Anda di halaman 1dari 13

AL-HIKMAH : Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam p-ISSN 2685-4139

Jurnal AL-HIKMAH Vol 0, No 0 (2020) e-ISSN 2656-4327

Strategi Pencegahan Radikalisme Di Pondok


Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah

Siti Rachmah Amalia dan Nazriah Nurunajwa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Email : sitirahma.amalia16@mhs.uinjkt.ac.id
nazriahnurunajwa18@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini menggambarkan upaya guru pendidikan agama Islam dalam


mencegah radikalisme yang berada di pondok pesantren Jam’iyyah Islamiyyah Kota
Tangerang. Hal ini mengenai bagaimana strategi atau upaya guru pendidikan agama Islam
dalam mencegah radikalisme yang berada di pondok pesantren Jam’iyyah Islamiyyah
Kota Tangerang. Selain itu, apa saja yang menjadi faktor pendukung upaya pondok
pesantren Jam’iyyah Islamiyah dalam mencegah radikalisme baik dari lingkungan,
pembelajaran dan lain sebagainya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif yang mana data diperoleh dari lapangan dan buku-buku yang
terkait dengan pembahasan ini.

Kata kunci : Strategi, Radikalisme, Pondok Pesantren

This study describes the efforts of Islamic religious education teachers in preventing
radicalism in the Jam'iyyah Islamiyyah Islamic boarding school, Tangerang City. This is
about the strategies or efforts of Islamic religious education teachers in preventing
radicalism in the Jam'iyyah Islamiyyah Islamic boarding school, Tangerang City. In addition,
what are the supporting factors for the efforts of the Jam'iyyah Islamic boarding school in
preventing radicalism from the environment, learning and so on. This study used a
qualitative approach with a descriptive method in which data were obtained from the field
and books related to this discussion.

Keyword : Strategy, Radicalism, Islamic Boarding Schools

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 32 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

Pendahuluan menerima pandangan orang lain, sehingga


Pada zaman sekarang, masyarakat terjadi kesalahpahaman.
mengalami ketakutan, kepanikan dan Bedasarkan hal tersebut memerlukan
kebimbangan dengan maraknya kejahatan deradikalisasi agama sebagai upaya untuk
terorisme yang menggancam jiwa manusia. mencegah radiakalisme atau terorisme yang
bahkan pelaku tetorisme tersebut membawa mengatasnamakan agama, salah satunya
nama Islam menjadi buruk, artinya dengan cara pendekatan ajaran agama
kebanyakan pelaku tetorisme ialah orang- secara benar, artinya memahami al-Qur’an
orang muslim. Hal ini berbeda dengan hadis tidak lagi secara tekstual saja, tetapi
sejarah Islam Rasulullah Saw yang menjadi juga kontekstual disesuaikan dengan
suri tauladan muslim dan muslimah. permasalahan yang terjadi. Pemahaman
Rasulullah mempunyai sifat tawadhu dan kontekstual dan meningkatkan nilai-nilai
sangat pemalu yang rasanya jauh dari sifat kemanusiaan agama dapat melahirkan
buruk, saling menghakimi, saling orang-orang yang jauh dari kata kejahatan
mendustai, saling menyakiti satu sama lain. mengancam nyawa, kekerasan, radikalisme,
Allah sudah menjelaskan dalam surah al- terorisme.
Anfal ayat 61, yang berbunyi Salah satu tempat yang dapat
ۚ ِ‫اج نَ ْح َلَ َا َو تَ َوكه لْ عَ لَ ى ا هَّلل‬ ِ
ْ َ‫َو إِ ْن جَ نَ حُ وا ل ل سه لْ ِم ف‬ mencengah adanya radikalisme adalah
ِ ِ ِ lembaga pendidikan yaitu pondok
ُ‫إ نههُ هُ َو ال سه م يعُ ا لْعَ ل يم‬
“Dan jika mereka condong kepada pesantren. Pondok pesantren bertugas
perdamaian, maka condonglah kepadanya mencetak kader ulama yang memiliki
dan bertakwalah kepada Allah. tingkat toleransi tinggi terhadap
Sesungguhnya Dialah Yang Maha pengetahuan yang luas. Pesantren tidak
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. mengajarkan belebihan terhadap suatu
Al-Anfal/8: 61) pandangan yang mengakibatkan radikal,
Ayat di atas menjelaskan bahwa ajaran melainkan menggajar pemahaman dengan
Islam tidak mengenal kekerasan dan konflik beberapa pandangan baik. Eksitensi pondok
berkepanjagan, justru ajaran Islam selalu pesantren dinilai mampu menjawab
menggajarkan rahmatan lil alamin dengan permasalahan masyarakat dan mampu
menyayangi dan mencintai sesama makhluk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
Allah, sekalipun makhluk tersebut tidak masyarakat. Tentunya pondok pesantren
dalam pemikiran yang sama. dan masyarakat saling terkait satu sama lain
Menurut pandangan penulis, semua dan tidak bisa dipisahkan karena sebagian
ini terjadi karena salah memahami al- besar pondok pesantren berjaya dari
Qur’an. Orang-orang memahami al-Qur’an dukungan masyarakat dan pondok
hanya secara tekstual, tidak mengkaji secara pesantren mampu membantu masyarakat
mendalam, dan langsung mengambil dalam menyelesaikan permasalahannya.
kesimpulan tanpa mengetahui latar Pondok pesantren diharapkan mampu
belakang surah tersebut. Selain itu, menghilangkan radikalisme dan terorisme
pembelajaran di bidang pendidikan hanya yang mengatasnamakan agama. Untuk
terpaku pada satu pendapat yang mencegah pemahaman radikal di kalangan
menyebabkan peserta didik hanya terpaku pesantren membutuhkan pembelajaran
pada pandangan tersebut dan sulit agama Islam yang komprehensif terhadap

