Anda di halaman 1dari 58

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MODUL:
Bahan untuk Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
basis akrilik

Disajikan pada Semester Akhir 2022/2023


Penyusun:
Prof.Dr.drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros(K)
Prof. Dr.drg. Edy Machmud, Sp. Pros(K)
drg. Eri H. Jubhari, M.Kes, Sp. Pros(K)
drg. Donald Nahusona, M.Kes
Dr.drg. Ike Damayanti Habar, Sp. Pros(K)
Dr.drg. Lenni Indriani, M.Kes
drg. Rika Damayanti, M.Kes
drg. M. Ikbal, Sp. Pros(K),Ph.D
drg. Nurul Namirah Kamaruddin, M.KM

BUKU PANDUAN TUTOR


BLOK ILMU KEDOKTERAN GIGI DASAR 2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
LEMBAR PENGESAHAN
Modul Pembelajaran
Bahan untuk Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Basis Akrilik
Tim Penyusun:
Prof.Dr.drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp.Pros(K)
Prof. Dr.drg. Edy Machmud, Sp. Pros(K)
drg. Eri H. Jubhari, M.Kes, Sp. Pros(K)
drg. Donald Nahusona, M.Kes
Dr.drg. Ike Damayanti Habar, Sp. Pros(K)
Dr.drg. Lenni Indriani,M.Kes

drg. Rika Damayanti, M.Kes


drg. M. Ikbal, Sp. Pros(K),Ph.D
drg. Nurul Namirah Kamaruddin, M.KM

Makassar, 14 Juni 2023

Unit Pendidikan Kedokteran Gigi Koordinator


Universitas Hasanuddin

drg. Andi Anggun Mauliana Putri, Sp. PM Dr.drg.Lenni Indriani, M.Kes


NIP. 198910092014042001 NIP. 197605132005012002
Mengetahui,
Wakil Dekan 1
Fakultas Kedokteran GigiUniversitas
Hasanuddin

Acing Habibie Mude, drg., Ph.D., Sp.Pros., Subsp.OGST (K)


NIP. 198102072008121002
I. PENDAHULUAN

Modul ini berisi tentang pengenalan sifat dan jenis bahan-bahan yang digunakan dalam proses

pembuatan gigitiruandan diberikan pada mahasiswa yang mengambil mata kuah Blok IKGD2.. Mahasiswa

diharapkan mampu menjelaskan semua aspek tentang macam, komposisi, sifat, cara pengolahan, kelebihan

dan kekurangan berbagai bahan kedokteran gigi, kegagalan dalam manipulasi dan penyebab kegagalan serta

pencegahan dan penaganannya.

Bahan untuk diskusi dapat diperoleh dari bacaan yang tercatum di akhir modul. Kuliah pakar akan

diberikan atas permintaan mahasiswa yang berkaitan dengan bahan yang digunakan pada pembuatan

gigitiruan ataupun penjelasan dalam pertemuan konsultasi antara peserta kelompok diskusi mahasiswa

dengan tutor atau ahli yang bersangkutan.

Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu mahasiwa dalam menjelaskan mengenai bahan-

bahan kedokteran gigi.

Makassar,

Penyusun

1
Problem Tree

Alginat

Sifat
Gipsum

Dental Wire
Klasifikasi

Resin Akrilik
Manipulasi bahan

Malam

Hasil Baik Hasil Kurang


baik

Finishing&Polishing

Permukaan Kurang Terjadi


Kasar mengkilap Porousitas

2
II. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH
1. Mampu memahami dan bertanggung jawab secara profesional mengenai pemahaman
ilmu bahan dan teknologi KG (S1)
2. Mampu memahami manipulasi bahan-bahan KG dan (KU1)
3. Mampu memahami kegagalan manipulasi dan penanganannya (KK4)

III. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH


1. Menjelaskan sifat material kedokteran gigi seperti sifat mekanik, sifat fisik, sifat
kimia, dan Biokompatibilitas bahan kedokteran gigi
2. Menjelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan cetak
3. Menjelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan gipsum
4. Menjelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan Dental Wire
5. Menjelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan Dental Wax
6. Menjelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan Resin Akrilik
7. Menjelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan Abrasif
8. Menjelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Bahan cetak Alginat
9. Menjelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Bahan Gips
10. Menjelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Dental Wax
11. Menjelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Resin Akrilik

3
IV. SKENARIO

Bahan untuk Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan basis akrilik

Mahasiswa kedokteran gigi semester awal sedang melakukan praktikum untuk pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan basis akrilik. Prosedur awal mahasiswa melakukan pencetakan model
rahang atas dan rahang bawah. Beberapa mahasiswa gagal melakukan prosedur pencampuran
bahan cetak. Sedangkan yang berhasil tahap pencampuran lanjut ke tahap pengecoran untuk
mendapatkan model kerja, selanjutnya membuat cengkeram, basis dari wax dan pemasangan
gigi artifisial. Tahap selanjutnya yaitu prosesing akrilik.
V. Kata Kunci
1. Pencetakan model rahang atas dan rahang bawah
2. Kegagalan pencampuran bahan cetak
3. Model Kerja
4. Cengkeram
5. Basis dari wax
6. Gigi artifisial
7. Prosesing Akrilik
VI. Pertanyaan penting
1. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan cetak
2. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan gipsum
3. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan cengkram dental
4. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan Dental Wax
5. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan Resin Akrilik
6. Jelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Bahan cetak Alginat
7. Jelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Bahan Gips
8. Jelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Dental Wax
9. Jelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Resin Akrilik

VII. STRATEGI PEMBELAJARAN

a. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor


b. Diskusi kelompok tanpa tutor
c. Konsultasi pada pakar

4
d. Kuliah interaktif dalam kelas besar
e. Aktifitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan buku
ajar, majalah, slide, tape, video dan internet

5
VIII. PROSES PEMECAHAN MASALAH
Dalam diskusi kelompok tutorial, mahasiswa diharapkan dapat memecahkan masalah
yang terdapat dalam skenario di atas, dengan mengikuti 7 langkah di bawah ini:
a. Mengklasifikasi istilah yang tidak jelas dan menentukan kata/kalimat kunci dalam
skenario;
b. Mengidentifikasi masalah dasar dalam skenario dengan membuat pertanyaan
penting;
c. Menjawab dan mengklasifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut;
d. Menganalisa masalah-masalah tersebut;
e. Menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
f. Mencari informasi tambahan tentang skenario yang di atas;
g. Melaporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi yang baru ditemukan.

Keterangan:
a. Langkah 1 s/d 5 dilakukan dalam diskusi tutorial pertama dengan fasilitasi seorang
tutor.
b. Langkah 6 dilakukan dengan belajar mandiri, dapat dilakukan dengan
berkelompok atau sendiri-sendiri, yang kemudian didiskusikan ulang bersama
kelompok (tanpa kehadiran tutor)
c. Langkah 7 dilakukan dalam diskusi tutorial kedua dengan fasilitasi seorang tutor.

Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang diperlukan
untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses langkah 6 bisa diulangi lagi dan
selanjutnya dilakukan lagi langkah 7. Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang diluar
kelompok tutorial, dan setelah informasi dianggap cukup, maka laporan dilakukan dalam
diskusi akhir, biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi panel dimana semua pakar duduk
bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang masih belum jelas.

6
IX. TUGAS UNTUK MAHASISWA
Untuk menyelesaikan modul pembelajaran akan dilakukan pertemuan dalam kelas besar
dengan tatap muka satu arah dan tanya jawab. Pertemuan in bertujuan untuk menjelaskan
cara menyelesaikan modul, membagi kelompok diskusi, dan pembagian modul.
a. Diskusi tutorial 1: Mahasiswa akan berdiskusi dalam kelompok kecil yang
difasilitasi oleh tutor. Diskusi akan dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih.
Tujuan:
i. Memilih ketua, sekretaris dan notulen kelompok;
ii. Curah pendapat (brainstorming) untuk proses seven jumps, langkah 1 – 5;
b. Belajar mandiri: Belajar aktif secara individu dan kelompok dengan tujuan untuk
mencari informasi ilmiah baru yang valid/sahih yang diperlukan untuk menjawab
tujuan pembelajaran.
Masing-masing mahasiswa kemudian membuat penugasan dalam bentuk penugasan
individu untuk menuliskan laporan tentang tujuan pembelajaran sebagai bahan
diskusi kelompoknya. Penugasan individu dibuat dalam bentuk tertulis, diketik dan
diserahkan ke tutor masing-masing untuk dikoreksi dan dinilai. Penugasan yang telah
dikoreksi akan diserahkan kembali kepada mahasiswa. Tutor memberikan penilaian
penugasan individu mahasiswa dan diserahkan ke ketua blok matakuliah.
c. Diskusi tutorial 2: Mahasiswa akan berdiskusi dalam kelompok kecil yang
difasilitasi oleh tutor. Diskusi akan dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih.
Tujuan: untuk melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri
dan melakukan klarifikasi, analisa dan sintesa dari semua informasi ilmiah yang
relevan dengan tujuan pembelajaran.
d. Diskusi mandiri; Bila informasi telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk
membuat laporan penyajian dan laporan tertulis. Diskusi mandiri bisa dilakukan
berulang-ulang di luar jadwal.
Setiap kelompok mendapatkan penugasan kelompok yang disusun dalam bentuk
laporan lengkap dan disajikan dalam bentuk power point presentation pada diskusi

7
panel. Tutor memberikan penilaian penugasan kelompok dan diserahkan ke ketua
blok matakuliah.

e. Diskusi panel dan tanya pakar.


Tujuan: untuk melaporkan hasil analisa dan sintesa informasi yang ditemukan untuk
menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau
kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada pertemuan ini..

4. NAMA FASILITATOR

No Nama Dosen Alamat Bag. E-mail No. HP

1. Dr.Drg. Lenni Indriani IBTKG lenniindriyani@ 081142113


Hatta,M.Kes unhas.ac.id 05
2. Prof. Dr.Drg.Bahruddin Thalib, Prosthodonsi
M.Kes,Sp.Pros(K)
3 Prof.Dr.Drg. Edi Machmud, Sp Prosthodonsi
Pros (K)
4 Drg. Eri H Jubhari, Prosthodonsi
M.Kes,Sp.Pros (K)
5 Drg. Donald Nahusona, M.Kes Orthodonsi
6 Dr.drg. Ike Damayanti Habar, Prosthodonsi
Sp.Pros(K)
7 Drg. Rika Damayanti, M.Kes Orthodonsi
8 Drg. M.Ikbal, Sp. Pros(K), Ph.D Prosthodons
9 Drg. Nurul Namirah K, MKM IBTKG
10
11
12
13

8
BAHAN BACAAN UTAMA:

1. Anusavice, KJ, Shen C., Rawls HR., , Phillips’ Science of dental materials, 12 st Ed., Elsevier
Science, St. Louis. 2013
2. Craig’s
3. Mc Cabe JF and Walls AWG Applied Dental Material. 9th ed. Blackwell Science Publ. 2008
4. John J manappallil, Basic Dental Material,ed 4. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
2016
5. Zohaib Khurshid, Shariq Najeeb, Muhammad Sohail Zafar, Farshid Sefat. Ed, Advance Dental
Biomaterials , Woodhead Publishing , Elsevier
6. Schmalz G, Arenholt-Bindslev D. Biocompatibility of Dental Materials, Springer, Berlin. 2009
8. Van Noort R. Introduction Dental Materials. 4rd ed. Mosby.Elsevier Science Limited. Edinburgh,
London, New York. 2013.

9
Teori
Resin akrilik
1.1 Defenisi
Adalah Berasal dari bahasa latin artinya acrolain yaitu bau yang tajam, đimana bahannya
berasal đari asam acrolain artau gliserin aldehida atau nama kimianya polymetil yang terbuat dari
minyak bumi, gas bumi dan arang batu, di dalam kedokteran gigi bahannya cair (monomer) dan
membentuk bubuk (polimer).
Polimer alami merupakan makromolekul yang terdiri dari beberapa molekul kecil. Poly
(methyl Methacrylate) merupakan poly yang memiliki struktur kimia dan derivat dari methyl
methacrylate. Pertengahan tahun 1910 Polymethyl methacrylate resin sudah dipabrikkan dan
digunakan. Polymethyl methacrylate murni tidak berwarna (transparan) dan wujudnya solid
transparan (bening). Untuk kepentingan kedokteran gigi, polimer diberi beragam warna, polymethyl
melacrylate sebagai basis gigi tiruan tersedia dalam powder dan liquid. Liquidnya mengandung
nonpolymer methyl methacrylate dan powdernya mengandung predominan prepolimer polymethyl
mechaaylate resin.
Resin akrilik juga sering đigunakan sebagai bahan denture base, plat orthodontic, pembuatan
elemen gigi tiruan (artificial teeth) dan juga sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak.

a. Klasifikasi
Menurut ISO 20795-1:2013
1.Type I – Heat-polymerizable polymers
Class 1 – Powder and liquid
Class 2 – Plastic cake
3. Type 2 – Autopolymerizable polymers
Class 1 – Powder and liquid
Class 2 – Powder and liquid for pour-type resins
4. Type 3 – Thermoplastic blank or powder
5. Type 4 – Light-activated materials
6. Type 5 – Microwave cured materials

Berdasarkan Thermalnya :
•• 1. Thermoplastic

2.Thermosetting
a. Heat cured
Ketika kuvet dibuka dan selelah wax climination, mold dibersihkan setelah itu
dipergunakanlah resin akrilik (resin derttre base material) yang nantinya akan dimasukkan ke
dalam mold dan mengalami proses polimerisasi.
Heat activated denturo Inao resins (Resin basis gigi tiruan yng diaktifkan panas) biasa
digunakan unuk membuat basis gigi tiruan penuh Suhu/termal dibutuhkan untuk proses
polimerisasi.
b. Self Cured
Adalah resin akrilik yang teraktivasi secara kimia akrilik ini juga dinamakan
autopolymerizing, dapat juga disebut chemical activated materialis, ketika pengolahan tidak
memerlukan panas. Secara komposasi self cured ini sama dengan bahan heat cured bedanya
ada komposisi tambahan untuk self cured cairanya mengandung bahan activator. Zat activalor
termasuk galongan amina organic pada umumya jadi self cured menggunakan dimethyl
paraloludine alan amina lentier. guna resin akrilik self cured ni untuk bahan restorasi, sebagai
bahan pengisi yang aktif untuk pembentukan sendok cetak, reparasi gigi tiruan relining dan
landasan gigi tiruan alas.
C. Light Cured
Lighl-Cued acrylic resin adalah resin yang polimerisasinya mengganakan cahaya
tampak. Resiin ini pertama kali digunakan secara umum pada tahun 1984 sebagai baseplate.
Resin ini tersedia dalam bentuk lembaran yang memiliki konsistenši seperti tanah liat. Resin
menguntungkan karena membuat working time lebih efektif dan efisien!

