi. ~ Teologi Ekslusif ~ tanpa menyisakan ruang toleransi untuk berempati, apalagi simpati;
“bagaimana orang lain memandang agamanya sendiri”. Seperti sudah menemukan kesimpulan,
kita sering kali menilai dan bahkan menghakimi agama orang lain, dengan memakai standar
teologi agama kita sendiri. Pun pula sebaliknya, orang lain menilai bahkan menghakimi kita,
dengan memakai standar teologi agamanya sendiri. Jelas ini suatu mission imposible untuk bisa
saling bertemu, apalagi sekedar toleran. Hasilnya justru perbandingan terbaliknya. Masing-
masing agama malah menyodorkan proposal “klaim kebenaran” dan “klaim keselamatan” yang
hanya ada pada agamanya sendiri-sendiri, sementara pada agama lain dituduh salah,
menyimpang, bahkan menyesatkan. Ide utama dari teologi inklusif adalah pemahamannya
untuk memahami pesan Tuhan. Semua kitab suci (injil, Zabur, Taurat dan Qur‟an) itu pesan
Tuhan, diantaranya pesan Taqwa.

‫ُوا فَإ ِ َّن هّلِل ِ َما فِي‬


ْ ‫وا هَّللا َ َوإِن تَ ْكفُر‬
ْ ُ‫َاب ِمن قَ ْبلِ ُك ْم َوإِيَّا ُك ْم أَ ِن اتَّق‬ ْ ُ‫ص ْينَا الَّ ِذينَ أُوت‬
َ ‫وا ْال ِكت‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي األَر‬
َّ ‫ض َولَقَ ْد َو‬ َ ‫َوهَّلل ِ َما فِي ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
ِ ْ‫ت َو َما فِي األَر‬
‫ًّا َح ِميدًا‬1‫ض َو َكانَ هَّللا ُ َغنًِي‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫ال َّس َم‬

Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah
memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu;
bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di
langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(QS, 4:131)

Taqwa disini bukan sekedar tafsiran klasik, seperti sikap patuh kehadirat Tuhan. Sebagaimana
Cak Nur paparkan bahwa :

“Pesan Tuhan itu bersifat universal dan merupakan kesatuan esensial semua agama samawi,
yang mewarisi agama Arab, yakni Yahudi (Nabi Musa), Kristen (Nabi Isa), dan Islam (Nabi
Muhammad). Lewat firman-Nya Tuhan menekankan agar kita berpegang teguh kepada agama
Itu,

karena hakikaat dasar agama-agama itu (sebagai pesan Tuhan) adalah satu dan sama.
Agama Tuhan, pada esensinya sama, baik yang diberikan kepada Nabi Nuh, Musa, Isa atau
kepada Nabi Muhammad. Kesamaan yang dimaksud Cak Nur, terletak pada kesamaan dalam
pesan besar, yakni paham Ketuhanan Yang Maha Esa atau Monoteisme, istilah inti ajaran para
Nabi dan Rasul Tuhan. Hal tersebut sejalan pula dengan Ibn Taymiyah yang menyatakan bahwa
meskipun syari’atnya bermacam-macam. Maka kata Nabi Muhammad SAW, “Bahwa kami
golongan para Nabi, agama kami adalah satu”. Yakni risalah tawhid yang berlandasan kepada
kepasrahan kehadirat Tuhan. Bahkan, “kesadaran ketuhanan” (Taqwa) yang sifatnya
monoteistik (Tauhid) merupakan implikasi langsung dari al-Islam itu sendiri. Al-Islam adalah al-
din (tunduk patuh). “Sesungguhnya ikatan (al-din) disisi Allah adalah sikap pasrah (al-Islam)
demikian firman Tuhan”. Sikap pasrah tersebut merupakan inti dasar teologi inklusif dari
pandangan: kesatuan kemanusiaan yang berangkat dari konsep ke-Maha Esa Tuhan. Dimana
akhirnya sikap pasrah merupakan titik temu semua agama (ajaran) yang benar, sebagai upaya
menuju Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat ditarik
kesepahaman sementara bahwa bangunan epistimologi inklusifisme dalam Islam diawalai
dengan tafsiran al-Islam sebagai sikap pasrah kehadirat Tuhan. Dimana kepasrahan ini menjadi
karakteristik pokok semua agama yang benar, yakni bersikap berserah diri kepada Tuhan (world
view al-Qur‟an). Dimana secara esensialnya wacana inklusif dan ekslusif dalam Islam, terutama
yang berkenaan dengan konsep taqwa, tawhid (monoteisme) dan al-Islam (sikap pasrah).[18]

D.ISLAMISASI DAN SAINS

Islam dan sains adalah konteks yang mempunyai peranan besar dalam kehidupan.
Agama menjadi bagian integral dari keseluruhan kehidupan manusia. Sementara sains capaian
besar yang dibawa oleeh peradaban modern.