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 33 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

ajaran Islam yang intoleran baik terhadap Pemahaman Radikalisme


sesama umat muslim atau terhadap agama Radikalisme dalam konteks politik
lain dengan mengembangkan sikap memiliki keterkaitan dengan aliran, paham
berakhlak mulia. dan pemikiran yang menginginkan
Metodologi Penelitian perubahan sosial dan tatanan politik dengan
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu mudah dan menggunakan kekerasan yang
jenis penelitian yang dilaksanakan untuk bersifat ekstrem. Radikalisme agama adalah
menganalisis strategi guru di pondok kelompok orang-orang yang memiliki
pesantren Jam’iyyah Islamiyyah dalam kepentingan dalam hidup beragama dengan
mencegah radikalisme agama cara merubah aturan sosial dan politik
Pembahasan dengan jalan kekerasan.1 Pada dasarnya
Media Pembelajaran Berbasis Digital radikalisme menjadikan seseorang
Media merupakan alat multifungsi melakukan perbuatan anarki akibat
yang harus ada ketika kita ingin kebutuhan dan keinginan pemahamannya
memberikan kemudahan dalam bekerja dan tidak terpenuhi. Hal ini sangat berbahaya
belajar. Media merupakan alat yang dapat apabila dibiarkan terus menerus.
membantu mempromosikan suatu Pemahaman radikal bisa merubah seseorang
pekerjaan. Setiap orang pasti berharap dapat memiliki sikap terorisme yang melakukan
melakukan pekerjaannya dengan tuntas dan perbuatan terror.
mencapai hasil yang sangat memuaskan. Menurut Masdar Hilmy, pemahaman
Media juga merupakan alat untuk radikal agama menghendaki perubahan
menyebarluaskan informasi pembelajaran. pelaksanaan hukum Islam, menginginkan
Media pembelajaran adalah alat perantara pendapatnya dapat dipahami oleh semua
sebagai teknologi yang digunakan untuk umat Islam. Bahkan terorisme sebenarnya
memfasilitasi hubungan interaktif- bagian dari radikalisme dalam bentuk
komunikatif antara pendidik dan peserta tindakan, yang mana berasal dari pemikiran
didik dalam proses pembelajaran di sekolah. radikal yang diimplementasikan dalam
Media pembelajaran biasanya diartikan bentuk tindakan untuk memenuhi
sebagai alat multifungsi yang dapat keinginannya. Selain itu, terorisme adalah
digunakan oleh pendidik dalam tindakan menggangu ketenangan jiwa
menyebarkan informasi pembelajaran dan manusia, harta dan kemanaan yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, dilakukan oleh seorang atau sekelompok
perhatian dan kemampuan peserta didik, orang yang mengatasnamakan agama Islam
yang dapat merangsang proses belajar sebagai agama kasih sayang.2
peserta didik. Dari penjelasan tersebut dapat Orang-orang radikalisme menganggap
dipahami bahwa media pembelajaran bahwa syariah Islam yang berada di al-
merupakan sarana yang dapat digunakan Qur’an hadis hadis merupakan mutlak yang
oleh pendidik untuk menyampaikan
informasi yang akan disampaikan kepada
1
peserta didik sebagai ilmu pengetahuan dan A. Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul
Ulama Masa Depan Moderatisme Islam di Indonesia,
dapat mendorong peserta didik untuk (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007), h. 34
belajar secara efektif dalam proses 2
Baidhowi, “Islam Tidak Radikalisme dan
pembelajaran (Oemar, 1989). Terorisme”, Jurnal UNNES, vol. 3, no. 1, (Juni 2017),
h. 197

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 34 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