1.3 Sifat
a. Heat Cured
 Sifat Fisik
 Warna dan Persepi Warna
Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya warnanya sama
dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan dengan estetika, dimana harus
menunjukkan translusensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan
penampilan jaringan mulut yang digantikannya. Selain itu harus dapat diwarnai atau
di pigmentasi, dan harus tidak berubah warna dan penampilan selelah pembentukkan
 Stabilitas Dimensional
Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam
kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah. Stabilitas dimensional dapal
dpengaruhi oleh proses, molding, cooling. polimerisasi, absobsi air dan temperatur
tinggi (Amnavice. 2003)
 Abrasi dan ketahanan
Kekerasan merupakan matu sifat yang sering kali digunakan untuk mem
perkirakan ketahanan ans suatu bahan dan kemampuan untuk mengikis struktur gigi
lawannya. Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya
sebuah substansi / zat. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatkan
kerusakan dan terbentuknya pecahan /fraktur. Namun resin akrilik keras dan memiliki
đaya tahan yang baik terhadap abrasi
 Creep ( Tekanan)
Crep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari suatu
bahan di buwah muatan statis dan tekanan konstan. Akrilik mempurya sifat cold flow.
yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemndian
ditiadakan. maka akan berubah bentuk secara permanen
Thermal cunducivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan logam,
penghantar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 I detik / cm / 0C/ cm2 (
 Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang
telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek: negatif
terhadap kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah poros
 Sifat Mekanik
Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari
bahan bila terkena gaya alau didistribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigi tiruan
terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan
 Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan
tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin
akrilik Kekuatan Impak
Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin
akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigi tiruan akrilik
jatuh ke atas permukan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur
 Fatique
Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat
fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakain gigi tiruan yang tidak didesain
dengan baik sehingga baris gigi tiruan melengkung setiap menerima tekanan
pengunyahan Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi punas adalah 1,5 juta
lengkungan sebelun patah dengan beban 2500 lb/m2 pada area maksimum 17 MPa
 Crazing
Crazing merupakan terbetluknya goresan alam keretakan mikro. Crazing pada
resin transparan menimbulkan penampilan berkabut aaui tidak tenang. Pada resin
berwarna, menimbulkan gambaran putih
Crazing kadang-kadang muncul berupa kumpulan retakan puda permukaan
gigi tiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigi tiruan. Retakan-retakan ini
dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme berikut. Pertama, apabila pasien
memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigi tiruannya dam membiarkannya kering,
siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan
stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua,
penggunaan anasir gigi tiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di
daerah sekitar leher anasir gigi tiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi
termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama perbaikan
gig itiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah
mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat. crazing ini dapat dikurangi
oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer
 Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15
kg/mm. Nilai kekerasan tersebut menujukkan bahwa resin akrilik relatif lunak
dibandingkan dengan logam dan mengalibatkan basis resin akrilik cenderung menipis.
Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi
pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah
besar (Combe, 1992).

 Sifat kimia

 Penyerapan Air
Penyerapan air slealu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang Iebih besar
pada bahan yang Iebih kasar.Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, meskipun
tidak signifikan Penelitian Chene Yi-Yung (1994) menemukan balıwa penambalhan
berbagai serat pada resin akrilik menujukkan perubahan dimensi yang kebih kecil selama
perendaman dalam air.
 Stabilitas Warma
Yn-lin Li dkk. (2003) mempelajari stabililas wama dan ketahanan terhadap stain
dan nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akriilik
menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.
Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki
stabilitas warna yang baik

 Sifat biologis

 Pembentukan koloni bakteri


Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukan gigi tiruan
resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan
permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin
akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah. Permukaan yang halus,
kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan
dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering
dibersihkan maka pendekatan bakteri tidak akan mudah terjadi. Pembersihan dan
perendaman gigi tiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya sudah cukup
untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri (Combe, 1992)
 Biokompatibilitas
Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokonpatibel. Walaupun
demikian, beberapa pasien menunjukkan reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa
metil metakirilat atau benzoic acid pada basis gigi tiruan. Pasien yang tidak alergi dapat
mengalami iritasi apabila terdapat jumlah monomer yang tinggi pada basis gigi tiruan
yang tidak dicuring dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin
akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2%

b. Self Cured
 Sifat fisik

 Abrasi dan ketahanan abrasi


 Crazing (retak)
 Creep (teknmn)
 Porositas

 Sifat kimiawi

 Kekuatan impak
 Fatique
 Crazing
 Sifat mekanik
 Penyimpan Air
 Sifat biologis
 pembentukan Koloni Bakteri

C. Light Cured
 Hardness 16-22 KIIN
 Thermal conduclivily rendah
 Shrinkage
 Penyerapan Air 0.45 mg/cm2
 Estetika bagus, dapat diwarnai sesuai kebutuhan (karena dasarnya tidak berwana)
 Tidak memliki rasa
 Mudah retak
 Stabilitas dimensional baik
 Tidak larut dalam air di cairan intraoral, tetapi larut dalam keton, ester, dan
chlorinated hrydrocarbons '

1.4 Komposisi
a. Heat Cured
Ada komponen powder dm liquid.
Komponen Powder mengandung:
-prepolimer polymetlyl methacrylate
-benzoyl peroxide (dalam jumlah kecil) sebagai inisiator yang bertanggng jawab untuk memulai
proses polimerisasi.
Komponen liquid mengandung:
Manomer methyl methacrylate (yang mengandung sejumlah kecil hydroqunone),hydroquinone
ditambahkan sebagai inhibitor yang mencegah polimerisasi atau setting liquid selama penyimpanan
Inhibirtor juga memperlambat prosesi curing dengan demikian meningkatkan working time.
b. Self Cured
Powder
 Poly ( methyl methacrylate)
 Benzoil peroxide
 Activator ( dimethyl paratoluidin)
Liquid
 methyl methacrylate
 hydroquinone
 ethylene dimethacrylate.
c. Light Cured
Komposisi dari resin ini serupa dengan resin heat-cured, tetapi ada beberapa komponen yang berbeda
yaitu:
 Urethane Dimethyterylate filter anorganik control reologi
 Microfine Silica filter anorganik
 Acrylic Resin Beads filler organik (reduksi sifat mekanis saat pengerasan)
 Camphanquinne - fotoinisiator (inisiasi akivasi pada polimerisasi)
1.5 Cara Manipulasi
a. Heat Cured
 Selelah bubuk dam cairan dicampur dengan perbmdingan yang telah ditentukan dan tepat,
maka adonan atau campuran akrilik akan mengalani 4 tahap yaitu:
 Tahap pertama (wet sand stage) : tahap basah, adonan sepenti pasir Iaut
 Tahap kedua (sticky stage) : tahap lengket dimana tahap ini adonan ditarik (tacky fibrous)
selama polimer mulai menyatu atau larut pada monomer
 Tahap ketiga (dough/gel stage) : tahap lembut, dimana terdapatnya adonan yang halus,
homogen dan liat. Pada tahap ini adonan sangat cocok untuk dimasukkan ke dalam mould
 Tahap keempat (rubbery-hard stage) : tahap kaku adonan sudah menjadi kaku tidak dapat
dibentuk Iagi.
b. Self Cured
Rasio polimer monomer adalah 3.1. Hal ini akan memberikan monerner yang cıkup untuk
membasahi keseluruhan partikel polimer Ada dua jenis cama munipulasi resin akrilik, yaitu teknik
molding-tekanan dan teknik molding-penyuntikan
1. Teknik Molding-Tekanan
 Susunan gigi tiruan đisiapkan untuk proses penanaman
 Master model ditanam didalam dental stone yang dibentuk dengan tepat.
 permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk
memudahkan posedur pembukaan kuvet.
 Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini, dental stone diaduk
dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan diletakkan pada tempatnya dan stone
dibiarkan mengeras. Setelah proses pengerasan sempurna malam dikeluarkan dari mould.
Untuk melakukaunya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit. Kuvet
kemudian dikeluarkan atau dangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka. Kemudian
malam Irur dikeluarkan. Penempatan medium pemisah berbasis alginat untuk melindungi
bahan protesa .
2 Teknik Molding-Penyuntikan
 Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master diletakkan ke dalam
stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan mengeras.
 Sprue diletakkan dalam basis malam
 Permukaan oklusal dan insisal gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk memudahkan
pengeluaran protesa.
 Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua kuvet disatukan kembali.
 Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
 Resin dibiarkan dingin dan memadat.

Kuvet dimasukkan kedalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu bahan terpolimerisasi,
resin bahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan,
diproses akhir, dipoles

C. Light Cured
Resin yang berupa lembaran tanpa monomer ini dapat digunakan secara langsung sesuai
dengan bentuknya tanpa menggunakan kuvet. Resin dibentuk langsung diatas cetakan rahang. Lalu
resin yang telah dibentuk dimasukan kedalam sebuah alat seperti oven yang didalamnya terdapat
lampu halogen bercahaya biru dengan panjang cahaya 450- 500 nm. Karena adanya fotoinisiator
pada resin ini. maka terjadilah polimerisasi pada resin akrilik setelah dipaparkan oleh cahaya. Resin
yang terdapat didalam “oven” mengalami rotasi, hal ni terjadi agar distribusi cahaya merata

1.6 Proses Polimerisasi


a. Heat Cured
Proses menggunakan suhu digunakan untuk mengontrol polimerisasi yang dikenal dengan
siklus polimerisasi atau siklus curing, proses ini dilakukan dengan hati-hati untuk efek yang tidak
terkontrol dari kenaikan suhu.
b. Self Cured
Polimerasi adalah suatu proses terbentuknya monomer menjadi rantai panjang polimer yang
melalui suatu reaksi kinia dengan berat molekul kecil, semuanya akan membentuk molekul yang
lebih besar. Contoh pada kedokgi : resin akrilik /polimetil metakrilat (PMMA)
Proses polimerasi ada 2:
 Kondensasi : perubahan wujud dengan hasil samping berupa air menjadikan molekul kecil
jadi lebih besar.
 adisi: penambahan menjadi molekul lebih besar dan menjadi radikal bebas.

Ada 4 tahap mekanisme polimerisasi :


a. Aktivasi : menggunakan sinar uv, cahaya tampak dan gel EM sehingga mengaktifkan radikal
bebas pada saat pemanasan karena perebusan
b. Inisiasi : tahap polimerisasi dimulai dimana radikal bebas bereaksi dengan monomer
c. Propagasi : tahapan lanjutan dari inisiasi sehingga rantai tambah panjang
d. Terminasi : tahap akhir polimerasi dimana radikal bebas membentuk molekul yang stabil.

a. Light Cured

Polimerisasi merupakan persamaan senyawa berat molekul rendah yang disebut monomer ke
senyawa berat molekul besar yang đisebut polimer

1.7 Kelebihan & Kekurangan


a. Heat Cured
 kelebihan

 Ketika sulu naik terlalu cepat dapat memengaruhi monomer yang nantinya bisa memproduksi
porus, dapat dicegah dengan menaikkan suhu dengan perlahan-lahan selama poses
polimerisasi.
 Dapat terjadi porositas akibat suhu yang mendadak.
 Hasil polimerisasi unuk pembentukan basis gigi tiruan cenderung sukses dan cepat dan
bervariasi, mulai dari ukuran, bentuk, dan ketebalan
 Suhu disini selain dengan perebusan dengan menggnakan air dapat juga menggunakan
microwave
 Kekurangan

 daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong rendah.


 fleksibilitas juga masih rendah.
 dan hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume
b. Self Cured
 Kelebihan
 mudah dilepaskan dari kuvet.
 Fleksibilitas lebih Linggi dari tipe l.
 pengerutan volume akhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari tipe ini
tergolong kurang sempurna
 kekurangan
 elastisitas dari tipe ini tergolong kurang dari tipe 1, kemudian karena digunakan bahan
kimia hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga mulut.
 Dari segi ekonomis lebih mahal
c. Light Cured
 Kelebihan
 penyusutan saat polimerisasi rendah.
 hasil akhir manipulasi dapat dibentuk dengan baik.
 resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana.

 kekurangan

 elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini dapat merusak
jaringan rongga mulut

Kesalahan Dalam Pengolahan


A. Porositas
Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisik,
estetika, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis
gigitiruan yang lebih tebal. Porositas tersebut akibat dari penguapan monomer yang tidak
bereaksi serta polimer molekul rendah, bila suhu resin mencapai atau melebihi titik didih
bahan tersebut. Namun porositas jenis ini tidak terjadi seragam sepanjang segmen resin yang
terkena.
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara komponen bubuk
dan cairan. Bila ini terjadi, beberapa bagian massa resin akan mengandung monomer lebih
banyak dibandingakn yang lain. Selama polimerisasi, bagian ini mengerut lebih banyak
dibandingkan daerah di dekatnya, dan pengerutan yang terlokalisasi cenderung menghasilkan
gelembung.

 Jenis-jenis porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilk yang dapat
mengalami polimerisasi yang dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada
kekuatan dan sifat-sifat akrilik
Porositas terbagi menjadi 2 jenis:
1) Porositas karna gas yang terperangkap:
a) Pinhole porosity
b) Gas inclusions
c) Subsurface porosity
d) Back pressure porosity
2) Porositas karna kesalahan pencampuran:
a) Localized shrinkage porosity
b) Microporosity
c) Suck-back porosity
B. Kurangnya tekanan yang memadai
Kurangnya tekanan selama polimerisasi atau jumlah adonan yang tidak mencukupi dalam
cetakan selama penutupan akhir menyebabkan gelembung yang tidak berbentuk bola. Warna
resin lebih terang.
Dapat dihindari dengan menggunakan sesuai jumlah adonan yang dibutuhkan.

