Anda di halaman 1dari 28

MOMEN INERSIA

Ditulis untuk menyelesaikan laporan Praktikum Pengantar Fisika

Oleh :
ANDIKA JEFRIAWAN

2108104010013

ASISTEN :

WIDIANTI

PRAKTIKUM PENGANTAR FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH

NOVEMBER 2021
1. RINGKASAN PERCOBAAN
Gerak rotasi terjadi untuk benda pejal, yaitu benda padat yang bentuknya
mempengaruhi keadaan gerak dan bentuknya tetap, tidak berubah selama mengalami
gerak. Jika gerak translasi dipengaruhi oleh gaya, gerak rotasi dipengaruhi oleh momen
gaya. Momen gaya didefinisikan sebagai gaya dikali dengan jarak titik kerja gaya
terhadap titik rotasi benda dengan mengikuti kaidah perkalian vektor :

𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 = 𝑑 × 𝐹

dengan d adalah jarak titik kerja gaya dengan titik pusat rotasi batang O. Momen inersia
mempengaruhi keadaan gerak melalui persamaan hukum Newton II untuk rotasi :

∑𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 = 𝐼 × 𝑎

Di sini semua momen gaya yang terlibat pada benda diperhitungkan, dengan I adalah
momen inersia dan α adalah percepatan sudut benda. Percepatan sudut berhubungan
dengan percepatan linier dalam bentuk :

𝑎=𝑑×𝑎

dimana a adalah percepatan linier benda. Sebuah benda seperti silinder atau bola yang
bergerak rotasi, menggelinding tanpa tergelincir, di bidang akan mengalami percepatan
yang besarnya ditentukan oleh kemiringan bidang miring, massa benda, dimensi benda,
dan momen inersia benda. Hubungan itu dapat digambarkan dengan persamaan:
𝑚𝑔 sin 𝑎
𝑎=
𝑚 + 𝐼/𝑟 2
r adalah jari jari benda (benda silinder atau bola), m adalah massanya, dan I adalah
momen inersia benda. Dari persamaan tersebut, jika percepatan benda saat menuruni
bidang miring dapat diukur, maka momen inersia benda itu dapat dihitung menggunakan
persamaan:
𝑚𝑔 sin 𝑎
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
2. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari hukum-hukum Newton
untuk gerak rotasi benda tegar dan besaran momen inersia yang mempengaruhi keadaan
gerak rotasi sebuah benda tagar.
3. LANDASAN TEORI
Jika gaya-gaya yang didistribusikan terus-menerus di atas permukaan tempat gaya-
gaya tersebut bekerja, maka sering diperlukan untuk menghitung momen gaya-gaya ini
terhadap suatu sumbu yang terletak pada atau tegak lurus terhadap bidang permukaan.
Intensitas gaya (tegangan atau regangan) sering sebanding dengan jarak gaya dan sumbu
momen. Gaya elementer yang bekerja pada elemen luas dengan demikian sebanding dengan
jarak dikalikan luas diferensial dan elemen momen sebanding dengan kuadrat jarak dikalikan
luas diferensial. Karena itu kita lihat bahwa momen total mencakup suatu integral berbentuk
∫ (jarak)² d (luas). Integral ini dikenal sebagai momen inersia (moment of inertia) atau momen
kedua (second momen) dari luas (permukaan). Integral merupakan fungsi dari geometri
permukaan dan sering ditemui dalam penerapan mekanika sehingga bermanfaat untuk
mengembangkan sifat-sifatnya secara rinci dan untuk menjadikannya siap pakai bila
ditemukan keperluan akan pekerjaan integral (Kraige, 2007).

Mengapa engsel pintu dan gagang pintu selalu ditempatkan pada ujung-ujung yang
berlawanan? Bayangkan jika anda mencoba merotasikan pintu dengan memberikan gaya
sebesar F yang tegak lurus pada permukaan pintu, tetapi pada jarak berbeda-beda dari engsel.
Anda akan mendapatkan bahwa kelajuan rotasi pintu akan lebih tinggi jik kita memberikan
gaya didekat gagang pintu daripada di dekat engsel. Momen inersia suatu benda kaku dengan
bentuk sederhana (sangat simetris) relatif lebih mudah dihitung jika sumbu rotasinya sama
dengan sumbu simetrinya. Meskipun demikian, perhitungan momen inersia terhadap suatu
sumbu yang sembarang sangat sulit bahkan untuk benda yang sangat simetris. Momen gaya
yang menyebabkan putaran benda searah putaran jarum jam disebut momen gaya negatif.
Sedangkan yang menyebabkan putaran benda berlawanan arah putaran jarum jam disebut
momen gaya positif (Jewett, 2009).