tidak bisa ditafsirkan dengan mudah dan menyatakannya secara eksplisit. Apabila
masyarakat harus menerapkan hal tersebut. ada pemahaman di luar pembahasan al-
Apabila masyarakat tidak sejalan dengan al- Qur’an dan tidak dimunculkan al-Qur’an
Qur’an hadis yang mutlak, maka ia dianggap bid’ah. Selain itu, orang-orang
melakukan dosa besar dan dapat menjadi radikalisme menggunakan hanya dua
penghalang jihad. Jihad sebagai salah satu hukum halal dan haram, tidak ada baginya
kewajiban dalam melindung ayat-ayat al- hukum sunnah, mubah, dan makruh, karena
Qur’an yang suci setelah penafsiran terjadi menggangap banyaknya hukum dalam
dimana-mana. Dan jika jihad tidak Islam akan melemahkan al-Qur’an yang
dilaksanakan akan memperoleh dosa sudah bersifat objektif. Orang-orang
melebihi besarnya dosa bila tidak radikalisme tidak mempunyai maksud
melaksanaakan shalat, puasa dan zakat. untuk mengembalikan Islam sebagai
Maka orang-orang yang tidak tunduk wajib pegangan hidup bagi masyarakat maupun
diperangi sebagaimana dalam surah al- individu.
Baqarah ayat 190, yang berbunyi Sehingga orang-orang radikalisme
ۚ ‫ين يُ قَ اتِلُونَكُ مْ َو ََل تَ عْ تَ دُ وا‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َو قَ ات لُوا ِِف سَ ب ي ِل ا هَّلل الهذ‬ akan membentuk dirinya bersikap
ِ ُ ‫ و اقْ ت لُوه م ح ي‬. ‫ب ا لْم ع ت دِ ين‬ ِ intoleransi atau tidak menghargai pendapat
ْ‫ث ثَق فْ تُمُ وهُ م‬ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ُّ ‫إِ نه ا هَّللَ ََل ُُي‬
dan keyakinan orang lain, sikap fanatic yang
ۚ ‫أَخ َرجُ وكُ مْ ۚ َو ا لْفِ تْ نَ ةُ أَشَ دُّ مِ َن ا لْ قَ تْ ِل‬
ْ ‫ث‬ ُ ْ‫أَخ رِجُ وهُ مْ مِ ْن َح ي‬ ْ ‫َو‬ menganggap dirinya selalu benar dan yang
ِ ِ ِ ِ ِ
ْ‫س ج د ا ْْلَ َرا م َح هَّتٰ يُ قَ ات لُوكُ مْ ف يه ۖ فَ إ ن‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ْم‬
َ ‫َو ََل تُ قَ ات لُوهُ مْ ع نْ دَ ا ل‬ salah, membela pendapat dirinya dan
ِ ِ ٰ
َ ِ‫ك َج َزاءُ ا لْ كَ ا ف ر‬
‫ين‬ َ ‫قَ اتَ لُوكُ مْ فَ اقْ تُ لُوهُ مْ ۗ َك ذَ ل‬ kelompoknya, melakukan kekerasan apabila
“Dan perangilah di jalan Allah orang- orang lain tidak setuju dengan pendapatnya,
orang yang memerangi kamu, tetapi dan dalam tindakannya menggunakan
jangalah kamu melampaui batas, karena kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.
Allah tidak menyukai orang-orang yang Dampak paling nyata dari kejadian
melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di radikalisme adalah terbentuknya politisasi
mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah didalam agama, dimana agama memiliki
mereka dari tempat mereka telah mengusir sifat yang sangat sensitive, paling mudah
kamu dari Makkah dan fitnah lebih besar membakar fanatisme, sehingga terbentuklah
bahayanya dari pembunuhan ….” (QS.Al- apa yang yang dinamakan kelompok Islam
Baqarah/2: 190-191) radikal. Dan pada intinya tidak toleransi,
Pemahaman radikalisme agama fanatic, membedakan diri dari orang
memiliki dasar pemikirannya, diantaranya kebanyakan dan sikap yang menggunakan
al-Qur’an dan hadis ditafsirkan dengan kekerasan bisa menjadi indicator paham
tekstual, baik yang berkaitan dengan pemikiran radikal.4
hubungan sosial, ekonomi, ajaran agama, Dengan demikian, doktrin radikalisme
dan hukuman kejahatan, dianggap sebagai sebagai ajaran yang didirikan oleh seseorang
suatu yang biasa terjadi di zaman atau sekelompok orang bersifat tetap dan
Rasulullah Saw.3 Orang-orang radikalisme tidak bisa diubah yang mendirikan suatu
menganggap penafsiran kontekstual tidak agama atau organisasi-organisasi lain yang
dibutuhkan selama al-Qur’an telah
4
Rif’at Husnul Ma’afi dan Muttaqin, “Komsep
3
Abdul Wahid, Kejahatan Terorisme, (Jakarta: Jihad dalam Perspektif Islam”, Jurnal Kalimah, vol.
Refika Raditama, 2004), h. 22 11, no 1, (2013), h. 138

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 35 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

