NIM : 2008109010003
JURUSAN : FARMASI
KELAS : A6
1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. LANDASAN TEORI
Dalam mekanika, parameter yang dipelajari pada sesuatu objek yang berada dalam ruang adalah
posisi, kecepatan, dan percepatan dari objek. Posisi menunjukkan letak benda dalam ruang relative
terhadap sebuah titik acuan. Kecepatan menunjukkan perubahan posisi benda setiap saat relative
terhadap suatu titik acuan. Percepatan adalah perubahan kecepatan pada benda setiap saat terhadap
suatu titik acuan. Secara umum, titik acuan yang diambil adalah titik yang diam dalam ruang. Namun
dalam kasus kasus yang advanced, titik acuan yang diambil dapat juga berupa titik yang bergerak.
Perhitungannya akan berbeda tetapi konsep fisika yang dibangunnya tetap sama.Kecepatan dan
percepatan benda dapat digambarkan dalam grafik waktu, dimana nilai kecepatan dan percepatan
digambarkan pada sumbu vertical dan waktu digambarkan pada sumbu horizontal (Tim pengajar
fisika, 2020).
Dalam bidang fisika, Ibnu Bajjah mengungkapkan hukum gerak. Prinsip-prinsip yang
dikemukakannya itu menjadi dasar bagi pengembangan ilmu mekanik modern. Pemikirannya dalam
bidang fisika banyak memengaruhi fisikawan Barat abad pertengahan, seperti Galileo Galilei. Tak
heran, jika hukum kecepatan yang dikemukakannya sangat mirip dengan yang dipaparkan Galilei.
Ibnu bajjah mendefinisikan tentang kecepatan pada saat benda bergerak, yang mana definisi tersebut
sama dengan definisi dari Galileo Galilei. Ia menyatakan bahwa Kecepatan = Gaya gerak – Resistansi
Materi (M. A. Ernest 1951).
Dinamika adalah Cabang dari ilmu mekanika yang meninjau gerak partikel dengan meninjau
penyebab geraknya. Dalam bagian ini kita akan membahas konsep-konsep yang menghubungkan
kondisi gerak benda dengan keadaan-keadaan luar yang menyebabkan perubahan keadaan gerak benda
(Satriawan n.d.). Bila sebuah benda berada dalam keadaan diam, untuk menggerakkannya dibutuhkan
pengaruh luar. Misalnya untuk menggerakkan sebuah balok yang diam di atas lantai, kita dapat
mendorongnya. Dorongan kita ini adalah pengaruh luar terhadap balok tadi yang menyebabkan benda
tersebut bergerak. Kesimpulan ini, yang pertama kali disimpulkan oleh Galileo Galilei, dikenal
sebagai prinsip inersia atau kelembaman. Benda-benda cenderung untuk mempertahankan kondisi
geraknya, bila dia diam, akan tetap diam dan bila bergerak, akan tetap bergerak dengan kecepatan
konstan, selama tidak ada pengaruh luar yang mengubah kondisi geraknya. Galileo menyatakan
bahwa semua benda, berat atau ringan jatuh dengan percepatan yang sama, paling tidak jika tidak ada
udara. Jika kita memegang selembar kertas secara horizontal pada suatu tangan dan sebuah benda lain
yang lebih berat misalnya saja bola. Kemudian kamu melepaskan kedua benda tersebut, benda yang
lebih berat akan lebih dahulu mencapai tanah. Tetapi jika kita mengulangi percobaan dengan
mengubah bentuk kertas menjadi gumpalan kecil, kita akan melihat bahwa kedua bentuk benda
tersebut mencapai lantai pada saat yang hampir sama. Galileo yakin bahwa udara berperan sebagai
hambatan untuk benda-benda yang sangat ringan yang memiliki permukaan yang luas. Tetapi pada
banyak keadaan biasa, hambatan udara ini bisa diabaikan. Pada suatu ruang di mana udara telah
dihisap, maka benda ringan sepertii bulu atau selelmbar kertas yang dipegang secara horizontalpun
akan jatuh dengan percepatan yang sama seperti benda lain. Sumbangan galileo yang spesifik terhadap
pemahaman kita tentang gerak benda jatuh dapat dirangkum sebagai: “Pada suatu lokasi tertentu di
Bumi dan dengan tidak adanya hambatan udara, semua benda jatuh dengan percepatan konstan yang
sama.” Kita menyebut percepatan ini sebagai percepatan yang disebabkan oleh gravitasi pada bumi,
dan memberikan symbol g. yang besarnya sekitar g = 9.8 m/s2. (Giancoli. 2001).