Kata momen berarti bahwa I tergantung pada bagaimana massa suatu benda
didistribusikan dalam ruang. Untuk sebuah benda yang sumbu rotasinya dan massatotalnya
kita ketahui, semakin besar jarak sumbu terhadap partikel yang menyusun benda, semakin
besar momen inersianya. Pada benda tegar, ri semuanya konstan dan I tidak bergantung pada
bagaimana benda berotasi mengelilingi sumbu. Momen gaya merupakan hasil perkalian
antara gaya (F) dengan lengan gaya (l). Momen gaya dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu
momen lentur, momen puntir (torsi) dan kopel atau sering disebut sebagai momen kopel.
Besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi dikenal sebagai
momen inersia (I). Perbedaan nilai antara massa dan momen inersia adalah besar massa suatu
benda hanya tergantung pada kandungan zat dalam benda tersebut, tetapi momen inersia
tidak hanya tergantung pada jumlah zat tetapi juga dipengaruhi oleh bagaimana zat tersebut
terdistribusi pada benda tersebut (Umar, 2013).
4. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Alat dan Bahan yang digunakan


No. Alat dan Bahan Jumlah
1. Papan dengan panjang 1 meter untuk
1
permukaan bidang miring
2. Botol air mineral yang berisi air sebagai
1
benda silinder
3. Bola Tennis 1
4. Bola Pingpong 1
5. Stopwatch (aplikasi HP) 1
6. Mistar/tali ukur 1
7. Timbangan 1
8. Busur derajat 1

5. PROSEDUR PERCOBAAN
Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

5.1 Momen Inersia


 Panjang bidang miring diukur secara presisi hingga ke satuan milimeter. Kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran jari-jari bola pingpong, jari-jari bola tennis, panjang
botol air mineral dan jari-jarinya.
 Massa bola pingpong, bola tennis, dan botol air mineral yang sudah diisi penuh
dengan air ditimbang.
 Penyangga diberikan pada salah satu ujung papan sehingga menjadi bidang miring
sehingga diperoleh sudut kemiringan 10 derajat. Kemudian disiapkan perangkat
stopwatch.
 Bola pingpong ditaruh di ujung atas bidang miring, dan waktu tibanya bola pingpong
di ujung bawah bidang miring diukur. Pengulangan dilakukan sebanyak 10 kali. Data
waktu dicatat pada tabel. Waktu turunnya bola pingpong juga bisa diukur
menggunakan aplikasi video.
 Diulangi langkah (2) untuk bola tennis, botol air mineral yang diisi penuh dengan air
dan botol air mineral saat kosong
 Percobaan dilakukan kembali untuk semua benda, untuk sudut kemiringan bidang
miring sebesar 20 derajat, 30 derajat, 45 derajat, dan 60 derajat. Dicatat semua data
dalam bentuk tabel.
 Bola tennis, bola pingpong, dan botol air mineral digelindingkan di atas lantai datar.
Waktu tempuh dan jarak tempuh masing-masing objek hingga berhenti diukur.

6. ANALISA DATA
Adapun analisa data pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Analisa Statistik Data

 Botol air mineral yang berisi air

Tabel 6.1a. Pengamatan waktu turunnya botol pada sudut 10°


Benda : Botol air mineral yang berisi air, jari-jari 35 mm, massa 620 gram.

Waktu turunnya
No.
botol (s)
1. 0,75 s
2. 0,78 s
3. 0,86 s
4. 0,80 s
5. 0,80 s

Tabel 6.2a. Pengamatan waktu turunnya botol pada sudut 20°


Benda : Botol air mineral yang berisi air, jari-jari 35 mm, massa 620 gram.

