MODUL:
Bahan untuk Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
basis akrilik
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Modul Pembelajaran
Bahan untuk Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Basis Akrilik
Tim Penyusun:
Prof.Dr.drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp.Pros(K)
Prof. Dr.drg. Edy Machmud, Sp. Pros(K)
drg. Eri H. Jubhari, M.Kes, Sp. Pros(K)
drg. Donald Nahusona, M.Kes
Dr.drg. Ike Damayanti Habar, Sp. Pros(K)
Dr.drg. Lenni Indriani,M.Kes
Modul ini berisi tentang pengenalan sifat dan jenis bahan-bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan gigitiruandan diberikan pada mahasiswa yang mengambil mata kuah Blok IKGD2.. Mahasiswa
diharapkan mampu menjelaskan semua aspek tentang macam, komposisi, sifat, cara pengolahan, kelebihan
dan kekurangan berbagai bahan kedokteran gigi, kegagalan dalam manipulasi dan penyebab kegagalan serta
Bahan untuk diskusi dapat diperoleh dari bacaan yang tercatum di akhir modul. Kuliah pakar akan
diberikan atas permintaan mahasiswa yang berkaitan dengan bahan yang digunakan pada pembuatan
gigitiruan ataupun penjelasan dalam pertemuan konsultasi antara peserta kelompok diskusi mahasiswa
Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu mahasiwa dalam menjelaskan mengenai bahan-
Makassar,
Penyusun
1
Problem Tree
Alginat
Sifat
Gipsum
Dental Wire
Klasifikasi
Resin Akrilik
Manipulasi bahan
Malam
Finishing&Polishing
2
II. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH
1. Mampu memahami dan bertanggung jawab secara profesional mengenai pemahaman
ilmu bahan dan teknologi KG (S1)
2. Mampu memahami manipulasi bahan-bahan KG dan (KU1)
3. Mampu memahami kegagalan manipulasi dan penanganannya (KK4)
3
IV. SKENARIO
Mahasiswa kedokteran gigi semester awal sedang melakukan praktikum untuk pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan basis akrilik. Prosedur awal mahasiswa melakukan pencetakan model
rahang atas dan rahang bawah. Beberapa mahasiswa gagal melakukan prosedur pencampuran
bahan cetak. Sedangkan yang berhasil tahap pencampuran lanjut ke tahap pengecoran untuk
mendapatkan model kerja, selanjutnya membuat cengkeram, basis dari wax dan pemasangan
gigi artifisial. Tahap selanjutnya yaitu prosesing akrilik.
V. Kata Kunci
1. Pencetakan model rahang atas dan rahang bawah
2. Kegagalan pencampuran bahan cetak
3. Model Kerja
4. Cengkeram
5. Basis dari wax
6. Gigi artifisial
7. Prosesing Akrilik
VI. Pertanyaan penting
1. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan cetak
2. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan gipsum
3. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan cengkram dental
4. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan Dental Wax
5. Jelaskan jenis, komposisi dan sifat bahan Resin Akrilik
6. Jelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Bahan cetak Alginat
7. Jelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Bahan Gips
8. Jelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Dental Wax
9. Jelaskan kegagalan yang terjadi saat manipulasi Resin Akrilik
4
d. Kuliah interaktif dalam kelas besar
e. Aktifitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan buku
ajar, majalah, slide, tape, video dan internet
5
VIII. PROSES PEMECAHAN MASALAH
Dalam diskusi kelompok tutorial, mahasiswa diharapkan dapat memecahkan masalah
yang terdapat dalam skenario di atas, dengan mengikuti 7 langkah di bawah ini:
a. Mengklasifikasi istilah yang tidak jelas dan menentukan kata/kalimat kunci dalam
skenario;
b. Mengidentifikasi masalah dasar dalam skenario dengan membuat pertanyaan
penting;
c. Menjawab dan mengklasifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut;
d. Menganalisa masalah-masalah tersebut;
e. Menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
f. Mencari informasi tambahan tentang skenario yang di atas;
g. Melaporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi yang baru ditemukan.
Keterangan:
a. Langkah 1 s/d 5 dilakukan dalam diskusi tutorial pertama dengan fasilitasi seorang
tutor.
b. Langkah 6 dilakukan dengan belajar mandiri, dapat dilakukan dengan
berkelompok atau sendiri-sendiri, yang kemudian didiskusikan ulang bersama
kelompok (tanpa kehadiran tutor)
c. Langkah 7 dilakukan dalam diskusi tutorial kedua dengan fasilitasi seorang tutor.
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang diperlukan
untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses langkah 6 bisa diulangi lagi dan
selanjutnya dilakukan lagi langkah 7. Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang diluar
kelompok tutorial, dan setelah informasi dianggap cukup, maka laporan dilakukan dalam
diskusi akhir, biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi panel dimana semua pakar duduk
bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang masih belum jelas.
6
IX. TUGAS UNTUK MAHASISWA
Untuk menyelesaikan modul pembelajaran akan dilakukan pertemuan dalam kelas besar
dengan tatap muka satu arah dan tanya jawab. Pertemuan in bertujuan untuk menjelaskan
cara menyelesaikan modul, membagi kelompok diskusi, dan pembagian modul.
a. Diskusi tutorial 1: Mahasiswa akan berdiskusi dalam kelompok kecil yang
difasilitasi oleh tutor. Diskusi akan dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih.
Tujuan:
i. Memilih ketua, sekretaris dan notulen kelompok;
ii. Curah pendapat (brainstorming) untuk proses seven jumps, langkah 1 – 5;
b. Belajar mandiri: Belajar aktif secara individu dan kelompok dengan tujuan untuk
mencari informasi ilmiah baru yang valid/sahih yang diperlukan untuk menjawab
tujuan pembelajaran.
Masing-masing mahasiswa kemudian membuat penugasan dalam bentuk penugasan
individu untuk menuliskan laporan tentang tujuan pembelajaran sebagai bahan
diskusi kelompoknya. Penugasan individu dibuat dalam bentuk tertulis, diketik dan
diserahkan ke tutor masing-masing untuk dikoreksi dan dinilai. Penugasan yang telah
dikoreksi akan diserahkan kembali kepada mahasiswa. Tutor memberikan penilaian
penugasan individu mahasiswa dan diserahkan ke ketua blok matakuliah.
c. Diskusi tutorial 2: Mahasiswa akan berdiskusi dalam kelompok kecil yang
difasilitasi oleh tutor. Diskusi akan dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih.
Tujuan: untuk melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri
dan melakukan klarifikasi, analisa dan sintesa dari semua informasi ilmiah yang
relevan dengan tujuan pembelajaran.
d. Diskusi mandiri; Bila informasi telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk
membuat laporan penyajian dan laporan tertulis. Diskusi mandiri bisa dilakukan
berulang-ulang di luar jadwal.
Setiap kelompok mendapatkan penugasan kelompok yang disusun dalam bentuk
laporan lengkap dan disajikan dalam bentuk power point presentation pada diskusi
7
panel. Tutor memberikan penilaian penugasan kelompok dan diserahkan ke ketua
blok matakuliah.
4. NAMA FASILITATOR
8
BAHAN BACAAN UTAMA:
1. Anusavice, KJ, Shen C., Rawls HR., , Phillips’ Science of dental materials, 12 st Ed., Elsevier
Science, St. Louis. 2013
2. Craig’s
3. Mc Cabe JF and Walls AWG Applied Dental Material. 9th ed. Blackwell Science Publ. 2008
4. John J manappallil, Basic Dental Material,ed 4. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
2016
5. Zohaib Khurshid, Shariq Najeeb, Muhammad Sohail Zafar, Farshid Sefat. Ed, Advance Dental
Biomaterials , Woodhead Publishing , Elsevier
6. Schmalz G, Arenholt-Bindslev D. Biocompatibility of Dental Materials, Springer, Berlin. 2009
8. Van Noort R. Introduction Dental Materials. 4rd ed. Mosby.Elsevier Science Limited. Edinburgh,
London, New York. 2013.
