Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan saat ini, guru memiliki peran yang

strategis dalam upaya membentuk berbagai kecerdasan, keterampilan dan

pengembangan pengetahuan serta pembentukan karakter. Untuk itu diharapkan

seorang guru memiliki kompetensi untuk membekali siswanya secara optimal.

Untuk mencapai hasil yang optimal itu perlu adanya guru yang memiliki

kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif

sekaligus membantu motivasi siswa. Upaya yang dapat dilakukan guru adalah

dengan menerapkan berbagai model pembelajaran dengan berbagai strategi dalam

pembelajaran. Kemampuan guru yang makin profesional saat terjadinya proses

pembelajaran di kelas diharapkan siswa dapat aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran yang sedang berlangsung. Dengan demikian siswa akan lebih

mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa karena pembelajaran IPA masih

menggunakan metode konvensional. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru

kelas V SD Negeri No. 208 Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten

Mandailing Natal menyatakan bahwa saat pembelajaran IPA berlangsung masih

banyak siswa kurang mampu mengemukakan pendapatnya dan setelah peneliti

mengadakan wawancara dengan siswa Kelas V SD sebanyak 25 orang sebagai

sampel di dapat 85% siswa menyatakan kurang mampu mengemukakan pendapat,

65% siswa menyatakan guru sangat jarang menggunakan media dalam proses

1
pembelajaran IPA, 50% siswa menyatakan pembelajaran kurang interaktif, 50%

siswa kurang berani untuk menyampaikan pendapat.

Kemampuan siswa menyampaikan pendapat karena siswa kurang memahami

bagaimana caranya berpendapat dengan baik. Banyak siswa tidak mau

mengemukakan ide atau pendapatnya juga disebabkan takut disalahkan jika

pendapatannya kurang tepat. Oleh karena itu peranan guru sangat penting dalam

melatih keterampilan siswa berpendapat. Peneliti pernah mencoba menggunakan

metode diskusi dan eksperiman untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapatnya, akan tetapi usaha tersebut belum dapat mencapai

hasil yang optimal. Hak ini dikarenakan masih banyak siswa belum aktif dan

kreatif mengikuti pembelajaran. Selain itu materi pelajaran IPA Kelas V belum

dapat dipahami siswa dengan baik. Hal ini menyebabkan siswa takut untuk

bertanya, berpendapat dan mengeluarkan ide-ide atau gagasannya.

Karena permasalahan di atas sudah sangat kompleks, maka peneliti mencoba

mengaktifkan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) untuk memperbaiki proses pembelajaran. Eggen

dan Kauchak (dalam Trianto, 1996:279), menyatakan bahwa model pembelajaran

kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan

siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan

STAD merupakan pendekatan pembelajaran yang mengacu pada belajar

kelompok yang interaktif dan produktif menyajikan informasi baru kepada teman-

teman siswa kelompok lain menggunakan kalimat verbal atau teks.

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu mengenai sifat-sifat

cahaya dan pemanfaatannya. Pada materi ini, pembelajaran yang akan digunakan

2
dalam penelitian adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pertimbangan

tipe STAD adalah pendekatan pembelajaran kooperatif yang bersifat sederhana

dan melibatkan banyak siswa sehingga dimungkinkan bagi siswa yang kesulitan

akan tertolong dan materi yang sulit akan lebih mudah untuk dipahami. Selain itu,

dengan model pembelajaran ini akan lebih menarik perhatian siswa dikarenakan

pembelajaran melibatkan siswa secara langsung beraktifitas, menemukan dan

berkomunikasi dengan teman kelompoknyna sehingga dapat meningkatkan

motivasi belajar IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya dan

pencahayaannya. Materi ini terdiri dari beberapa sub topik sehingga diharapkan

cocok digunakan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

melibatkan banyak siswa yang dikelompok-kelompokkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat pada

pembelajaran IPA.

2. Masih banyak guru yang belum menggunakan media dalam pembelajaran IPA

secara kreatif dan inovatif.

3. Rendahnya tingkat keaktifan dan kreatifitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran IPA.

4. Kurangnya variasi strategi, metode dan pendekatan pembelajaran.

5. Kurang beraninya siswa dalam mengemukakan pendapat pada pelajaran IPA.

3
1.3. Manfaat Penelitian

Peneliti membatasi masalah berdasarkan identifikasi masalah yaitu upaya

peningkatan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) pada mata pelajaran IPA pada materi Sifat-Sifat Cahaya dan

Pemanfaatannya, Kelas V SD Negeri No. 208 Hutapungkut Kecamatan

Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

1.4 Rumusah Masalah

Rumusan masalah yang dapat Peneliti kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapat pada mata pelajaran IPA Kelas V SD Negeri

No. 208 Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing

Natal.

2. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD diimplementasikan sehingga dapat memotivasi siswa Kelas V SD

mengemukakan pendapatnya.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini antara lain :

1. Meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada mata

pelajaran IPA Kelas V SD Negeri No. 208 Hutapungkut Kecamatan

Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

4
2. Meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada mata pelajaran IPA.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

A. Bagi Siswa

1. Siswa dapat mengemukakan pendapat pada mata pelajaran IPA Kelas V

SD Negeri No. 208 Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten

Mandailing Natal.

2. Dapat memotivasi keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya

dengan baik, luga dan sistematis.

B. Bagi Guru

1. Dapat menerapkan model kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi

sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya di Kelas V SD Negeri No. 208

Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

2. Sebagai perbandingan bagi guru-guru lain untuk menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dapat memilih model yang lain

dengan tepat.

C. Bagi Sekolah

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi tentang

model-model pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahay dan

pemanfaatannya.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Kemampuan Mengemukakan Pendapat di SD

Proses pembelajaran harus mampu memberikan kesempatan yang luas

kepada seluruh siswa utnuk mengembangkan ide dan kreatifitas siswa diharapkan

aktif dalam proses pembelajaran di kelas dan memotivasi kemampuan siswa aktif

dalam proses pembelajaran di kelas dan memotivasi kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapatnya. Apabila siswa dapat mengemukakan pendapatnya

dalam proses pembelajaran maka suasana belajar yang terjadi di dalam kelas akan

efektif karena para siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran maka suasana

belajar yang terjadi di dalam kelas akan efektif karena para siswa terlibat aktif

dalam proses pembelajaran dan akan lebih memudahkan guru dalam membantu

siswa dan menyampaikan materi pembelajaran.

Kemampuan merupakan daya kreaasi seseorang melakukan suatu tindakan

sebagai hasil proses belajar dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu

tindakan dapat dilaksanakan sekarang. Kemampuan merupakan kata yang sudah

mengalami afiksasi (pengimbuhan) dalam kata dasar mampu. Menurut Daryanto

(1997:420) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa “Kemampuan adalah

kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri”. Menurut

kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri”. Menurut

Robbinson (2000:46) dalam (http://digilib.petra.ac.id) mengatakan bahwa

6
“Kemampuan merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil

latihan atau praktik”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah

kesanggupan atau kemauan untuk melakukan sesuatu berdasarkan kemampuan

yang dimiliki seseorang.

Dari pernyataan di atas dapat ditegaskan bahwa kemampuan

mengemukakan pendapat ialah kesanggupan atau kemauan siswa untuk belajar

dengan sungguh-sungguh dalam mengeluarkan pendapatnya berdasarkan

kemampuan yang dimilikinya.