ajaran-ajarannya dalam melakukan mendengarkannya, maka orang-orang


pembaharuan masyarakat dan negara radikalisme menganggap mereka
menggunakan kekerasan, baik radikalisme melakukan dosa bear. Sebagaimana
maupun terorisme. Inilah dimensi sosial rangkaian dakwah yang terdapat dalam
keduanya. Sementara ada masyarakat- surah al-Nahl ayat 110, yang berbunyi :
masyarakat yang radikal tapi tidak ada ‫اج ُر وا مِ ْن بَ عْ دِ مَ ا فُتِ نُوا ُثُه‬
َ َ‫ين ه‬
ِ ِ ‫ُثُه إِ نه ربه‬
َ ‫ك ل له ذ‬ َ َ
masyarakat-masyarakat teroris. Namun ‫ك مِ ْن‬ َ ‫اه دُ وا َو صَ ََبُوا إِ َ ه‬
‫ب‬ ‫ر‬ ‫ه‬
‫ن‬ َ ‫َج‬
demikian, aksi-aksi teroris mudah sekali ِ ِ
tumbuh dalam suatu masyarakat- ٌ‫ور َرح يم‬ ٌ ُ‫بَ عْ د هَ ا لَ غَ ف‬
masyarakat yang radikal, di mana aksi-aksi “Dan sesungguhnya Tuhanmu
terorisme tidak hanya mendapat simpati (Pelindung) Artinya: “Dan Sesungguhnya
tapi juga mendapat dukungan. Radikalisme Tuhanmu (pelindung) bagi orang- orang
dalam bentuk apapun termasuk terorisme yang berhijrah sesudah menderita cobaan,
tidak dibenarkan dalam Islam. Menyakiti kemudian mereka berjihad dan sabar;
dan memberikan kerugian tidak pernah Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-
diajarkan oleh Rasulullah dan tidak ada di benar Maha Pengampun lagi Maha
dalam al-Qur’an maupun hadis nabi Penyayang”. (QS. An-Nahl/16: 110)
Muhammad Saw. Selain itu, ini berasal dari
pengetahuann ajaran Islam yang bersifat
Faktor-faktor Pemahaman Radikalisme rendah karena kurang mampu menyerap
1. Faktor Internal ajaran Islam secara utuh. Masyarakat seperti
Faktor internal terjadi dari sumber ini mudah terpengaruh oleh orang lain.
ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan hadis. Muatan ajaran agama menjadi sempit hanya
al-Qur’an sebagai pendoman utama berkisar pada masalah iman kafir, pahala
dalam memahami ajaran Islam tentunya dosa, halal haram, dan surga dan meraka.
tidak semua ayat bersifat jelas atau Pemahaman agama yang dipersempit ini
muhkam. Dalam al-Qur’an juga terdapat cenderung menjadikan pemeluknya
ayat-ayat bersifat mutasyabih, kurang menjurus pada munculnya kelompok-
jelas, global yang memerlukan penafsiran kelompok ekstrem dalam bentuk gerakan
supaya tidak salah dalam memahami pembenaran yang eksklusif.
ayat tersebut. Al-Qur’an, hadis ataupun Fanatisme sebagai salah satu
kitab kuning secara tekstual ada yang penyebab munculnya pemikiran radikal.
mendukung sikap eksklusivisme dan Ketaatan beragama Islam dapat memicu
ekstrimisme. kefanaktikan dalam pembelajaran yang
Sebagaimana orang-orang radikalisme merasa dirinya paling benar. Pilihan itu
memandang bahwa jihad merupakan jalan didasarkan pada penilaian bahwa, agama
seseorang dalam menegakan syiar Islam yang dianutnya adalah yang terbaik.
yang ada di dalam al-Qur’an dan hadis Sebagai pilihan terbaik maka akan timbul
tanpa perlu adanya penafsiran berlebih. rasa sayang dan cinta akan pilihannya
Salah satu jihad dengan berdakwah tersebut. Rasa cinta yang berlebihan memicu
mengenai ajarannya kepada masyarakat
untuk memberantas penderitaan, dan
apabila masyrakat tidak mau

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 36 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

tumbuhnya fanatisme dalam diri pemeluk mengakibatkan salahnya penafsiran dalam


suatu agama. 5 memahami ajaran Islam bisa berdampak
2. Faktor Eksternal fanatik terhadap materi tertentu.
Faktor eksternal yang
mengakibatkan adanya pemahaman A. Radikalisme dalam Pesantren
radikalisme berasal dari aspek ekonomi dan Radikalisme bukan hanya terjadi di
politik. Kekuasaan pemerintah terhadap masyarakat umum, tetapi bisa terjadi di
suatu negara yang tidak sesuai dengan kalangan pesantren. Radikalisme di
ajaran-ajaran Islam yang menjadikan Islam pesantren terjadi karena kurangnya
bukan lahir karena romantisme tanah kedekatan guru dan santri atau kedekatan
(seperti Yahudi), romantisme teks (seperti santri dengan santri lainnya. Tidak dekatnya
kaum bibliolatery), maupun melawan santri dengan santri lainnya mengakibatkan
industrialisasi (seperti Kristen Eropa). tidak adanya silaturahmi dan saling
Selebihnya, ia hadir karena kesadaran akan mengenal satu sama lain. Hal ini terjadi
pentingnya realisasi pesan-pesan idealistik karena kurangnya komunikasi dan
Islam yang tak dijalankan oleh para rezim- pemahaman yang diberikan guru kepada
rezim penguasa dan baru dengan faktor- anak didiknya. Apabila dibiarkan terus
faktor eksternal yaitu ketidakadilan global.6 menerus, menjadi permulaan adanya paham
Di sisi lain, tidak adanya ketegasan radikalisme dalam diri santri dan santriwati.
pemerintah terhadap apa yang telah Sebagaimana kejadian ledakan bom yang
ditetapkan sehingga masyarakat berperilaku terjadi di Bali Indonesia terdapat para
keras. Dan adanya kebarat-baratan yang pelaku teroris berasal dari alumni
mendominasi kehidupan saat ini, budaya pesantren.7
sekularisme yang dianggap sebagai musuh Hal tersebut memberikan kesan dan
besar perlu dihilangkan dari setiap negara. dugaan sebagian orang bahwa dunia
Ajaran agama yang berisi nilai luhur pesantren kini telah melahirkan radikalisme
dipasung oleh tokoh dan kelompok tertentu kelompok Islam. Pandangan masyarakat
dan diformulasikan ke dalam mitos yang terhadap kecurigaan tersebut didasarkan
menganggap modernitas menggerus nilai adanya berita-berita atau dugaan bahwa
agama, mereka menganggap kehidupan pesantren tersebut telah mengembangkan
modern dengan prespektif yang berbeda sistem pendidikan yang khas, memiliki
darisisi negatif. Salah satunya adanya hidden curriculum dengan ideologi
kemajuan iptek yang setiap orang bisa keagamaan yang radikal. Di samping itu
mengakses ilmu dan informasi dari satu bahwa sebagian dari pesantren tersebut
sumber yang canggih yaitu internet, akan telah melahirkan para alumni yang diduga
tetapi informasi atau ilmu yang di ambil itu terlibat dalam gerakan teror bom. Sehingga
tidak difilter atau disaring dengan tepat semakin berjalannya waktu pemberitaan
positif atau negatif muatannya. Hal ini tersebut tidak asing lagi. Pesantren sebagai
wadah pendidikan di masyarakat seringkali
5 jadi pembahasan aksi terror meneror.
Sumanto Al Qurtuby, Jihad Melawan
Esktremis Agama, (Semarang: Borobudur Indonesia,
2009) h. 49
6 7
M. Yudhie Haryono, Memaafkan islam, Badrus Soleh, Budaya Damai Komunitas
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 102 Pesantren, (Jakarta: LP3ES Indonesia, 2007)