Waktu turunnya
No.
botol (s)
1. 0,68 s
2. 0,76 s
3. 0,65 s
4. 0,60 s
5. 0,68 s

Tabel 6.3a. Pengamatan waktu turunnya botol pada sudut 45°

Benda : Botol air mineral yang berisi air, jari-jari 35 mm, massa 620 gram.
Waktu turunnya
No.
botol (s)
1. 0,33 s
2. 0,34 s
3. 0,29 s
4. 0,25 s
5. 0,23 s

 Bola Pingpong

Tabel 6.4a. Pengamatan waktu turunnya bola pingpong pada sudut 10°
Benda : Bola Pingpong, jari-jari 22 mm, massa 2,7 gram.

Waktu turunnya
No.
bola (s)
1. 1,10 s
2. 1,05 s
3. 1,28 s
4. 1,02 s
5. 1,18 s

Tabel 6.5a. Pengamatan waktu turunnya bola pingpong pada sudut 20°

Benda : Bola Pingpong, jari-jari 22 mm, massa 2,7 gram.

Waktu turunnya
No.
bola (s)
1. 0,71 s
2. 0,75 s
3. 0,74 s
4. 0,71 s
5. 0,74 s

Tabel 6.6a. Pengamatan waktu turunnya bola pingpong pada sudut 45°

Benda : Bola Pingpong, jari-jari 22 mm, massa 2,7 gram.


Waktu turunnya
No.
bola (s)
1. 0,28 s
2. 0,37 s
3. 0,39 s
4. 0,38 s
5. 0,40 s

 Bola Tennis

Tabel 6.7a. Pengamatan waktu turunnya bola tennis pada sudut 10°
Benda : Bola Tennis, jari-jari 30 mm, massa 55 gram.

Waktu turunnya
No.
bola (s)
1. 1,33 s
2. 1,05 s
3. 0,93 s
4. 1,16 s
5. 1,15 s

Tabel 6.8a. Pengamatan waktu turunnya bola tennis pada sudut 20°
Benda : Bola Tennis, jari-jari 30 mm, massa 55 gram.

Waktu turunnya
No.
bola (s)
1. 0,63 s
2. 0,70 s
3. 0,66 s
4. 0,65 s
5. 0,63 s

Tabel 6.9a. Pengamatan waktu turunnya bola tennis pada sudut 45°
Benda : Bola Tennis, jari-jari 30 mm, massa 55 gram.
Waktu turunnya
No.
bola (s)
1. 0,55 s
2. 0,42 s
3. 0,41 s
4. 0,42 s
5. 0,48 s

 Botol air mineral yang berisi air


Tabel 6.10a. Pengamatan momen inersia
Benda : Botol air mineral, jari-jari 35 mm, massa 620 gram.

Sudut
Waktu turun Percepatan Momen Inersia
No. Kemiringan
rata-rata (s) turun (m/𝐬𝟐 ) (kg. 𝐦𝟐 )
(derajat)
1. 10° 0,79 s 3,22 m/s 2 −34 𝑥 10−5
2. 20° 0,67 s 4,54 m/s 2 −19 𝑥 10−5
3. 45° 0,28 s 28,5 m/s 2 −15,9 𝑥 10−3

 Bola Pingpong
Tabel 6.11a. Pengamatan momen inersia
Benda : Bola Pingpong, jari-jari 22 mm, massa 2,7 gram.

Sudut
Waktu turun Percepatan Momen Inersia
No. Kemiringan
rata-rata (s) turun (m/𝐬𝟐 ) (kg. 𝐦𝟐 )
(derajat)
1. 10° 1,12 s 1,60 m/s2 3.025 𝑥 10−13
2. 20° 0,73 s 3,77 m/s2 −2.758,8 𝑥 10−11
3. 45° 0,36 s 16,7 m/s2 −1.282,6 𝑥 10−10

 Botol Tennis
Tabel 6.12a. Pengamatan momen inersia
Benda : Bola Tennis, jari-jari 30 mm, massa 55 gram.
Sudut
Waktu turun Percepatan Momen Inersia
No. Kemiringan
rata-rata (s) turun (m/𝐬𝟐 ) (kg. 𝐦𝟐 )
(derajat)
1. 10° 1,12 s 1,60 m/s 2 27 𝑥 10−7
2. 20° 0,65 s 4,76 m/s 2 −70,2 𝑥 10−6
3. 45° 0,45 s 10,0 m/s 2 −155,7 𝑥 10−6