Berdasarkan pernyataan tersebut terdapat beberapa kriteria dalam

mengemukakan pendapat antara lain :

a. Berani mengacungkan tangan mengemukakan pendapat atau ide/gagasan.

b. Dalam mengemukakan pendapat sesuai dengan permasalahan atau kasus yang

sedang terjadi serta dapat memberikan pemecahan secara sederhana.

c. Menggunakan bahasa yang lugas, tegas, dan mudah dipahami siswa lain.

d. Dapat menerima dan menghargai pendapa orang lain.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

A. Pengertian Pembelajaran Koperatif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang

sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah

direncanakan. Oleh karena itu, pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan

serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.

Menurut Dimyati & Mudjiono (dalam Sagala, 1998:297) mengatakan

bahwa “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

7
instruksional, untuk belajar membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar”.

Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang dan rencanakan oleh

guru unuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai

yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,

pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Sedangkan

menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) (dalam Sagala, 2009:62) menyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran adalah

proses yang dilakukan peserta didik untuk mempelajari suatu materi pelajaran

dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru.

Menurut Eggen dan Kauchank (dalam Wardhani, 2005:140) menyatakan

bahwa “Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk

strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran”. Pedoman

itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat

diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran

kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar

sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Priyanto (dalam Made Wena,

2007:189), mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa yang

8
sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif

akan terbiasa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota

kelompoknya.

Menurut Lies (dalam Made Wena, 2002:189) mengatakan bahwa

“Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan

kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”. Sedangkan

Abdurrahman dan Bintoro (dalam Made Wena, 2007:190) mengatakan bahwa

“Pembelajaran kooperatif adlaah pembelajaran yang secara dasar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama

siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.

Berdasarkan pengertian pembelajaran kooperatif di atas, maka Peneliti

dapat menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

berusaha untuk memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber

belajarnya, guru sebagai fasilitator dan berbagai sumber belajar lain, termasuk

lingkungan.

Belajar kooperatif sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran.

Belajar kooperatif bukanlah sesuatu pembelajaran baru. Artzt & Newman (dalam

Trianto, 1990:448) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar

bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk

mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab

yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

9
B. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) (dalam Trianto,

2009:61-62) terdapat 5 (lima) prinsip dalam model pembelajaran kooperatif,

yaitu:

1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar

kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai

satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan

meningkatkan interaksi antara siswa.

3. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar

kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa

yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak dapat hanya sekedar bergantung

pada hasil kerja teman tetapi memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya.

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif

selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa

dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam

kelompknya.

5. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses

kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota mendiskusikan bagaimana

mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang

baik.

10
C. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperaif

Menurut Arends (1997:111) model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-

ciri sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi

yang sedang dipelajari.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah.

3. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

yang berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

D. Teori Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ausubel (dalam Isjoni, 2009:35-40) mengatakan bahwa

pembelajaran kooperatif akan dapat mengusir rasa jenuh dan bosan. Bahan

pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna “meaning full”. Pembelajaran

bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-

konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Menurut Piaget (dalam Isjoni, 2009:35-40) mengatakan bahwa dalam

hubungannya dengan pembelajaran teori ini mengacu kepada kegiatan

pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif.

Setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual yaitu, a)

sensori motor (0-2 tahun); b)operasional (2-7 tahun); c) operasional konkret (7-11

tahun); d) operasional formal (11 tahun ke atas). Menurut Vygotsky (dalam Isjoni,

2009:35-40) mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan

pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan yang ilmiah.

11
Pengertian spontan ilmiah adalah pengertian yang di dapat dari ruangan kelas,

atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolah.

E. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, M, dkk, (2000:10) terdapat beberapa langkah dalam

model pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran

2. Menyampaikan tujuan informasi

3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

4. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok

5. Penilaian atau memberikan umpan balik

6. Memberikan penghargaan

F. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, dkk (2000:7-8) ada beberapa tujuan model pembelajaran

kooperatif antara lain :

1. Pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga

bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas

sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.

3. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi

2.1.3 STAD (Student Teams Achievement Division)

A. Pengertian

STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Slavin (dalam Trianto, 2009:68)

12
menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar

beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,

jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja

dalam tim mereka serta mengupayakan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut.

Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes

ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Menurut Robert Slavin (dalam

Made Wena, 2008:192-193) menyatakan cara penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD di kelas sebagai berikut :

1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok

2. Tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen baik

dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan keterampilan

berkomunikasi.

3. Tiap kelompok diberi bahan ajar yang sudah di desain guru dan tugas-

tugas pembelajaran yang harus dikerjakan.

4. Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan mengerjakan

tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.

5. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator.

6. Tiap minggu atau dua minggu guru melaksanakan penilaian baik secara

individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar yang

dicapai.

7. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang

baik diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok

13
memperoleh nilai hasil belajar yang baik maka semua kelompok tersebut

wajib diberi penghargaan.

B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan

pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas 6 langkah atau fase. Fase-fase

dalam pembelajaran ini seperti terdapat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru


Fase 1

Menyampaikan KD, indikator, dan Menyampaikan KD, indikator, dan

tujuan pembelajaran serta memotivasi tujuan yang akan dicapai pada

siswa. pembelajaran tersebut serta

memotivasi siswa untuk mencapainya

dengan aktif.
Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa

materi utama berupa teknik diskusi dengan jalan mendemonstrasikan atau

kelompok lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam Menjelaskan kepada siswa bagaimana

kelompok-kelompok belajar yang caranya membentuk kelompok belajar

heterogen. dan membantu setiap kelompok agar

melakukan proses mencari,

14
menemukan dan menganalisis materi

ajar.

Fase 4 Membimbing kelompok-kelompok

Membimbing kelompok bekerja pada saat mereka mengerjakan tugas

belajar dengan aktif dan kreatif mereka secara intensif.

Fase 5 Melakukan penilaian proses dan hasil

Penilaian proses dan hasil belajar tentang yang telah dipelajari

atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya dan

ditanggapi oleh siswa lain.

Fase 6 Mencari cara-cara untuk menghargai

Memberikan penghargaan upaya paupun hasil belajar individu

maupun kelompok.

C. Kelemahan-kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement Division)

Menurut Soewarso (1998) ada beberapa kelemahan yang terjadi pada model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

antara lain :

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

bukanlah satu-satunya pembelajaran untuk memecahkan masalah yang timbul

dalam kelompok kecil.

15
2. Adanya ketergantungan terhadap kelompok sehingga siswa yang lambat

berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri.

3. Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak

dapat memenuhi.

4. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.

5. Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

D. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Meskipun ada banyak kelemahan yang timbul, menurut Soewarso (1998)

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) juga

memiliki kelebihan yakni :

1. Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.

2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapatkan nilai rendah karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh

anggota kelompoknya.

3. menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat

orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.

4. Menghasilkan pencapaian belajar siswa tinggi serta menambahkan harga diri

siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi

siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

6. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

pengetahuannya.

16
7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitori

siswa dalam belaajr bekerjasama.

2.1.4 Hakikat IPA di SD

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari

tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA dapat disebtu

juga sains (science). Science mempunyai arti sebagai pengetahuan dan natural

science atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Pengertian IPA itu bermacam-macam. Subiyanto (1998:2) (http://gian-

tehnik.blogspot.com) mengatakan IPA adalah body knowledge. IPA adalah suatu

cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara sistematis

dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. IPA merupakan pengetahuan

yang di dapat dengan jalan studi dan praktik. IPA juga dapat diartikan sebagai

suatu cabang studi yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-

fakta terutama dengan susunannya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.

Collete (1994:30) (http://gian-tehnik.blogspot.com) mengatakan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam harus dipandang secara berpikir dalam pencarian tentang

pengertian rahasia alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan

dan inquiry. Istilah IPA merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “natural

science” atau disebut sciense. Dalam Bahasa Indonesia “science” ditulis sains atau

IPA.