CRAZING
Meskipun perubahan dimensi mungkin terjadi selama relaksasi tekanan, perubahan ini umumnya
tidak menyebabkan kesulitan klinis. Sebaliknya, relaksasi tekanan mungkin menimbulkan sedikit
goresan permukaan yang dapat berdampak negatif terhadap estetika dan sifat fisik suatu
gigitiruan. Terbentuknya goresan atau retakan mikro ini dinamakan crazing. Secara klinis, crazing
terlihat sebagai garis retakan kecil yang nampak timbul pada permukaan gigitiruan. Crazing pada
resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin berwarna,
crazing menimbulkan gambaran putih

Perbaikan basis resin akrilik

Perbaikan basis akrilik dapat dilakukan dengan melalui aktivasi Heat cured, atau Self cured

Bahan-bahan lain yang digunakan dalam pembuatan basis resin akrilik

IMPRESSION MATERIAL (BAHAN CETAK)


A. Definsi Bahan Cetak
Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk memperoleh replika rongga mulut
baik gigi geligi maupun jaringan lunak secara akurat yang tujuannya untuk memperoleh
model positif dari cetakann tersebut nantinya1. Secara umum bahan cetak harus mudah
digunakan dan harga terjangkau, kekuatan aliran adekuat, memiliki setting time dan
karakteristik yang wajar, memiliki kekuatan tarik yang cukup baik, sehingga tidak mudah
sobek saat dikeluarkan dari dalam mulut. Bahan cetak sangat penting digunakan untuk
bidang kedokteran gigi khususnya prostodonsi dan ortodontsi.
B. Klasifikasi Bahan Cetak
Bahan cetak umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme setting time. Secara
garis besar bahan cetak dikelompokkan menjadi Chemical Reaction (Irreversiblle) dan
Thermally induced physical reaction (Reversible). Berdasarkan dari reaksinya maka dapat
dikelompokkan menjadi elastis dan non elastis, yang dikelompokkan berdasarkan table
dibawah ini:
Table 1. Pembagian Klasifikasi Bahan Cetak

Mekanisme Setting Non elastis Elastis


Chemical Reaction Plaster of Paris Irreversible hidrocolloid
(Irreversiblle) Zinc oxide–eugenol Polysulfide
Polyether
Condensation silicone
Addition silicone
Thermally induced Impression compound Agar
physical reaction
(Reversible)

Perbedaan mendasar dari bahan cetak berdasarkan mekanisme setting adalah Chemical
Reaction yang merupakan mekanisme setting yang tidak dapat berubah bentuk kembali
saat diberikan reaksi karena mekanisme setting yang bersifat kimia, berbeda dengan
termal reaksi yang apabila telah mengalami setting time maka dapat berubah bentuk
kembali apabila diberikan rangsangan termal dan dapat kembali kebentuk semula.
C. Irreversible hidrocolloide
A. Definisi Irreversible hidrocolloide
Hidrokoloid irreversible (ANSI/ADA) adalah polisakarida alam yang umumnya
terdapat pada dinding sel dari semua spesies alga coklat (pheaophyceae) yang pertama
dipatenkan pada tahun 1881 di inggris. Bahan ini larut air, seperti natrium, kalium. Bila
bahan ini dicampur dengan air, bahan tersebut dapat membentuk sol yang kemudian
mengalami setting.
Secara kimia, terdiri dari polisakarida yang tersusun oleh dua jenis asam uronat, yang
tersusun dalam tiga jenis pengelompokan yaitu kelompok yang terdiri dari manuronat dan
guluronat yang berselang-seling (MGMG-MGM.....), kelompok asam guluronat
(GGGGGG...) dan kelompok asam manuronat (MMM-MMM....)
Reaksi kimia irreversible hidrocolloid
Awalnya natrium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat saat proses working time.
Selanjutnya setelah natrium fosfat bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan natrium
alginat untuk membentuk ikatan tidak larut kalsium alginat yang nantinya membentuk gel
dengan air.
B. Komposisi Irreversible hidrocolloide
Bahan aktif utama atau yang menjadi komponen dasar dari irreversible
hidrocolloide adalah odium, potassium, atau triethanolamine irreversible hidrocolloide,
beberapa komposisi irreversible hidrocolloide yang diuraikan pada table dibawah ini:

Table 1. Komponen Powder Irreversible hidrocolloide berdasarkan fungsi dan


persentasi

Komponen Fungsi (%)


Untuk menguraikan di air dan bereaksi dengan
Potasium Alginat 18
ion kalsium
Kalsium Sulfat Untuk bereaksi dengan potasium alginat untuk
Dihidrat membentuk gel kalsium alginat yang tidak 14
dapat larut
Potasium Sulfat, Untuk menetralkan efek penghambatan
Potasium Zinc hidrokoloid pada seting gipsum, memberikan
10
Fluorida, Silikat, permukaan berkualitas tinggi .
atau Borat
Sodium Fosfat Untuk lebih cenderung bereaksi dengan ion
(retarder) kalsium untuk menyediakan working time 2
sebelum gelation
Diatomaceus
Untuk mengontrol konsistensi dari alginat
Earth atau Bubuk
yang sudah dicampur dan fleksibilitas dari set 56
Silikat
impression

C. Sifat irreversible hidrocolloide


Irreversible hidrocolloid merupakan bahan yang umumnya dapat mengalami penyusutan
dan peregangan atau yang sering disebut dengan sinersis dan imbibisi. Proses sinersis
terjadi akibat dari tekanan air yang terjadi dari dalam irreversible hidrocolloide yang
berada diantara rantai polisakaridaa yang akibatnya akan mengeluarkan tetesan air pada
permukaan bahan cetak, sedangkan imbibisi adalah air yang ada disekitar irreversible
hidrocolloide akan diserap melalui rantai polisakarida.
Proses imbibisi dan sinersis merupakan kedua hal yang saling berhubungan, sehingga saat
setelah dilakukan pencetakan mestinya harus segera dilakukan pengecoran menggunakan
gips, ataupun dilapisi menggunakan kain basah pada permukaan irreversible
hidrocolloide, ketika irreversible hidrocolloide dibiarkan dan tidak dilakukan pengecoran
segera makan akan mengakibatkan proses sinersis dan akan mengalami pengkerutan pada
bahan cetak itu sendiri sehingga tidak akan ideal kembali karena sifatnya irreversible.
Sifat dari irreversible hidrocolloide dibagi berdasarkan sifat fisik dan biologisnya:
FLEXIBILITAS
Memiliki tingkat flexibilitas sebesar 14% dibawah tekanan 1000 g/cm2
ELASTISITAS
Memiliki tingkat elastisitas yang sangat tinggi sebesar 98,2%, yang artinya apabila terjadi
deformasi hanya sebesar 1,8%
KEKUATAN
KEKUATAN KOMPRESIF (0,5-0,9 Mpa)
KEKUATAN SOBEK (0,4-0,7 kN/m)
Faktor yang mempengaruhi kekuatan irreversible hidrocolloid adalah rasio W/P, mixing time
dan waktu pengeluaran bahan cetak
DIMENSI STABILITAS
stabilitas dimensi yang buruk karena penguapan, sineresis dan imbibisi, oleh karena itu bahan
cetak harus di lakukan pengecoran segera untuk menghindari perubahan dimensi
Sedangkan sifat biologis dari bahan cetak hydrocolloid irreversible;

BIOKOMPATIBILITAS
Bahan irreversible hidrocolloid sangat jarang dijumpai mengakibatkan alergi, dan bahan ini
sangat biocompatible, namun bubuk dari irreversible hidrocolloid apabila terhirup yang
memiliki kandungan silica dapat membuat alergi tapi sangat jarang terjadi
ADHESI
Bahan irreversible hidrocolloid mampu melekat dengan baik pada sendok cetak, karena adhesi
sangat dibutuhkan untuk retensi bahan cetak.
D. Cara manipulasi
Bahan cetak irreversible hidrocolloide merupakan bahan cetak yang dikerjakan dengan teknik
yang tepat untuk memperoleh hasil yang baik:
1. Siapkan bahan irreversible hidrocolloide yang terdiri dari powder dan liquid dengan
rasio 2:1, takaran 2 untuk powder sedangkan liquid 1, namun acuan yang tepat
biasanya terdapat pada petunjuk pabrik.
2. Setelah itu masukkan kedalam rubble bowl menggunakan sendok takar tadi, yang
umumnya liquid terlebih dahulu kemudian liquidnya.
3. Setelah tercampur maka lakukan pengadukan dengan angka 8 sambil menekan pada
bahan dengan cepat hingga homogen.
4. Setelah itu aplikasikan kepada sendok cetak secara menyeluruh dimulai dari kiri
ataupun kanan hingga merata pada setiap permukaan sendok cetak.
5. Insersikan sendok cetak untuk mencetak rahang baik rahang atas dan rahang bawah.
6. Untuk mengetahui setting time maka dapat dilihat dari bahan yang tersisa pada bowl
yang dapat menjadi acuan setting time irreversible hidrocolloide.
E. Setting time
Setting time sangat dipengaruhi oleh dari bahan irreversible hidrocolloide dan suhu
dari liquid yang digunakan, waktu yang ideal untuk irreversible hidrocolloide mengalami
setting time adalah 3-4.5 menit yang merupakan waktu normal, sedangkan waktu yang
cepat dari bahan irreversible hidrocolloide untuk setting adalah 1,5-3 menit. Hal tersebut
juga dipengaruhi bahan tambahan seperti pemberian bahan retarder yang merupakan
bahan yang memperlambat setting time dan bagan accelerator yang merupakan bahan
yang dapat mempercepat setting time pada irreversible hidrocolloide. Pada table dibawah
ini memperlihatkan proses setting time yang dipengaruhi oleh suhu air yang digunakan.
Secara rinci bahan cetak ini memiliki dua jenis atau tipe yaitu normal setting time dan
fast seting time. Berdasarkan tipe tersebut dibagi menjadi Mixing time: Fast setting
time: 45 s dan Normal setting time: 60 s, Working time: Fast time: 1,1/4 menit dan
Normal : 2 menit, Setting time: Fast time: 1,5-2,00 menit Normal : 3-4,5 menit
F. Kesalahan manipulasi
Proses manipulasi atau manufacturing bisa saja terjadi sebuah kesalahan yang terjadi akibat
beberapa hal:
1. Perbandingan powder dan liquid
Powder dan liquid adalah aspek yang sangat penting yang diperhatikan dalam proses
manipulasi irreversible hidrocolloide, rasio yang ideal harus dilihat dalam petunjuk
pabrik yang umumnya 2:1 takaran powder dan liquid. Hal tersebut apabila tidak
sesuai maka konsistensi bahan akan kental ataupun mengeras dan waktu setting time
susah untuk dikontrol sehingga manipulasi bahan akan menjadi gagal.
2. Pengadukan bahan
Pengadukan bahan irreversible hidrocolloide bergantung pada keahlian seseoarang
dalam melakukannya, teknik yang umum mengaduk dengan angka 8 yang dilakukan
dengan cepat agar dapat mengontrol setting time. Proses pengadukan bahan yang
terlalu lama maka konsistensi akan menjadi tidak ideal untuk dijadikan bahan cetak
dan juga apabila bahan terlalu cepat diaduk maka bahan tidak akan homogeny
sehingga porositas pada bahan cetak bisa terjadi dan akan menjadi kasar.
ELASTOMER
Bahan elastomer pertama yang diperkenalkan ke kedokteran gigi adalah karet alam yang
digunakan sebagai bahan dasar gigi tiruan pada tahun 1850. Itu disebut vulkanit karena dirubah
menjaadi karet alami melalui proses vulkanisasi.
Elastomer terdiri dari sekelompok bahan cetak berbasis polimer sintetik yang secara kimiawi
berhubungan silang ketika setting dan dapat diregangkan namun dengan cepat akan kembali ke
dimensi aslinya.