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 37 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

Di sisi lain, pesantren pesantren penghormatan terhadap guru


secara umum mempunyai beberapa termasuk bagian yang sangat penting. Di
karakteristik yang kurang terjaga dan dapat sisi lain, guru di pandang sebagai sumber
memunculkan adanya radikalisme di bahan belajar yang mana santri dapat
pesantren. Radikalisme Islam dari bertanya kapanpun. Guru memiliki
lingkungan pesantren tidak bisa wewenang memberikan penjelasan,
disamaratakan terutama karena dunia penafsiran dan pemaknaan terhadap
pesantren sangatlah heterogen. Beberapa kitab-kitab bahan ajar di pesantren. Oleh
karakteristik pesantren yang dapat karena itu, penggajar di pondok
mengakibatkan adanya pemahaman pesantren harus menguasai ilmu agama
radikalisme, di antaranya adalah yang beraneka ragam baik dari akhlak,
1. Latar belakang pengetahuan agama adab, fiqih, sejarah, al-Qur’an, hadis,
setiap pesantren berbeda. Ada pesantren tafsir dan lain sebainya yang disandingi
yang lebih mementingkan pembahasan dengan toleransi tinggi. Guru tidak
kitab adab dan akhlak, dan ada juga diperbolehkan fanatik terhadap
pesantren yang lebih mempelajari kitab pandangan tertentu atau memberikan
fiqih. Bahkan pemahaman pimpinan pemahaman kepada santri hanya dari
pondok pesantren tidak 100% sama satu sisi saja, karena akibatnya santri
dengan guru penggajar. Dalam realitanya tidak bewawasan luas dan berpikiran
pemahaman juga amalan kyai berbeda. sempit.8 Santri juga tidak diperkenankan
Sebagian kyai menjauhkan hal yang belajar sendiri tanpa berguru yang
bersifat duniawai dan lebih konsentrasi mengakibatkan salahnya penafsiran
kepada ibadah bertarekat, dan sebagaian memahami bacaan. Dengan demikian,
cenderung duniawi yang santri dan santriwati harus berguru saat
mengembangkan pendidikan agama belajar dan penggajar haruslah memiliki
yang bersifat sosial dan budaya yang ilmu luas dengan berbagai pandangan
mengakibatkan dekat dengan kehidupan yang toleransi tinggi.
materi. sebagian kyai yang cenderung 3. Sosial dan politik pondok pesantren,
pada gerakan pendidikan dan seperti lingkungan pesantren yang
pengembangan kehidupan spiritual, berbeda beda. Sebagian pesantren sudah
dengan orientasi pemurnian dan proteksi terkenal oleh masyakat karena memiliki
bidang akidah yang beorientasi pada jaringan luas, bahkan kurikulum
gerakan salafi yang memiliki pesantren ini bersifat nasional atau
kemungkinan menjadi gerakan internasional. Sebagian pesantren kurang
radikalisme umat Islam. terkenal oleh masyarakat karena terbatas
2. Pada dasarnya setiap pondok pesantren jaringannya. Pada kedua model
memiliki sistem pendidikan. Sistem pesantren tersebut memiliki jaringan
pendidikan dalam pesantren terdiri dari dengan gerakan-gerakan perjuangan dan
kualitas penggajar, bahan ajar, sarana radikalisme kelompok Islam
dan prasarana, dan literatur dari internasional tentu memiliki
pesantren. Kualitas penggajar sangat kemungkinan yang lebih tinggi untuk
mempengaruhi pemikiran santri dan
santriwati. Hal ini karena dalam tradisi 8
Badrus Soleh, Budaya Damai Komunitas
Pesantren, (Jakarta: LP3ES Indonesia, 2007)