17
2.1.5 Pentingnya Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) di SD

Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sektiar serta mengembangkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui di dalam kelas pembelajaran yang

berlangsung dilaksanakan secara klasikal sehingga hasil pembelajaran yang di

dapat siswa kurang efektif. Oleh sebab itu makanya penting diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

khususnya dalam mata pelajaran IPA.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru

mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan

intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Model-

model pembelajaran tersebut antara lain pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division) yang menekankan pada aktivitas dan

interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

2.2 Kerangkap Konseptual

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) adalah model pembelajaran yang sederhana dan mengacu pada

pembelajaran kelompok siswa yang beranggotakan 4-5 orang dan bersifat

heterogen dari kemampuan intelegensia, jenis kelamin dan perbedaan gender.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) ini memiliki beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu ; (1)

menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan atau menyampaikan

18
informasi, (3) mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, (4)

membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, (6) memberikan

penghargaan.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) ini pada pembelajaran IPA kelas V SD pokok

bahasan sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya dapat membuat siswa aktif dan

lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena siswa ditempatkan

dalam kelompoknya dan diberi tugas kemudian siswa tersebut berdasarkan

kelompoknya masing-masing saling bekerja sama dalam memecahkan soal atau

permasalahan dalam pembelajaran. Sehingga materi yang sulit dapat dipecahkan

secara bersama di dalam kelompoknya masing-masing dan siswa dapat

mengemukakan pendapatnya sesuai dengan ide-ide yang dimiliki siswa tersebut.

2.3 Hipotesa Tindakan

Hipotesa tindakan dalam penelitian ini adalah “kemampuan siswa

mengemukakan pendapat dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran

kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) dalam mata pelajaran

IPA di kelas V SD Negeri No. 208 Hutapungkut Kecamatan Kotanopan

Kabupaten Mandailing Natal.

19
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu

bulan persiapan sampai pelaksanaan tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas

V SD Negeri No. 208 Hutapungkut Hutapungkut Kecamatan Kabupaten

Mandailing Natal.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yang mengarah pada peningkatan kemampuan siswa mengemukakan

pendapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) pada mata pelajaran IPA Kelas V SD Negeri No. 208

Hutapungkut Hutapungkut Kecamatan Kabupaten Mandailing Natal.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas V SD Negeri No.

208 Hutapungkut Hutapungkut Kecamatan Kabupaten Mandailing Natal yang

berjumlah 38 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 17 orang, dan jumlah siswa

perempuan 21 orang.

3.4 Operasional Variabel

20
Kemampuan siswa mengemukakan pendapat merupakan suatu bentuk

kesanggupan dan kemauan siswa untuk belajar aktif dan kreatif dalam

mengemukakan pendapat sesuai materi yang dipelajari.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) adalah model pembelajaran yang sederhana dengan membentuk

pembelajaran kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen.

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tahapan pelaksanaan yang dilakukan di

dalam kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Me Tanggart yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pada penelitian ini

peneliti dibantu teman sejawat terutama pada observasi pembelajaran di dalam

kelas dan melakukan refleksi pada setiap siklus dengan menggunakan lembar

observasi terhadap siswa maupun guru.

Proses penelitian dari 2 siklus (Gambar 1) ;

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

21
Gambar 1 : Skema Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Me Taggart

22
A. Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahapan perencanaan, Peneliti membuat desain perencanaan

pembelajaran diawali dari ; a) analisis materi yang terdapat pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA Kelas V SD; b) membuat

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan model pembelajaran

yang digunakan; c) mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran; d) membuat bahan ajar yang sistematis dilengkapi dengan contoh-

contoh dan prosedur kerja; e) membuat soal-soal tugas yang akan diberikan pada

masing-masing kelompok untuk untuk didiskusikan; f) membuat lembar observasi

proses pembelajaran untuk melihat bagaimana proses belajar siswa di dalam

kelas; g) membuat lembar observasi terhadap guru dalam memfasilitasi kegiatan

belajar siswa; h) menyusun instrumen untuk mengukur kemampuan siswa

mengemukakan pendapat selama tindakan penelitian diterapkan.

Setelah desain perencanaan selesai, Peneliti melakukan diskusi dengan

teman sejawat mengenai teknis pelaksanaan penelitian.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan langkah-langkah yang telah disusun menggunakan langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan siswa

mengemukakan pendapat.

23
Tabel 2 : Langkah-Langkah Pelaksanaan Tindakan Kelas I

No Langkah-Langkah Guru Siswa


1 Menyampaikan tujuan Menyampaikan semua Siswa mendengarkan
dan motivasi tujuan pembelajaran semua tujuan
2 Menyajikan / Menyajikan informasi Siswa mengamati
menyampaikan kepada siswa dengan jalan informasi yang disajikan
informasi mendemonstrasikan atau guru
lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan Menjelaskan kepada siswa Siswa mendengarkan
siswa dalam kelompok- bagaimana caranya penjelasan guru tentang
kelompok belajar membentuk kelompok bagaimana caranya
belajar dan membantu membentuk kelompok
setiap kelompok agar belajar dan membantu
melakukan pemindahan setiap kelompok agar
secara efisien melakukan pemindahan
secara efisien
4 Membimbing kelompok Membimbing kelompok- Siswa mengerjakan tugas
bekerja dan belajar kelompok pada saat dalam kelompoknya
mereka mengerjakan tugas
mereka
5 Proses penilaian Menilai proses dan hasil Siswa merefleksi hasil
pembelajaran belajar tentang materi yang belajar
telah dipelajari atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya
6 Memberikan Mencari cara-cara untuk Siswa mendapat
penghargaan menghargai baik upaya penghargaan
maupun hasil belajar
individu dan kelompok

24
3. Observasi

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan

dibantu oleh teman sejawat terutama keaktifan belajar siswa. Pada tahapan ini,

untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengetahui

kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya pada mata pelajaran IPA

serta mengetahui pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai

dengan tujuan kegiatan yang ingin dicapai.

4. Refleksi

Pada tahapan ini, refleksi dilakukan berdasarkan hasil yang telah diperoleh

dari tahap tindakan dan observasi dikumpulkan serta dianalisa sehingga dapat

mengambil kesimpulan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu,

hasil refleksi dapat digunakan sebagai dasar memperbaiki perencanaan dan

tindakan pada siklus berikutnya.

B. Siklus II

1. Perencanaan

Rencana tindakan sama dengan Siklus I dan rencana tindakan Siklus II

disusun berdasarkan refleksi dan data pada Siklus I. Adapun acuan yang akan

dipersiapkan adalah; a) membuat RPP sesuai dengan model pembelajaran yang

digunakan; b) mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran;

c) membuat soal-soal tugas yang akan diberikan pada masing-masing kelompok

belajar; d) membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana perkembangan

siswa di dalam kelas; e) menyusun tes untuk mengukur kemampuan

mengemukakan pendapat siswa selama tindakan penelitian diterapkan.

25
2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sama seperti Siklus I yaitu

melakukan skenario yang telah direncanakan.

