Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Farmakologi II

ABSORPSI DAN EKSRESI OBAT

disusun oleh:

SHIFT B
Kelompok 1

Aisya Sabrina 2008109010003


Naja Nafissa 2008109010005
Nura Qamara 2008109010008
Elvira 2008109010016

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2022
No Laporan Praktikum

I Judul Percobaan Percobaan III : Absorbsi dan Ekskresi Obat


II Pendahuluan Obat adalah suatu substansi yang melalui efek kimianya
membawa perubahan dalam fungsi biologik. Interaksi obat
didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi ketika efek
farmakodinamik dan farmakokinetik dari suatu obat berubah
karena adanya pemberian obat yang lain (Barkah,et al., 2020).
Pemberian oral merupakan cara pengobatan yang sangat
lumrah serta nyaman. Obat oral wajib menembus membran
alat pencernaan usus (usus halus serta usus besar). Penyerapan
obat lewat saluran cerna biasanya berlangsung melalui
pelarutan pasif. Penyerapan obat dari usus halus senantiasa
lebih cepat dari pada alat pencernaan, sebab permukaan epitel
usus halus jauh lebih besar dari epitel alat pencernaan.
Penyerapan obat bisa didefinisikan sebagai cara melewati obat
dari tempat pemberian melalui penghalang biologis ke dalam
aliran darah ataupun sistem limfatik. Absorbsi obat bisa
didetetapkan dengan bermacam metode, ialah tata cara in
vitro, in situ, serta in vivo. Absorbsi in situ lewat usus halus
didasarkan pada determinasi laju kehilangan obat dari lumen
usus (Tampubolon, 2021).
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk
mencapai kerja obat. Empat proses yang termasuk di
dalamnya adalah: absorpsi, distribusi, metabolisme (atau
biotransformasi) dan ekskresi (atau eliminasi). Absorpsi
adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran
gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif,
absorpsi aktif atau pinositosis. Absorbsi pasif umumnya
terjadi melalui difusi. Absorbsi aktif membutuhkan karier
(pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan konsentrasi.
Pinositosis berarti membawa obat menembus membran
dengan proses menelan. Kebanyakan obat oral diabsorpsi di
usus halus melalui kerja permukaan vili mukosa yang luas.
Jika sebagian dari vili ini berkurang, karena pengangkatan
sebagian dari usus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-
obat yang mempunyai dasar protein, seperti insulin dan
hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh
enzim-enzim pencernaan. Absorpsi obat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu aliran darah, rasa nyeri, stres,
kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok,
obat-obat vasokonstriktor, penyakit yang merintangi absorpsi.
Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas, dan
berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung,
sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan
dapat mengurangi aliran darah dengan mengalihkan darah
lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi
ke saluran gastrointestinal (Afina, et al., 2019).
Obat yang masuk ke tubuh baik secara oral maupun
parenteral akan melalui serangkaian proses biotransformasi.
masuk sirkulasi darah serta terikat pada reseptor di dalam
jaringan dan akhirnya akan dieliminasi. Di dalam darah obat
akan terikat dengan protein plasma (ltrotein-bound drug) atau
dalam bentuk senyawa bebas (free drug). Obat yang terikat
protein plasma umumnya tidak aktif, namun obat yang bebas
akan terikat reseptor dan berada di dalam jaringan (Dwi, et al.,
2017).
Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-
rute lain meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat,
dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut
dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh
ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat
difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskan ikatannya dengan
protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan
diekskresikan melalui urin. pH urin mempengaruhi ekskresi
obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8. Urin yang asam
meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah.
Aspirin, suatu asam lemah,dieksresi dengan cepat dalam urin
yang basa. Jika seseorang meminum aspirin dalam dosis
berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah
pH urin menjadi basa (Indah, et al., 2021).
III Prinsip Percobaan Absorbsi dan ekskresi obat secara kualitatif dapat
diidentifikasi melalui darah, urin, saliva dalam interval waktu
tertentu.
IV Tujuan Percobaan Memperlihatkan variasi kecepatan absorbs/ekskresi obat yang
diberikan secara oral pada manusia.
V Subjek Coba Praktikan laki-laki yang sehat
VI Alat dan Bahan
VII Prosedur Kerja
VIII Hasil Pengamatan

VIII Perhitungan Dosis

IX Pembahasan
X. Kesimpulan

XI. Daftar Pustaka Afina, D. A., Wiyono, J., & Isnaeni. (2019). Hubungan Indeks
Massa Tubuh Dan Jenis Operasi Dengan Waktu Pulih
Sadar Pada Pasien Post Operasi General Anestesia Di
Recovery Room RSUD Bangil. Jurnal Keperawatan
Terapan (e-Journal), 5(2), 189-196.
Barkah, M. A., Syamsi, N., & Nur, A. A. (2020). Identifikasi
Interaksi Obat Pada Pasien Lanjut Usia Instalasi Rawat
Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu.
Healthy Tadulako Journal(Jurnal Kesehatan Tadulako),
6(1), 1-72.
Dwi, A. W., Hakim, L., & Widoyono, I. (2017). Profil
Farmakokinetik Oksitetrasiklin III Droklorid Dalam
Berbagai Jaringan Tikus Spragae Dawley. J. Sain Ve,
25(2), 68-74.
Indah, Y. W., & Woro, S. (2021). Gambaran Penggunaan
Obat Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat
Inap RS PKU Muhammadiyah Gamping. Jurnal
Farmagazine, 8(2), 37-43.
Tampubolon, A. (2021). Pengaruh Penambahan Polietilen
Glikol 6000 Pada Tablet Ibuprofen Dispersi Padat
Terhadap Absorbsi Ibuprofen Secara In Situ. Jurnal
Riset Kefarmasian Indonesia, 3(3), 211-222.

XIII Pengesahan Darussalam, 17 Maret 2022


Mengetahui,

(Rudy Darma)
LAMPIRAN

Gambar 2. Hasil percobaan tabung I-V

Gambar 1.Hasi percobaan tabung VI-XIII

Anda mungkin juga menyukai