KLASIFIKASI :
Berdasarkan kimia:
1. Polysulfide

2. Condensation polymerizing silicones

3. Addition polymerizing silicones

4. Polyether

Berdasarkan viskositas
1. Light body atau syringe consistency

2. Medium atau regular body

3. Heavy body atau tray consistency

4. Very heavy atau putty consistency

SILIKON ADISI
Pengertian Silikon adisi
Silikon adisi sering juga disebut dengan bahan cetah polyvinyl siloxane (PVS) vinyl
polysiloxane (VPS). Berbeda dengan silikon kondensasi, silikon adisi didasarkan pada polimerisasi
tambahan antara divinylpolysiloxane dan polymethylhydrosiloxane dengan platinum salt sebagai
katalis. Silikon adisi baru diperkenalkan setalah silikon kondensasi dan memiliki sifat yang lebih
baik.
Komposisi silikon adisi
Base Accelerator
Poly (methyl hydrogen siloxane) Divinyl polysiloxane
Other siloxane prepolymers Other siloxane prepolymers
Fillers Fillers Platinum salt—catalyst
(chloroplatinic acid)
Palladium or hydrogen absorber
Retarders
Fillers

Indikasi Silikon adisi


1. Cetakan gigi tiruan sebagian cekat

2. Cetakan inlay dan onlay

3. Cetakan crown dan bridge

4. Implan

Kontraindikasi silikon adisi


1. Penggunaan sarung tangan lateks

Sifat-sifat silikon adisi


1. Bau dan warna yang baik

2. Menghasilkan detail permukaan yang akurat

3. Memiliki stabilitas dimensi terbaik diantara elastomer lain.

4. Memiliki Curing shrinkage yang rendah (0,17%)

5. Deformasi permanen terendah (0,05 hingga 0,3%).

6. Tear strength yang baik (3000 gm / cm).

7. Sangat hidrofobik

8. Memiliki fleksibilitas yang rendah dan lebih keras daripada polisulfida.

9. Dapat bertahan 1 hingga 2 tahun.

Prosedur pembuatan cetakan elastomer


Memanipulasi bahan dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Hand mixing

Dilakukan dengan memilin kedua pasta dalam jumlah yang sama hingga homogen
b. Static mixing

Menggunakan dua katrid silinder yang berisi pasta basis dan pasta katalis secara
terpisah
c. Dynamic mechanical mixing

Menggunakan mesin yang akan mendorong bahan keluar melewati mixing tip
Pembuatan cetakan dilakukan dengan tiga teknik:
a. Teknik Single-mix

Menggunakan bahan dengan viskositas regular/medium


1) Mencampurkan pasta basis dan katalis hingga homogen

2) Sebagian bahan diletakkan di sendok cetak dan sebagian lainnya di syringe

3) Bahan yang berada di dalam syringe diinjeksikan ke area yang telah dipreparasi

4) Sendok cetak dimasukkan ke rongga mulut

5) Keluarkan dari rongga mulut ketika sudah set

b. Teknik multiple-mix

Menggunakan bahan heavy bodied dan light bodied


1) Kedua pasta bahan dicampurkan dalam wadah yang berbeda

2) Bahan heavy bodied diletakkan di sendok cetak

3) Bahan light bodied diletakkan di syringe dan diinjeksikan di area yang telah
dipreparasi

4) Sendok cetak dimasukkan ke rongga mulut

c. Teknik Putty-wash
Digunakan untuk bahan putty dan light bodied
1) Takar base dan katalis putty dengan jumlah yang sama
2) Campurkan keduanya hingga homogen dengan gerakan memilin
3) Letakan campuran pada sendok cetak
4) Letakkan plastic diatas sendok cetak yang telah berisi campuran pasta yang akan
berguna sebagai tempat untuk persiapan cetakan akhir
5) Tunggu sampai cetakan putty set dan keluarkan dari rongga mulut
6) Lakukan cetakan akhir menggunakan light body yang diinjeksikan di tray dan juga pada
area yang telah dipreparasi setelah melepaskan plastik

7) Masukkan sendok cetak ke rongga mulut


8) Keluarkan sendok cetak saat light body telah set
Mixing time: 45–60 detik
Working time: 2–4 menit
Setting time: 3–7 menit
Desinfeksi cetakan dilakukan dengan perendaman selama 10 menit dalam 2% glutaraldehid atau
3 menit dalam klorin dioksida.
Kelebihan Silikon adisi
1. Akurat

2. Mudah dimanipulasi
3. Waktu setting cepat
4. Tersedia dalam berbagai viskositas
5. Dimensi stabil

Kekurangan Silikon adisi


1. Setting dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu dan kelembaban

2. Hidrofobik

3. Sarung tangan berbahan lateks dapat menghambat proses setting dari silicon adisi dalam
bentuk putty

GYPSUM
1. Pengertian dan fungsi
Gypsum adalah mineral bubuk putih alami dengan nama kimia kalsium sulfat
1
dihidrat (CaSO4-2H2O). Produk gypsum digunakan secara luas dalam kedokteran gigi.
Mineral gipsum CaSO4·2H2O biasanya berwarna putih hingga putih kekuningan dan
ditemukan sebagai massa kompak. Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran
gigi didasarkan pada kalsium sulfat hemihidrat (CaSO42)2·H2O.2 Reaksi kalsium sulfat
hemihidrat dengan air membentuk kalsium sulfat dihidrat digambarkan dengan reaksi
berikut:

Fungsi utama dari produk gipsum dalam kedokteran gigi yaitu pembuatan model & die,
sebagai bahan pengikat untuk suatu jenis bahan tanam tuang (investment material) dan bahan
cetak (impression plaster) Selain itu kegunaan lain dari dental gipsum ini adalah untuk
pekerjaan-pekerjaan didalam laboratorium dental, misalnya, untuk mengfikser model pada
artikulator atau okludator, untuk menanam model didalam kuvet (dental flask) pada
pembuatan protesa dan lain sebagainya.

2. Klasifikasi
Spesifikasi ADA/ANSI No. 25/ ISO 6873:1998 mengklasifikasikan lima jenis
produk gypsum, yaitu:2,3,4
a. Type 1 Dental plaster, impression
Karena kekakuannya (tidak elastis), gips tipe ini sering kali terjadi fraktur dan
untuk saat ini jarang digunakan lagi untuk membuat cetakan gigi karena telah diganti
dengan bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer. Kegunaan gips
tipe ini adalah untuk membuat cetakan gigi edentulous. 4 Komposisi gips ini terdiri
dari dental plaster + K2SO4 + Borax + bahan pewarna dan perasa.2

b. Type 2 Dental plaster, model


Kegunaan dari gips tipe ini yaitu untuk membuat gips dan model studi,
membuat cetakan untuk gigi palsu dan untuk bahan pengikat model kerja ke
articulator (Mounting). Komposisi gips ini yatu terdiri dari beta hemihidrat dan
modifier.2

c. Type 3 Dental stone, die, model


Gips tipe ini tersusun dari partikel alpha-hemihidrat dan biasa digunakan untuk membuat
model kerja2. Partikelnya lebih padat dibandingkan gips tipe 2. 7
d. Type 4 Dental stone, die, high strength, low expansion
Jenis produk gipsum ini yang paling kuat dan paling keras. Ini digunakan
ketika kekuatan tinggi dan kekerasan permukaan diperlukan, misal cetakan yang
digunakan untuk inlay, crown, dan bridge. 2
e. Type 5 Dental stone, die, high strength, high expansion
Gips ini memiliki kekuatan tekanan yang lebih tinggi daripada gips tipe 4.
Gips tini digunakan dalam proses casting alloys dan pembuatan die dengan
peningkatan ekspansi. Gips tipe ini dimanfaatkan untuk mengurangi shrinkage dari
bahan paduan logam2

3. Komposisi
Saat mengalami proses kalsinasi, kalsium sulfat dihidrat (CaSO 4·2H2O) dipanaskan
dalam suhu tinggi untuk menghilangkan kandungan airnya dan berubah menjadi bentuk
kalsium sulfat hemihidrat ((CaSO42)2·H2O) dan dan jika dipanaskan dalam suhu yang lebih
tinggi, akan terbentuk kalsium sulfat (anhidrat).8
4. Cara manipulasi
A. Proporsi
Untuk mengamankan kekuatan maksimum, rasio air / bubuk rendah harus
digunakan. Air harus diukur dan bubuknya ditimbang.
B. Rasio Air / Serbuk
Rasio W / P adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan sifat fisik
dan kimia dari produk akhir. Contoh Semakin tinggi rasio air-bubuk, semakin lama
waktu pengaturan dan semakin lemah akan menjadi produk gipsum. Oleh karena itu,
rasio air / bubuk harus dijaga serendah mungkin tetapi pada saat yang sama cukup
untuk menghasilkan campuran yang bisa diterapkan.
C. Instrumen
Rubber bowl / plastik fleksibel, spatula.
D. Prosedur Pengadukan
Bubuk ditambahkan air dan dicampur menggunakan spatula. Spatula harus
memiliki pisau yang kaku dan pegangan yang nyaman untuk dipegang. Air yang
sudah ditakar ditempatkan dalam rubber bowl dan bubuk yang sudah ditimbang
dicampurkan ke dalam air. Campuran kemudian diaduk dengan kuat, dengan menyeka
bagian dalam rubber bowl secara berkala dengan spatula untuk memastikan
pembasahan semua bubuk dan memecah bubuk yang memadat. Pengadukan
dilakukan hingga campuran homogen, biasanya dalam satu menit. Waktu spatulasi
yang lebih lama secara drastis mengurangi setting time. Vibrasi segera setelah
pencampuran dan selama penuangan gipsum untuk menghindari porositas. Porositas
harus dihindari, karena porositas dapat menyebabkan titik lemah dan ketidakakuratan
permukaan. Setelah dituang, bahan gipsum harus dibiarkan mengeras selama 45
hingga 60 menit sebelum cetakan dan gips dipisahkan dan didesinfeksi. Model dapat
didisinfeksi dengan cara direndam dalam larutan 1:10 natrium hipoklorit selama 30
menit atau dengan semprotan iodophor mengikuti instruksi pabrik.
E. Mechanical Mixing
Alat ini menghasilkan cetakan yang lebih kuat dan lebih padat. Namun,
peralatan itu mahal. Contoh: vibrator
5. Setting Time bergantung pada:
a. Impurities
Jika dehidrasi yang tidak sempurna terjadi dalam proses pembuatannya, maka
kristal-kristal dehydrate ini kan menjadi pusat-pusat kristalisasi dan kristalisasi berjalan
cepat dan mempercepat pula setting time.bila terdapat hexagonal calsium sulphate
(heksagonal anhydrate) akan mengurangi periode induksi (yaitu waktu reaksi permulaan
dimana bila ada kenaikan tempratur, maka reaksi akan berjalan lebih cepat.sedangkan
bila terdapat orthorhombic sulphate (orthorhombic anhydrate) akan meningkatkan
periode induksi sehingga reaksi berjalan lambat.
b. Kehalusan
Semakin halus ukuran partikel hemihydrate, semakin cepat campuran mengeras,
khususnya jika produk telah digiling selama pembuatannya di pabrik. Tidak hanya
tingkat hemihydrate yang meninhgkat, tetapi juga pusat pusat kristalisasi lebih banyak
sehingga proses kristalisasi berjalan dengan cepat

c. Rasio WIP
Semakin banyak air yang digunakan untuk pencampuran, semakin sedikit nukleus
per unit volume. Akibatnya, setting time akan lebih panjang.

d. Waktu pengadonan (pengadukan)


Dalam batas praktis, peningkatan waktu pengadukan akan mempercepat
terjadinya setting, pengadonan dapat merusak sebagian Kristal dehydrate yang telah
terbentuk sehingga menghasilkan lebih banyak kristalisasi.

e. Suhu
Walaupun pengaruh suhu pada setting time kemungkinan tidak menentu dan
dapat bervariasi dari satu plester (stone) ke yang lain, sedikit perubahan terjadi antara 0
"C (32" F) dan 50 "C (120" F.). Jika suhu campuran plaster melebihi 50 "C (120" F),
retardasi bertahap terjadi. Dan saat suhu mendekati 100 "C (212" F), reaksi tidak
berlangsung.
f. Accelerator dan Retarder
Cara praktis yang mungkin paling efektif untuk mengontrol waktu setting adalah
penambahan modifikasi kimia kepada campuran. Bila bahan kimia tambahan ini
menurunkan atau mempercepat waktu setting maka ia dikenal sebagai accelerator. Bila
meningkatkan / memperlambat waktu setting dikenal sebagai retarder.
 Retarder umumnya bekerja dengan membentuk suatu lapisan absorbed pada
hemihydrate untuk mengurangi daya larutnya dan menghambat pertumbuhan
kristal2 gipsum.
Contoh: -Potassium acelate/citrate borax (𝑁𝑎2 𝐵4 𝑂7 ), gelatin, glue.
 Beberapa garam anorganik dalam konsentrasi kecil dapat bekerja sebagai
accelerator tetapi jika konsentrasinya dinaikkan ia dapat menjadi retarder
Contoh Accelarator: 𝐾2 𝑆𝑂4 2-3%, Na Cl 4%, Garam Rochelle.

6. Syarat-syarat model yang baik


1. Semua detail dari cetakan harus tampak jelas
2. Bila ada gigi yang telah dipreparasi maka permukaan gigi yang dipreparasi maupun
tidak dipreparasi harus tampak jelas
3. Cetakan harus bebas dari porositas
4. Semua permukaan model gigi beroklusi sempurna dengan antagonisnya
5. Jaringan lunak disekitarnya tercetak dengan baik termasuk daerah edentulous dan
kontur residual ridge
7. Posedur mencetak model positif
 Alat dan bahan
1. Rubber bowl dan Spatula
2. Pisau gips
3. Cetakan negatif
4. Dental stone
5. Air
 Prosedur kerja.
1. Siapkan spatel & rubber bowl
2. Masukkan bubuk dental stone ke dalam rubber bowl kemudian ditambahkan air
sedikit demi sedikit dengan rasio 1 : 1
3. Aduk dengan menggunakan spatula searah dengan jarum jam hingga massa
homogen menyerupai cream
4. Masukkan adonan ke dalam rubber form/sendok cetak sedikit demi sedikit sambil
vibrasi hinggi menutupi semua permukaan rubber form
5. Tunggu hingga mengeras
6. Pisahkan model dari cetakan.
7. Bersihkan kelebihan cetakan dengan menggunakan pisau gips
8. Segera bersihkan sendok cetak kecuali jika sekali pakai. 1
KLAMER
Pengertian Klamer
Clasp atau klamer merupakan bagian dari gigi tiruan dan peralatan ortodontik yang terbuat dari
logam tahan karat yang mengelilingi gigi di bagian bukal, mesial, dan lingual yang berfungsi sebagai
retensi gigi tiruan dan sebagai pengoreksi malposisi gigi terhadap gigi yang masih ada. 1,2
Fungsi Klamer2
1. Retensi : Memberikan ketahanan terhadap vertikal (menahan gigi agar tak lepas)
2. Stabilitas : Memberikan ketahanan terhadap kekuatan horizontal (menahan gigi agar tak
bergeser)
3. Sandaran Oklusal : Klamer mampu menahan gaya kunyah, titik tumpuh yang ideal akan
terletak di tengah permukaan oklusal
4. Korektif : Memperbaiki kelainan malposisi gigi

Bahan Klamer
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan klamer adalah sebagai berikut 3:
A. Campuran Logam Mulia
1. Emas
2. Palatinum Gold Palladium
B. Campuran Logam Tak Mulia
1. Stainless Steel
2. Nikel-Chromium
3. Cobalt Chromium
4. Nikel-Cobalt Chromium