Tabel 3 : Langkah-Langkah Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Langkah-
Langkah Model
No Guru Siswa
Pembelajaran
Kooperatif STAD
1 Menyampaikan Menyampaikan semua tujuan Siswa mendengarkan semua
tujuan dan motivasi pembelajaran yang dicapai pada tujuan pembelajaran yang
pembelajaran tersebut dan dicapai pada pembelajaran
memotivasi siswa belajar tersebut
2 Menyajikan / Menyajikan informasi kepada siswa Siswa mengamati informasi
menyampaikan dengan jalan mendemonstrasikan yang disajikan guru
informasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan Menjelaskan kepada siswa Siswa mendengarkan
siswa dalam bagaimana caranya membentuk penjelasan guru tentang
kelompok- kelompok belajar dan membantu bagaimana caranya
kelompok belajar setiap kelompok agar melakukan membentuk kelompok
pemindahan secara efisien belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan
pemindahan secara efisien
4 Membimbing Membimbing kelompok-kelompok Siswa mengerjakan tugas
kelompok bekerja belajar pada saat mereka yang memberikan guru
dan belajar mengerjakan tugas berdasarkan kelompok-
kelompok
5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tenjang Siswa merefleksikan hasil
materi yang telah diajarkan atau belajar
masing-masing kelompok
6 Memberikan Mencari cara-cara untuk Siswa mendapat
penghargaan menghargai baik upaya maupun penghargaan
hasil belajar individu dan kelompok

26
3. Observasi

Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dibantu

oleh seorang teman sejawat. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui

keaktifan, kreativitas siswa Kelas V SD dalam mengemukakan pendapatnya pada

mata pelajaran IPA.

4. Refleksi

Kegiatan ini dilaksanakan sama dengan Siklus I yaitu dengan menganalisis

semua rekam jejak proses pembelajaran dan hasil observasi yang terjadi di kelas

saat proses pembelajaran berlangsung dan mendeskripsikan data yang diperoleh

untuk mengambil simpulan dari tindakan yang dilakukan apakah sudah mencapai

tujuan yang diharapkan yaitu tentang meningkatnya kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapat pada mata pelajaran IPA SD Kelas V.

3.6 Prosedur Penelitian

Pengumpulan data ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

a. Observasi terhadap proses pembelajaran berlangsung, baik mengenai

proses pembelajaran dan hasil belajar siswa serta aktivitas guru

b. Memberi tes siswa tentang kemampuan mengemukakan pendapat siswa

c. Wawancara terhadap siswa mengenai pendapat mereka mengikuti

proses pembelajaran dan kebermaknaan materi yang dipelajari bagi

kehidupan.

27
3.7 Teknik Analisa Data

Analisa data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan

yang dilakukan dalam penelitian ini. Pada analisis data ini terdapat langkah-

langkah antara lain;

a. Melakukan analisis data observasi, tes, wawancara yang sudah dicatat,

direkan dari Siklus I dan Siklus II.

b. Melakukan penafsiran data dan menginterpretasikannya secara

deskriptif.

c. Menyimpulkan apakah tindakan pembelajaran yang dilakukan sudah

terjadi peningkatan kemampuan siswa mengemukakan pendapat dan

hasil belajar siswa atau tidak berdasarkan hasil observasi.

d. Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkaj perbaikan

untuk siklus pembelajaran berikutnya.

e. Membuat simpulan.

Dalam Zainal Aqib (2009:41) dinyatakan bahwa analisis data ini dilihat

berapa persenkah tingkat keberhasilan yang dicapai dari perubahan kemampuan

mengemukakan pendapat siswa, dengan rumus :

3.8 Instrumen Penelitian

Data penelitian ini diperoleh dari instrumen penelitian sebagai berikut ;

A. Lembar Pengamatan (Observasi)

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengobservasi keaktifan siswa

dalam mengemukakan pendapatnya selama proses pembelajaran berlangsung.

28
Tabel 4 : Langkah-Langkah Model Pembelajaran

Langkah-Langkah Pelaksanaan
No Komentar
Pembelajaran Ada Tidak Ada
1 Menyampaikan KD
indikator pencapaian dan
tujuan pembelajaran
2 Menyajikan materi secara
singkat
3 Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok yang
heterogen
4 Membimbing diskusi
kelompok
5 Melakukan penilaian proses
dan hasil belajar
6 Memberikan penghargaan
kepada siswa

B. Kriteria Mengemukakan Pendapat

Kriteria mengemukakan pendapat terdiri dari :

a. Berani mengacungkan tangan untuk mengemukakan pendapat.

b. Dalam mengemukakan pendapat sesuai dengan permasalahan yang

diberikan.

c. Kebenaran jawaban, memberi tanggapan secara lugas, aktif dan kreatif.

d. Mengeluarkan ide/gagasan yang berhubungan dengan materi

pembelajaran.

Untuk mengetahui kemampuan siswa mengemukakan pendapat, Peneliti

melakukan pengumpulan data dengan tes, observasi, dan wawancara secara lisan

dan tertulis.

29
a. Tes

Tes adalah alat untuk memperoleh data/informasi tentang kemampuan

siswa dengan cara pemberian soal. Soal-soal yang diberikan sebanyak

15 soal sesuai dengan materi yang ada pada kompetensi dasar dan

indikator pencapaian yaitu tentang sifat-sifat cahaya dan

pemanfaatannya.

b. Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran oleh guru dan teman

sejawat pada Siklus I dan II. Pengamatan terhadap seluruh kegiatan

yang dilakukan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dan perubahan

yang terjadi saat dilakukan pemberian tindakan menggunakan lembar

observasi.

c. Wawancara

Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan data terhadap proses

pembelajaran untuk memperkuat data-data yang sudah terekam dalam

lembar observasi.

3.9 Kriteria Keberhasilan

Dalam Zainal Aqib (2009:41-42), tingkat keberhasilan ditentukan dengan

melihat dari kriteria yang telah ditetapkan, yaitu kriteria menentukan tingkat

persentase jumlah siswa dari tiap indikator yang dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :

1. Sangat Baik : 80%-100% dari jumlah indikator pencapaian

2. Baik : 60%-79% dari jumlah indikator pencapaian

3. Cukup : 40%-59% dari jumlah indikator pencapaian

4. Kurang : 20%-39% dari jumlah indikator pencapaian

30
5. Sangat Kurang : 0%-19% dari jumlah indikator pencapaian

Dalam penelitian ini dinyatakan berhasil dalam klasikal jika mendapat >

80%, dan jika ketuntasan belajar siswa mendapat nilai > 70% maka siswa

dikatakan berhasil atau tuntas belajar

3.10 Jadwal Penelitian

Tabel 5 : Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan X
Siklus I X
Perencanaan X
Tindakan X
Pertemuan 1 X
Pertemuan 2 X
Tes X
Observasi X
Refleksi X
2 Siklus II X
Perencanaan X
Tindakan X
Pertemuan 1 X
Pertemuan 2 X
Tes X
Observasi X X
Refleksi X X
3 Analisa Data X X
4 Penyusunan Laporan X X

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal

Suasana pembelajaran yang bersifat konvensional memiliki kecenderungan

pembelajaran berpusat pada guru (teacher center) sehingga siswa kurang aktif dan

kurang kreatif dalam mencari, menemukan bahkan kemampuan mengemukakan

pendapat/gagasan mengenai materi yang dipelajari masih rendah. Kondisi ini

sangat erat hubungannya dengan metode, strategi, maupun pendekatan

pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang hanya

menggunakan metode ceramah tanpa inovasi.

Untuk mengubah suasana pembelajaran yang konvensional tersebut

menjadi suasana yang inovatif sehingga mampu mendorong dan membangkitkan

motivasi belajar siswa menjadi aktif, kreatif dan bermakna maka hal pertama yang

dilakukan Peneliti adalah melakukan observasi dan pengumpulan data

permasalahan serta kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran, dalam hal ini

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SD Negeri No. 208

Hutapungkut pada materi cahaya dan pemanfaatannya. Masalah yang sering

mendapat perhatian adalah metode atau cara mengajar yang disampaikan guru

dalam kelas, guru hanya menggunakan metode konvensional saja berupa ceramah

yang menonton dan membosankan bagi siswa.

Dari hasil observasi dan wawancara pada sejumlah siswa SD Negeri No.