Tabel 6.13a. Pengamatan menggelindingkan botol air mineral, bola pingpong dan
bola tennis di atas lantai datar

No. Benda Jarak Waktu


1. Botol air mineral 600 mm 2,67 s
2. Bola Pingpong 600 mm 1,51 s
3. Bola Tennis 600 mm 1,31 s

b. Analisa Hasil Data


 Pembuktian rumus momen inersia
𝑎 = 𝜃𝑟
𝑟𝑓
𝒂 = − (− )r ……Persamaan (1)
𝐼

∑ 𝑓 = 𝑚𝑎
𝑚𝑎 = 𝑚𝑔 𝑠𝑖𝑛 𝜃 − 𝑓
f = mg sin 𝜃 – ma …. Persamaan (2)

subtitusi persamaan (1) ke persamaan (2)

−(𝑟 (𝑚𝑔 sin 𝜃 − 𝑚𝑎))𝑟


𝑎=
𝐼
2
𝑟 (𝑚𝑔 sin 𝜃 − 𝑚𝑎)
𝑎=
𝐼
𝐼
𝑎 ( 2 ) = 𝑚𝑔 sin 𝜃 − 𝑚𝑎
𝑟
𝐼
𝑎 ( 2 ) + 𝑚𝑎 = 𝑚𝑔 sin 𝜃
𝑟
𝐼
𝑎 ( 2 + 𝑚) = 𝑚𝑔 sin 𝜃
𝑟
𝑚𝑔 sin 𝜃
𝑎=
1
𝑚+ 2
𝑟

 Nilai rata-rata waktu turunnya benda pada bidang miring

1. Botol air mineral yang berisi air


o Pada sudut 10°
∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
0,75+0,78+0,86+0,80+0,80
𝑡̅ =
5
3,99
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 0,79 𝑠

o Pada sudut 20°


∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
0,68+0,76+0,65+0,60+0,68
𝑡̅ =
5
3,37
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 0,67 𝑠

o Pada sudut 45°


∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
0,33+0,34+0,29+0,25+0,23
𝑡̅ =
5
1,44
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 0,28 𝑠

2. Bola Pingpong
o Pada sudut 10°
∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
1,10+1,05+1,28+1,02+1,18
𝑡̅ =
5
5,63
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 1,12 𝑠

o Pada sudut 20°


∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
0,71+0,75+0,74+0,71+0,74
𝑡̅ =
5
3,65
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 0,73 𝑠

o Pada sudut 45°


∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
0,28+0,37+0,39+0,38+0,40
𝑡̅ =
5
1,82
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 0,36 𝑠

3. Bola Tennis
o Pada sudut 10°
∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
1,33+1,05+0,93+1,16+1,15
𝑡̅ =
5
5,62
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 1,12 𝑠

o Pada sudut 20°


∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
0,63+0,70+0,66+0,65+0,63
𝑡̅ =
5
3,27
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 0,65 𝑠
o Pada sudut 45°
∑𝑡
𝑡̅ =
𝑛
0,55+0,42+0,41+0,42+0,48
𝑡̅ =
5
2,28
𝑡̅ =
5
𝑡̅ = 0,45 𝑠

 Nilai percepatan turunnya benda pada bidang miring

1. Botol air mineral yang berisi air


o Pada sudut 10°
1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(0,79)2
2
𝑎=
0,62
𝑎 = 3,22 𝑚⁄s 2

o Pada sudut 20°


1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(0,67)2
2
𝑎=
0,44
𝑎 = 4,54 𝑚⁄s 2

o Pada sudut 45°


1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(0,28)2
2
𝑎=
0,07
𝑎 = 28,5 𝑚⁄s 2