Hal ini tentu memiliki persamaan dengan analisis Ibnu bajjah mengenai gerak benda, di mana
Ibnu Bajjah mengemukakan bahwa kecepatan pada saat benda bergerak adalah sebanding dengan
kecepatan akhir dan hambatan dari mediumnya. V = F – R, di mana F adalah gaya saat benda bergerak
dan R adalah resistansi atau hambatan yang dalam hal ini adalah udara. Artinya pada saat hambatan
udara diabaikan maka benda akan jatuh pada percepatan yang sama, karena udara merupakan suatu
hambatan yang dapat memperlambat pergerakan benda. Salah satu contoh gerak dengan percepatan
konstan adalah gerak jatuh bebas. Benda yang dilepas dari ketinggian h akan mendapat percepatan dari
gravitasi bumi yang besarnya dapat dianggap konstan menuju bumi. Kecepatan awal benda adalah nol
(Palupi, Suharyanto and Karyono. 2009).
Gerak jatuh bebas didefinisikan sebagai gerak suatu benda yang dijatuhkan dari ketinggian
tertentu di atas tanah tanpa kecepatan awal dan dalam geraknya hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Terminologi jatuh bebas digunakan untuk benda yang jatuh tanpa memilik kecepatan awal akibat suatu
gaya (𝑉0 = 0 ). Untuk menganalisis gerakan ini, maka dapat dilihat bahwa gerakan hanya dipengaruhi
oleh gaya gravitasi bumi. Bukan massa benda. Benda yang jatuh, semakin dekat ke permukaan bumi,
kecepatanya akan semakin bertambah. Karena benda mengalami percepatan sebesar percepatan
gravitasi bumi. Persamaan gerak yang digunakan untuk menganalisis gerakan ini adalah persamaan
gerak untuk gerak lurus berubah beraturan (Ade putri, dkk. 2017).
Keterangan:
p = momentum (kg.m/s)
Hukum kekekalan momentum yaitu jika terdapat dua buah benda yang bertumbukan (missal
benda A dan B) maka jumlah momentum sebelum dan sesudah bertumbukan tetap. Hal ini
berlaku jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada system. Secara sistematis dapat ditulis :
Psebelum = Psesudah
P1 + P2 = P1 ’ + P2 ’
m1 . v1 + m2 .. v2 = m1 ’ . v1 ’ + m2 ’ . v2 ’
Keterangan:
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
4. METODE PERCOBAAN
A. Konsep kecepatan
C. Konsep momentum
a) Menggunakan bola pingpong, kasti dan batu bata
1. Massa bola pingpong, kasti dan batu bata ditimbang dengan
menggunakan timbangan.
2. Percobaan ini dilakukan di luar rumah, di atas tanah yang gembut.
3. Bola pingpong dijatuhkan suatu ketinggian dan lihat pengaruhnya
pada tanah setelah bola mencapai tanah
4. Kemudian pada bola kasti dan batu bata dilakukan hal yang sama
seperti pada bola pingpong
5. Lalu dilakukan juga untuk beberapa ketinggian yang berbeda dan
diperhatikan efek yang diberikan saat benda jatuh ke tanah.
A. Konsep Kecepatan
Tabel 5.1. data percobaan konsep kecepatan menggunakan bola pingpong dan bola kasti.
No Benda Waktu (t = s)
1 2 3 t (waktu rata-rata)
1. Bola pingpong 3,56 s 2,83 s 4,16 s 3,51 s
(jentikkan biasa)
2. Bola pingpong 1,5 s 1,51 s 1,77 s 1,59 s
(jentikkan keras)
3. Bola kasti 4,84 s 2,3 s 1,71 s 2,95 s
(jentikkan biasa)
4. Bola kasti 0,53 s 1,37 s 0,78 s 0,89 s
(jentikkan keras)
Tabel 5.2. Data percobaan mengukur kecepatan berjalan dan berlari menggunakan
aplikasi GPS speedometer.
B. Konsep Percepatan
Tabel 5.3. Data percobaan konsep percepatan menggunakan bola pingpong, bola kasti,
kertas dan sehelai kain.
t (s)
No H (tinggi) Benda t (s)
1 2 3
1. 2m Bola pingpong 0,52 s 0,66 s 0,52 s 0,54 s
2. 2m Bola kasti 0,59 s 0,59 s 0,52 s 0,56 s
3. 2m Kertas secara vertikal 1,5 s 1,18 s 1,18 s 1,28 s
4. 2m Kertas secara horizontal 2,23 s 3,7 s 1,91 s 2,61 s
5. 2m Sehelai kain 0,62 s 0,65 s 0,65 s 0,64 s
C. Konsep Momentum
Tabel 5.4. Percobaan konsep momentum menggunakan bola pingpong, bola kasti dan batu.
b. Pembahasan
1. Konsep Kecepatan
Pada percobaan konsep kecepatan saya mengukur kecepatan bola pingpong dan
bola kasti yang dijentik dengan jentikkan yang keras dan biasa dari titik A ke titik G
yang mana titik A ke titik G sepanjang 120 cm. Untuk menghitung waktu yang
dibutuhkan kedua jenis bola tersebut saya menggunakan stopwatch di HP. Pada saat
saya menjentikkan kedua bola tersebut dalam waktu yang berbeda, arah kedua benda
tersebut tidak lurus, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama dari pada saat kedua
bola tersebut menggelinding dengan arah yang lurus. Selain itu, waktu yang saya ukur
menggunakan stopwatch juga terkadang tidak tepat, karena pada saat bola sudah
sampai ke titik paling ujung yaitu titik G, sangat susah jika stopwatch harus dihentikan
tepat pada saat bola sampai ke titik ujung.