208 Hutapungkut diperoleh informasi bahwa dalam pelajaran IPA Kelas V SD

32
khususnya dalam mengemukakan pendapat terdapat rendahnya kemampuan siswa

untuk mengemukakan pendapatnya dan dalam menuangkan ide-ide yang kreatif.

Hal ini dikarenakan siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran IPA

yang diajarkan oleh guru. Dimana guru sering menggunakan metode mengajar

yang kurang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif mengemukakan pendapat

atau ide-ide dari siswa. Dan guru juga kurang memotivasi siswa atau kurang

memberi ruang terhadap siswa untuk berpikir kreatif mengemukakan gagasan saat

pembelajaran IPA di dalam kelas.

PTK ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa

mengemukakan pendapat khususnya dalam hal ini pada pembelajaran IPA Kelas

V SD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu

model pembelajaran dengan kelompok belajar yang bekerja sama berdasarkan

kelompok-kelompok belajarnya untuk menemukan, memecahkan masalah yang

ada sehingga siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai

sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran ini mengutamakan

kerjasama dalam kelompok belajarnya sehingga ide-ide kreatif dan inovatif dapat

tertuang di dalam kelompok belajarnya sehingga ide-ide kreatif dan inovatif dapat

tertuang di dalam kelompok belajar ini, dan kemampuan siswa mengemukakan

pendapat dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Penelitian ini dilakukan

dalam dua siklus, setiap siklus berisikan tindakan berupa pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

yang sesuai dengan materi pembelajaran tentang sifat-sifat cahaya dan

pemanfaatannya di Kelas V SD.

33
2. Wawancara

Pada saat tindakan diberikan kepada siswa, Peneliti juga melakukan

wawancara dan tanya jawab kepada siswa setelah selesai pembelajaran dengan

tujuan agar dapat mengetahui hasil kemampuan serta pemahaman siswa dalam

proses belajar mengajar yang berlangsung serta mendapat informasi tambahan

tentang kesulitan yang dialami siswa dalam belajar sehingga dapat diperbaiki

dalam Siklus II. Wawancara juga dilakukan Peneliti kepada teman sejawat yang

juga berperan sebagai observer pada saat penelitian berlangsung.

Peneliti menanyakan kepada observer tentang hal-hal apa yang siswa

rasakan sulit pada materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya dan bagaimana

kemampuan siswa mengemukakan pendapat.

Berdasarkan tes awal (pre-test) diperoleh skor dan ketuntasan individual

dan klasikal yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 6 : Perolehan Skor Tes Awal (Pre-Test) dari 15 Soal Bentuk Objektifitas

NILAI NILAI
KKM DAYA DAYA TINGKAT
NO BENAR SALAH SKOR
KD=70 SERAP SERAP KETERCAPAIAN
INDIVIDU KELAS
1 70 2 13 0.13 13 42,18 Tidak tercapai

2 70 2 13 0.13 13 42,18 Tidak tercapai

3 70 5 10 0.33 33

4 70 3 12 0.20 20

5 70 3 12 0.20 20

6 70 4 11 0.27 27

7 70 5 10 0.33 33

8 70 5 10 0.33 33

34
9 70 8 7 0.53 53

10 70 7 8 0.47 47

11 70 3 12 0.20 20

12 70 6 9 0.40 40

13 70 2 13 0.13 13 Tidak tercapai

14 70 12 3 0.80 80 Tercapai

15 70 5 10 0.33 33 Tidak tercapai

16 70 4 11 0.27 27 Tidak tercapai

17 70 5 10 0.33 33 Tidak tercapai

18 70 11 4 0.73 73 Tercapai

19 70 7 8 0.47 47 Tidak tercapai

20 70 12 3 0.80 80 Tercapai

21 70 6 9 0.40 40 Tidak tercapai

22 70 6 9 0.40 40 Tidak tercapai

23 70 6 9 0.40 40 Tidak tercapai

24 70 7 8 0.47 47 Tidak tercapai

25 70 5 10 0.33 33 Tidak tercapai

26 70 7 8 0.47 47

27 70 9 6 0.60 60

28 70 9 6 0.60 60

29 70 10 5 0.67 67

30 70 4 11 0.27 27

31 70 13 2 0.87 87 Tercapai

32 70 11 4 0.73 73 Tercapai

Jumlah 1,360

Nb. Rumus menghitung daya serap individu

35
Rumus menghitung daya serap klasikal

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil belajar siswa pada pre-test

hanya 4 orang yang mendapat skor mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM), dengan tingkat ketuntasan 42,18. Hal ini menunjukkan baik proses

pembelajaran maupun hasil belajar siswa belum optimal, oleh karena itu perlu

ditingkatkan.

3. Siklus I

3.1 Tahap Perencanaan Tindakan

Penelitian dilakukan oleh Peneliti dan dibantu teman sejawat yang berperan

sebagai observer sekaligus menjadi kolaborator secara bersama-sama dengan

Peneliti bertindak sebagai Pengamat di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran

siswa dibagi menjadi 8 kelompok, dimana tiap-tiap kelompok dibagi menjadi 4

orang karena jumlah siswa di dalam kelas ada 32 orang. Pada penelitian ini

Peneliti dan teman sejawat bertugas untuk mencatat segala proses kegiatan yang

terjadi di dalam kelas. Dan hasilnya didiskusikan bersama-sama sebagai bahan

analisa untuk perbaikan tindakan berikutnya yang setelah pelaksanaan akan

direfleksikan kembali. Selanjutnya hasil refleksi itu disimpulkan dan diambil

tindakan untuk perbaikan sebagai langkah pelaksanaan berikutnya pada siklus

kedua. Kemudian setelah langkah-langkah diambil secara bersama-sama tersebut

36
dilaksanakan, diadakan revisi kembali untuk dapat melanjutkan ke langkah atau

siklus berikutnya.

Adapun langkah atau rencana yang akan dipersiapkan oleh Peneliti yaitu :

a. Merumuskan strategi yang dihasilkan melalui wawancara dan observasi

terhadap guru dan siswa.

b. Mengembangkan materi ajar dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, atau dibuat

tersendiri.

c. Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran

d. Melaksanakan pembelajaran dengan menjelaskan tentang materi ajar yang

akan diajarkan dalam kemampuan siswa mengemukakan pendapat.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya untuk memahami

materi pelajaran yang diikutinya.

f. Memberikan soal pre dan post test untuk melihat perkembangan kemampuan

siswa dalam memahami pelajaran.

g. Mencermati dengan menggunakan lembar observasi kegiatan pembelajaran

kembali di dalam kelas.

3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh Peneliti khususnya pada

mata pelajaran IPA dengan materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya. Dalam

hal ini Peneliti berusaha terlibat dalam pembelajaran dengan teman sejawat untuk

dapat meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat yang lebih baik

terhadap perubahan yang dihasilkan siswa melalui penggunaan model

37
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan diajarkan kepada siswa kelas V

Sekolah Dasar.