Macam-Macam Stainless Steel


Stainless steel merupakan steel alloy dengan penambahan kromium yang membuat sifat bahan
tersebut menjadi tahan terhadap karat American Iron & Steel Institute membagi Stainless Steel
menjadi4 :
1. Martensitic Stainless Steel
Memiliki kandungan karbon lebih tinggi dibanding jenis stainless steel lainnya serta kromium
18% dan bahan tambahan lainnya seperti molibdenum
2. Feritic Stainless Steel
Memiliki tingkat karbon 10,5% dan 27% kromium, meskipun memiliki tingkat resistensi
korosi yang tinggi namun jika terkena panas tinggi akan menghilangkan lapisan
pelindungnya sehingga dapat terjadi korosi
3. Austentic Stainless Steel
merupakan stainless steel yang paling sering digunakan stainless steel jenis ini mengandung
18% krom, 8% Nikel, terkadang juga mengandung mangan dan nitrogen. Stainless steel
jenis ini sangat tahan terhadap korosi
4. Duplex Stainless Steel
Merupakan campuran antara austentic dan feritic, menghasilkan stainless steel dengan
kromium yang lebih tinggi dan nikel yang lebih rendah
Sifat-Sifat Klamer
Stainless steel merupakan salah satu bahan penyusun atau komposisi klamer yang paling sering
digunakan, berikut ini sifat-sifat dari stainless steel :
Sifat Kimia :
1. Non toksik, hal ini menjadikan stainless steel dapat digunakan sebagai bahan penyusun clasp
dikarenakan ttidak mengandung zat berbahaya untuk rongga mulut
2. Tahan korosi, kandungan kromium pada stainless steel yang membuatnya tahan atau resisten
terhadap korosi
3. Biokompatibel, kemampuan material untuk menyesuaikan dengan khususnya rongga mulut

Sifat Fisik :
1. Kekuatan besar, sedangkan kekuatan yang diperoleh berasal dari kandungan nikel yang
terkandung
2. Cukup elastis/lentur, cengkram atau klamer harus bersifat lentur agar mudah dibentuk namun
tak mudah mengalami perubahan setelah dibentuk
3. Ketahanan tinggi, tahan terhadap sifat asam ataupun suhu yang tinggi pada makanan atau
minuman yang di konsumsi, namun pada suhu 400-900 derajat celcius terjadi pelepasan
kandungan kromium sehingga mengurangi ketahanan terhadap korosi

Syarat-Syarat Klamer
1. Mudah dibentuk
2. Memberikan retensi yang baik
3. Tidak menghalangi oklusi dan artikulasi
4. Klamer tidak aktif
5. Tidak menyentuh jaringan lunak
6. Cukup elastis
7. Dari bahan biokompatibilitas dan tidak memicu alergi maupun reaksi kimia
8. Diameter sesuai indikasi klinis
9. Ujung klamer tidak boleh tajam
10. Permukaan klamer tidak ada bekas gigitan tang
11. Klamer berkontak baik dengan permukaan gigi

Kelebihan dan Kekurangan Klamer


Logam Mulia
Kelebihan
1. Mudah dibentuk
2. Kekuatan dapat ditingkatkan dengan perlakuan panas
3. Modulus elastisitas rendah
4. Biokompability

Kekurangan
1. Yield strength rendah
2. Springback rendah
3. Harga mahal

Logam Non Mulia

Kelebihan

1. Yield strength tinggi (1400 MPa)


2. Springback yang adekuat
3. Ketahanan tinggi
4. Mudah dibentuk
5. Biokompatibel
6. Tahan terhadap korosi
7. Harga terjangkau

Kekurangan

1. Modulus elastisitas tinggi


2. Pada temperature 400-900 derajat celcius
3. terjadi pelepasan kandungan kromium sehingga mengurangi ketahanan terhadap
korosi
Dental Wax
A. Definisi Dental Wax
Wax merupakan polimer organik yang mengandung hidrokarbon beserta
turunannya (contoh :ester dan alkohol).1 Wax adalah bahan termoplastik yang pada
normalnya padat pada suhu ruangan namun meleleh jika dipanaskan dan memadat
dengan pendinginan tanpa ada pembusukan

Wax adalah bahan lentur yang dikumpulkan oleh serangga / didapatkan dari
tumbuh-tumbuhan. Wax dental adalah campuran dua atau lebih bahan sintetis dan alami
seperti lilin, damar, zat pewarna dan bahan tambahan lainnya. Digunakan dalam bidang
kedokteran gigi untuk membuat cetakan, membuat konstruksi gigi palsu non logam,
membuat catatan tentang hubungan rahang, sebagai bahan penolong kerja laboratorium.
Dental wax merupakan kombinasi dari wax, resin alami dan resin sintetik yang
digunakan pada pembuatan pola, correction impression, bite registration, dan proses
laboratorium dalam pembuatan restorasi indirect.

Pembuatan berbagai alat gigi sering membutuhkan bahan wax yang mempunyai
sifat-sifat fisis berlainan untuk tujuan-tujuan tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut wax gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintesis. Ada tiga tipe utama
wax yang dipakai di bidang kedokteran gigi, yaitu hydrocarbon, ester alami dan sintesis.
Kelompok hydrocarbon disubdivisikan lebih lanjut kepada paraffin dan microcrystallin
wax.
B. Komponen Dental Wax
Wax merupakan bahan termoplastis, berbentuk padat pada suhu kamar tetapi
meleleh tanpa mengalami dekomposisi dan membentuk cairan kental pada suhu yang
lebih tinggi. Dental wax biasanya terdiri dari dua atau lebih komponen, dapat berupa wax
alami atau sintetis, resin, minyak (oils), lemak (fats), dan pigmen. Komponen utama
dental wax berupa wax alami atau sintetis.

Perlu dilakukan pencampuran beberapa jenis wax untuk mendapatkan dental wax
dengan sifat yang sesuai dengan kebutuhan. Dua kelompok utama bahan organik yang
terkandung dalam wax adalah hidrokarbon dan ester. Wax terdiri dan kombinasi bahan
organik yang kompleks dan mempunyai berat molekul yang tinggi. Komposisi setiap
jenis wax sangat bervariasi, tergantung sumbernya dan saat pengambilannya.
Wax Alami Wax Sintetis Bahan Tambahan
1. MINERAL Ac rawax C Asam stearat
Parafin Ae rosol OT Gliseral tristearat
Mikrokristalin Castorwax Minyak
Barnsdahl Durawax 1032 Te rpentin
Ozokerite Resin alami
Ceresin rosin
Montan copal
2. TUMBUHAN damar
Canauba shellac
Ouricury Resin sintetis
Candelila Polietilena
Japan wax Polisterina
Cocoa butter
3. INSEKTA
Beeswax
4. HEWAN
Spermaceti

1. Natural wax
a. Parafin (paraffin)
Paraffin berasal dari fraksi petroleum (minyak bumi) dengan suhu tinggi. Komposisinya
berupa hidrokarbon jenuh rantai lurus, mengandung 26-30 atom karbon C, titik
leburnya 40-71o C akan meningkat bila berat molekul bertambah dan akan menjurun
bila mengandung minyak 0,5%.
b. Mikrokristalin (Mycrocrystalline)
Mikrokistalin berasal dari fraksi petroleum. Mikrokristalin mempunyai komposisi
yaitu hidrokarbon rantai bercabang, dengan atom karbon 41 – 50. Wax ini hampir
sama dengan parafin, tetapi lebih tough (tegar) dan fleksibel
c. Ceresin
Ceresin Wax ini diperoleh dari penyulingan minyak bumi dan pemurnian lignit (batu bara
muda). Wax ini keras dan digunakan untuk meningkatkan kisaran leleh dari paraffin.
biasanya berupa wax putih yang diekstrak dari ozokerite. Wax ini memiliki bau yang
agak tidak menyenangkan. Komposisinya berupa hidrokarbon rantai lurus dan
bercabang-cabang.
d. Carnauba
Wax ini tersedia dalam bentuk bubuk halus pada daun palm. Wax ini sangat keras, dan
memiliki titik leleh yang relatif tinggi dan memiliki bau yang menyenangkan. Wax ini
dikombinasikan dengan parafin untuk mengurangi aliran pada suhu mulut.
e. Candelilla
Wax ini dapat ditambahkan sebagian atau seluruhnya untuk menggantikan carnauba wax.
Candelilla wax memiliki kualitas yang sama seperti carnauba wax namun titik
leburnya lebih rendah dan tidak sekeras carnauba wax.
f. Beeswax
Wax insekta yang terutama digunakan di kedokteran gigi. Komposisi wax ini terdiri dari
campuran ester kompleks, terutama mengandung mirisil palmitat, hidrokarbon jenuh
dan tak jenuh, serta asam organik dengan BM tinggi. Memiliki titik lebur 63 – 70 oC.
beeswax getas pada suhu kamar dan plastis pada suhu tubuh. Fungsi dari beeswax
adalah memodifikasi sifat parafin dan merupakan komponen utama sticky wax.
g. Ozokerite
Wax yang ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa Tengah. Wax ini meningkatkan
karakteristik fisik dari paraffin.
h. Barnsdahl
Meningkatkan kisaran leleh dan serta mengurangi aliran paraffin.
2. Wax Sintetis

Wax alami tidak konsisten dalam komposisinya dan juga bahannya.Untuk


mengantisipasinya, sisntetik wax digunakan. Wax ini dengan cermat digunakan dalam
kondisi yang terkendali untuk memberikan hasil yang terstandarisasi.Wax ini sangat
halus, tidak seperti lilin alami yang sering terkontaminasi . Penggunaan wax ini masih
terbatas.

Contoh :

1. Polietilena
2. Polioksietilena glikol
3. Hidrokarbon halogenasi
4. Hidrogenasi
5. Ester hasil reaksi asam dan fatty alcohol
Untuk wax hidrokarbon, halogenasi dan hidrogenasi ester hasil reaksi asam dan fatty
alcohol, telah disiapkan oleh reaksi dengan natural wax ataupun produk wax, seperti
klorin dalam pembuatan hidrokarbon halogenasi dan hidrogenasi.
C. Klasifikasi Dental Wax

Klasifikasi Dental Wax

Pattern Processing Impression


1. Inlay Wax 1. Boxing Wax 1. Corrective Wax
2. Casting Wax 2. Utility Wax 2. Bite Registration
3. Baseplate Wax 3. Sticky Wax Wax

Berdasarkan penggunaannya, wax terdiri dari pattern wax, processing wax dan
impression wax4,5
1. Pattern Wax
Pattern wax yang digunakan dalam pembuatan model dari restorasi gigi seperti
mahkota atau gigi tiruan sebagian dengan menggunakan teknik lost-wax
a. Inlay Wax
Fungsi : Digunakan untuk membuat pola inlay, mahkota atau jembatan.
Sediaan : Lilin ini umumnya tersedia dalam tongkat bundar (dengan panjang 7,5 cm
dan diameter 6 mm) dan terdiri dari beberapa warna-warna seperti merah,
kuning, biru, dan hijau.
Komposisi : parafin, carnauba, ceresin, dan beeswax. Parafin dan ceresin adalah mineral
wax, carnauba adalah plant wax, dan beeswax adalah insect wax.
Menurut ADA/ISO, inlay wax terdiri dari 2 tipe, tipe I (soft) untuk indirect technic
(pola lilin disiapkan di mulut langsung gigi disiapkan) dan tipe II (hard) untuk direct
technic (prosedur di mana pola lilin disiapkan pada cetakan).5

RESTORASI LOGAM DALAM KEDOKTERAN GIGI


Ada banyak cara membuat restorasi logam dalam kedokteran gigi.
1. Direct filling (misalnya Emas, amalgam)
2. Casting (misalnya cast crown, posts, inlay, dll.)
3. Machining
 Prefabricated (misalnya post prefabricated)
 CAD-CAM (misalnya, inlay metal, mahkota, dll.)
 Mesin Copy milling dan pelepasan listrik (misalnya Mahkota, coping untuk PFM, dll.)
4. Swaging * (misalnya, Coping untuk PFM)

TERMINOLOGI
 Alloy : Paduan didefinisikan sebagai logam yang mengandung dua unsur atau lebih, paling tidak
satu di antaranya adalah logam dan semuanya larut dalam keadaan cair.
 Logam Mulia : Logam mulia telah digunakan untuk inlay, mahkota dan FPD karena
ketahanannya terhadap korosi di mulut. Emas, platinum, paladium, rhodium, ruthenium, iridium,
osmium, dan perak adalah delapan logam mulia. Namun, di rongga mulut, perak bisa ternoda dan
karenanya tidak dianggap logam mulia.
 Precious Metals : Istilah berharga menunjukkan nilai intrinsik logam. Kedelapan logam mulia
juga merupakan logam mulia dan didefinisikan demikian oleh masyarakat metalurgi besar dan
lembaga pemerintah federal, misalnya, Institut Nasional Standar dan Teknologi dan Dewan
Penasihat Material Nasional.
Semua logam mulia berharga tetapi semua logam mulia tidak mulia. Dari delapan logam
mulia, empat sangat penting dalam paduan casting gigi, yaitu, emas, platinum, paladium, dan perak.
Keempatnya memiliki struktur kristal kubik berpusat pada wajah dan semuanya berwarna putih
kecuali untuk emas.
Emas Emas murni adalah logam lunak dan ulet dengan rona 'emas' kuning. Ini memiliki
kepadatan 19,3 gm / cm3 dan titik leleh 1063 ° C. Emas memiliki kilau yang baik dan membutuhkan
polesan yang tinggi. Ini memiliki stabilitas kimia yang baik dan tidak menodai dan menimbulkan
korosi dalam keadaan normal.
Perak Terkadang digambarkan sebagai 'terputih' dari semua logam. Ini memiliki kerapatan
terendah (10,4 gm / cm3) dan titik lebur (961 ° C) di antara paduan casting yang berharga. CTE-nya
adalah 15,7 × 10-6 / ° C yang relatif tinggi.
Kepadatan Palladium adalah 12,02 gm / cm3. Paladium memiliki titik leleh yang lebih
tinggi (1552 ° C) dan CTE yang lebih rendah (11,1 × 10-6 / ° C) jika dibandingkan dengan emas.
Platinum Ini memiliki kerapatan tertinggi (21,65 gm / cm3) titik lebur tertinggi (1769 ° C) dan CTE
terendah di antara empat logam mulia.
 Logam Semiprecious : Tidak ada komposisi yang dapat diterima yang membedakan 'berharga'
dari 'semimulia'. Karena itu, istilah semimulia harus dihindari.
 Logam Dasar : Ini adalah logam yang tidak mulia. Mereka adalah komponen penting dari paduan
casting gigi karena pengaruhnya terhadap sifat fisik, kontrol jumlah dan jenis oksidasi dan efek
penguatannya. Logam tersebut reaktif dengan lingkungannya dan disebut sebagai 'logam tidak
mulia'. Beberapa logam dasar dapat digunakan untuk melindungi paduan dari korosi oleh properti
yang dikenal sebagai pasivasi. Meskipun mereka sering disebut sebagai tidak bermanfaat, istilah
yang lebih disukai adalah logam tidak mulia. Contohnya Chromium, cobalt, nikel, besi, tembaga,
mangan, dll.