Agama dan sains mempunyai cara kerja yang khas, ada beberapa hal yang
mempertemukan keduanya, namun dari keduanya sering dipertentangkan. Tantangan terhadap
kepercayaan beragama bukan berasal dari pertentangan isi ilmu pengetahuan dan agama.
Karena keduanya saling melengkapi. Artinya, agama akan semakin meyakinkan bila di topang
dengan sains, dan sains pun muncul karena adanya pengalaman, dan salah satu wahana
pengalaman adalah agama. Kemudian jika ada pertentangan antara agama dengan sains, maka
muara perbedaan itu justru pada pandangan bahwa metode ilmiyah adalah sebagai penyebab
atas kebenaran. Karena, pembuktian sains akan agama belum tentu hal yang dimaksud oleh
agama itu sendiri.[20]

E.PLURALISME AGAMA-AGAMA

Pluralitas adalah sebagai "menerima perbedaan" atau menerima perbedaan yang


banyak".Berkenaan dengan munculnya paham pluralisme terutama pluralism agama beberapa
tahun terakhir ini, maka wacana tentang pluralisme agama menjadi tema penting yang banyak
mendapat sorotan dari sejumlah cendikiawan muslim sekaligus nampaknya juga memunculkan
pro dan kontra dikalangan para pemikir, cendikiawan dan para tokoh agama. Lebih lebih ketika
MUI dalam Munas ke 7 pada bulan Juli 2005 yang lalu di Jakarta telah mengharamkan
pluralisme agama, yang isiny :

1. Pluralism, Sekualarisme dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada bagian


pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama islam.

2. Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme Sekularisme dan Liberalisme Agama.

3. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat islam wajib bersikap ekseklusif, dalam arti haram
mencampur adukan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama
lain.

4. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama),
dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap
inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang
tidak saling merugikan.

maka persoalan ini telah mencuat kepermukaan. Bila dicermati, maka perbedaan ini
nampaknya berkaitan dengan term pluralism agama-budaya, perbedaan didalam memahami
isyarat-isyarat ayat al-Qur'an tentang pluralitas maupun tentang klaim kebenaran dalam suatu
agama.

Memasuki abad 21 dimana orang mulai sulit membedakan mana yang benar dan mana
yang salah, ahirnya ada sekelompok orang muncul sebagai gerakan teologi pluralis (akidah
terbuka). Kelompok yang dimotori oleh jaringan islam liberal (JIL) ini mengusung pemahaman
yang ia peroleh dari Al-Qur’an sebagai aqidah terbuka, yakni menerima semua kepercayaan
tanpa terkecuali atau menganggap semua agama adalah sama (benar). Dan kebenaran itu
bersifat relative.

Awalnya golongan ini muncul hanya karena bosan akan racikan teologi lama yang
mereka anggap sudah ketinggalan zaman dan malah membawa banyak kontroversi bahkan
perpecahan di dalam tubuh umat islam sendiri. Oleh karenanya mereka saat ini telah meramu
resep teologi sendiri yang berbeda dengan konsep yang sudah ada. Menurut mereka,
masyarakat modern kini sudah saatnya untuk bersikap toleran dan terbuka menerima keyakina
pihak manapun, walaupun berbeda agama.

Dalam pandangan Islam, faham pluralime adalah sikap menghargai dan toleran kepada
pemeluk agama lain, adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman
(pluralitas). Namun anggapan bahwa semua agama adalah sama (pluralisme) tidak
diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang 'kami' (Islam) sembah
adalah Tuhan yang 'kalian' (non-Islam) sembah
.
PENUTUP

KESIMPULAN

Agama ternyata memiliki banyak wajah (multifaces), artinya bukan lagi suatu single face.
Selain ciri-ciri dan sifat-sifatnya yang konvensional yang mengasumsikan persoalan keagamaan
sebagai semata permasalahan ketuhanan, ternyata memiliki kaitan yang erat dengan
persoalan-persoalan historis kultural. Ada ketercampuradukan antara agama di satu sisi dan
campur tangan penganutnya di sisi lain.

Jika dilihat dari masalah yang diperdebatkan di antara beberapa kelompok di atas,
mereka berdebat bukan tentang pokok-pokok ajaran Islam itu sendiri, akan tetapi bagaimana
memanifestasikan ajaran Islam itu di dalam sistem kehidupan sosial. Dari berbagai fenomena
yang terjadi dalam dinamika pemikiran dan perilaku umat Islam tersebut, untuk kembali
menemukan kebesaran Islam, maka harus ada akselerasi pemikiran dan pengembangan sains,
guna ‘mengejar’ ketertinggalan dalam bidang sains dari barat.

Kaum Muslim agaknya tidak akan berhenti dalam pencarian otentisitas ini dan akan
selalu dikaitkan dengan wacana yang mereka gumuli. Pencarian kemurnian (al-ashalah) Islam,
meminjam istilah Marshal G. Hodgson, merupakan the perennial venture, pengembaraan abadi
di kalangan Muslim.

B.SARAN

Dalam penulisan serta penyusunan ini tentu banyak salah dan kekurangannya, maka
kami harapkan keritikan dan saran yang membangun untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://agungfarid.wordpress.com/2008/0http://pondokngunut.blogspot.com/2013/10

http://pondokngunut.blogspot.com/2013/10/globalisasi-moderenisme-puritan
isme_1937.html

Anda mungkin juga menyukai