Sebelum masuk ke dalam kegiatan inti terlebih dahulu Peneliti membuka

pelajaran kurang lebih 57 menit. Tujuannya untuk mengkoordinasikan siswa agar

mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Setelah Peneliti mengucapkan salam

pembuka, kemudian Peneliti mengkondisikan kelas agar siswa dapat fokus pada

kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah pada kegiatan ini adalah :

a. Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman di dalam kelas.

b. Membuka pelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

c. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar siswa yang bersifat heterogen.

d. Memperbaiki kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat terutama

siswa yang masih kurang kegiatan pembelajaran diawali dengan pre-test,

selanjutnya kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan pada

siklus pertama dalam dua kali pertemuan tatap muka dan dalam setiap

pertemuan dapat Peneliti deskripsikan sebagai berikut :

Pertemuan I

Pada pertemuan pertama ini siswa diberikan petunjuk penjelasan singkat

tentang materi yaitu sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya. Pada Siklus I ini

membahas materi pelajaran yaitu sifat-sifat cahaya dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat

memahami apa yang harus mereka persiapan dan mereka lakukan ketika diberi

38
tugas/LKS berdasarkan kelompok masing-masing. Kegiatan pembelajaran yang

akan dilakukan adalah :

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran model kooperatif tipe STAD dalam

peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada mata

pelajaran IPA.

b. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang bersifat heterogen baik

dari prestasi hasil belajar, kecerdasan, jenis kelamin dan perbedaan gender.

c. Memberikan bahan ajar yang dilengkapi dengan contoh-contoh soal dan

contoh penyelesaiannya dan soal-soal atau tugas/LKS yang akan diberikan

pada masing-masing kelompok belajar.

d. Guru menjelaskan tentang materi pelajaran sifat-sifat cahay secara singkat

dan petunjuk teknis berdiskusi, menggunakan pendapat dan presentasi.

e. Guru mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai benda

dan pemanfaatannya; mengarahkan siswa di kelompok masing-masing

berdiskusi menunjukkan bukti contoh peristiwa sifat-sifat cahaya,

diantaranya cahaya merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat

dibiaskan, dan cahaya dapat diuraikan.

f. Membimbing siswa mengerjakan tugas/LKS yang diberikan.

g. Membimbing kelompok-kelompok belajar saat mengerjakan tugas yang

diberikan.

h. Memberikan kesempatan kepada wakil kelompok belajar untuk mengacak

nomor kelompok.

i. Memberikan kesempatan kepada kelompok belajar yang terpilih untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dari tugas yang diberikan tersebut.

39
j. Memberikan kesempatan untuk kelompok lain menanggapi hasil diskusi

kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya tersebut.

k. Menyusun tes untuk mengukur kemampuan mengemukakan pendapat siswa

selama proses pembelajaran berlangsung.

l. Membimbing siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran tersebut.

m. Memberikan tugas akhir pertemuan untuk mengetahui sejauh mana siswa

mampu memahami materi pelajaran.

Pertemuan II

Pada pertemuan kedua ini siswa diberikan pengertian kembali tentang

materi pembelajaran IPA dalam mengemukakan pendapatnya dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kegiatan yang

akan dilakukan adalah :

a. Menjelaskan kembali tujuan pembelajaran model kooperatif tipe STAD

dalam peningkatan kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada mata

pelajaran IPA.

b. Guru menjelaskan kembali tentang materi pelajaran sifat-sifat cahaya.

c. Mengadakan tanya jawab tentang materi pelajaran yang telah dipelajari.

d. Menyusun tes untuk mengukur kemampuan mengemukakan pendapat siswa

selama proses pembelajaran berlangsung.

e. Memberikan tugas post-test I untuk mengetahui sampai mana kemampuan

siswa dalam mengemukakan pendapatnya dan menjawab pertanyaan yang

diberiken guru tentang materi yang telah diajarkan.

f. Guru dan siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran tersebut.

40
g. Memberikan tugas di akhir pertemuan untuk mengetahui sejauh mana siswa

mampu memahami materi pelajaran.

3.3 Observasi I

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru mulai dari awal

pelaksanaan tindakan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan

pendapat dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Berdasarkan data atau catatan Peneliti dan teman sejawat dengan

menggunakan lembar observasi selama menunjukkan kemampuan siswa

mengemukakan pendapat terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7 : Perolehan Skor tentang Kemampuan Siswa Mengemukakan Pendapat

pada Siklus I

Kategori
Presentasi
Mengemukakan Skor Jumlah Siswa
Ketercapaian
Pendapat
Sangat Kurang 0-29 4 12%

Kurang 30-50 6 19%

Cukup 51-69 10 31%

Baik 70-80 6 19%

Sangat Baik 81-100 6 19%

32 100%

Berdasarkan observasi atau pengamatan tersebut hasil aktivitas belajar

siswa pada mata pelajaran IPA tentang kemampuan siswa mengemukakan

pendapat masih tergolong sedang dengan jumlah siswa yang memiliki

kemampuan mengemukakan pendapat sebanyak 12 orang atau 38%. Oleh karena

41
itu, Peneliti mencoba melakukan tindakan perbaikan dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan siswa

mengemukakan pendapat serta meningkatkan keaktifan dan kreatifitas belajar

siswa pada Siklus II.

3.4 Analisa Data

Berdasarkan hasil tes berupa tugas menjawab pertanyaan pilihan ganda dan

isian sebanyak 15 soal yang dilaksanakan setelah diadakan tindakan I pada siswa

melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 8 : Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif pada Siklus I

Bentuk Tes Objektif 15 Soal

NILAI NILAI
KKM DAYA DAYA TINGKAT
NO BENAR SALAH SKOR
KD=70 SERAP SERAP KETERCAPAIAN
INDIVIDU KELAS
1 70 11 4 0.73 73 69,18 Tercapai

2 70 8 7 0.53 53 Tidak tercapai

3 70 13 2 0.87 87 Tidak tercapai

4 70 7 8 0.47 47 Tidak tercapai

5 70 7 8 0.47 47 Tidak tercapai

6 70 9 6 0.60 60 Tidak tercapai

7 70 9 6 0.60 60 Tidak tercapai

8 70 9 6 0.60 60 Tidak tercapai

9 70 10 5 0.67 67 Tidak tercapai

10 70 12 3 0.80 80 Tercapai

11 70 8 7 0.53 53 Tidak tercapai

12 70 13 2 0.87 87 Tercapai

13 70 9 6 0.60 60 Tercapai

42
14 70 13 2 0.87 87 Tercapai

15 70 11 4 0.73 73 Tercapai

16 70 11 4 0.73 73 Tercapai

17 70 12 3 0.80 80 Tercapai

18 70 13 2 0.87 87 Tercapai

19 70 11 4 0.73 73 Tercapai

20 70 13 2 0.87 87 Tercapai

21 70 10 5 0.67 67 Tidak tercapai

22 70 11 4 0.73 73 Tidak tercapai

23 70 11 4 0.73 73 Tercapai

24 70 10 5 0.67 67 Tercapai

25 70 10 5 0.67 67 Tidak tercapai

26 70 11 4 0.73 73 Tidak tercapai

27 70 12 3 0.80 80 Tidak tercapai

28 70 10 5 0.67 67 Tidak tercapai

29 70 10 5 0.67 67 Tidak tercapai

30 70 8 7 0.53 53 Tidak tercapai

31 70 13 2 0.87 87 Tercapai

32 70 12 3 0.80 80 Tercapai

Jumlah 2,247

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan belajar siswa

dalam menguasai materi pokok sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya masih

tergolong rendah dengan rata-rata 53,12 padahal Peneliti sudah berusaha

memberikan bimbingan pembelajaran dengan langkah-langkah model STAD.

Hasil penelitian ini menunjukkan 17 orang atau 53,12% dari 32 orang siswa

yang melampaui KKM atau berada di atas nilai ketuntasan belajar (>70),

43
sedangkan sebanyak 15 orang atau 46,87% berada di bawah ini ketuntasan belajar

(>70).

Prestasi belajar siswa secara akademis masih dapat ditingkatkan lagi dengan

memperbaiki tindakan dalam proses pembelajaran pada siklus II mendorong siswa

lebih aktif dan kreatif.