Klasifikasi
Sesuai Dengan Penggunaan
A. Paduan untuk semua restorasi veneer logam dan resin (misalnya, Inlays, post, resin dan
mahkota dan FPD veneer komposit)
B. Paduan untuk restorasi keramik logam (misalnya, Mahkota PFM dan FPD)
C. Alokasi untuk gigitiruan lepasan (misalnya, RPD frames dan gigtiruan penuh)
Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan Yield Dan Elongasi Persen (Ada Sp. 5)
 Tipe I Soft
 Tipe II Medium
 Tipe III hard
 Tipe IV Hard Extra
(Klasifikasi 1934 ini pada awalnya dimaksudkan untuk paduan emas dan didasarkan pada kekerasan.
Sejak 1989, itu santai untuk memasukkan semua paduan gigi selama mereka memenuhi kekuatan
luluh yang baru dan kriteria persentase pemanjangan. Tipe I dan II dikenal sebagai 'tatahan' paduan
'dan Tipe III dan IV dikenal sebagai' paduan mahkota dan jembatan '. Tipe IV kadang-kadang
digunakan untuk bingkai RPD).
Sesuai Dengan Nobilitas (Ada 1984)
A. Alloy logam mulia tinggi : Mengandung> 40% berat Au dan> 60% berat logam mulia
B. Alloy logam mulia : Mengandung> 25% berat logam mulia
C. Alloy Dominan Logam Dasar : Mengandung <25% berat logam mulia
D. Logam Dasar
Menurut Unsur Utama : A. Alloy emas
B. Alloy perak
C. Alloy paladium
D. Alloy nikel
E. Alloy Cobalt
F. AlloyTitanium
Menurut Tiga Unsur Utama : A. Emas-paladium-perak
B. Palladium-perak-timah
C. Nikel-kromium-molibdenum
D. Cobalt-kromium-molibdenum
E. Besi-nikel-kromium
F. Titanium-aluminium-vanadium
Menurut Jumlah Kandungan Alloy : A. Biner — dua elemen
B. Ternary — tiga elemen
C. Kuarter (dan sebagainya) - empat elemen

KLASIFIKASI SESUAI DENGAN PENGGUNAAN ALLOYS CASTING ALLOYS


Pilihan alloyyang sangat besar di pasar membuat proses identifikasi menjadi tugas yang
sulit. Mereka serupa dalam beberapa aspek tetapi masing-masing memiliki fitur yang berbeda.
Paduan ini bervariasi tidak hanya dalam jenis logam tetapi juga persentase masing-masing dalam
paduan tersebut. Terlepas dari variasi komposisi yang luas, mereka harus memenuhi persyaratan
penggunaan yang dimaksudkan. Misalnya, semua paduan logam-keramik terlepas dari apakah itu
mulia atau basa harus memenuhi persyaratan ikatan porselen. Karena alasan ini klasifikasi menurut
penggunaan direkomendasikan dan akan menjadi dasar pembahasan selanjutnya tentang paduan.
A. Alloy untuk semua restorasi veneer logam dan resin
B. Alloy untuk restorasi logam-keramik
 Mulia tinggi
 Mulia
 Didominasi logam dasar
 Logam dasar
C. Paduan untuk casting struktur besar
 Mulia tinggi
 Mulia
 Didominasi logam dasar
 Logam dasar
PERSYARATAN UMUM CASTING ALLOYS
Semua logam cor dalam kedokteran gigi memiliki beberapa persyaratan umum dasar
1. Logam tersebut tidak boleh ternoda dan berkarat di mulut.
2. Mereka harus cukup kuat untuk tujuan yang dimaksud.
3. Mereka harus biokompatibel (tidak beracun dan tidak alergi).
4. Mereka harus mudah meleleh, membuang, memotong dan menggiling (mudah dibuat).
5. Mereka harus mengalir dengan baik dan menduplikasi detail halus selama casting.
6. Mereka harus memiliki penyusutan minimal pada pendinginan setelah pengecoran.
7. Mereka harus mudah disolder.
Tidak semuanya memenuhi semua persyaratan. Beberapa telah menunjukkan potensi reaksi
alergi (alloy yang mengandung nikel) dan efek samping lainnya ketika digunakan tanpa tindakan
pencegahan yang tepat. Beberapa cukup sulit untuk dilemparkan. Beberapa sangat keras (paduan
logam dasar) sehingga sulit untuk dipotong, digiling dan dipoles. Semua paduan menyusut saat
pendinginan. Beberapa (paduan logam dasar) menunjukkan penyusutan lebih banyak daripada yang
lain. Penyusutan tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikompensasi (lihat investasi). Selain
persyaratan umum ini, paduan yang ditujukan untuk penggunaan khusus tertentu harus memenuhi
persyaratan untuk itu. Misalnya, paduan logam-keramik harus memiliki persyaratan tambahan agar
kompatibel dengan porselen.

Alloy Untuk All Metal Restoration


Alloy ini adalah salah satu paduan paling awal yang tersedia untuk kedokteran gigi. Paduan
awal kebanyakan paduan emas. Karena mereka dimaksudkan untuk semua-logam dan kemudian
untuk restorasi veneer resin, mereka hanya harus memenuhi persyaratan dasar (lihat persyaratan
umum). Tidak diperlukan persyaratan khusus untuk pelapisan dengan resin. Saat ini, penggunaan
paduan ini secara perlahan menurun karena :
 Peningkatan kesadaran estetika telah mengurangi tren tampilan logam.
 Meningkatkan popularitas restorasi semua-keramik dan logam-keramik.
 Mengurangi popularitas resin dan komposit sebagai bahan pelapis.
KLASIFIKASI (ANSI / ADA SP. NO. 5)
(Seperti yang disebutkan sebelum klasifikasi 1934 ini pada awalnya dimaksudkan untuk paduan
emas dan didasarkan pada kekerasan. Pada tahun 1989, itu santai untuk memasukkan semua paduan
gigi selama mereka memenuhi kekuatan luluh yang baru dan kriteria persentase pemanjangan).
 Tipe 1 Soft : Lapisan kecil, rongga Kelas III dan Kelas V yang tidak mengalami tekanan
hebat. Mereka mudah terbakar.
 Tipe II Medium : Inlay tunduk pada tekanan sedang, mahkota 3/4 tebal, abutment, pontik,
mahkota penuh, dan kadang-kadang sadel lunak.
 Tipe III Hard : Inlay, mahkota dan jembatan, situasi di mana mungkin ada tekanan besar
yang terlibat. Mereka biasanya dapat mengeras dengan usia.
 Tipe IV Extra Hard : Pemasangannya mengalami tekanan yang sangat tinggi, kerangka gigi
tiruan sebagian dan panjang bentang jembatan. Mereka bisa menjadi tua mengeras.
Tipe I dan II umumnya disebut 'alloy inlay' dan Tipe III dan IV dikenal sebagai 'paduan mahkota dan
jembatan'. Karena meningkatnya penggunaan inlay komposit dan keramik, paduan inlay tipe I dan II
jarang digunakan saat ini. Sebagian besar diskusi akan fokus pada paduan Tipe III dan IV.

PENGGUNAAN
Alloy ini tidak dimaksudkan untuk ikatan porselen. Mereka dapat digunakan sebagai restorasi semua
logam atau dengan lapisan resin.
1. Inlay dan onlay
2. Mahkota dan FPD
3. Bingkai gigi tiruan sebagian (hanya tipe IV)
4. Pasca-inti

TIPE
Paduan ini akan dibahas di bawah kategori berikut:
 High Nobel : gold alloy
 Mulia : Paduan paladium perak
 Logam dasar : alloy nikel-krom, alloy kobalt-krom, Titanium dan alloynya, alloy aluminium-
perunggu

Alloys Emas (Untuk All Metal Restoration)


Sinonim Paduan emas tradisional, paduan Au-Ag-Cu.
Emas murni adalah logam lunak dan ulet sehingga tidak digunakan untuk pengecoran
restorasi gigi dan peralatan dalam keadaan murni. Itu paduan umumnya dengan tembaga, perak,
platinum, nikel dan seng. Paduan emas dengan logam-logam ini tidak hanya meningkatkan sifat fisik
dan mekaniknya tetapi juga mengurangi biayanya.
Tampilan logam khususnya emas dulunya dapat diterima dan bahkan mungkin merupakan
simbol status sosial. Tren saat ini adalah untuk menghindari tampilan logam. Pada saat yang sama,
peningkatan kadar platinum, paladium, dan perak dari paduan modern telah menghasilkan paduan
emas berwarna lebih putih. Dengan demikian, ada alloy paduan emas kuning ’dan alloy paduan emas
putih’. Kenaikan harga emas juga menyebabkan ketersediaan paduan dengan kadar emas rendah. Ini
adalah 'emas rendah'. Alloy emas yang dibahas di sini adalah paduan mulia tinggi karena kandungan
logam mulia tinggi (lihat klasifikasi menurut nobility).
Kandungan Emas
Secara tradisional, kandungan emas dari campuran casting gigi disebut :
 Karat
Ini merujuk pada bagian-bagian dari emas murni yang ada dalam 24 bagian paduan, mis., -
emas 24 karat adalah emas murni.
- Emas 22 karat adalah 22 bagian emas murni dan 2 bagian logam lainnya. Catatan Dalam
paduan gigi saat ini, istilah karat jarang digunakan.
 Kehalusan
Kehalusan paduan emas adalah bagian per seribu emas murni. Emas murni adalah 1000 fine.
Jadi, jika 3/4 dari paduan emas adalah emas murni, dikatakan 750 denda.
Catatan Istilah kehalusan juga jarang digunakan untuk menggambarkan kandungan emas dalam
paduan saat ini (namun, sering digunakan untuk menggambarkan solder paduan emas).
Komposisi Persentase
Persentase komposisi paduan emas lebih disukai daripada karat dan kehalusan. Sejak tahun 1977,
ADA mengharuskan produsen untuk menentukan persentase komposisi emas, paladium, dan
platinum pada semua kemasan paduan gigi mereka.
Karat × 100 : 24 = % Emas
Demikian pula, kehalusan adalah 10 kali persentase komposisi emas, yaitu, kehalusan × 10 =% emas.
Komposisi Alloy Emas

Fungsi Konstituen
Emas : Memberikan ketahanan noda dan korosi serta memiliki penampilan yang diinginkan. Juga
memberikan keuletan dan kelenturan.
Tembaga : Ini adalah pengeras utama. Ini mengurangi titik lebur dan kepadatan emas. Jika hadir
dalam jumlah yang cukup, itu memberi paduan warna kemerahan. Ini juga membantu untuk
mempererat paduan emas. Dalam jumlah yang lebih besar, ini mengurangi resistensi untuk menodai
dan korosi pada paduan emas. Oleh karena itu, konten maksimum tidak boleh melebihi 16 persen.
Perak : Ini memutihkan paduan, sehingga membantu menangkal warna kemerahan tembaga. Itu
meningkatkan kekuatan dan kekerasan sedikit. Namun, dalam jumlah besar, ini mengurangi
resistensi menodai.
Platinum : Ini meningkatkan kekuatan dan ketahanan korosi. Ini juga meningkatkan titik leleh dan
memiliki efek memutihkan pada paduan. Ini membantu mengurangi ukuran butir.
Paladium ; Ini mirip dengan platinum dalam efeknya. Ini mengeraskan dan memutihkan paduan. Ini
juga meningkatkan suhu fusi dan memberikan ketahanan noda. Ini lebih murah daripada platinum,
sehingga mengurangi biaya paduan.
The Minor Additions Are
 Seng : Karena berfungsi sebagai pemulung oksigen. Tanpa seng, perak dalam paduan
menyebabkan penyerapan oksigen selama pencairan. Kemudian selama solidifikasi, oksigen
ditolak menghasilkan porositas gas dalam casting.
 Indium, Timah dan Besi : Mereka membantu mengeraskan paduan paladium emas keramik, besi
menjadi yang paling efektif.
 Kalsium : Ini ditambahkan untuk mengkompensasi penurunan CTE yang terjadi ketika paduan
dibuat bebas perak (penghapusan perak dilakukan untuk mengurangi kecenderungan noda hijau
pada batas logam-porselen).
 Iridium, Ruthenium, Rhenium : Mereka membantu mengurangi ukuran butir. Mereka
ditambahkan dalam jumlah kecil (sekitar 100 hingga 150 ppm).
Catatan : Semua paduan logam mulia modern berbutir halus. Semakin kecil ukuran butiran logam,
semakin ulet dan kuat. Ini juga menghasilkan casting yang lebih homogen dan meningkatkan
resistensi tarnish. Ukuran butiran besar mengurangi kekuatan dan meningkatkan kerapuhan logam.
Faktor-faktor yang mengendalikan ukuran butir adalah laju pendinginan, bentuk cetakan, dan
komposisi paduan.