2. Bola Pingpong
o Pada sudut 10°
1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(1,12)2
2
𝑎=
1,25
𝑎 = 1,60 𝑚⁄s 2

o Pada sudut 20°


1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(0,73)2
2
𝑎=
0,53
𝑎 = 3,77 𝑚⁄s 2

o Pada sudut 45°


1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(0,36)2
2
𝑎=
0,12
𝑎 = 16,7 𝑚⁄s 2
3. Bola Tennis
o Pada sudut 10°
1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(1,12)2
2
𝑎=
1,25
𝑎 = 1,60 𝑚⁄s 2

o Pada sudut 20°


1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(0,65)2
2
𝑎=
0,42
𝑎 = 4,76 𝑚⁄s2

o Pada sudut 45°


1
𝑠 = 𝑎𝑡 2
2
2𝑠
𝑎= 2
𝑡
2(1 𝑚)
𝑎=
(0,45)2
2
𝑎=
0,20
𝑎 = 10 𝑚⁄s 2

 Nilai momen inersia benda saat menuruni bidang miring

1. Botol air mineral yang berisi air


o Pada sudut 10°
𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,62)(9,8) sin 10°
𝐼= (0,035)2 ( − 0,62)
3,22
(0,62)(9,8)(0,17)
𝐼= 0,0012 ( − 0,62)
3,22
1,032
𝐼= 0,0012 ( − 0,62)
3,22
1,032 1,99
𝐼= 0,0012 ( − )
3,22 3,22
𝐼= 0,0012 (−0,29)
𝐼= −34 𝑥 10−5 𝑘𝑔. 𝑚2

o Pada sudut 20°


𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,62)(9,8) sin 20°
𝐼 = (0,035)2 ( − 0,62)
4,54
(0,62)(9,8)(0,34)
𝐼 = 0,0012 ( − 0,62)
4,54
2,06
𝐼 = 0,0012 ( − 0,62)
4,54
2,06 2,81
𝐼 = 0,0012 ( − )
4,54 4,54
𝐼 = 0,0012 (−0,16)
𝐼 = −19 𝑥 10−5 𝑘𝑔. 𝑚2

o Pada sudut 45°


𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,62)(9,8) sin 45°
𝐼 = (0,035)2 ( − 0,62)
28,5
(0,62)(9,8)(0,70)
𝐼 = 0,0012 ( − 0,62)
28,5
4,25
𝐼 = 0,0012 ( − 0,62)
28,5
4,25 17,6
𝐼 = 0,0012 ( − )
28,5 28,5
𝐼 = 0,0012 (−13,3)
𝐼 = −15,9 𝑥 10−3 𝑘𝑔. 𝑚2
2. Bola Pingpong
o Pada sudut 10°
𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,0027)(9,8) sin 10°
𝐼 = (0,022)2 ( − 0,0027)
1,60
(0,0027)(9,8)(0,17)
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − 0,0027)
1,60
0,0044
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − 0,0027)
1,60
0,0044 0,0043
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − )
1,60 1,60
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 (62,5 𝑥 10−6 )
𝐼 = 3.025 𝑥 10−13 𝑘𝑔. 𝑚2

o Pada sudut 20°


𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,0027)(9,8) sin 20°
𝐼 = (0,022)2 ( − 0,0027)
3,77
(0,0027)(9,8)(0,34)
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − 0,0027)
3,77
0,0089
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − 0,0027)
3,77
0,0044 0,0101
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − )
3,77 3,77
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 (−57 𝑥 10−4 )
𝐼 = −2.758,8 𝑥 10−11 𝑘𝑔. 𝑚2

o Pada sudut 45°


𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,0027)(9,8) sin 45°
𝐼 = (0,022)2 ( − 0,0027)
16,7
(0,0027)(9,8)(0,70)
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − 0,0027)
16,7
0,0185
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − 0,0027)
16,7
0,0185 0,0450
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 ( − )
16,7 16,7
𝐼 = 48,4 𝑥 10−7 (−26,5 𝑥 10−3 )
𝐼 = −1.282,6 𝑥 10−10 𝑘𝑔. 𝑚2