3.5 Rekleksi I

Dari hasil analisis Siklus I dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar

siswa pada kemampuan siswa mengemukakan pendapat ketika dilaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelaaran kooperatif tipe STAD

tergolong sedang dan masih dapat ditingkatkan lagi yaitu baru mencapai 38%

sedangkan prestasi akademis siswa secara kognitif baru mencapai 17 orang yang

dapat melampaui KKM (>70) atau sebesar 53,12% dengan daya serap rata-rata

69,18%.

4. Siklus II

4.1 Tahap Perencanaan Tindakan I

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan Peneliti dengan teman sejawat

diperoleh beberapa faktor pada Siklus I (pertama) dalam penerapan pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA SD Kelas V yang harus direvisi

untuk dilakukan sebagai tindakan perbaikan Siklus II (kedua), sebagai upaya

untuk meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat dan prestasi

hasil belajar, khususnya tentang materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya.

Adapun rencana yang akan dipersiapkan oleh guru pada Siklus II adalah :

44
a. Merumuskan masalah yang dihasilkan melalui wawancara dan observasi

terhadap guru dan siswa.

b. Mengembangkan materi ajar dalam bentuk rencana pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan.

c. Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran

d. Melaksanakan pembelajaran dengan menjelaskan tetang materi ajar yang

akan diajarkan dalam kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya untuk memahami

materi pelajaran yang diikuti.

f. Memberikan soal post-test untuk melihat kemampuan siswa dalam

memahami pelajaran.

g. Memantau siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

4.2 Tahap Perencanaan Tindakan II

Sebelum guru memasuki kegiatan inti terlebih dahulu guru melihat dan

mencermati hasil temuan dan perbaikan yang dilaksanakan pada Siklus I. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan kelemahan dan tindakan II sehingga

hasil belajar yang di dapat maksimal dibandingkan pelaksanaan Siklus II.

Dalam proses pembelajaran sebelum masuk ke kegiatan inti, seorang guru

harus mengetamakan kegiatan awal atau pembukaan. Pertama guru membuka

pelajaran kurang lebih 5-10 menit. Dengan tujuan untuk mengkondisikan siswa

agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Setelah guru mengucapkan

salam pembuka, kemudian guru mengkondisikan kelas, dan guru mengabsen

kehadiran siswa.

Adapun secara rinci, kegiatan ini meliputi :

45
a. Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman di dalam kelas.

b. Membuka pelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

c. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar siswa.

d. Memperbaiki hasil kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya

yang hasilnya kurang setelah adanya post-test I siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran IPA

berlangsung.

Pada Siklus ini dilakukan dua kali pertemuan. Kegiatan belajar merupakan

pengembangan dan pelaksanaan dari skenario pembelajaran yang telah disusun

dengan perbaikan yang dilaksanakan pada Siklus I yang tertuang dalam bentuk

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembelajaran ini dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Adapun langkah-

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pertemuan I

Pada pertemuan pertama Siklus II ini siswa diberikan pengertian dan

penguatan tentang pokok bahasan sifat-sifat dan pemanfaatannya. Tetapi pada

Siklus II ini membahas materi pelajaran yang berbeda yaitu pemanfaatan sifat-

sifat cahaya dalam karya sederhana dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami apa yang

harus mereka persiapan dan mereka lakukan ketika diberi tugas/LKS berdasarkan

kelompoknya masing-masing.

Kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan adalah :

46
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran model kooperatif tipe STAD dalam

peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada mata

pelajaran IPA.

b. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar.

c. Memberikan soal-soal tugas/LKS yang akan diberikan pada masing-

masing kelompok belajar.

d. Guru mengadakan tanya jawab tentang materi pelajaran.

e. Guru menjelaskan tentang materi pelajaran pemanfaatan sifat-sifat dalam

karya sederhana diantaranya periskop, kaleidoskop, dan lup.

f. Guru menjelaskan definisi periskop, kaleidoskop, dan lup.

g. Menjelaskan cara membuat alat-alat sederhana diantaranya periskop,

kaleidoskop, dan lup.

h. Guru menyuruh siswa mengerjakan tugas/LKS yang diberikan.

i. Membimbing kelompok-kelompok belajar saat mengerjakan tugas yang

diberikan.

j. Memberikan kesempatan kepada wakil kelompok belajar untuk mengacak

nomor kelompok.

k. Memberikan kesempatan kepada wakil kelompok belajar yang terpilih

untuk mempresentasikan hasil diskusinya dari tugas yang diberikan

tersebut.

l. Memberikan tes untuk mengukur kemampuan mengemukakan pendapat

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

m. Guru dan siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran tersebut.

47
n. Memberikan tugas di akhir pertemuan untuk mengetahui sejauh mana

siswa mampu memahami materi pelajaran.

Pertemuan II

Pada pertemuan kedua ini siswa diberikan pengertian kembali tentang

materi pelajaran IPA dalam mengemukakan pendapatnya dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kegiatan yang akan dilakukan

adalah :

a. Menjelaskan kembali tentang tujuan pembelajaran model kooperatif tipe

STAD dalam peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa

pada mata pelajaran IPA.

b. Guru menjelaskan kembali tentang materi pelajaran pemanfaatan sifat-sifat

cahaya dalam karya sederhana.

c. Mengadakan tanya jawab tentang materi pelajaran yang telah dipelajari.

d. Menyusun tes untuk mengukur kemampuan mengemukakan pendapat

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

e. Memberikan tugas post-test II untuk mengetahui sampai mana

kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya dan menjawab

pertanyaan yang diberikan guru tentang materi yang telah diajarkan.

f. Guru dan siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran tersebut.

g. Memberikan tugas diakhir pertemuan untuk mengetahui sejauh mana

siswa mampu memahami materi pelajaran.

48
4.3 Observasi II

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru mulai dari awal

pelaksanaan kegiatan tindakan pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan

mengemukakan pendapat siswa.

Berdasarkan tabel pengamatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa,

diperoleh nilai dan ketuntasan klasikal siswa dalam mengemukakan pendapat

Siklus II sebagai berikut :

Tabel 9 : Perolehan Skor tentang Kemampuan Siswa Mengemukakan Pendapat

pada Siklus II

Kategori
Presentasi
Mengemukakan Skor Jumlah Siswa
Ketercapaian
Pendapat
Sangat Kurang 0-29 0 0%

Kurang 30-50 2 6,25%

Cukup 51-69 4 12,5%

Baik 70-80 14 43,75%

Sangat Baik 81-100 12 37,5%

32 100%

Dari proses pembelajaran pada Siklus II dapat dikemukakan bahwa kemampuan

siswa mengemukakan pendapat pada mata pelajarna IPA SD Kelas V pada

kategori kemampuan baik dan sangat baik meningkat dengan tingkat pencapaian

81,20%. Hal ini membuktikan telah terjadi perubahan kemampuan siswa yang

makin baik antara Siklus I ke Siklus II yaitu dari 38% menjadi 81,20% atau

meningkat sebesar 43,20%.