Kemudian, pada percobaan mengukur kecepatan berlari dan berjalan
menggunakan speedometer, pertama-tama saya mengukur jaraknya yaitu sepanjang 2
meter menggunakan meteran, setelah itu saya berjalan, tepat Ketika kaki saya
melangkah pertama kali saya menekan tombol mulai pada aplikasi speedometer dan
menekan tombol berhenti setelah sampai di ujung. Kemudian aplikasi tersebut
menunjukkan hasilnya, yang mana yang dihitung yaitu jarak, waktu, kecepatan
maksimal dan kecepatan rata-rata. Akan tetapi, jarak yang ditunjukkan pada
speedometer tidak sesuai dengan jarak yang sudah saya ukur menggunakan meteran.
2. Konsep percepatan
Pada percobaan konsep percepatan saya mengukur percepatan dari bola pingpong,
bola kasti, sehelai kain dan kertas secara horizontal dan vertikal. Percepatan yaitu
perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu. Semua benda yang dilepaskan
diatas permukaan bumi akan mengalami percepatan yang sama gak peduli berapapun
massanya. Tapi, pada percobaan ini mengapa percepatannya berbeda. Hal tersebut
bukan karena berat bendanya akan tetapi karena pengaruh hambatan udara. Pada
percobaan kertas yang dijatuhkan secara horizontal dan vertikal, kertas yang
dijatuhkan secara horizontal akan membutuhkan waktu yang lama, karena posisinya
yang mendatar yang kemudian saat jatuh dihambat oleh udara, sementara kertas yang
dijatuhkan secara vertikal hanya membutuhkan waktu yang sedikit. Apabila semua
benda tersebut dijatuhkan secara bersamaan pada ruang hampa udara maka semuanya
akan berjatuh bersamaan karena memiliki percepatan yang sama dan juga disebabkan
karena tidak ada udara yang menghambat.
3. Konsep Momentum
Pada pecobaan konsep momentum, pertama-tama saya menimbang massa bola
kasti, bola pingpong dan batu. Setelah itu saya mencoba menjatuhkan satu persatu
benda-benda tersebut di atas tanah yang gambut. Saat saya menjatuhkan bola
kasti, efek yang ditimbulkan adalah bola akan memantul yang mana saat
tumbukan antara dua benda yang jumlah energi kinetiknya sesudah terjadi
tumbukan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah energi kinetiknya sebelum
terjadi tumbukan, hal tersebut disebut dengan tumbukan lenting Sebagian.
Sementara pada batu terjadi tumbukan lenting tidak sempurna karena saat
bertumbukan batu tidak memantul hanya melekat pada tanah.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Adanya perbedaan percepatan bukan disebabkan karena massa suatu benda akan
tetapi karena hambatan udara.
2. Pada benda yang terjun bebas kemudian memantul, maka telah terjadi tumbukan
lenting Sebagian.
3. Kecepatan suatu benda tergantung pada massa dan periodenya.
4. Dua benda dengan massa yang berbeda, memiliki gaya gravitasi yang berbeda juga.
5. Semua benda jatuh dengan percepatan gravitasi yang sama 9,8 m/s2, dengan catatan
mengabaikan tekanan udara.
DAFTAR PUSTAKA
Ade putri, Dalilah Nur Alip. 2017. Pembelajaran Sains Berbasis Tradisi Sains Islam Di
Madrasah Tsanawiyah (Gerak Benda Menurut Ibnu Bajjah). Bandung: UIN SGD
Bandung.
Forum tentor Indonesia. 2020. The King UN Bedah Kisi-Kisi. Jakarta: Forum Edukasi.
Giancoli, Douglas C. 2001. In Fisika Edisi Kelima Jilid 1, 38-39. Jakarta: Erlangga.
Ernest, A Moody. Galileo and Avempace: The dynamics of the Leaning. Vol. 12. Journal of
History of Ideas, 1951
Palupi, Dwi Satya, Suharyanto, and Karyono. 2009. In Fisika untuk SMA dan MA Kelas IX Jilid
2, 27. Yogyakarta: CV Sahabat.
Tim pengajar fisika. 2020. Penuntun Praktikum Percobaan 2. Aceh: Universitas Syiah Kuala.