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 38 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

melahirkan fundamentalisme. membuka majelisnya untuk


masyarakat umum.
B. Sejarah Pondok Pesantren Jam’iyyah Aktivitas pendidikan dan
Islamiyah pembelajaran Majelis Taklim dengan
Pondok pesantren Jami’iyyah sistem halaqoh kurang lebih berjalan
Islamiyyah merupakan pondok tertua selama tiga tahun (1960-1963). Pada
di Kampung Ceger Kelurahan awal tahun 1963 mulailah dirintis cikal
Juramangu Timur Kecamatan Pondok bakal terbentuknya pesantren. Yakni
Aren Kota Tangerang Selatan. Awal beliau menerima santri kalong,
mula didirikan oleh KH. Muhammad sebutan bagi santri yang menginap
Amin Syarbini sejak tahun 1960-an dimushola atau kediaman beliau
yang beliau merupakan orang asli dari untuk mengaji dan siang hari mereka
kampung ceger dan beliau menikah akan pulang ke rumah masing-
dengan Hj. Musiah yang juga orang masing.
asli dari kampung ceger. Setelah Seiring berjalannya waktu, KH.
sekian tahun menuntut ilmu di Muhammad Amin Syarbini semakin
berbagai pesantren (1952-1960), KH. dipercaya oleh percaya, dan pada
Muhammad Amin Syarbini kembali tahun 1964, beliau mulai membuka
ke kampung halamannya yakni Lembaga Pembatasan Buta Huruf
Kampung Ceger untuk Arab (LPBHA), di mana peserta didik
menyebarluaskan ilmu-ilmu agama atau santri yang mengikuti program
yang telah didapatnya selama ini, ini diikutsertakan dalam ujian negara
sekaligus membentuk tatanan moral tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI).
dan akhlak mulia di kalangan Hingga sekarang pondok pesantren
masyarakat muslim. Jam’iyyah Islamiyyah berkembang
Tradisi bagi orang yang pernah dengan baik9
menuntut ilmu di pondok pesantren
ialah dengan membentuk atau C. Stratergi Pencegahan Radikalisme di
mendirikan pengajian-pengajian kecil Pondok Pesantren Jam’iyyah
tempat ia tinggal. Metode pengajian Islamiyyah
menggunakan sistem tradisional dan Radikalisme di dunia pondok
sederhana, di mana Sang Kyai dengan pesantren tidak selalu berbentuk
santrinya mengaji dan membahas kekerasan fisik, tetapi bisa berbentuk
materi-materi pengetahuan agama. ucapan tidak baik dan sikap buruk yang
Mulai yang mendasar yakni materi berpotensi melahirkan kekerasan. Sikap
tauhid, perukunan agama dan dan ucapan yang tidak baik berakibat
sebagainya. Hal ini dimaksudkan situasi pembelajaran tidak berjalan
untuk membekali masyarakat tentang dengan baik juga. Fungsi dan peran
keyakinannya terhadap Allah yang pondok pesantren perlu ditanyakan
merupakan bekal dalam menjalani kembali tingkat keefektifan dalam
hidup mereka. berawal dari situlah
KH. Muhammad Syarbini mulai 9
Drs. H. Syamsul Ma’arif, Wawancara,
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah, 12
Desember 2022

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 39 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

pembelajaran. Tentunya peran dan masyarakat.


fungsi pondok pesanten yang 3. Fungsi sosial mengajarkan santri
membimbing, mengarahkan dan untuk berbagi ke masyarakat sekitar
menjadi ladang pengetahuan akan yang membutuhkan. berhubungan
rendah di kemudian hari. Hal ini terjadi dengan masyarakat seperti setiap
karena dunia pendidikan pondok hari jumat satu santri diberi jadwal
pesantren sudah tidak lagi untuk berkhutbah di masjid
menyadarkan pengetahuan agama, kampung, saat bulan ramadhan tiba
akan tetapi hanya sekedar pemaksaan santri diterjunkan untuk safari
mengetahui dan mengembangkan dakwah dengan menampilkan segala
pengetahuan. potensi yang ada pada diri santri.
Oleh karena itu, pencegahan Akan tetapi, tidak semua fungsi
paham radikalisme di Pondok tersebut selalu berjalan lancar oleh
Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah semua santri. Beberapa sikap santri
dengan cara mengembalikan fungsi- dan santriwati yang hanya mau
fungsi pesantren, di antaranya :10 bermain dengan sekelompok, dan
1. Fungsi religius pesantren tidak mau saling kenal mengenal
mengajarkan ilmu agama beriman dengan kelompok lain. Pembelajaran
dan bertakwa kepada Allah. yang dilakukan santri menjadi
Memahami al-Qur’an dan hadis tertutup yang dapat memudahkan
disesuaikan dengan konteks dan terjadinya salah pemahaman satu
perkembangan yang terjadi masa sama lain, seperti penafsiran al-
kini dan disandingkan dengan asbab Qur’an tentang jihad dan perang.
nuzul dan asbab wurud. Seperti Dengan demikian, maka perlunya
pemahaman jihad di jalan Allah pendidikan agama Islam yang sesuai
tidak lagi mengangkat senjata. dengan pondok pesantren.
Melainkan dengan cara melakukan Pendidikan agama Islam
amal shaleh yang bermanfaat. Seperti memiliki keunikan dan khasnya
belajar, mengamalkan ilmu, bekerja sendiri sesuai dengan visi dan
menafkahi keluarga, dan membantu misinya. Adapun visi dari madrasah
sesama manusia. dan pendidikan agama Islam adalah
2. Funsgi edukasi pesantren dengan terwujudnya manusia yang
nilai-nilai sosial mencintai tanah air, bertaqwa, berakhlak mulia,
memberikan konsep jihad dengan berkepribadian, berilmu, terampil
benar, membangun budaya sosial dan mampu mengaktualisasikan diri
yang bertoleransi dan saling dalam kehidupan bermasyarakat.
menghargai perbedaan. Seperti Sementara misi pendidikan agama
adanya acara tujuh belas Agustus Islam adalah menciptakan lembaga
yang dihadiri masyarakat setempat yang Islami dan berkualitas,
dengan berbagai macam keadaan menjabarkan kurikulum yang
mampu memahami kebutuhan anak
10
Drs. H. Syamsul Ma’arif, Wawancara, didik dan masyarakat, menyediakan
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah, 12 tenaga kependidikan yang
Desember 2022