SIFAT ALLOYS EMAS


Warna
Secara tradisional, paduan emas berwarna emas. Warna paduan emas modern dapat bervariasi dari
emas ke putih. Itu tergantung pada jumlah elemen pemutih (perak, platinum, paladium, dll.) Yang
ada dalam paduan.
Range Melting
Berkisar antara 920 hingga 960 ° C. Rentang leleh dari suatu paduan adalah penting. Ini
menunjukkan jenis investasi yang dibutuhkan dan jenis sumber pemanas yang diperlukan untuk
melelehkan paduan.
Massa Jenis
Ini memberikan indikasi jumlah coran gigi yang dapat dibuat dari satuan berat logam. Dengan kata
lain, lebih banyak jumlah restorasi cor per satuan berat dapat dibuat dari paduan yang memiliki
kerapatan lebih rendah, daripada yang memiliki kerapatan lebih tinggi. Paduan emas lebih ringan
dari emas murni (19,3 gm / cm3).
 Tipe III - 15,5 gm / cm3
 Tipe IV - 15,2 gm / cm3
Castability suatu alloy juga dipengaruhi oleh densitas. Paduan dengan densitas yang lebih tinggi
menghasilkan paduan yang lebih baik daripada paduan dengan kepadatan lebih rendah.
Kekuatan Yield : Kekuatan luluh adalah Tipe III - 207 MPa Tipe IV - 275 MPa
Kekerasan : Kekerasan menunjukkan kemudahan dengan mana paduan ini dapat dipotong, digiling
atau dipoles. Paduan emas umumnya lebih ramah pengguna daripada paduan logam dasar yang
sangat keras.
Nilai kekerasannya Tipe III - 121 MPa Tipe IV - 149 MPa
Pemanjangan
Ini menunjukkan keuletan paduan. Diperlukan jumlah yang masuk akal terutama jika paduannya
akan dideformasi selama penggunaan klinis, mis., Penyesuaian jepitan untuk gigi tiruan sebagian
yang dapat dilepas, penyesuaian margin dan burnishing mahkota dan inlay. Paduan tipe I mudah
diperlengkapi. Paduan dengan perpanjangan rendah sangat rapuh. Pengerasan usia menurunkan
keuletan. Tipe III - 30 hingga 40% Tipe IV - 30 hingga 35%.
Modulus Elastisitas : Ini menunjukkan kekakuan / kelenturan logam. Paduan emas lebih fleksibel
daripada paduan logam dasar (Tipe IV - 90 × 103 MPa).
Ketahanan Tarnish Dan Korosi : Paduan emas tahan terhadap noda dan korosi dalam kondisi
mulut normal. Ini karena konten mulianya yang tinggi. Logam mulia kurang reaktif.
Casting Shrinkage
Semua paduan menyusut ketika berubah dari cair menjadi padat. Susut pengecoran dalam paduan
emas kurang (1,25-1,65%) bila dibandingkan dengan paduan logam dasar.
Penyusutan terjadi dalam tiga tahap.
1. Kontraksi termal dari logam cair.
2. Kontraksi logam saat berubah dari cair menjadi padat. 3. Kontraksi termal dari logam padat
karena mendingin hingga suhu kamar.
Penyusutan memengaruhi restorasi. Oleh karena itu, harus dikontrol dan dikompensasi dalam teknik
casting.
Biocompatibility : Paduan emas relatif biokompatibel.
Investasi Casting : Investasi berikat gipsum dapat digunakan untuk paduan emas peleburan rendah.
PERLAKUAN PANAS DARI ALLOYS EMAS
Perlakuan panas alloy dilakukan untuk mengubah sifat mekaniknya. Paduan emas dapat
dipanaskan jika mengandung jumlah tembaga yang cukup. Hanya paduan emas Tipe III dan Tipe IV
yang dapat dipanaskan. Ada dua jenis perlakuan panas:
1. Perlunakan perlakuan panas (softening heat treatment).
2. Pengerasan perlakuan panas (pengerasan usia).
Softening Heat Treatment
Perlakuan panas pelunakan meningkatkan keuletan, tetapi mengurangi kekuatan, batas proporsional
dan kekerasan.
Indikasi : Ini diindikasikan untuk peralatan yang akan dibentuk atau dingin yang dikerjakan di dalam
atau di luar mulut.
Metode : Pengecoran ditempatkan dalam tanur listrik selama 10 menit pada 700 ° C dan kemudian
didinginkan dalam air. Selama periode ini, semua fase perantara diubah menjadi larutan padat yang
tidak teratur dan pendinginan cepat mencegah pemesanan terjadi selama pendinginan. Setiap paduan
memiliki suhu optimal. Pabrikan harus menentukan suhu dan waktu yang paling disukai.
Hardening Heat Treatment (Atau Penuaan)
Perlakuan panas pengerasan meningkatkan kekuatan, batas proporsional dan kekerasan tetapi
mengurangi keuletan. Ini adalah hadiah tembaga dalam paduan emas yang membantu dalam proses
pengerasan zaman.
Indikasi : Untuk memperkuat gigi palsu logam, pelana, FPD, dan struktur serupa lainnya sebelum
digunakan di mulut. Ini tidak digunakan untuk struktur yang lebih kecil seperti inlays.
Metode : Hal ini dilakukan dengan 'merendam' atau menua casting pada suhu tertentu untuk waktu
tertentu, biasanya 15 hingga 30 menit. Kemudian air didinginkan atau didinginkan perlahan. Suhu
penuaan tergantung pada komposisi paduan tetapi umumnya antara 200 dan 450 ° C. Selama periode
ini, fase antara diubah menjadi larutan padat yang dipesan (waktu dan suhu yang tepat untuk
pengerasan usia suatu paduan ditentukan oleh pabrikannya).
Idealnya, sebelum usia pengerasan paduan, pertama-tama harus dilakukan perlakuan panas
pelunakan untuk meringankan semua pengerasan regangan (tekanan yang terjadi selama finishing).
Memulai perawatan pengerasan ketika paduan berada dalam larutan padat yang tidak teratur
memungkinkan kontrol yang lebih baik dari proses penuaan.
PADUAN EMAS RENDAH
Juga dikenal sebagai 'emas ekonomi'. Mereka adalah paduan mahkota dan FPD yang memiliki
kandungan emas di bawah 60% (umumnya dalam kisaran 42 hingga 55%). Namun, emas harus
menjadi elemen utama. Alloy emas rendah dikembangkan karena kenaikan harga emas. Namun,
mengurangi kandungan emas meningkatkan noda dan korosi. Masalah ini diatasi oleh dua penemuan.
 Palladium membuat perak dalam paduan emas lebih tahan noda. Diperlukan 1% paladium
untuk setiap 3% perak.
 Ratio Rasio perak-tembaga harus diseimbangkan dengan hati-hati untuk menghasilkan fase
kaya perak dalam mikrostruktur.
Keuntungan
Karena penelitian ini banyak paduan emas rendah diperkenalkan ke pasar. Dengan demikian, paduan
ini tidak hanya lebih murah tetapi juga memiliki ketahanan korosi dan korosi yang baik. Sifat mereka
sebanding dengan paduan emas Tipe III dan IV.
KEGAGALAN CASTING
Kegagalan casting adalah ketidakteraturan dalam proses pengecoran logam yang sangat tidak
diinginkan. Kesalahan dalam prosedur sering menghasilkan coran yang rusak. Pengecoran dalam
kasus semacam itu mungkin tidak cocok atau mungkin memiliki sifat estetika dan mekanik yang
buruk.
Jenis Kegagalan Casting
Pengecoran merupakan replika dari pola yang dibuat dalam ukuran, tekstur dan bentuk.
Kegagalan casting biasanya disebabkan oleh kegagalan untuk mengamati teknik yang tepat. Cacat
pengecoran sulit diklasifikasi karena sebab dan akibat sering kali tumpang tindih. Kegagalan
casting dapat diklasifikasikan seabagai
A. Kelebihan logam (nodul, fins, casting yang lebih besar, dll.)
B. Kekurangan logam (casting lebih kecil, casting tidak lengkap, porositas, dll.)
C. Distorsi casting
D. Kontaminasi kimia dari casting
Gelembung terperangkap pada permukaan cetakan atau retakan dalam investasi biasanya
menghasilkan nodul atau sirip pada casting. Udara atau penyusutan yang terperangkap di dalam
logam menghasilkan berbagai jenis porositas atau rongga di dalam logam.
Kegagalan casting dapat digambarkan sebagai berikut
1. Ukuran pengecoran tidak cocok
2. Distorsi
3. Permukaan kasar
4. Nodul
5. Fins
6. Porositas
7. Casting tidak lengkap
8. Casting terkontaminasi
Ketidakcocokan ukuran casting
Restorasi harus mempertahankan dimensinya setelah casting. Ketidakcocokan ukuran
casting mungkin bisa terlalu kecil atau terlalu besar. Masalah ukuran casting mempengaruhi
kesesuaian restorasi. Masalah dimensi biasanya terkait dengan teknik yang tidak tepat dan
kegagalan untuk memahami sifat-sifat bahan yang terlibat dalam membuat restorasi. Perubahan
dimensi dapat terjadi pada hampir setiap tahap proses restorasi dimulai dengan prosedur pencetakan
itu sendiri. Logam secara inheren menyusut pada pendinginan dan harus dikompensasi dengan
pencocokan paduan yang tepat dengan investasi dan teknik.
Distorsi
Distorsi casting biasanya disebabkan oleh distorsi pattern wax. Beberapa distorsi lilin
terjadi ketika bahan tanam mengeras atau karena higroskopis dan pengaturan ekspansi. Hal ini tidak
menyebabkan masalah serius. Beberapa distorsi terjadi selama manipulasi karena pelepasan
tekanan. Distorsi wax diminimalkan oleh Manipulasi wax pada suhu tinggi. Permukaan kasar
Penyimpangan permukaan dapat berasal dari permukaan yang kasar. Penyebab
permukaan kasar :
1. Jenis bahan tanam . Phosphat bonded investment cenderung memiliki kekasaran permukaan
yang lebih besar dibandingkan dengan gypsum bonded.
2. Komposisi bahan tanam. Proporsi kuarsa dan pengikat mempengaruhi tekstur permukaan casting.
Silica kasar menghasilkan casting kasar.
3. Ukuran partikel bahan tanam. Ukuran partikel baha tanam yang lebih besar menghasilkan casting
kasar.
4. Rasio W/P yang tidak benar, di mana rasio w/p yang lebih tinggi menghasilkan casting kasar. –
Diminimalkan dengan mengunakan rasio w/p yang benar dan bahan tanam ukuran partikel yang
benar.
5. Pemanasan yang lama menyebabkan disintergasi rongga cetakan. Diminimalkan dengan
menyelesaikan casting segera setelah cincin dipanaskan dan siap.
6. Overheating paduan emas memiliki efek yang sama. itu menghancurkan bahan tanam
7. Tekanan casting terlalu tinggi atau terlalu rendah. – Diminimalkan dengan mengunakan 15
lbs/sq inci tekanan udara tiga sampai empat putaran mesin pengecoran sentrifugal.
Permukaan nodul
Nodul pada permukaan bagian dalam casting dapat mempengaruhi kesesuaian pemulihan.
Biasanya disebabkan oleh gelembung udara atau gas yang terperangkap. Hal ini dapat
diminimalkan dengan Pencampuran bahan tanam yang tepat
Fin
Fins adalah area sempit yang ditinggikan pada casting yang biasanya terkait dengan bahan
tanam yang lemah atau pemanasan yang cepat pada bahan tanam dan dapat diiminimallkan dengan
1. Ratio w/p yang tepat untuk meningkatkan kekuatan investasi.
2. Hindari pemanasan cetakan yang berkepanjangan dan cepat. dengarkan dering secara
bertahap hinga 700 ºC (setidaknya 1 jam)
3. Spruing yang tepat untuk mencegah dampak langsung dari logam cair pada sudut 90º. •
Memungkinkan investasi waktu yang cukup untuk mengatur dengan benar. Hindari
penggunaan prematur
• Penanganan cetakan dengan hati-hati agar tidak jatuh atau berdampak.
Porositas
Porositas dapat bersifat internal atau eksternal. Porositas eksternal dapat menyebabkan
perubahan warna casting. Porositas yang parah pada interfase restorasi gigi bahkan dapat
menyebabkan karies sekunder. Porositas internal melemahkan restorasi.
Jenis-jenis porositas
1. Disebabkan oleh penyusutan solidiikasi – Porositas penyusutan lokal – menghisap
kembali porositas (bentuknya tidak beraturan) – Microporositas
2. Disebabkan oleh gas – Pin lubang porositas – Inklusi gas (biasanya berbentuk bulat) –
Porositas dibawah permukaan.
3. Disebabkan oleh udara yang terperangkap dalam cetakan (porositas tekanan balik) Shrink-
spot or porositas penyusutan lokal sprue. Selama urutan pendinginan yang benar, sprie harus
membeku hingga akhir dan menghasilkan logam yang lebih cair mengalir ke cetakan untuk
mengkompensasi susut casting karena mengeras. Jika sprue membeku sebelum sisa casting tidak
ada lagi logam cair yang dapat disuplai dari sprue. Penyusutan berikutnya menghasilkan lubang atau
yang dikenal sebagai tempat menyusut porositas.
Untuk menghindari terjadinya porositas lokal dapat menggunakan sprue dengan ketebalan yang
benar Pasang sprue ke bagian pola lilin yang paling tebal. Membakar sari pada titik perlekatan atau
menempatkan reservoir dekat dengan pola lilin.
Microporosity adalah rongga tidak teratur baik dalam casting. Hal ini terlihat ketika casting
mendingin terlalu cepat. Pin hole porosity Banyak logam melarutkan gas ketika meleleh. Setelah
pemadatan gas terlarut dikeluarkan menyebabkan kekosongan kecil, mis. platinum dan paladium
menyerap hidrogen. Tembaga dan perak larut oksigen.
Gas inclusion porosities .Porositas inklusi gas juga rongga bola tetapi lebih besar dari jenis lubang
pin. Mereka mungkin juga disebabkan oleh gas terlarut, tetapi lebih mungkin disebabkan oleh gas
yang dibawa masuk atau terperangkap oleh logam cair. Obor tiup yang tidak dapat disesuaikan juga
dapat menyumbat gas. Back pressure porosity Ini disebabkan oleh ventilasi cetakan yang tidak
memadai. Udara terperangkap dalam cetakan dan tidak bisa untuk melarikan diri. Panjang pola
sariawan harus disesuaikan sehingga tidak lebih dari 1/4 " ketebalan investasi antara bagian bawah
cincin cor dan pola lilin. Ketika logam cair memasuki cetakan, udara di dalam didorong keluar
melalui celah bahan tanmam di bagian bawah. Jika bahan tanam sebagian terlalu besar, jalan
keluarnya udara menjadi sulit menyebabkan peningkatan tekanan pada cetakan. Emas kemudian
akan mengeras sebelum cetakan diisi penuh menghasilkan pengecoran berpori dengan margin
pendek membulat. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan kekuatan casting yang memadai.
Gunakan investasi dengan porositas yang memadai. Tempatkan pola tidak lebih dari 6 hingga 8 mm
dari ujung cincin. Menyediakan ventilasi dalam coran besar. Casting dengan lubang tiupan gas
Jika ada residu lilin yang tersisa di cetakan, itu mengeluarkan sejumlah besar gas sebagai cairan
paduan memasuki rongga cetakan. Gas ini dapat menyebabkan kekurangan dalam casting .. Untuk
membantu menghilangkan lilin sepenuhnya dari cetakan, lubang menghadap ke bawahagar wax
dapat mengalir.
Hasil Casting kecil
Jika kompensasi untuk penyusutan paduan tidak dilakukan dengan ekspansi rongga cetakan
yang memadai, maka akan mengakibatkan hasil casting kecil.
Kontaminasi
Coran dapat terkontaminasi karena :
1. Oksidasi, disebabkan oleh –– Overheating alloy –– Penggunaan zona pengoksidasi api ––
Kegagalan untuk menggunakan fluks
2. Senyawa belerang, dibentuk oleh kandungani bahan tanam ketika cincin itu terlalu panas Dapat
dihindari dengan : –– Paduan tidak terlalu panas –– Gunakan zona pereduksi nyala api ––
Gunakan fluks
Hasil Casting hitam.
Bisa karena dua alasan. 1. Pembakaran bahan tanam Terlalu panas di atas 700 ° C menyebabkan
terurainya sulfur atau senyawa belerang. 2. Hasil pengecoran hitam juga bisa disebabkan oleh
penghapusan pola lilin yang tidak lengkap pada saat memanaskan cetakan pada suhu yang terlalu
rendah. Sisa lilin berkarbonisasi yang menempel permukaan casting. Hal ini bisa dihilangkan
dengan memanaskan di atas nyala api.