9
Teori
Resin akrilik
1.1 Defenisi
Adalah Berasal dari bahasa latin artinya acrolain yaitu bau yang tajam, đimana bahannya
berasal đari asam acrolain artau gliserin aldehida atau nama kimianya polymetil yang terbuat dari
minyak bumi, gas bumi dan arang batu, di dalam kedokteran gigi bahannya cair (monomer) dan
membentuk bubuk (polimer).
Polimer alami merupakan makromolekul yang terdiri dari beberapa molekul kecil. Poly
(methyl Methacrylate) merupakan poly yang memiliki struktur kimia dan derivat dari methyl
methacrylate. Pertengahan tahun 1910 Polymethyl methacrylate resin sudah dipabrikkan dan
digunakan. Polymethyl methacrylate murni tidak berwarna (transparan) dan wujudnya solid
transparan (bening). Untuk kepentingan kedokteran gigi, polimer diberi beragam warna, polymethyl
melacrylate sebagai basis gigi tiruan tersedia dalam powder dan liquid. Liquidnya mengandung
nonpolymer methyl methacrylate dan powdernya mengandung predominan prepolimer polymethyl
mechaaylate resin.
Resin akrilik juga sering đigunakan sebagai bahan denture base, plat orthodontic, pembuatan
elemen gigi tiruan (artificial teeth) dan juga sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak.
a. Klasifikasi
Menurut ISO 20795-1:2013
1.Type I – Heat-polymerizable polymers
Class 1 – Powder and liquid
Class 2 – Plastic cake
3. Type 2 – Autopolymerizable polymers
Class 1 – Powder and liquid
Class 2 – Powder and liquid for pour-type resins
4. Type 3 – Thermoplastic blank or powder
5. Type 4 – Light-activated materials
6. Type 5 – Microwave cured materials
Berdasarkan Thermalnya :
•• 1. Thermoplastic
2.Thermosetting
a. Heat cured
Ketika kuvet dibuka dan selelah wax climination, mold dibersihkan setelah itu
dipergunakanlah resin akrilik (resin derttre base material) yang nantinya akan dimasukkan ke
dalam mold dan mengalami proses polimerisasi.
Heat activated denturo Inao resins (Resin basis gigi tiruan yng diaktifkan panas) biasa
digunakan unuk membuat basis gigi tiruan penuh Suhu/termal dibutuhkan untuk proses
polimerisasi.
b. Self Cured
Adalah resin akrilik yang teraktivasi secara kimia akrilik ini juga dinamakan
autopolymerizing, dapat juga disebut chemical activated materialis, ketika pengolahan tidak
memerlukan panas. Secara komposasi self cured ini sama dengan bahan heat cured bedanya
ada komposisi tambahan untuk self cured cairanya mengandung bahan activator. Zat activalor
termasuk galongan amina organic pada umumya jadi self cured menggunakan dimethyl
paraloludine alan amina lentier. guna resin akrilik self cured ni untuk bahan restorasi, sebagai
bahan pengisi yang aktif untuk pembentukan sendok cetak, reparasi gigi tiruan relining dan
landasan gigi tiruan alas.
C. Light Cured
Lighl-Cued acrylic resin adalah resin yang polimerisasinya mengganakan cahaya
tampak. Resiin ini pertama kali digunakan secara umum pada tahun 1984 sebagai baseplate.
Resin ini tersedia dalam bentuk lembaran yang memiliki konsistenši seperti tanah liat. Resin
menguntungkan karena membuat working time lebih efektif dan efisien!
1.3 Sifat
a. Heat Cured
Sifat Fisik
Warna dan Persepi Warna
Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya warnanya sama
dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan dengan estetika, dimana harus
menunjukkan translusensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan
penampilan jaringan mulut yang digantikannya. Selain itu harus dapat diwarnai atau
di pigmentasi, dan harus tidak berubah warna dan penampilan selelah pembentukkan
Stabilitas Dimensional
Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam
kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah. Stabilitas dimensional dapal
dpengaruhi oleh proses, molding, cooling. polimerisasi, absobsi air dan temperatur
tinggi (Amnavice. 2003)
Abrasi dan ketahanan
Kekerasan merupakan matu sifat yang sering kali digunakan untuk mem
perkirakan ketahanan ans suatu bahan dan kemampuan untuk mengikis struktur gigi
lawannya. Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya
sebuah substansi / zat. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatkan
kerusakan dan terbentuknya pecahan /fraktur. Namun resin akrilik keras dan memiliki
đaya tahan yang baik terhadap abrasi
Creep ( Tekanan)
Crep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari suatu
bahan di buwah muatan statis dan tekanan konstan. Akrilik mempurya sifat cold flow.
yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemndian
ditiadakan. maka akan berubah bentuk secara permanen
Thermal cunducivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan logam,
penghantar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 I detik / cm / 0C/ cm2 (
Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang
telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek: negatif
terhadap kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah poros
Sifat Mekanik
Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari
bahan bila terkena gaya alau didistribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigi tiruan
terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan
Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan
tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin
akrilik Kekuatan Impak
Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin
akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigi tiruan akrilik
jatuh ke atas permukan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur
Fatique
Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat
fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakain gigi tiruan yang tidak didesain
dengan baik sehingga baris gigi tiruan melengkung setiap menerima tekanan
pengunyahan Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi punas adalah 1,5 juta
lengkungan sebelun patah dengan beban 2500 lb/m2 pada area maksimum 17 MPa
Crazing
Crazing merupakan terbetluknya goresan alam keretakan mikro. Crazing pada
resin transparan menimbulkan penampilan berkabut aaui tidak tenang. Pada resin
berwarna, menimbulkan gambaran putih
Crazing kadang-kadang muncul berupa kumpulan retakan puda permukaan
gigi tiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigi tiruan. Retakan-retakan ini
dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme berikut. Pertama, apabila pasien
memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigi tiruannya dam membiarkannya kering,
siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan
stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua,
penggunaan anasir gigi tiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di
daerah sekitar leher anasir gigi tiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi
termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama perbaikan
gig itiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah
mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat. crazing ini dapat dikurangi
oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer
Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15
kg/mm. Nilai kekerasan tersebut menujukkan bahwa resin akrilik relatif lunak
dibandingkan dengan logam dan mengalibatkan basis resin akrilik cenderung menipis.
Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi
pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah
besar (Combe, 1992).
Sifat kimia
Penyerapan Air
Penyerapan air slealu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang Iebih besar
pada bahan yang Iebih kasar.Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, meskipun
tidak signifikan Penelitian Chene Yi-Yung (1994) menemukan balıwa penambalhan
berbagai serat pada resin akrilik menujukkan perubahan dimensi yang kebih kecil selama
perendaman dalam air.
Stabilitas Warma
Yn-lin Li dkk. (2003) mempelajari stabililas wama dan ketahanan terhadap stain
dan nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akriilik
menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.
Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki
stabilitas warna yang baik
Sifat biologis
b. Self Cured
Sifat fisik
Sifat kimiawi
Kekuatan impak
Fatique
Crazing
Sifat mekanik
Penyimpan Air
Sifat biologis
pembentukan Koloni Bakteri
C. Light Cured
Hardness 16-22 KIIN
Thermal conduclivily rendah
Shrinkage
Penyerapan Air 0.45 mg/cm2
Estetika bagus, dapat diwarnai sesuai kebutuhan (karena dasarnya tidak berwana)
Tidak memliki rasa
Mudah retak
Stabilitas dimensional baik
Tidak larut dalam air di cairan intraoral, tetapi larut dalam keton, ester, dan
chlorinated hrydrocarbons '
1.4 Komposisi
a. Heat Cured
Ada komponen powder dm liquid.
Komponen Powder mengandung:
-prepolimer polymetlyl methacrylate
-benzoyl peroxide (dalam jumlah kecil) sebagai inisiator yang bertanggng jawab untuk memulai
proses polimerisasi.
Komponen liquid mengandung:
Manomer methyl methacrylate (yang mengandung sejumlah kecil hydroqunone),hydroquinone
ditambahkan sebagai inhibitor yang mencegah polimerisasi atau setting liquid selama penyimpanan
Inhibirtor juga memperlambat prosesi curing dengan demikian meningkatkan working time.
b. Self Cured
Powder
Poly ( methyl methacrylate)
Benzoil peroxide
Activator ( dimethyl paratoluidin)
Liquid
methyl methacrylate
hydroquinone
ethylene dimethacrylate.
c. Light Cured
Komposisi dari resin ini serupa dengan resin heat-cured, tetapi ada beberapa komponen yang berbeda
yaitu:
Urethane Dimethyterylate filter anorganik control reologi
Microfine Silica filter anorganik
Acrylic Resin Beads filler organik (reduksi sifat mekanis saat pengerasan)
Camphanquinne - fotoinisiator (inisiasi akivasi pada polimerisasi)
1.5 Cara Manipulasi
a. Heat Cured
Selelah bubuk dam cairan dicampur dengan perbmdingan yang telah ditentukan dan tepat,
maka adonan atau campuran akrilik akan mengalani 4 tahap yaitu:
Tahap pertama (wet sand stage) : tahap basah, adonan sepenti pasir Iaut
Tahap kedua (sticky stage) : tahap lengket dimana tahap ini adonan ditarik (tacky fibrous)
selama polimer mulai menyatu atau larut pada monomer
Tahap ketiga (dough/gel stage) : tahap lembut, dimana terdapatnya adonan yang halus,
homogen dan liat. Pada tahap ini adonan sangat cocok untuk dimasukkan ke dalam mould
Tahap keempat (rubbery-hard stage) : tahap kaku adonan sudah menjadi kaku tidak dapat
dibentuk Iagi.
b. Self Cured
Rasio polimer monomer adalah 3.1. Hal ini akan memberikan monerner yang cıkup untuk
membasahi keseluruhan partikel polimer Ada dua jenis cama munipulasi resin akrilik, yaitu teknik
molding-tekanan dan teknik molding-penyuntikan
1. Teknik Molding-Tekanan
Susunan gigi tiruan đisiapkan untuk proses penanaman
Master model ditanam didalam dental stone yang dibentuk dengan tepat.
permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk
memudahkan posedur pembukaan kuvet.
Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini, dental stone diaduk
dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan diletakkan pada tempatnya dan stone
dibiarkan mengeras. Setelah proses pengerasan sempurna malam dikeluarkan dari mould.
Untuk melakukaunya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit. Kuvet
kemudian dikeluarkan atau dangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka. Kemudian
malam Irur dikeluarkan. Penempatan medium pemisah berbasis alginat untuk melindungi
bahan protesa .
2 Teknik Molding-Penyuntikan
Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master diletakkan ke dalam
stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan mengeras.
Sprue diletakkan dalam basis malam
Permukaan oklusal dan insisal gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk memudahkan
pengeluaran protesa.
Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua kuvet disatukan kembali.
Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
Resin dibiarkan dingin dan memadat.
Kuvet dimasukkan kedalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu bahan terpolimerisasi,
resin bahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan,
diproses akhir, dipoles
C. Light Cured
Resin yang berupa lembaran tanpa monomer ini dapat digunakan secara langsung sesuai
dengan bentuknya tanpa menggunakan kuvet. Resin dibentuk langsung diatas cetakan rahang. Lalu
resin yang telah dibentuk dimasukan kedalam sebuah alat seperti oven yang didalamnya terdapat
lampu halogen bercahaya biru dengan panjang cahaya 450- 500 nm. Karena adanya fotoinisiator
pada resin ini. maka terjadilah polimerisasi pada resin akrilik setelah dipaparkan oleh cahaya. Resin
yang terdapat didalam “oven” mengalami rotasi, hal ni terjadi agar distribusi cahaya merata
a. Light Cured
Polimerisasi merupakan persamaan senyawa berat molekul rendah yang disebut monomer ke
senyawa berat molekul besar yang đisebut polimer
Ketika sulu naik terlalu cepat dapat memengaruhi monomer yang nantinya bisa memproduksi
porus, dapat dicegah dengan menaikkan suhu dengan perlahan-lahan selama poses
polimerisasi.
Dapat terjadi porositas akibat suhu yang mendadak.
Hasil polimerisasi unuk pembentukan basis gigi tiruan cenderung sukses dan cepat dan
bervariasi, mulai dari ukuran, bentuk, dan ketebalan
Suhu disini selain dengan perebusan dengan menggnakan air dapat juga menggunakan
microwave
Kekurangan
kekurangan
elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini dapat merusak
jaringan rongga mulut
Jenis-jenis porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilk yang dapat
mengalami polimerisasi yang dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada
kekuatan dan sifat-sifat akrilik
Porositas terbagi menjadi 2 jenis:
1) Porositas karna gas yang terperangkap:
a) Pinhole porosity
b) Gas inclusions
c) Subsurface porosity
d) Back pressure porosity
2) Porositas karna kesalahan pencampuran:
a) Localized shrinkage porosity
b) Microporosity
c) Suck-back porosity
B. Kurangnya tekanan yang memadai
Kurangnya tekanan selama polimerisasi atau jumlah adonan yang tidak mencukupi dalam
cetakan selama penutupan akhir menyebabkan gelembung yang tidak berbentuk bola. Warna
resin lebih terang.
Dapat dihindari dengan menggunakan sesuai jumlah adonan yang dibutuhkan.
CRAZING
Meskipun perubahan dimensi mungkin terjadi selama relaksasi tekanan, perubahan ini umumnya
tidak menyebabkan kesulitan klinis. Sebaliknya, relaksasi tekanan mungkin menimbulkan sedikit
goresan permukaan yang dapat berdampak negatif terhadap estetika dan sifat fisik suatu
gigitiruan. Terbentuknya goresan atau retakan mikro ini dinamakan crazing. Secara klinis, crazing
terlihat sebagai garis retakan kecil yang nampak timbul pada permukaan gigitiruan. Crazing pada
resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin berwarna,
crazing menimbulkan gambaran putih
Perbaikan basis akrilik dapat dilakukan dengan melalui aktivasi Heat cured, atau Self cured
Perbedaan mendasar dari bahan cetak berdasarkan mekanisme setting adalah Chemical
Reaction yang merupakan mekanisme setting yang tidak dapat berubah bentuk kembali
saat diberikan reaksi karena mekanisme setting yang bersifat kimia, berbeda dengan
termal reaksi yang apabila telah mengalami setting time maka dapat berubah bentuk
kembali apabila diberikan rangsangan termal dan dapat kembali kebentuk semula.
C. Irreversible hidrocolloide
A. Definisi Irreversible hidrocolloide
Hidrokoloid irreversible (ANSI/ADA) adalah polisakarida alam yang umumnya
terdapat pada dinding sel dari semua spesies alga coklat (pheaophyceae) yang pertama
dipatenkan pada tahun 1881 di inggris. Bahan ini larut air, seperti natrium, kalium. Bila
bahan ini dicampur dengan air, bahan tersebut dapat membentuk sol yang kemudian
mengalami setting.
Secara kimia, terdiri dari polisakarida yang tersusun oleh dua jenis asam uronat, yang
tersusun dalam tiga jenis pengelompokan yaitu kelompok yang terdiri dari manuronat dan
guluronat yang berselang-seling (MGMG-MGM.....), kelompok asam guluronat
(GGGGGG...) dan kelompok asam manuronat (MMM-MMM....)
Reaksi kimia irreversible hidrocolloid
Awalnya natrium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat saat proses working time.
Selanjutnya setelah natrium fosfat bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan natrium
alginat untuk membentuk ikatan tidak larut kalsium alginat yang nantinya membentuk gel
dengan air.
B. Komposisi Irreversible hidrocolloide
Bahan aktif utama atau yang menjadi komponen dasar dari irreversible
hidrocolloide adalah odium, potassium, atau triethanolamine irreversible hidrocolloide,
beberapa komposisi irreversible hidrocolloide yang diuraikan pada table dibawah ini:
BIOKOMPATIBILITAS
Bahan irreversible hidrocolloid sangat jarang dijumpai mengakibatkan alergi, dan bahan ini
sangat biocompatible, namun bubuk dari irreversible hidrocolloid apabila terhirup yang
memiliki kandungan silica dapat membuat alergi tapi sangat jarang terjadi
ADHESI
Bahan irreversible hidrocolloid mampu melekat dengan baik pada sendok cetak, karena adhesi
sangat dibutuhkan untuk retensi bahan cetak.
D. Cara manipulasi
Bahan cetak irreversible hidrocolloide merupakan bahan cetak yang dikerjakan dengan teknik
yang tepat untuk memperoleh hasil yang baik:
1. Siapkan bahan irreversible hidrocolloide yang terdiri dari powder dan liquid dengan
rasio 2:1, takaran 2 untuk powder sedangkan liquid 1, namun acuan yang tepat
biasanya terdapat pada petunjuk pabrik.
2. Setelah itu masukkan kedalam rubble bowl menggunakan sendok takar tadi, yang
umumnya liquid terlebih dahulu kemudian liquidnya.
3. Setelah tercampur maka lakukan pengadukan dengan angka 8 sambil menekan pada
bahan dengan cepat hingga homogen.
4. Setelah itu aplikasikan kepada sendok cetak secara menyeluruh dimulai dari kiri
ataupun kanan hingga merata pada setiap permukaan sendok cetak.
5. Insersikan sendok cetak untuk mencetak rahang baik rahang atas dan rahang bawah.
6. Untuk mengetahui setting time maka dapat dilihat dari bahan yang tersisa pada bowl
yang dapat menjadi acuan setting time irreversible hidrocolloide.
E. Setting time
Setting time sangat dipengaruhi oleh dari bahan irreversible hidrocolloide dan suhu
dari liquid yang digunakan, waktu yang ideal untuk irreversible hidrocolloide mengalami
setting time adalah 3-4.5 menit yang merupakan waktu normal, sedangkan waktu yang
cepat dari bahan irreversible hidrocolloide untuk setting adalah 1,5-3 menit. Hal tersebut
juga dipengaruhi bahan tambahan seperti pemberian bahan retarder yang merupakan
bahan yang memperlambat setting time dan bagan accelerator yang merupakan bahan
yang dapat mempercepat setting time pada irreversible hidrocolloide. Pada table dibawah
ini memperlihatkan proses setting time yang dipengaruhi oleh suhu air yang digunakan.
Secara rinci bahan cetak ini memiliki dua jenis atau tipe yaitu normal setting time dan
fast seting time. Berdasarkan tipe tersebut dibagi menjadi Mixing time: Fast setting
time: 45 s dan Normal setting time: 60 s, Working time: Fast time: 1,1/4 menit dan
Normal : 2 menit, Setting time: Fast time: 1,5-2,00 menit Normal : 3-4,5 menit
F. Kesalahan manipulasi
Proses manipulasi atau manufacturing bisa saja terjadi sebuah kesalahan yang terjadi akibat
beberapa hal:
1. Perbandingan powder dan liquid
Powder dan liquid adalah aspek yang sangat penting yang diperhatikan dalam proses
manipulasi irreversible hidrocolloide, rasio yang ideal harus dilihat dalam petunjuk
pabrik yang umumnya 2:1 takaran powder dan liquid. Hal tersebut apabila tidak
sesuai maka konsistensi bahan akan kental ataupun mengeras dan waktu setting time
susah untuk dikontrol sehingga manipulasi bahan akan menjadi gagal.
2. Pengadukan bahan
Pengadukan bahan irreversible hidrocolloide bergantung pada keahlian seseoarang
dalam melakukannya, teknik yang umum mengaduk dengan angka 8 yang dilakukan
dengan cepat agar dapat mengontrol setting time. Proses pengadukan bahan yang
terlalu lama maka konsistensi akan menjadi tidak ideal untuk dijadikan bahan cetak
dan juga apabila bahan terlalu cepat diaduk maka bahan tidak akan homogeny
sehingga porositas pada bahan cetak bisa terjadi dan akan menjadi kasar.
ELASTOMER
Bahan elastomer pertama yang diperkenalkan ke kedokteran gigi adalah karet alam yang
digunakan sebagai bahan dasar gigi tiruan pada tahun 1850. Itu disebut vulkanit karena dirubah
menjaadi karet alami melalui proses vulkanisasi.
Elastomer terdiri dari sekelompok bahan cetak berbasis polimer sintetik yang secara kimiawi
berhubungan silang ketika setting dan dapat diregangkan namun dengan cepat akan kembali ke
dimensi aslinya.
KLASIFIKASI :
Berdasarkan kimia:
1. Polysulfide
4. Polyether
Berdasarkan viskositas
1. Light body atau syringe consistency
SILIKON ADISI
Pengertian Silikon adisi
Silikon adisi sering juga disebut dengan bahan cetah polyvinyl siloxane (PVS) vinyl
polysiloxane (VPS). Berbeda dengan silikon kondensasi, silikon adisi didasarkan pada polimerisasi
tambahan antara divinylpolysiloxane dan polymethylhydrosiloxane dengan platinum salt sebagai
katalis. Silikon adisi baru diperkenalkan setalah silikon kondensasi dan memiliki sifat yang lebih
baik.
Komposisi silikon adisi
Base Accelerator
Poly (methyl hydrogen siloxane) Divinyl polysiloxane
Other siloxane prepolymers Other siloxane prepolymers
Fillers Fillers Platinum salt—catalyst
(chloroplatinic acid)
Palladium or hydrogen absorber
Retarders
Fillers
4. Implan
7. Sangat hidrofobik
Dilakukan dengan memilin kedua pasta dalam jumlah yang sama hingga homogen
b. Static mixing
Menggunakan dua katrid silinder yang berisi pasta basis dan pasta katalis secara
terpisah
c. Dynamic mechanical mixing
Menggunakan mesin yang akan mendorong bahan keluar melewati mixing tip
Pembuatan cetakan dilakukan dengan tiga teknik:
a. Teknik Single-mix
3) Bahan yang berada di dalam syringe diinjeksikan ke area yang telah dipreparasi
b. Teknik multiple-mix
3) Bahan light bodied diletakkan di syringe dan diinjeksikan di area yang telah
dipreparasi
c. Teknik Putty-wash
Digunakan untuk bahan putty dan light bodied
1) Takar base dan katalis putty dengan jumlah yang sama
2) Campurkan keduanya hingga homogen dengan gerakan memilin
3) Letakan campuran pada sendok cetak
4) Letakkan plastic diatas sendok cetak yang telah berisi campuran pasta yang akan
berguna sebagai tempat untuk persiapan cetakan akhir
5) Tunggu sampai cetakan putty set dan keluarkan dari rongga mulut
6) Lakukan cetakan akhir menggunakan light body yang diinjeksikan di tray dan juga pada
area yang telah dipreparasi setelah melepaskan plastik
2. Mudah dimanipulasi
3. Waktu setting cepat
4. Tersedia dalam berbagai viskositas
5. Dimensi stabil
2. Hidrofobik
3. Sarung tangan berbahan lateks dapat menghambat proses setting dari silicon adisi dalam
bentuk putty
GYPSUM
1. Pengertian dan fungsi
Gypsum adalah mineral bubuk putih alami dengan nama kimia kalsium sulfat
1
dihidrat (CaSO4-2H2O). Produk gypsum digunakan secara luas dalam kedokteran gigi.
Mineral gipsum CaSO4·2H2O biasanya berwarna putih hingga putih kekuningan dan
ditemukan sebagai massa kompak. Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran
gigi didasarkan pada kalsium sulfat hemihidrat (CaSO42)2·H2O.2 Reaksi kalsium sulfat
hemihidrat dengan air membentuk kalsium sulfat dihidrat digambarkan dengan reaksi
berikut:
Fungsi utama dari produk gipsum dalam kedokteran gigi yaitu pembuatan model & die,
sebagai bahan pengikat untuk suatu jenis bahan tanam tuang (investment material) dan bahan
cetak (impression plaster) Selain itu kegunaan lain dari dental gipsum ini adalah untuk
pekerjaan-pekerjaan didalam laboratorium dental, misalnya, untuk mengfikser model pada
artikulator atau okludator, untuk menanam model didalam kuvet (dental flask) pada
pembuatan protesa dan lain sebagainya.
2. Klasifikasi
Spesifikasi ADA/ANSI No. 25/ ISO 6873:1998 mengklasifikasikan lima jenis
produk gypsum, yaitu:2,3,4
a. Type 1 Dental plaster, impression
Karena kekakuannya (tidak elastis), gips tipe ini sering kali terjadi fraktur dan
untuk saat ini jarang digunakan lagi untuk membuat cetakan gigi karena telah diganti
dengan bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer. Kegunaan gips
tipe ini adalah untuk membuat cetakan gigi edentulous. 4 Komposisi gips ini terdiri
dari dental plaster + K2SO4 + Borax + bahan pewarna dan perasa.2
3. Komposisi
Saat mengalami proses kalsinasi, kalsium sulfat dihidrat (CaSO 4·2H2O) dipanaskan
dalam suhu tinggi untuk menghilangkan kandungan airnya dan berubah menjadi bentuk
kalsium sulfat hemihidrat ((CaSO42)2·H2O) dan dan jika dipanaskan dalam suhu yang lebih
tinggi, akan terbentuk kalsium sulfat (anhidrat).8
4. Cara manipulasi
A. Proporsi
Untuk mengamankan kekuatan maksimum, rasio air / bubuk rendah harus
digunakan. Air harus diukur dan bubuknya ditimbang.
B. Rasio Air / Serbuk
Rasio W / P adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan sifat fisik
dan kimia dari produk akhir. Contoh Semakin tinggi rasio air-bubuk, semakin lama
waktu pengaturan dan semakin lemah akan menjadi produk gipsum. Oleh karena itu,
rasio air / bubuk harus dijaga serendah mungkin tetapi pada saat yang sama cukup
untuk menghasilkan campuran yang bisa diterapkan.
C. Instrumen
Rubber bowl / plastik fleksibel, spatula.
D. Prosedur Pengadukan
Bubuk ditambahkan air dan dicampur menggunakan spatula. Spatula harus
memiliki pisau yang kaku dan pegangan yang nyaman untuk dipegang. Air yang
sudah ditakar ditempatkan dalam rubber bowl dan bubuk yang sudah ditimbang
dicampurkan ke dalam air. Campuran kemudian diaduk dengan kuat, dengan menyeka
bagian dalam rubber bowl secara berkala dengan spatula untuk memastikan
pembasahan semua bubuk dan memecah bubuk yang memadat. Pengadukan
dilakukan hingga campuran homogen, biasanya dalam satu menit. Waktu spatulasi
yang lebih lama secara drastis mengurangi setting time. Vibrasi segera setelah
pencampuran dan selama penuangan gipsum untuk menghindari porositas. Porositas
harus dihindari, karena porositas dapat menyebabkan titik lemah dan ketidakakuratan
permukaan. Setelah dituang, bahan gipsum harus dibiarkan mengeras selama 45
hingga 60 menit sebelum cetakan dan gips dipisahkan dan didesinfeksi. Model dapat
didisinfeksi dengan cara direndam dalam larutan 1:10 natrium hipoklorit selama 30
menit atau dengan semprotan iodophor mengikuti instruksi pabrik.
E. Mechanical Mixing
Alat ini menghasilkan cetakan yang lebih kuat dan lebih padat. Namun,
peralatan itu mahal. Contoh: vibrator
5. Setting Time bergantung pada:
a. Impurities
Jika dehidrasi yang tidak sempurna terjadi dalam proses pembuatannya, maka
kristal-kristal dehydrate ini kan menjadi pusat-pusat kristalisasi dan kristalisasi berjalan
cepat dan mempercepat pula setting time.bila terdapat hexagonal calsium sulphate
(heksagonal anhydrate) akan mengurangi periode induksi (yaitu waktu reaksi permulaan
dimana bila ada kenaikan tempratur, maka reaksi akan berjalan lebih cepat.sedangkan
bila terdapat orthorhombic sulphate (orthorhombic anhydrate) akan meningkatkan
periode induksi sehingga reaksi berjalan lambat.
b. Kehalusan
Semakin halus ukuran partikel hemihydrate, semakin cepat campuran mengeras,
khususnya jika produk telah digiling selama pembuatannya di pabrik. Tidak hanya
tingkat hemihydrate yang meninhgkat, tetapi juga pusat pusat kristalisasi lebih banyak
sehingga proses kristalisasi berjalan dengan cepat
c. Rasio WIP
Semakin banyak air yang digunakan untuk pencampuran, semakin sedikit nukleus
per unit volume. Akibatnya, setting time akan lebih panjang.
e. Suhu
Walaupun pengaruh suhu pada setting time kemungkinan tidak menentu dan
dapat bervariasi dari satu plester (stone) ke yang lain, sedikit perubahan terjadi antara 0
"C (32" F) dan 50 "C (120" F.). Jika suhu campuran plaster melebihi 50 "C (120" F),
retardasi bertahap terjadi. Dan saat suhu mendekati 100 "C (212" F), reaksi tidak
berlangsung.
f. Accelerator dan Retarder
Cara praktis yang mungkin paling efektif untuk mengontrol waktu setting adalah
penambahan modifikasi kimia kepada campuran. Bila bahan kimia tambahan ini
menurunkan atau mempercepat waktu setting maka ia dikenal sebagai accelerator. Bila
meningkatkan / memperlambat waktu setting dikenal sebagai retarder.
Retarder umumnya bekerja dengan membentuk suatu lapisan absorbed pada
hemihydrate untuk mengurangi daya larutnya dan menghambat pertumbuhan
kristal2 gipsum.
Contoh: -Potassium acelate/citrate borax (𝑁𝑎2 𝐵4 𝑂7 ), gelatin, glue.
Beberapa garam anorganik dalam konsentrasi kecil dapat bekerja sebagai
accelerator tetapi jika konsentrasinya dinaikkan ia dapat menjadi retarder
Contoh Accelarator: 𝐾2 𝑆𝑂4 2-3%, Na Cl 4%, Garam Rochelle.
Bahan Klamer
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan klamer adalah sebagai berikut 3:
A. Campuran Logam Mulia
1. Emas
2. Palatinum Gold Palladium
B. Campuran Logam Tak Mulia
1. Stainless Steel
2. Nikel-Chromium
3. Cobalt Chromium
4. Nikel-Cobalt Chromium
Sifat Fisik :
1. Kekuatan besar, sedangkan kekuatan yang diperoleh berasal dari kandungan nikel yang
terkandung
2. Cukup elastis/lentur, cengkram atau klamer harus bersifat lentur agar mudah dibentuk namun
tak mudah mengalami perubahan setelah dibentuk
3. Ketahanan tinggi, tahan terhadap sifat asam ataupun suhu yang tinggi pada makanan atau
minuman yang di konsumsi, namun pada suhu 400-900 derajat celcius terjadi pelepasan
kandungan kromium sehingga mengurangi ketahanan terhadap korosi
Syarat-Syarat Klamer
1. Mudah dibentuk
2. Memberikan retensi yang baik
3. Tidak menghalangi oklusi dan artikulasi
4. Klamer tidak aktif
5. Tidak menyentuh jaringan lunak
6. Cukup elastis
7. Dari bahan biokompatibilitas dan tidak memicu alergi maupun reaksi kimia
8. Diameter sesuai indikasi klinis
9. Ujung klamer tidak boleh tajam
10. Permukaan klamer tidak ada bekas gigitan tang
11. Klamer berkontak baik dengan permukaan gigi
Kekurangan
1. Yield strength rendah
2. Springback rendah
3. Harga mahal
Kelebihan
Kekurangan
Wax adalah bahan lentur yang dikumpulkan oleh serangga / didapatkan dari
tumbuh-tumbuhan. Wax dental adalah campuran dua atau lebih bahan sintetis dan alami
seperti lilin, damar, zat pewarna dan bahan tambahan lainnya. Digunakan dalam bidang
kedokteran gigi untuk membuat cetakan, membuat konstruksi gigi palsu non logam,
membuat catatan tentang hubungan rahang, sebagai bahan penolong kerja laboratorium.
Dental wax merupakan kombinasi dari wax, resin alami dan resin sintetik yang
digunakan pada pembuatan pola, correction impression, bite registration, dan proses
laboratorium dalam pembuatan restorasi indirect.
Pembuatan berbagai alat gigi sering membutuhkan bahan wax yang mempunyai
sifat-sifat fisis berlainan untuk tujuan-tujuan tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut wax gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintesis. Ada tiga tipe utama
wax yang dipakai di bidang kedokteran gigi, yaitu hydrocarbon, ester alami dan sintesis.
Kelompok hydrocarbon disubdivisikan lebih lanjut kepada paraffin dan microcrystallin
wax.
B. Komponen Dental Wax
Wax merupakan bahan termoplastis, berbentuk padat pada suhu kamar tetapi
meleleh tanpa mengalami dekomposisi dan membentuk cairan kental pada suhu yang
lebih tinggi. Dental wax biasanya terdiri dari dua atau lebih komponen, dapat berupa wax
alami atau sintetis, resin, minyak (oils), lemak (fats), dan pigmen. Komponen utama
dental wax berupa wax alami atau sintetis.
Perlu dilakukan pencampuran beberapa jenis wax untuk mendapatkan dental wax
dengan sifat yang sesuai dengan kebutuhan. Dua kelompok utama bahan organik yang
terkandung dalam wax adalah hidrokarbon dan ester. Wax terdiri dan kombinasi bahan
organik yang kompleks dan mempunyai berat molekul yang tinggi. Komposisi setiap
jenis wax sangat bervariasi, tergantung sumbernya dan saat pengambilannya.
Wax Alami Wax Sintetis Bahan Tambahan
1. MINERAL Ac rawax C Asam stearat
Parafin Ae rosol OT Gliseral tristearat
Mikrokristalin Castorwax Minyak
Barnsdahl Durawax 1032 Te rpentin
Ozokerite Resin alami
Ceresin rosin
Montan copal
2. TUMBUHAN damar
Canauba shellac
Ouricury Resin sintetis
Candelila Polietilena
Japan wax Polisterina
Cocoa butter
3. INSEKTA
Beeswax
4. HEWAN
Spermaceti
1. Natural wax
a. Parafin (paraffin)
Paraffin berasal dari fraksi petroleum (minyak bumi) dengan suhu tinggi. Komposisinya
berupa hidrokarbon jenuh rantai lurus, mengandung 26-30 atom karbon C, titik
leburnya 40-71o C akan meningkat bila berat molekul bertambah dan akan menjurun
bila mengandung minyak 0,5%.
b. Mikrokristalin (Mycrocrystalline)
Mikrokistalin berasal dari fraksi petroleum. Mikrokristalin mempunyai komposisi
yaitu hidrokarbon rantai bercabang, dengan atom karbon 41 – 50. Wax ini hampir
sama dengan parafin, tetapi lebih tough (tegar) dan fleksibel
c. Ceresin
Ceresin Wax ini diperoleh dari penyulingan minyak bumi dan pemurnian lignit (batu bara
muda). Wax ini keras dan digunakan untuk meningkatkan kisaran leleh dari paraffin.
biasanya berupa wax putih yang diekstrak dari ozokerite. Wax ini memiliki bau yang
agak tidak menyenangkan. Komposisinya berupa hidrokarbon rantai lurus dan
bercabang-cabang.
d. Carnauba
Wax ini tersedia dalam bentuk bubuk halus pada daun palm. Wax ini sangat keras, dan
memiliki titik leleh yang relatif tinggi dan memiliki bau yang menyenangkan. Wax ini
dikombinasikan dengan parafin untuk mengurangi aliran pada suhu mulut.
e. Candelilla
Wax ini dapat ditambahkan sebagian atau seluruhnya untuk menggantikan carnauba wax.
Candelilla wax memiliki kualitas yang sama seperti carnauba wax namun titik
leburnya lebih rendah dan tidak sekeras carnauba wax.
f. Beeswax
Wax insekta yang terutama digunakan di kedokteran gigi. Komposisi wax ini terdiri dari
campuran ester kompleks, terutama mengandung mirisil palmitat, hidrokarbon jenuh
dan tak jenuh, serta asam organik dengan BM tinggi. Memiliki titik lebur 63 – 70 oC.
beeswax getas pada suhu kamar dan plastis pada suhu tubuh. Fungsi dari beeswax
adalah memodifikasi sifat parafin dan merupakan komponen utama sticky wax.
g. Ozokerite
Wax yang ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa Tengah. Wax ini meningkatkan
karakteristik fisik dari paraffin.
h. Barnsdahl
Meningkatkan kisaran leleh dan serta mengurangi aliran paraffin.
2. Wax Sintetis
Contoh :
1. Polietilena
2. Polioksietilena glikol
3. Hidrokarbon halogenasi
4. Hidrogenasi
5. Ester hasil reaksi asam dan fatty alcohol
Untuk wax hidrokarbon, halogenasi dan hidrogenasi ester hasil reaksi asam dan fatty
alcohol, telah disiapkan oleh reaksi dengan natural wax ataupun produk wax, seperti
klorin dalam pembuatan hidrokarbon halogenasi dan hidrogenasi.
C. Klasifikasi Dental Wax
Berdasarkan penggunaannya, wax terdiri dari pattern wax, processing wax dan
impression wax4,5
1. Pattern Wax
Pattern wax yang digunakan dalam pembuatan model dari restorasi gigi seperti
mahkota atau gigi tiruan sebagian dengan menggunakan teknik lost-wax
a. Inlay Wax
Fungsi : Digunakan untuk membuat pola inlay, mahkota atau jembatan.
Sediaan : Lilin ini umumnya tersedia dalam tongkat bundar (dengan panjang 7,5 cm
dan diameter 6 mm) dan terdiri dari beberapa warna-warna seperti merah,
kuning, biru, dan hijau.
Komposisi : parafin, carnauba, ceresin, dan beeswax. Parafin dan ceresin adalah mineral
wax, carnauba adalah plant wax, dan beeswax adalah insect wax.
Menurut ADA/ISO, inlay wax terdiri dari 2 tipe, tipe I (soft) untuk indirect technic
(pola lilin disiapkan di mulut langsung gigi disiapkan) dan tipe II (hard) untuk direct
technic (prosedur di mana pola lilin disiapkan pada cetakan).5
TERMINOLOGI
Alloy : Paduan didefinisikan sebagai logam yang mengandung dua unsur atau lebih, paling tidak
satu di antaranya adalah logam dan semuanya larut dalam keadaan cair.
Logam Mulia : Logam mulia telah digunakan untuk inlay, mahkota dan FPD karena
ketahanannya terhadap korosi di mulut. Emas, platinum, paladium, rhodium, ruthenium, iridium,
osmium, dan perak adalah delapan logam mulia. Namun, di rongga mulut, perak bisa ternoda dan
karenanya tidak dianggap logam mulia.
Precious Metals : Istilah berharga menunjukkan nilai intrinsik logam. Kedelapan logam mulia
juga merupakan logam mulia dan didefinisikan demikian oleh masyarakat metalurgi besar dan
lembaga pemerintah federal, misalnya, Institut Nasional Standar dan Teknologi dan Dewan
Penasihat Material Nasional.
Semua logam mulia berharga tetapi semua logam mulia tidak mulia. Dari delapan logam
mulia, empat sangat penting dalam paduan casting gigi, yaitu, emas, platinum, paladium, dan perak.
Keempatnya memiliki struktur kristal kubik berpusat pada wajah dan semuanya berwarna putih
kecuali untuk emas.
Emas Emas murni adalah logam lunak dan ulet dengan rona 'emas' kuning. Ini memiliki
kepadatan 19,3 gm / cm3 dan titik leleh 1063 ° C. Emas memiliki kilau yang baik dan membutuhkan
polesan yang tinggi. Ini memiliki stabilitas kimia yang baik dan tidak menodai dan menimbulkan
korosi dalam keadaan normal.
Perak Terkadang digambarkan sebagai 'terputih' dari semua logam. Ini memiliki kerapatan
terendah (10,4 gm / cm3) dan titik lebur (961 ° C) di antara paduan casting yang berharga. CTE-nya
adalah 15,7 × 10-6 / ° C yang relatif tinggi.
Kepadatan Palladium adalah 12,02 gm / cm3. Paladium memiliki titik leleh yang lebih
tinggi (1552 ° C) dan CTE yang lebih rendah (11,1 × 10-6 / ° C) jika dibandingkan dengan emas.
Platinum Ini memiliki kerapatan tertinggi (21,65 gm / cm3) titik lebur tertinggi (1769 ° C) dan CTE
terendah di antara empat logam mulia.
Logam Semiprecious : Tidak ada komposisi yang dapat diterima yang membedakan 'berharga'
dari 'semimulia'. Karena itu, istilah semimulia harus dihindari.
Logam Dasar : Ini adalah logam yang tidak mulia. Mereka adalah komponen penting dari paduan
casting gigi karena pengaruhnya terhadap sifat fisik, kontrol jumlah dan jenis oksidasi dan efek
penguatannya. Logam tersebut reaktif dengan lingkungannya dan disebut sebagai 'logam tidak
mulia'. Beberapa logam dasar dapat digunakan untuk melindungi paduan dari korosi oleh properti
yang dikenal sebagai pasivasi. Meskipun mereka sering disebut sebagai tidak bermanfaat, istilah
yang lebih disukai adalah logam tidak mulia. Contohnya Chromium, cobalt, nikel, besi, tembaga,
mangan, dll.
Klasifikasi
Sesuai Dengan Penggunaan
A. Paduan untuk semua restorasi veneer logam dan resin (misalnya, Inlays, post, resin dan
mahkota dan FPD veneer komposit)
B. Paduan untuk restorasi keramik logam (misalnya, Mahkota PFM dan FPD)
C. Alokasi untuk gigitiruan lepasan (misalnya, RPD frames dan gigtiruan penuh)
Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan Yield Dan Elongasi Persen (Ada Sp. 5)
Tipe I Soft
Tipe II Medium
Tipe III hard
Tipe IV Hard Extra
(Klasifikasi 1934 ini pada awalnya dimaksudkan untuk paduan emas dan didasarkan pada kekerasan.
Sejak 1989, itu santai untuk memasukkan semua paduan gigi selama mereka memenuhi kekuatan
luluh yang baru dan kriteria persentase pemanjangan. Tipe I dan II dikenal sebagai 'tatahan' paduan
'dan Tipe III dan IV dikenal sebagai' paduan mahkota dan jembatan '. Tipe IV kadang-kadang
digunakan untuk bingkai RPD).
Sesuai Dengan Nobilitas (Ada 1984)
A. Alloy logam mulia tinggi : Mengandung> 40% berat Au dan> 60% berat logam mulia
B. Alloy logam mulia : Mengandung> 25% berat logam mulia
C. Alloy Dominan Logam Dasar : Mengandung <25% berat logam mulia
D. Logam Dasar
Menurut Unsur Utama : A. Alloy emas
B. Alloy perak
C. Alloy paladium
D. Alloy nikel
E. Alloy Cobalt
F. AlloyTitanium
Menurut Tiga Unsur Utama : A. Emas-paladium-perak
B. Palladium-perak-timah
C. Nikel-kromium-molibdenum
D. Cobalt-kromium-molibdenum
E. Besi-nikel-kromium
F. Titanium-aluminium-vanadium
Menurut Jumlah Kandungan Alloy : A. Biner — dua elemen
B. Ternary — tiga elemen
C. Kuarter (dan sebagainya) - empat elemen
PENGGUNAAN
Alloy ini tidak dimaksudkan untuk ikatan porselen. Mereka dapat digunakan sebagai restorasi semua
logam atau dengan lapisan resin.
1. Inlay dan onlay
2. Mahkota dan FPD
3. Bingkai gigi tiruan sebagian (hanya tipe IV)
4. Pasca-inti
TIPE
Paduan ini akan dibahas di bawah kategori berikut:
High Nobel : gold alloy
Mulia : Paduan paladium perak
Logam dasar : alloy nikel-krom, alloy kobalt-krom, Titanium dan alloynya, alloy aluminium-
perunggu
Fungsi Konstituen
Emas : Memberikan ketahanan noda dan korosi serta memiliki penampilan yang diinginkan. Juga
memberikan keuletan dan kelenturan.
Tembaga : Ini adalah pengeras utama. Ini mengurangi titik lebur dan kepadatan emas. Jika hadir
dalam jumlah yang cukup, itu memberi paduan warna kemerahan. Ini juga membantu untuk
mempererat paduan emas. Dalam jumlah yang lebih besar, ini mengurangi resistensi untuk menodai
dan korosi pada paduan emas. Oleh karena itu, konten maksimum tidak boleh melebihi 16 persen.
Perak : Ini memutihkan paduan, sehingga membantu menangkal warna kemerahan tembaga. Itu
meningkatkan kekuatan dan kekerasan sedikit. Namun, dalam jumlah besar, ini mengurangi
resistensi menodai.
Platinum : Ini meningkatkan kekuatan dan ketahanan korosi. Ini juga meningkatkan titik leleh dan
memiliki efek memutihkan pada paduan. Ini membantu mengurangi ukuran butir.
Paladium ; Ini mirip dengan platinum dalam efeknya. Ini mengeraskan dan memutihkan paduan. Ini
juga meningkatkan suhu fusi dan memberikan ketahanan noda. Ini lebih murah daripada platinum,
sehingga mengurangi biaya paduan.
The Minor Additions Are
Seng : Karena berfungsi sebagai pemulung oksigen. Tanpa seng, perak dalam paduan
menyebabkan penyerapan oksigen selama pencairan. Kemudian selama solidifikasi, oksigen
ditolak menghasilkan porositas gas dalam casting.
Indium, Timah dan Besi : Mereka membantu mengeraskan paduan paladium emas keramik, besi
menjadi yang paling efektif.
Kalsium : Ini ditambahkan untuk mengkompensasi penurunan CTE yang terjadi ketika paduan
dibuat bebas perak (penghapusan perak dilakukan untuk mengurangi kecenderungan noda hijau
pada batas logam-porselen).
Iridium, Ruthenium, Rhenium : Mereka membantu mengurangi ukuran butir. Mereka
ditambahkan dalam jumlah kecil (sekitar 100 hingga 150 ppm).
Catatan : Semua paduan logam mulia modern berbutir halus. Semakin kecil ukuran butiran logam,
semakin ulet dan kuat. Ini juga menghasilkan casting yang lebih homogen dan meningkatkan
resistensi tarnish. Ukuran butiran besar mengurangi kekuatan dan meningkatkan kerapuhan logam.
Faktor-faktor yang mengendalikan ukuran butir adalah laju pendinginan, bentuk cetakan, dan
komposisi paduan.
B. Investment
Prosedur untuk membentuk cetakan dijelaskan sebagai 'investment'. Bahan-bahan ini dapat menahan
suhu tinggi. Karena alasan ini, mereka juga dikenal sebagai bahan tahan api atau bahan refraktori.
Bahan tanam tuang tercakup dalam ISO 15912: 2006. Standar ini juga mencakup mengeraskan
bahan tanam tuang dan bahan die refraktori.
Persyaratan Investment
Cetakan tanam tuang harus diperluas untuk mengkompensasi penyusutan logam campuran, dimana
terjadi selama proses pendinginan campuran yang dicairkan. Powder harus memiliki ukuran
partikel yang halus untuk memberikan permukaan yang halus pada cetakan. Manipulasinya harus
mudah dan memiliki setting time yang sesuai. Bahan harus memiliki konsistensi yang halus ketika
dicampur. Bahan yang telah dimanipulasi harus cukup berpori untuk memungkinkan udara dalam
rongga cetakan keluar selama pengecoran. Pada suhu yang lebih tinggi, bahan tanam tidak boleh
terurai untuk mengeluarkan gas yang dapat merusak permukaan campuran. Harus memiliki
kekuatan yang memadai pada suhu kamar untuk memungkinkan penanganan, dan kekuatan pada
suhu yang lebih tinggu untuk bertahan dari dampak logam cair. Potongan melintang pada cetakan.
Setelah pengecoran, harus mudah dipecahkan dari permukaan logam dan tidak boleh bereaksi secara
kimia. Bahan harus ekonomis.
Klasifikasi Bahan Refraktori Pada Kedokteran Gigi (Iso 15912:2006)
Klasifikasi mencakup semua bahan refraktori dalam kedokteran gigi termasuk bahan tanam tuang,
pematri tanam tuang, dan refraktori die.
A. Klasifikasi berdasarkan pengaplikasiannya (ISO 15912:2006)
Tipe 1: untuk pembangunan inlay, mahkota dan restorasi tetap lainnya
Tipe 2: untuk konstruksi gigi tiruan lengkap atau sebagian atau peralatan lepas lainnya Tipe 3:
untuk konstruksi cetakan yang digunakan dalam prosedur mematri
Type 4: untuk konstruksi refraktori die
B. Subklasifikasi berdasarkan metode burnout (ISO 15912:2006)
Kelas 1: direkomendsikan untuk burn-out dengan metode pemanasan lambat atau bertahap
kelas 2: direkomendasikan untuk burn-out dengan metode pemanasan cepat
C. Klasifikasi berdasarkan jenis pengikat yang digunakan
Ada tiga jenis bahan investasi berdasarkan pengikat yang digunakan. Mereka semua
mengandung silika sebagai bahan tahan api. Jenis pengikat yang digunakan berbeda.
Gypsum bonded investments digunakan untuk cetakan logam campuran emas. Mereka dapat
menahan suhu hingga 700 °C.
Phosphate bonded investments Untuk logam keramik dan paduan kobal-kromium. Mereka
dapat menahan suhu yang lebih tinggi.
Ethyl silica bonded investments adalah alternative untuk fosfat bonded investment, untuk
cetakan suhu tinggi. Mereka terutama digunakan dalam pengecoran gigi tiruan parsial paduan
logam campuran dasar.
Komposisi Umum Bahan Tanam
Semua bahan tanam tuang mengandung refraktori, pengikat, dan pengubah. Refraktori
adalah bahan yang tahan suhu tinggi tanpa terurai atau hancur, misalnya Silica. Bentuk
alotropik Silika ada setidaknya dalam empat bentuk alotropik. Quartz Tridymite Cristobalite
Fused quartz
2. Polishing (pemolesan)
Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa
mengubah konturnya.
Pengkilapan geligi tiruan tergantung dari sifat bahan yang dikilapkan dan pemilihan bahan
pengkilap yang sesuai.8
Bahan Abrasif
Suatu substrat yang berbentuk tajam, keras, alami, atau sintetis yang digunakan untuk
grinding, finishing, atau polishing/memoles permukaan yang lebih halus
Macam-macam bahan abrasif
1. NATURAL ABRASIVE
Contoh: Arkansas stone, Chalk, Corundum, Cuttle, Natural diamond, Emery,
Garnet, Pumice, Sand, Quartz, Tripoli, Zirconia, Kieselguhr
2. MANUFACTURED ABRASIVE
Contoh :Alumunium Oxide, Sinthetic diamond, Rouge, Silicone carbide, Tin Oxide
Prosedur:
1. Menghilangkan kelebihan akrilik dibagian tepi basis dengan frizer bur
2. Menghilangkan tonjolan akrilik disekitar gigi dengan stone merah besar
3. Menghilangkan tonjolan akrilik didaerah basis sekaligus menghaluskannya dengan
menggunakan stone merah kecil
4. Menghilangkan tonjolan akrilik dibagian interdental yang tidak terjangkau oleh stone
dengan fissure bur
5. Untuk mengkilapkan permukaan akrilik gunakan feltcone dan pumice+air yang
diaplikasikan pada seluruh permukaan akrilik
6. Haluskan dengan menggunakan brush dengan tidak menekan terlalu kuat untuk
mencegah terjadinya guratan-guratan.