3. Bola Tennis
o Pada sudut 10°
𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,055)(9,8) sin 10°
𝐼 = (0,03)2 ( − 0,055)
1,60
(0,055)(9,8)(0,17)
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − 0,055)
1,60
0,091
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − 0,055)
1,60
0,091 0,088
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − )
1,60 1,60
𝐼 = 9 𝑥 10−4 (3 𝑥 10−3 )
𝐼 = 27 𝑥 10−7 𝑘𝑔. 𝑚2

o Pada sudut 20°


𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,055)(9,8) sin 20°
𝐼 = (0,03)2 ( − 0,055)
4,76
(0,055)(9,8)(0,34)
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − 0,055)
4,76
0,183
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − 0,055)
4,76
0,183 0,261
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − )
4,76 4,76
𝐼 = 9 𝑥 10−4 (−78 𝑥 10−3 )
𝐼 = −70,2 𝑥 10−6 𝑘𝑔. 𝑚2

o Pada sudut 45°


𝑚𝑔 sin 𝛼
𝐼 = 𝑟2 ( − 𝑚)
𝑎
(0,055)(9,8) sin 45°
𝐼 = (0,03)2 ( − 0,055)
10
(0,055)(9,8)(0,70)
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − 0,055)
10
0,377
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − 0,055)
10
0,377 0,55
𝐼 = 9 𝑥 10−4 ( − )
10 10
𝐼 = 9 𝑥 10−4 (−17,3 𝑥 10−2 )
𝐼 = −155,7 𝑥 10−6 𝑘𝑔. 𝑚2

c. Pembahasan
Momen inersia adalah kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan
keadaan putarnya baik tetap diam atau tetap bergerak memutar. Momen inersia
juga sering disebut sebagai kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya.
Berdasarkan hasil percobaan menggelindingkan benda pada suatu bidang
miring sebanyak 5x per sudut kemiringan, diperoleh waktu turun rata-rata pada
sudut 10°, 20° dan 45° botol air mineral yang berisi air diperoleh hasil secara
berturut-turut yaitu 0,79 s, 0,67 s, dan 0,28 s. Lalu diperoleh waktu turun rata-rata
pada sudut 10°, 20° dan 45° bola pingpong diperoleh hasil secara berturut-turut
yaitu 1,12 s, 0,73 s, dan 0,36 s. Lalu diperoleh waktu turun rata-rata pada sudut
10°, 20° dan 45° bola tennis diperoleh hasil secara berturut-turut yaitu 1,12 s, 0,65
s, dan 0,45 s. Kemudian diperoleh percepatan turunnya botol air mineral yang
berisi air pada sudut 10°, 20° dan 45° secara berturut-turut yaitu 3,22 m/s2 , 4,54
m/s2 , dan 28,5 m/s2 . Lalu, diperoleh percepatan turunnya bola pingpong pada
sudut 10°, 20° dan 45° secara berturut-turut yaitu 1,60 m/s2 , 3,77 m/
s 2 dan 16,7 m/s2 . Lalu diperoleh percepatan turunnya bola tennis pada sudut
10°, 20° dan 45° secara berturut-turut yaitu 1,60 m/s 2 , 4,76 m/s 2 dan 10 m/s 2 .
Kemudian diperoleh momen inersia botol air mineral yang berisi air pada sudut
10°, 20° dan 45° secara berturut-turut yaitu −34 𝑥 10−5 , −19 𝑥 10−5 dan
−15,9 𝑥 10−3 . Lalu diperoleh momen inersia botol pingpong pada sudut 10°, 20°
dan 45° secara berturut-turut yaitu 3.025 𝑥 10−13 , −2.758,8 𝑥 10−11 dan
−1.282,6 𝑥 10−10. Lalu diperoleh momen inersia botol tennis pada sudut 10°,
20° dan 45° secara berturut-turut yaitu 27 𝑥 10−7 , −70,2 𝑥 10−6 dan
−155,7 𝑥 10−6 . Jadi dapat kita ketahui bahwa nilai momen inersia benda
berubah dengan berubahnya sudut kemiringan bidang miring. Adapun faktor lain
yang mempengaruhi besarnya momen inersia adalah massa benda, bentuk benda
dan jari-jari benda.
Pada percobaan menggelindingkan objek di lantai datar, didapati bahwa
benda yang digelindingkan pada lantai akan berhenti pada satu titik. Hal ini terjadi
karena benda-benda tersebut mengalami gaya gesekan dengan lantai sehingga
lama-kelamaan benda-benda tersebut akan berhenti dimana pengaruh gaya dapat
menghentikan benda. Selain itu benda yang digelindingkan dapat berhenti pada