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 40 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

profesional dan memiliki kompotensi pembelajaran fiqih, guru


dalam bidangnya dan memberikan pemahaman hukum
menyelenggarakan proses beraneka ragam mulai dari wajib,
pembelajaran yang menghasilkan sunnah, makruh, mubah sesuai
lulusan yang berprestasi. dengan ketetapannya. Pada
Pendidikan agama Islam pembelajar tafsir al-Qur’an, santri
memerlukan ajaran-ajaran Islam tidak lagi hanya memahami satu
yang bertoleransi tinggi melalui penafsiran saja, tetapi beberapa
kurikulum yang menitikberatkan penafsiran ulama dalam
pada pemahaman dan upaya hidup memahami makna satu ayat.
dalam konteks perbedaan agama dan 2. Adanya program dialog antar
budaya baik secara individu atau agama yang diselenggarakan
kelompok supaya tidak oleh pondok pesantren
memudahkan santri menerima ajaran Jam’iyyah. Sebagaimana
dan pemikiran yang radikal. menyelenggarakan dialog
Pada pembelajaran agama mengenai sedekah yang
Islam di pondok pesantren Jam’iyyah mendatangkan tokoh dari
Islamiyah memiiliki karakteristik agama Kristen, Budha, Hindu,
dan strategi yang kuat untuk Konghucu yang memberikan
mencegah radimalisme, diantaranya pendapat mengenai sedekah.
:11 Program ini dapat memberikan
1. Pendidikan agama Islam yang pemahaman kepada siswa
meliputi al-Qur’an hadis, tafsir, bahwa untuk pengetahuan
akidah akhlah, sejarah puasa saja beraneka ragam
kebudayaan Islam, fiqih dan lain pendapat dari berbagai agama,
sebagainya tidak selalu bersifat bahkan sedekah juga
linier atau tidak selalu pada diterapkan dalam agama
pandangan satu. Pendekatan yang Kristen, Budha dan Hindu.
digunakan pesantren Jam’iyyah Dengan demikian, peserta
adalah pendekatan muqaran, didik mempunyai pengertian
artinya pembelajaran yang tinggi terhadap pendapat
menggunakan banyak pendapat dari agama lain.
dan membandingkan pendapat 3. Adanya program spiritual di
yang satu dengan yang lainnya setiap minggu. Ada waktu
dari kesamaan dan perbedaannya. khusus untuk membersihkan
Pendekatan muqaran dinilai batinnya dari segala kotoran
penting karena santri tidak hanya yang ia lakukan di dunia.
dibekali satu pemahaman saja, Program spiritual yang
melainkan banyak pemahaman dilakukan dengan cara setiap
dari ulama lain. Misalnya dalam para santri memilih tempat
ternyaman untuk beribadah
11
Drs. H. Syamsul Ma’arif, Wawancara, sendiri yang selanjutnya diikuti
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah, 12 dengan shalat, baca al-Qur’an
Desember 2022

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 41 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

