Anda di halaman 1dari 1

Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, sejumlah pemuda Indonesia yang merupakan

mantan anggota unit Tokomu Kosaku Tai dari Pasukan Pembela Tanah Air didasari kebutuhan
untuk mengamankan Presiden Republik Indonesia & Wakil Presiden Republik
Indonesia mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk pembentukan suatu pasukan militer
tetap yang berfokus kepada pengamanan Presiden Repbulik Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa telah terjadi beberapa kali percobaan pembunuhan terhadap Presiden
Soekarno yang berhasil dicegah dan digagalkan, antara lain: peristiwa perebutan kekuasaan
tanggal 3 Juli 1946, peristiwa granat Cikini tanggal 30 November 1957, peristiwa MIG-15
“Maukar” tanggal 9 Maret 1960, peristiwa pelemparan granat di Jalan Cendrawasih tanggal 7
Januari 1962 dan peristiwa penembakan pada saat Idul Adha di halaman Istana Merdeka
Jakarta tanggal 14 Mei 1962.[1]
Mempertimbangkan dan mengantisipasi keadaan yang demikian mengkhawatirkan terhadap
keselamatan jiwanya tersebut dan atas usul Menkohankam/KASAB (Kepala Staf Angkatan
Bersenjata) pada saat itu Jenderal Abdul Haris Nasution, maka Presiden Soekarno berkeinginan
untuk membentuk sebuah pasukan yang secara khusus bertugas untuk menjaga keamanan dan
keselamatan jiwa Kepala Negara beserta keluarganya. Pasukan khusus tersebut dikenal dengan
RESIMEN TJAKRABIRAWA (Tjakrabirawa adalah nama senjata pamungkas milik Batara
Kresna yang dalam lakon wayang purwa digunakan sebagai senjata penumpas semua
kejahatan).

Anda mungkin juga menyukai