4.4 Analisa Data II

49
Hasil tes kemampuan akademis yang diberikan pada siswa setelah proses

pembelajaran (tindakan) perbaikan yang dilakukan Peneliti pada Siklus II melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Tes terdapat pada

lampiran), diperoleh data-data sebagai berikut :

Tabel 10 : Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif pada Siklus II

Bentuk Tes Objektif 15 Soal

NILAI NILAI
KKM DAYA DAYA TINGKAT
NO BENAR SALAH SKOR
KD=70 SERAP SERAP KETERCAPAIAN
INDIVIDU KELAS
1 70 12 3 0.80 80 83.54 Tercapai

2 70 11 4 0.73 73 Tercapai

3 70 15 0 1.00 100 Tercapai

4 70 11 4 0.73 73 Tercapai

5 70 11 4 0.73 73 Tercapai

6 70 10 5 0.67 67 Tidak tercapai

7 70 11 4 0.73 73 Tercapai

8 70 10 5 0.67 67 Tidak tercapai

9 70 11 4 0.73 73 Tidak tercapai

10 70 14 1 0.93 93 Tidak tercapai

11 70 11 4 0.73 73 Tidak tercapai

12 70 15 0 1.00 100 Tidak tercapai

13 70 11 4 0.73 73 Tidak tercapai

14 70 15 0 1.00 100 Tidak tercapai

15 70 12 3 0.80 80 Tidak tercapai

16 70 13 2 0.87 87 Tidak tercapai

17 70 13 2 0.87 87 Tidak tercapai

18 70 15 0 1.00 100 Tidak tercapai

50
19 70 13 2 0.87 87 Tidak tercapai

20 70 14 1 0.93 93 Tidak tercapai

21 70 12 3 0.80 80 Tidak tercapai

22 70 12 3 0.80 80 Tidak tercapai

23 70 12 3 0.80 80 Tidak tercapai

24 70 12 3 0.80 80 Tidak tercapai

25 70 11 4 0.73 73 Tidak tercapai

26 70 12 3 0.80 80 Tidak tercapai

27 70 15 0 1.00 100 Tidak tercapai

28 70 12 3 0.80 80 Tidak tercapai

29 70 13 2 0.87 87 Tidak tercapai

30 70 13 2 0.87 87 Tercapai

31 70 15 0 1.00 100 Tidak tercapai

32 70 14 1 0.93 93 Tidak tercapai

Jumlah 2,673

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa prestasi hasil belajar siswa

dalam memahami materi pelajaran IPA Kelas V SD mengalami peningkatan yang

signifikan dengan jumlah rata-rata hasil tes sebesar 83,10 dan dari tabel tersebut

terdapat 6 (enam) orang siswa atau 18,75% siswa dari 32 orang siswa

memperoleh skor 100, sebanyak 3 (tiga) orang siswa atau 9% siswa memperoleh

skor 93 sebanyak 8 orang siswa atau 25% siswa yang memperoleh skor 73,

sebanyak 2 orang siswa atau 6,20% siswa yang memperoleh skor 66 (tidak

mencapai KKM). Dengan demikian sebanyak 30 orang siswa memperoleh skor

melampaui nilai KKM (>70) atau 93,70% mencapai ketuntasan belajar.

Terjadinya peningkatan kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada

Siklus II juga disebabkan karena tingkat keaktifan siswa secara individu di dalam

51
kelompok masing-masing makin baik karena perubahan sikap siswa yang kurang

mampu terus mau belajar dengan yang memiliki kemampuan lebih baik serta

sistem pendampingan oleh Peneliti secara intensif meningkatkan rasa percaya diri

yang tinggi pada siswa yang kemampuan rendang atau sedang.

4.5 Refleksi II

Dari hasil analisis data pada Siklus II (kedua) dapat ditarik simpulan bahwa

hasil belajar siswa dalam mengemukakan pendapatnya pada mata pelajaran IPA

mengalami peningkatan yang sangat baik ketika dilaksanakan tindakan II dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kemampuan siswa

mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan telah terjadi dalam

proses pembelajaran melalui diskusi kelompok, diskusi kelas dan berdebat melalui

presentasi hasil kerja kelompok.

Hal ini juga dibuktikan dari rata-rata kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapatnya yang di dapat melalui observasi atau pengamatan

pada Siklus I hanya 38% siswa yang memiliki kemampuan kategori sangat baik

menjadi meningkat sehingga mencapai 81,20% pada Siklus II. Tingkat

pemahaman siswa mengenai materi pelajaran IPA SD Kelas V juga meningkat,

khususnya tentang materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang dibuktikan

dari kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal tes yang diawali dari pre-test

hanya memperoleh rata-rata 42,18 meningkat pada Siklus II menjadi 83,10. Hal

ini dikarenakan penerapan model kooperatif tipe STAD telah menunjukkan

keberhasilan. Peneliti tidak lagi melanjutkan ke Siklus berikutnya.

4.6 Pembahasan Temuan Penelitian

52
Berdasarkan hasil dari proses pembelajaran dengan penerapan, model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan belajar

siswa khususnya dalam mengemukakan pendapat mengemukakan ide-idenya

dengan baik serta saling bekerja sama untuk memecahkan masalah yang ada

berdasarkan kelompoknya masing-masing melalui diskusi, presentasi dan

demonstrasi.

Pada Siklus I (pertama) dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan

hasil rata-rata kemampuan siswa mengemukakan pendapat hanya 38% dan pada

Siklus II (kedua) meningkat menjadi 81,20%. Dan secara akademis prestasi hasil

belajar siswa juga terus meningkat, yaitu dari nilai KKM KD 70, hasil pre-test

rata-rata memperoleh skor hanya 42,18% kemudian pada Siklus I (pertama)

dengan tindakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD rata-rata

siswa memperoleh skor 69,18 (Tabel 8) dan selanjutnya perbaikan tindakan

dilakukan Peneliti pada Siklus II (kedua) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel

10, perolehan skor rata-rata dan tes akademis sebesar 83,10.

Dengan demikian penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dengan baik,

sistematis dan terarah sesuai dengan materi yang dipelajari serta dapat

meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka hasil penelitian dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran

IPA Kelas V SD dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan

siswa mengemukakan pendapat Kelas V SD Negeri No. 208 Hutapungkut

Kecamatan Kotanopan Kabupate Mandailing Natal. Hasil penelitian

tersebut adalah :

a. Pada siklus pertama dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan denga

hasil belajar dalam kemampuan siswa mengemukakan pendapat

meningkat dari 38% menjadi 81,20% dengan kategori baik dan sangat

baik.

b. Untuk prestasi hasil bejar IPA Kelas V SD, pada materi sifat-sifat

cahaya dan pemanfaatannya. Peneliti menetapkan nilai KKM 70, pada

pre-test rata-rata siswa memperoleh skor 42,18 dan pada siklus I

(pertama) memperoleh skor rata-rata 69,18. Kemudian pada siklus II

(dua) rata-rata siswa memperoleh skor 83,10 meningkat menjadi 3,46

pada siklus kedua.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam Kelas V SD Negeri No. 208 Hutapungkut Kecamatan

54
Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Melalui model pembelajaran ini

siswa dapat mengemukakan ide-ide kreatif dan inovatif untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

5.2 Saran

Saran yang diberikan setelah selesainya penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada mata

pelajaran IPA.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini melibatkan siswa secara

langsung untuk aktif dalam pembelajaran.

3. Pihak sekolah agar dapat melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana

pelajaran dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

4. Hasil penelitian ini agar dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak untuk dapat

memperkaya permasalahan-permasalahan yang kemungkinan muncul dalam

proses pembelajaran.

55
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun P3B.2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.

Dimyati & Mudjiono.1998. Psikologi Pengajaran Anak. Jakarta : Bumi Aksara.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Negara.

Wardhani. 2005. Profesi Pendidikan. Bandung : Sinar Wijaya.

Priyanto. 2007. Media Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta : Grasindo.

Trianto. 2009. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya. Jakarta : Angkasa

Isjoni. 2009. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Belajar Anak. Bandung :

Yrama Widya.

Ibrahim. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Pustaka Setia.

Soewarso. 1998. Intisari Pendidikan Siswa Sekolah Dasar. Jakarta : Rhineka

Cipta.

Subiyanto. 1998. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah,

Surabaya : Sinar Wijaya

56

Anda mungkin juga menyukai