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan Mahkota Logam


A. Inlay Casting Wax
inlay casting wax adalah salah satu wax tertua di dunia kedokteran gigi.
Penggunaan
Pola untuk inlay, mahkota dan FPD pertama kali dibuat dalam wax dan kemudian diganti dengan
logam selama pengecoran.
Tipe berdasarkan teknik penggunaan :
1. Direct Jika polanya dibuat langsung di gigi (di mulut), dikatakan dibuat dengan teknik langsung
(Tipe inlay wax klas 2).
2. Indirect Jika disiapkan pada replika gigi (die) (Tipe inlay wax kelas 1).
Persyaratan Ideal Dari Lilin Casting Inlay
1. Ketika melunak, lilin harus rata, seharusnya tidak ada bintik-bintik atau bintikbintik keras pada
bahan plastik.
2. Warna harus kontras dengan die. Kontras warna yang pasti membantu dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan margin
3. Lilin tidak boleh mengelupas atau hancur ketika lilin melunak. Lilin tidak boleh mengiris,
mengelupas atau merobek selama ukiran
4. Lilin tidak boleh mengiris, mengelupas atau merobek selama ukiran.
5. Selama kelelahan (500 ° C), ia harus menguap sepenuhnya tanpa residu.
6. Pola lilin harus benar-benar kaku dan stabil secara dimensional setiap saat sampai dihilangkan.
7. Harus cukup plastis sedikit di atas mulut dan menjadi kaku ketika didinginkan ke suhu mulut
(untuk lilin kelas I).
8. Lilin harus memiliki aliran yang baik ketika dipanaskan dan diatur secara kaku ketika didinginkan
Klasifikasi * Menurut ISO 15854: 2005, lilin casting inlay diklasifikasikan sebagai
* Kelas 1 Soft- Ekstra atau digunakan pada laboratorium
* Kelas 2 Hard— Penggunaan intraoral
Tersedia dalam bentuk batang atau cake berwarna biru, hijau atau ungu. Juga tersedia dalam bentuk
pellet dan kerucut kecil. Lilin juga tersedia dalam bentuk yang sudah jadi. Nama Komersial .
Harvard, Kerr, dll.
Komposisi Lilin parafin, getah damar, carnauba atau candelilla dan zat pewarna. Lilin parafin
(4060%) Ini adalah bahan utama. Ini digunakan untuk menentukan titik leleh. Varietas yang
berbeda, dengan titik leleh yang berbeda dapat diproduksi. Lilin parafin serpihan dipangkas tidak
memberikan permukaan yang halus, sehingga lilin lain ditambahkan untuk memodifikasi. Ceresin
(10%) Sebagian menggantikan parafin. Meningkatkan ketangguhan. Mudah diukir. Gum damar
(1%) Damar resin (turunan alami dari pohon pinus) meningkat kelancaran selama pencetakan dan
membuatnya lebih tahan terhadap retak dan mengelupas. Ini juga meningkatkan ketangguhan lilin
dan meningkatkan kilau permukaan. Lilin Carnauba (25%) Lilin ini cukup keras dan memiliki titik
leleh yang tinggi. Ini dikombinasikan dengan parafin untuk mengurangi aliran pada suhu mulut. Ini
memiliki bau yang menyenangkan dan memberikan kilau ke permukaan lilin. Lilin Candelilla Lilin
ini dapat ditambahkan untuk menggantikan lilin carnauba. Ini memberikan kualitas yang sama
seperti lilin carnauba, tetapi titik lelehnya lebih rendah dan tidak sekeras lilin carnauba. Lilin
sintetiklilin Dalaminlay modern, lilin carnauba sering diganti sebagian dengan lilin sintetis tertentu
(Montan). Karena titik lelehnya yang tinggi, lebih banyak parafin dapat dimasukkan dan kualitas
kerja secara umum ditingkatkan.
Sifat-sifat inlay wax
Inlay wax Kelas 1 dimaksudkan untuk digunakan di laboratorium sedangkan, inlay wax
Kelas 2 digunakan di mulut, keduanya akan memiliki sifat yang sedikit berbeda.
Aliran Kebutuhan menurut ISO 15854: 2005
Pada 45 ° C - Baik Kelas 1 dan Kelas 2 memiliki aliran antara 70 hingga 90%.
Pada 37 ° C - Kelas 2 tidak dapat mengalir lebih dari 1%.
Pada 30 ° C - Kelas 1 tidak dapat mengalir lebih dari 1%.
Tipe inlay wax Kelas 1 ini meleleh dan mengalir, ketika dipanaskan hingga sekitar 45 ° C.
Temperature ini ditoleransi oleh pasien. Aliran yang baik pada suhu ini memastikan reproduksi
rongga inlay yang baik. Wax mendingin dan mengeras pada suhu 37 ° C (suhu mulut),
memungkinkan operator untuk mengukir dan membentuknya di mulut. Inlay wax tipe kelas 2
mengeras pada suhu 30 ° C (suhu kamar). Wax ini lebih cocok untuk laboratorium. Karakteristik
aliran tidak cocok untuk digunakan di mulut. Sifat Termal Konduktivitas dari wax ini rendah.
Butuh waktu untuk memanaskan wax secara seragam dan mendinginkannya ke suhu tubuh atau
ruangan. Koefisien ekspansi termal wax memiliki CTE yang tinggi. Ini memiliki ekspansi linier
0,7% dengan peningkatan suhu 20 ° C. Perubahan termal lebih tinggi daripada bahan gigi lainnya.
Pentingnya Properti ini lebih signifikan dalam teknik langsung karena kontraksi pola dapat terjadi
ketika diambil dari mulut ke suhu kamar (terutama di ruangan ber-AC atau di iklim dingin).
Faktor-faktor yang memengaruhi Jika wax dibiarkan dingin di bawah tekanan, sifat termalnya
berubah. Saat dipanaskan, CTE linier meningkat. Suhu cetakan dan metode yang digunakan untuk
memberikan tekanan pada lilin saat mengeras juga mempengaruhi CTE.

B. Investment
Prosedur untuk membentuk cetakan dijelaskan sebagai 'investment'. Bahan-bahan ini dapat menahan
suhu tinggi. Karena alasan ini, mereka juga dikenal sebagai bahan tahan api atau bahan refraktori.
Bahan tanam tuang tercakup dalam ISO 15912: 2006. Standar ini juga mencakup mengeraskan
bahan tanam tuang dan bahan die refraktori.
Persyaratan Investment
Cetakan tanam tuang harus diperluas untuk mengkompensasi penyusutan logam campuran, dimana
terjadi selama proses pendinginan campuran yang dicairkan. Powder harus memiliki ukuran
partikel yang halus untuk memberikan permukaan yang halus pada cetakan. Manipulasinya harus
mudah dan memiliki setting time yang sesuai. Bahan harus memiliki konsistensi yang halus ketika
dicampur. Bahan yang telah dimanipulasi harus cukup berpori untuk memungkinkan udara dalam
rongga cetakan keluar selama pengecoran. Pada suhu yang lebih tinggi, bahan tanam tidak boleh
terurai untuk mengeluarkan gas yang dapat merusak permukaan campuran. Harus memiliki
kekuatan yang memadai pada suhu kamar untuk memungkinkan penanganan, dan kekuatan pada
suhu yang lebih tinggu untuk bertahan dari dampak logam cair. Potongan melintang pada cetakan.
Setelah pengecoran, harus mudah dipecahkan dari permukaan logam dan tidak boleh bereaksi secara
kimia. Bahan harus ekonomis.
Klasifikasi Bahan Refraktori Pada Kedokteran Gigi (Iso 15912:2006)
Klasifikasi mencakup semua bahan refraktori dalam kedokteran gigi termasuk bahan tanam tuang,
pematri tanam tuang, dan refraktori die.
A. Klasifikasi berdasarkan pengaplikasiannya (ISO 15912:2006)
Tipe 1: untuk pembangunan inlay, mahkota dan restorasi tetap lainnya
Tipe 2: untuk konstruksi gigi tiruan lengkap atau sebagian atau peralatan lepas lainnya Tipe 3:
untuk konstruksi cetakan yang digunakan dalam prosedur mematri
Type 4: untuk konstruksi refraktori die
B. Subklasifikasi berdasarkan metode burnout (ISO 15912:2006)
Kelas 1: direkomendsikan untuk burn-out dengan metode pemanasan lambat atau bertahap
kelas 2: direkomendasikan untuk burn-out dengan metode pemanasan cepat
C. Klasifikasi berdasarkan jenis pengikat yang digunakan
Ada tiga jenis bahan investasi berdasarkan pengikat yang digunakan. Mereka semua
mengandung silika sebagai bahan tahan api. Jenis pengikat yang digunakan berbeda.
Gypsum bonded investments digunakan untuk cetakan logam campuran emas. Mereka dapat
menahan suhu hingga 700 °C.
Phosphate bonded investments Untuk logam keramik dan paduan kobal-kromium. Mereka
dapat menahan suhu yang lebih tinggi.
Ethyl silica bonded investments adalah alternative untuk fosfat bonded investment, untuk
cetakan suhu tinggi. Mereka terutama digunakan dalam pengecoran gigi tiruan parsial paduan
logam campuran dasar.
Komposisi Umum Bahan Tanam
Semua bahan tanam tuang mengandung refraktori, pengikat, dan pengubah. Refraktori
adalah bahan yang tahan suhu tinggi tanpa terurai atau hancur, misalnya Silica. Bentuk
alotropik Silika ada setidaknya dalam empat bentuk alotropik. Quartz Tridymite Cristobalite
Fused quartz

FINISHING DAN POLISHING


1. Finishing dan Polishing
1. Finishing (penyelesaian)
Merupakan proses penghilangan kelebihan resin akrilik dan guratan-guratan pada permukaan
yang terbentuk oleh penggunaan instrument selama proses pembuatannya.
Proses finishing harus dilakukan karena permukaan akrilik yang masih memiliki guratan-
guratan pada permukaannya dapat menyebabkan pasien merasa tidak nyaman serta
tertumpuknya sisa-sisa makanan dan debris sehingga sulit dibersihkan.
Proses finishing biasanya dilakukan dengan hati-hati untuk melindungi batas dan kontur
geligi tiruan dengan menggunakan carbide bur beralur halus dan diamond bur yang
berukuran antara 8 dan 20 µm.8

2. Polishing (pemolesan)
Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa
mengubah konturnya.
Pengkilapan geligi tiruan tergantung dari sifat bahan yang dikilapkan dan pemilihan bahan
pengkilap yang sesuai.8

Bahan Abrasif
 Suatu substrat yang berbentuk tajam, keras, alami, atau sintetis yang digunakan untuk
grinding, finishing, atau polishing/memoles permukaan yang lebih halus
 Macam-macam bahan abrasif

1. NATURAL ABRASIVE
Contoh: Arkansas stone, Chalk, Corundum, Cuttle, Natural diamond, Emery,
Garnet, Pumice, Sand, Quartz, Tripoli, Zirconia, Kieselguhr

2. MANUFACTURED ABRASIVE
Contoh :Alumunium Oxide, Sinthetic diamond, Rouge, Silicone carbide, Tin Oxide

Prosedur Finishing dan Polishing


 Alat dan bahan:
1. Alat finishing
a. Frizer bur
b. Fissure bur
c. Stone merah besar dan kecil
2. Alat polishing
a. Feltcone
b. Pumice
c. Air
d. Brush

 Prosedur:
1. Menghilangkan kelebihan akrilik dibagian tepi basis dengan frizer bur
2. Menghilangkan tonjolan akrilik disekitar gigi dengan stone merah besar
3. Menghilangkan tonjolan akrilik didaerah basis sekaligus menghaluskannya dengan
menggunakan stone merah kecil
4. Menghilangkan tonjolan akrilik dibagian interdental yang tidak terjangkau oleh stone
dengan fissure bur
5. Untuk mengkilapkan permukaan akrilik gunakan feltcone dan pumice+air yang
diaplikasikan pada seluruh permukaan akrilik
6. Haluskan dengan menggunakan brush dengan tidak menekan terlalu kuat untuk
mencegah terjadinya guratan-guratan.

Anda mungkin juga menyukai