satu titik juga karena ada perlambatan yang bekerja pada benda tersebut, dimana
dimulai dari sebuah gaya yang diberikan pada benda tersebut hingga benda
tersebut bergerak dan akhirnya berhenti. Adapun faktor yang mempengaruhi
gerak suatu benda yaitu massa, luas permukaan, bentuk benda dan lain
sebagainya.
Adapun hubungan besar momen inersia dengan jarak dan waktu tempuh
benda hingga berhenti yaitu jika semakin jauh jarak massa benda terhadap
porosnya maka makin besar pula momen inersianya begitupula waktunya,
sebalikya semakin dekat jarak massa benda terhadap porosnya maka makin kecil
pula momen inersianya dan waktunya.
Adapun aplikasi penggunaan momen inersia dalam kehidupan sehari-hari
yaitu momen inersia pada gasing. Pada gasing yang berputar dengan simbang,
karena telah didesain dengan sedemikian rupa sehingga massa gasing tepat berada
ditengah-tengah gasing. Momen inersia pada pemain ski es, momen inersia adalah
sifat yang dimiliki oleh suatu benda untuk mempertahankan letaknya dari gerak
berotasi. Momen inersia ialah ukuran resistansi atau kelembaman suatu benda
terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Momen inersia bergantung pada distribusi
massa benda relatif dengan sumbu rotasi benda. Sebab torsi yang dikerjakan oleh
es ialah kecil, momentum anguler pemain ski ialah mendekati konstan. pada saat
ia menarik tangannya ke dalam ke arah badannya, momen inersia badannya
terhadap sumbu vertikal melalui badannya berkurang. sebab momentum
angularnya L = I? harus tetap konstan, bila I berkurang, kecepatan angularnya ?
bertambah; artinya, ia berputar dengan laju yang lebih cepat. Momen inersia pada
jaw crusher Jaw Crusher sendiri digunakan secara luas pada industri
pertambangan, industri metal, konstruksi, pembangun jalan tol, pembangunan rel
kereta serta industri kimia. Cara kerja mesin Jaw Crusher adalah Jaw Crusher
bekerja mengandalkan kekuatan motor. dengan roda motor, poros eksentrik
dikendalikan oleh sabuk segitiga dan slot wheel untuk membuat jaw plate
bergerak seirama.
7. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Momen inersia dipengaruhi oleh bentuk benda, massa benda dan jari-jari.
b. Semakin besar kemiringan sudutnya maka percepatannya semakin besar pula.
c. Nilai momen inersia masing-masing benda berbeda karena dipengaruhi oleh massa
dan jari-jari benda.
d. Semakin besar massa, jari-jari dan tinggi suatu benda maka semakin besar pula
momen inersianya. Sehingga benda akan sulit bergerak.
e. Pada saat mengelindingkan objek pada bidang datar maka objek tersebut akan
berhenti pada satu titik.
DAFTAR PUSTAKA

Jewett, Serway.2009.Fisika untuk Sains dan Teknik.Jakarta : Salemba Teknika.


Umar, Efrizon.2013.Fisika dan Kecakapan Hidup.Jakarta : Ganeca Exact Tim.
Kraige, Beson.2007.Shortcut Fisika.Jakarta : Sekata Media.
LAMPIRAN

Keterangan : Alat dan Bahan

Keterangan : Percobaan menjatuhkan benda di bidang miring


Keterangan : Waktu jatuhnya botol pada sudut kemiringan 10°

Keterangan : Waktu jatuhnya botol pada sudut kemiringan 20°


Keterangan : Waktu jatuhnya botol pada sudut kemiringan 45°
Keterangan : Waktu jatuhnya bola pingpong pada sudut kemiringan 10°
Keterangan : Waktu jatuhnya bola pingpong pada sudut kemiringan 20°

Keterangan : Waktu jatuhnya bola pingpong pada sudut kemiringan 45°


Keterangan : Waktu jatuhnya bola tennis pada sudut kemiringan 10°
Keterangan : Waktu jatuhnya bola tennis pada sudut kemiringan 20°

Keterangan : Waktu jatuhnya bola tennis pada sudut kemiringan 45°

Anda mungkin juga menyukai