dan dzikiran sepanjang hari. bervariasi bermanfaat untuk


Program ini dipercaya dapat santri dan santriwati, Dengan
menenangkan pemikiran hati semua variasi yang telah
santri-santri dari segala dijabarkan menjadikan seorang
kebencian yang ia rasakan, kyai lebih dekat dengan santrinya,
kebencian kepada teman, guru seorang kyai atau guru dapat
atau diri sendiri. langsung melihat, mengawasi,
4. Pada bulan Ramadhan adanya dan membimbing santri baik
program sahur on the road. dalam penguasaan materi dan
Program ini dipercaya mampu ketinggian akhlak adab.
menumnuhkan kesadaran sosial 6. Adanya program pembelajaran
bagi masyarakat yang belum agama berbasis teknologi. Santri
dikatakan mampu. dan santriawti diharapkan tidak
5. Pembelajaran pendidikan agama buta akan perkembangan digitial
Islam mempunyai variasi, seperti yang semakin pesat. Dengan
sorogan yang mana santri pengawasan guru, seorang santri
individu belajar interaksi dengan dapat menggunakan media
gurunya, terjadi interaksi saling teknologi untuk mencari sumber
mengenal satu sama lain. Variasi ilmu pengetahuan. Hal ini supaya
belaajar seperti ini ketika santri telah lulus dari
menggambarkan bahwa pondok Jam’iyyah tidak merasa
memberikan pengajarannya asing lagi dengan perkembangan
senantiasa berorientasi pada teknologi, dan juga tidak merasa
tujuan, selalu berusaha agar santri asing lagi adanya perbedaan
yang bersangkutan dapat pendapat, ujaran kebencian dan
membaca, mengerti dan lain sebagainya dari internet.
mendalami isi kitab. Dengan Dengan demikian, strategi
adanya suatu sistem pengajaran pencegahan radikalisme di Pondok
dengan sorogan ini seorang kiai Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah akan
mampu mengevaluasi langsung berhasil apabila santri memiliki
kemampuan santri,dan hubungan kesadaran dan keinginan untuk semakin
antara santri dan Kiai lebih beriman dan bertakwa kepada Allah.
dekat.12 Selain itu ada wetonan Usia santri yang masih muda untuk terus
yang mana dilaksanakan pada diberi pengawasan dan wawasan dan
hari-hari tertentu, yang biaasanya adanya kerjasama yang baik dari seluruh
dilaksanakan setelah shalat warga yang berada di pondok .
shubuh di hari Jum’at.
Pelaksananaannya dengan
membaca kitab sambil
mendengarkan penyampaian dari
kyainya. Pembelajaran yang

12
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren,
(Jakarta: Gema Insani Presss), h. 50

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 42 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

Kesimpulan Daftar Pustaka


Bedasarkan hasil penelitian penulis Arwen, Desri, Puspita, D. (2020). The Role of
yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Technology on Students’ Character
Jam’iyyah dapat ditarik kesimpulan sebagai Education. Journal of Physics:
berikut Conference Series 1477 (4): 042070.
1. Pesantren Jam’iyyah membuat stategi Ahmad, Rubaidi. Radikalisme Islam,
untuk mencengah adanya radikalisme Nahdatul Ulama Masa Depan
dengan cara memahami al-Qur’an hadis, Moderatisme Islam di Indonesia.
tafsir, akidah akhlah, sejarah kebudayaan Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007.
Islam, fiqih dan lain sebagainya tidak Azra, Zumaydi. Pergolakan Politik Islam dari
selalu bersifat linier atau tidak selalu Fundamentalis, Modernis Hingga Post
pada pandangan satu. Pendekatan yang Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1996.
digunakan pesantren Jam’iyyah adalah Baidhowi. “Islam Tidak Radikalisme dan
pendekatan muqaran, artinya Terorisme”. Jurnal UNNES. vol. 3, no.
pembelajaran menggunakan banyak 1 (Juni 2017).
pendapat dan membandingkan pendapat Dawan, Muhammad. Pergulatan Dunia
yang satu dengan yang lainnya dari Pesantren Membangun dari Bawah
kesamaan dan perbedaannya. Jakara. Jakarta: P3M, 1985.
2. Pembelajaran pendidikan agama Islam Departemen Agama RI. Pondok Pesantren dan
mempunyai variasi, seperti sorogan yang Madrasah Diniyah Perkembangan dan
mana santri individu belajar interaksi Pertumbuhan. Jakarta: Direktorat
dengan gurunya, terjadi interaksi saling Jenderal Kelembagaan Agama Iskam,
mengenal satu sama lain. Variasi belajar 2003.
seperti ini menggambarkan bahwa Ghazali, Muhammad. Pendidikan Pesantren
memberikan pengajarannya senantiasa Berwawasa Lingkungan. Jakarta:
berorientasi pada tujuan, selalu berusaha Pendoman Ilmu Jaya, 2010.
agar santri yang bersangkutan dapat Husnul, Raf’at dan Muttaqin, “Konsep Jihad
membaca, mengerti dan mendalami isi dalam Perspektif Islam”, Jurnal
kitab. Dengan adanya suatu sistem Kalimah, vol. 11, no 1, (2013), h. 138
pengajaran dengan sorogan ini seorang Ma’arif, Syamsul. Wawancara, Pondok
kiai mampu mengevaluasi langsung Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah. 12
kemampuan santri, dan hubungan antara Desember 2022.
santri dan kiai lebih dekat Majid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren
3. Pada pelaksanaan strategi radikalisme Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
terdapat faktor pendukung di antaranya Paramadina, 1995.
adanya kesadaran dan keinginan santri Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan
untuk semakin beriman dan bertakwa Pesantren. Jakarta: INIS, 1994.
kepada Allah. Usia santri yang masih Soleh, Badrus. Budaya Damai Komunitas
muda untuk terus diberi pengawasan Pesantren. Jakarta: LP3ES Indonesia,
dan wawasan dan adanya kerjasama 2007.
yang baik dari seluruh warga yang Wahid, Abdul. Kejahatan Terorisme. Jakarta:
berada di pondok . Refika Raditama, 2004.

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 43 | P a g e


Siti Rachmah Amalia, Nazriah Nurunajwa

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Zada,Khamimi. Islam Radikal .Jakarta:


(fJakarta: Gema Insani Presss), h. 50 Teraju, 2002
Yudhie, Muhammad Haryono. Memaafkan
islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999.

Jurnal AL-HIKMAH Vol 5, No 1 (2023) 44 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai