Anda di halaman 1dari 28

Laporan Eksperimen

ANALISIS GERAK ROTASI PADA RODA SEPEDA YANG DIPUTAR

Disusun oleh :
Salsabil Aliyah Putri Rahma 19030184091

Mata Kuliah :
Eksperimen Fisika I
Dosen :
Woro Setyarsih, S.Pd., M.Si.

PFB 2019
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2021
Abstrak

Telah dilakukan esksperimen berjudul Analisis Gerak Rotasi Pada Roda yang dilakukan
pada 22 Februari 2021, dengan menggunakan software Tracker Analyze Video (TAV). Yang
berujuan untuk menentukan pengaruh diameter roda sepeda terhadap kecepatan sudut (ω),
Percepatan sudut (ɑ) dan juga jumlah banyaknya putaran. Pada eksperimen Gerak rotasi ini kami
memanipulasi diameter sepeda (m), sebanayak dau kali yaitu ; 0,55m , 0,65m. dan juga dengan
berat masing masing roda sebesar 1,2 Kg, dan 1,0 Kg. kemudian didapatkan variabel responnya
yaitu, Kecepatan sudut (ω), Percepatan sudut (ɑ) dan juga jumlah banyaknya putaran. Dan
mengontrol waktu selama 2,10 s. Pada eksperimen kali ini didapatkan beberapa data diantaranya
adalah rata rata Kecepatan dan juga Percepatan sudut. Ketika digunakan diameter yang panjangnya
sebesar 0,55m didapatkan rata rata Kecepatan Sudut (ω) sebesar -3,34 rad/s, dan rata rata
percepatan sudutnya (ɑ) sebesar 1,5 m/s2. Nilai minus pada kecepatan dikarenakan arah roda
berputar searah dengan jarum jam. Dan juga didapatkan data ketika digunakan diameter yang
panjangnya 0,65m didapatkan rata rata Kecepatan Sudut (ω) sebesar -3,67 rad/s, dan rata rata
percepatan sudut (ɑ) 7,2 m/s2. Pada data tersebut dapat dilihat bahwa diameter mempengaruhi
percepatan sudut yang ada, dimana semakin besar diameter atau jari jari roda maka semakin besar
pula nilai percepatannya. Dan juga hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan persamaan ɑ =
𝛚𝟐 𝐱 𝐫. Pada ekseperimen ini juga terdapat perbedaan di jumlah putaran yang didapat setiap
2,10s. Pada percobaan pertama dengan menggunakan roda kecil dengan diameter sebesar 0,55m
didapatkan jumlah putaran sebanyak 3 putaran, sedangkan pada roda besar dengan diameter 0,65m
didapatkan jumlah putaran sebanyak 2,5 putaran. Hal ini membuktikan bahwasanya semakin kecil
jari jari atau diameter suatu benda akan semakin banyak putaran yang ditempuh, dibandingkan
benda dengan diameter yang besar.

Kata Kunci : Gerak Rotasi, Eksperimen, Sudut, Kecepatan Sudut, Percepatan Sudut.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
tentang gejala alam. Gejala alam didalam fisika dapat ditinjau secara teoritis maupun
eksperimen. Eksperimen dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori sedangkan teori
digunakan untuk memandu jalanya sebuah eksperimen. Gerak benda yang berputar
terhadap suatu sumbu putar (poros) atau sumbu rotasi disebut gerak rotasi. Contoh gerak
rotasi diantaranya: gerakan putaran bumi terhadap sumbunya, roda sepeda yang berputar,
gerakan pintu yang berputar pada engselnya, dan masih banyak lagi. Suatu benda dapat
melakukan gerak melingkar jika pada benda tersebut bekerja sebuah momen gaya. Akibat
momen gaya inilah timbul gerak rotasi dari gerak rotasi terjadi percepatan sudut, kecepatan
sudut dan momen inersia serta momen gaya (torsi). Momen gaya adalah ukuran resistensi
atau kelembapan suatu benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Sedangkan momen
inersia adalah gaya yang diberikan oleh benda untuk mempertahankan kecepatan awalnya.
Setiap benda pasti memiliki titik pusat massa yang merupakan tempat massa tempat
bertumpu. Dengan pengertian diatas maka dapat dipastikan bahwa setiap benda pasti
memiliki momen insersia yang besarnya bergantung dari kuadrat jarak benda dari pusat
massa ke sumbu putar dan besarnya massa tersebut. Momen inersia merupakan sifat yang
dimiliki oleh sebuah benda untuk mempertahankan posisinya dari gerak rotasi. Adapun
rumus dari momen inersia adalah I = mr2. Momen inersia diberikan lambang I Prinsip
momen inersia sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada
benda yang bergerak rotasi. Dan juga pada momen inersia memiliki hubungan dengan
momentum sudut, dengan persamaan L = I × ω . dimana I adalah momen inersia, dan ω
adalah percepatan sudut, dimana semakin besar percepatan sudut maka semakin besar pula
momen inersianya. Maka dari itu diadakanlah eksperimen ini untuk membuktikan teori
tersebut.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh diameter ban sepeda terhadap banyak putaran ban sepeda?
2. Bagaimana pengaruh diameter ban sepeda terhadap kecepatan sudut?
3. Bagaimana pengaruh diameter ban sepeda terhadap percepatan sudut ?

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah pada percobaan ini perlu dibuat agar pembahasan pada laporan
eksperimen ini tidak meluas dan hanya menganalisis terkait pengaruh diameter terhadap
kecepatan sudut, pengaruh diameter terhadap percepatan sudut dan pengaruh diameter
terhadap banyaknya putaran setiap 2,10s. dan sesuai dengan teori yang ada dimana
ɑ = 𝛚𝟐 𝐱 𝐫

1.4. Asumsi
1. Pengaruh diameter ban sepeda terhadap banyak putaran sepeda adalah, semakin besar
diameter sepeda maka akan semakin sedikit jumlah putaran yang didapatkan,
sedangkan semakin kecil diameter maka semakin banyak jumlah putaran yang
didapatkan
2. Diameter tidak memiliki pengaruh terhadap kecepatan sudut
3. Pengaruh diameter terhadap percepatan sudut adalah semakin besar diameter roda
maka semakin besar pula percepatan sudutnya, begitupun sebaliknya. Semakin kecil
diameter maka semakin kecil pula percepatan sudutnya.
KAJIAN TEORI

2.1. Gerak Rotasi

Gerak rotasi adalah suatu gerakan di mana benda berputar di sekitar sumbu tetap. Dalam
gerak rotasi memiliki besaran-besaran seperti sudut dan radian, kecepatan sudut dan percepatan
sudut. Beberapa contoh gerak rotasi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya
bumi berotasi pada sumbunya untuk bergerak mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk
elips, demikian juga dengan bulan yang berotasi pada sumbunya untuk bergerak mengelilingi
bumi. (Giancoli,2014).

2.2. Prinsip kerja sepeda

Roda sepeda (yang belakang) dihubungkan dengan rantai ke gearyang digerakkan oleh
pedal. Gearini lebih kecil dari pada roda, tapi kecepatan linier roda pasti lebih besar dari
pada kecepatan linier gear, sehingga untuk menggerakkan roda yang besar diperlukan
usaha mengayuh yang kecil saja. Prinsip bergeraknya sepeda adalah gerak rotasi roda terhadap
porosnya di lintasan (jalan) akan menyebabkan gerak translasi juga (melaju di jalan). Misal
tiap detiknya terjadi satu putaran (360° atau 2π radian), maka kecepatan sudut roda sepeda ω = 2π
/ T = 2π rad/detik. Kecepatan sudut ini tentunya menghasilkan kecepatan linier, kecepatan ban
bergerak yaitu v = ω.R misal radius roda sepeda 0,25 meter, maka kecepatan liniernya v = 1,57
m/s. Karena permukaan ban bersinggungan dengan jalan maka roda akan bergerak di jalan.

2.3. Gerak Melingkar Beraturan

Di dalam suatu gerak melingkar beraturan (GMB), terdapat nilai suatu percepatan.
Percepatan tersebut selalu tegak lurus terhadap kecepatan liniernya dan mengarah ke pusat
lingkaran disebut dengan percepatan sentripetal. (Kata sentripetal berasal dari kata Yunani, yang
berarti mencari pusat). Untuk partikel yang melakukan gerak melingkar beraturan (GMB), laju
linier adalah konstan, tetapi partikel masih mengalami percepatan sentripetal as yang dirumuskan
sebagai berikut :
……… Giancoli,2001

2.4. Momen Gaya (Torsi)

Momen inerssia dapat dimiliki oleh setiap benda, manusia pun memiliki momen inersia
tertentu. Besarnya momen inersia bergantung pada berbagai bentuk benda, pusat rotasi, jari-jari
rotasi dan massa benda. Pada penentuan momen inersia bentuk tertentu seperti bola silinder pejal,
plat segiempat atau bentuk yang lain cenderung lebih mudah daripada momen inersia benda yang
memiliki bentuk tidak sempurna atau tidak beraturan. Bentuk yang tidak beraturan ini tidak bisa
dihitung jari-jarinya sehingga terdapat istilah jari-jari girasi. Momen kelembaman merupakan
kemampuan suatu benda untuk mempertahankan keadaanya semula. Sedangkan momen inersia
merupakan kelembaman sebuah benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Besarnya momen
inersia bergantung pada berbagai bentuk benda, pusat rotasi, jari-jari rotasi dan massa benda.
(Giancoli, 2001)

Benda dapat melakukan gerak rotasi karena adanya momen gaya. Momen gaya timbul akibat gaya
yang bekerja pada benda tidak tepat pada pusat massa.

Momen gaya yang bekerja pada benda menyebabkan benda berotasi.


Gambar diatas memperlihatkan sebuah gaya F bekerja pada sebuah benda yang berpusat massa di
O. Garis/kerja gaya berjarak d, secara tegak lurus dari pusat massa, sehingga benda akan berotasi
ke kanan searah jarum jam. Jarak tegak lurus antara garis kerja gaya dengan titik pusat massa
disebut lengan gaya atau lengan momen. Momen gaya didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya
(F) dengan jarak lengan gaya (d). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

τ = F × d ………. Persamaan 1 (Douglas C. Giancoli, 2001)

Karena d = r × sin θ, maka persamaan di atas menjadi sebagai berikut.

τ = F × r × sin θ ………Persamaan 2 (Douglas C. Giancoli, 2001)

Keterangan:

τ : momen gaya (Nm)


d : lengan gaya (m)
F :gaya (N)
r : jari-jari (m)

Arah momen gaya dinyatakan oleh aturan tangan kanan. Bukalah telapak tangan kanan kita
dengan ibu jari terpisah dari keempat jari yang lain. Lengan gaya d sesuai dengan arah ibu jari,
gaya F sesuai dengan arah keempat jari, dan arah torsi sesuai dengan arah membukanya telapak
tangan.

sumber :fisikazone.com

Penentuan arah momen gaya dengan kaidah tangan kanan

Momen gaya τ menyebabkan benda berotasi. Jika benda berotasi searah jarum jam, maka
torsi yang bekerja pada benda bertanda positif. Sebaliknya, jika benda berotasi dengan arah
berlawanan dengan arah jarum jam, maka torsi penyebabnya bertanda negatif. Torsi-torsi yang
sebidang dapat dijumlahkan.

Apabila pada sebuah benda bekerja beberapa gaya, maka jumlah momennya sama dengan
momen gaya dari resultan semua gaya yang bekerja pada benda tersebut. Secara matematis dapat
dituliskan seperti di bawah ini.

τ1 + τ2 +τO+ …. Rd atau ΣτO =Rd

2.5. Momen Inersia Pada Gerak Rotasi

Momen inersia (kelembaman) suatu benda adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk
berputar terhadap porosnya. Nilai momen inersia suatu benda bergantung kepada bentuk benda
dan letak sumbu putar benda tersebut.

sumber :fisikazone.com

Moment Inersia Gerak Rotasi

Misalkan kita memiliki sebuah batang ringan (massa diabaikan) dengan panjang R. Salah satu
ujung batang, yaitu titik P, ditetapkan sebagai poros rotasi. Pada ujung batang yang lain
dihubungkan dengan sebuah partikel bermassa m. Jika sistem diputar terhadap poros P , sehingga
partikel berotasi dengan kecepatan v, maka energi kinetik rotasi partikel dapat ditulis sebagai
berikut :

……….( David Halliday, 2010)

Karena v = R ω , maka

……….( David Halliday, 2010)

Momen inersia dilambangkan dengan I, satuannya dalam SI adalah kgm2. Nilai momen inersia
sebuah partikel yang berotasi dapat ditentukan dari hasil kali massa partikel dengan kuadrat jarak
partikel tersebut dari titik pusat rotasi. Faktor m × R2 merupakan momen inersia titik terhadap
sumbu putarnya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

I = m · R2 …….. (Giancoli, 2001)

Keterangan:

I : momen inersia (kgm2)


R : jari-jari (m)
m : massa partikel atau titik (kg)

Benda yang terdiri atas susunan partikel (titik), jika melakukan gerak rotasi memiliki momen
inersia sama dengan hasil jumlah dari momen inersia partikel penyusunnya.

I = Σmi x Ri2 = (m1 × R21) + (m2 × R22) + (m3 × R23) + … …….. (Giancoli, 2001)

Pada gambar berikut, dilukiskan momen inersia pada gerak rotasi berbagai benda tegar homogen.

sumber :fisikazone.com

Pada gambar berikut, dilukiskan momen inersia pada gerak rotasi berbagai benda tegar homogen.
2.6. Momentum Sudut Pada Gerak Rotasi

sumber :fisikazone.com

Setiap benda yang berputar mempunyai kecepatan sudut. Titik A yang berotasi dengan sumbu O
dan jari-jari R memiliki momentum m × v.

Gambar di atas memperlihatkan titik A yang berotasi dengan sumbu putar O. R adalah jarak antara
O dan A. Selama berotasi titik A memiliki momentum sebesar P = m × v. Hasil perkalian
momentum dengan jarak R disebut momentum sudut, dan diberi notasi L.

L=P×R
L=m×v×R
L=m× ω ×R×R
L = m × R2 × ω

Apabila momentum sudut dihubungkan dengan momen inersia, maka diperoleh persamaan
sebagai berikut.

L = I × ω …….. (Giancoli, 2001)

Keterangan:

v : kecepatan linear (m/s)


L : momentum sudut (kg m2s–1)
m : massa partikel/tittik (kg)
R : jarak partikel ke sumbu putar (m)
ω : kecepatan sudut (rad/s)
I : momen inersia (kg m2)
2.7. HIPOTESIS

Pengaruh diameter ban sepeda terhadap banyak putaran sepeda adalah, semakin besar diameter
sepeda maka akan semakin sedikit jumlah putaran yang didapatkan, sedangkan semakin kecil
diameter maka semakin banyak jumlah putaran yang didapatkan .Kemudian Diameter juga tidak
memiliki pengaruh terhadap kecepatan sudut. Dan juga Pengaruh diameter terhadap percepatan
sudut adalah semakin besar diameter roda maka semakin besar pula percepatan sudutnya,
begitupun sebaliknya. Semakin kecil diameter maka semakin kecil pula percepatan sudutnya.
BAB III

METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
1. Ban Sepeda
2. Solasi Hitam
3. Kamera HP minimal 5 MP
4. Timer
5. Meteran
6. Aplikasi Tracker Analysis Video (TAV).

3.2. Variabel Percobaan

1. Variabel kontrol : Jenis Ban, waktu tempuh roda (s)


DOV : Jenis ban yang digunakan adalah jenis ban sepeda, dan waktu tempuh roda
sebesar 10s yang dihitung menggunakan timer hp.

2. Variabel Manipulasi : diameter ban sepeda (x) dan Massa Ban sepeda (Kg)
DOV : menggunakan 2 ban sepeda yang berdiameter berbeda (65cm dan 55 cm) yang
diukur menggunakan penggaris, dan juga massa ban sepeda sebesar 1 Kg dan 1,2 Kg,
yang diukur menggunakan timbangan.

3. Variabel Respon : Kecepatan sudut (ω), banyak putaran ban sepeda , Percepatan sudut (a)
DOV: respon yang didapat pada percobaan ini adalah kecepatan sudut pada ban sepeda,
banyak putaran yang diperoleh tiap detik, dan percepatan sudut yang diperoleh dari
Tracker Analyze Video (TAV).

3.3. Rancangan Prosedur


1. Siapkan alat dan bahan seperti ban sepeda meteran timer dan kamera HP
2. Ukur diameter ban sepeda yang digunakan menggunakan meteran
3. Putar ban sepeda
4. Merekam video ketika ban sepeda berputar menggunakan kamera HP dan juga mengatur
timer selam 10s
5. Mengimport video yang telah direkam tadi menggunakan Trackker Analyze Video (TAV)
6. Mengolah data yang didapat dari TAV (Tracker Analyze Video)

3.4. Gambaran Eksperimen


a. Percobaan 1 menggunakan ban sepeda kecil (M = 1 Kg, d = 55 cm, t= 2,10s)
b. Percobaan 2 menggunakan ban sepeda besar (M = 1,2 Kg, d = 65 cm, t= 2,10s)

3.4. GRAFIK PERCOBAAN


BAB IV

DATA DAN ANALISIS

4.1. Tabel Data

a. Percobaan 1 menggunakan ban sepeda kecil (M = 1 Kg, d = 55 cm, t= 2,10s)


No. Diameter waktu Kecepatan sudut Percepatan jumlah Banyaknya
(m) (s) (ω) sudut (ɑ) Putaran roda ban (n-
roda)

1. 0,65 0,07 0 0 3 putaran


2. 0,65 0,10 -261 0
3. 0,65 0,13 -342 -4,86
4. 0,65 0,17 -2,84 1,23
5. 0,65 0,20 -2,47 -1,14
6. 0,65 0,23 -3,56 -1,87
7. 0,65 0,27 -4,05 2,64
8. 0,65 0,30 -3,16 2,09
9. 0,65 0,33 -2,63 1,40
10. 0,65 0,37 -2,27 -7,09
11. 0,65 0,40 -2,93 1,01
12. 0,65 0,43 -2,66 1,59
13. 0,65 0,47 -1,42 9,35
14. 0,65 0,50 -2,07 -8,88
15. 0,65 0,53 -2,30 -5,27
16. 0,65 0,57 -2,13 3,46
17. 0,65 0,60 -2,26 -3,81
18. 0,65 0,63 -2,26 -5,12
19. 0,65 0,67 -2,39 -3,98
20. 0,65 0,70 -2,46 -8,87
21. 0,65 0,73 -2,9 6,89
22. 0,65 0,77 -2,61 -2,77
23. 0,65 0,80 -2,76 -1,3
24. 0,65 0,83 -3,81 -1,81
25. 0,65 0,87 -3,90 -1,55
26. 0,65 0,90 -4,68 -6,79
27. 0,65 0,93 -4,72 -1,22
28. 0,65 0,97 -4,98 -3,21
29. 0,65 1,00 -5,44 4,08
30. 0,65 1,03 -4,44 1,98
31. 0,65 1,0 -4,09 1,46
32. 0,65 1,10 -3,61 -1,65
33. 0,65 1,13 -4,79 -1,86
34. 0,65 1,17 -5,55 -9,42
35. 0,65 1,20 -4,87 1,58
36. 0,65 1,23 -4,76 5,86
37. 0,65 1,27 -4,65 1,73
38. 0,65 1,30 -3,88 2,99
39. 0,65 1,33 -2,39 2,21
40. 0,65 1,37 -2,36 4,81
41. 0,65 1,40 -2,32 -3,47
42. 0,65 1,43 -2,14 5,06
43. 0,65 1,47 -2,17 1,59
44. 0,65 1,50 -1,09 1,45
45. 0,65 1,53 -9,10 -1,09
46. 0,65 1,57 -2,05 -2,20
47. 0,65 1,60 -2,44 -3,36
48. 0,65 1,63 -2,19 5,21
49. 0,65 1,67
-2,00 -1,03
50. 0,65 1,70 -2,15 -7,02
51. 0,65 1,74 -2,54 -5,45
52. 0,65 1,77 -2,63 -1,79
53. 0,65 1,80 -3,53 -2,26
54. 0,65 1,84 -4,45 -1,29
55. 0,65 1,87 -4,24 -6,17
56. 0,65 1,90 -4,75 -6,97
57. 0,65 1,94 -4,96 -6,89
58. 0,65 1,97 -4,94 -1,44
59. 0,65 2,00 -6,00 -1,93
60. 0,65 2,04 -6,40 6,57
61. 0,65 2,07 -5,48 0
62. 0,65 2,10 0 0
rata rata
rata rata (ω) (ɑ)
-3,34 1,5

b. Percobaan 2 menggunakan ban sepeda besar (M = 1,2 Kg, d = 65 cm, t= 2,10s)


No. diameter waktu Kecepatan sudut Percepatan jumlah Banyaknya
(m) (s) (ω) sudut (ɑ) Putaran roda ban (n-
roda)

1. 0,65 0,03 0 0 2,5 putaran


2. 0,65 0,07 -2,28 0
3. 0,65 0,10 -2,73 -6,95
4. 0,65 0,13 -2,73 -7,19
5. 0,65 0,17 -3,11 -1,73
6. 0,65 0,20 -3,97 -7,27
7. 0,65 0,23 -3,73 1,63
8. 0,65 0,27 -2,71 1,75
9. 0,65 0,30 -2,51 7,34
10. 0,65 0,33 -2,38 -1,86
11. 0,65 0,37 -2,46 -3,20
12. 0,65 0,40 -2,77 -3,96
13. 0,65 0,43 -2,43 9,78
14. 0,65 0,47 -2,08 9,75
15. 0,65 0,50 -1,81 1,03
16. 0,65 0,53 -1,94 -5,12
17. 0,65 0,57 -2,25 3,23
18. 0,65 0,60 -1,76 6,49
19. 0,65 0,63 -1,62 -1,14
20. 0,65 0,67 -2,61 -2,79
21. 0,65 0,70 -3,56 -1,92
22. 0,65 0,74 -3,89 -1,84
23. 0,65 0,77 -4,64 -4,63
24. 0,65 0,80 -4,53 -3,04
25. 0,65 0,84 -4,40 1,80
26. 0,65 0,87 -4,78 6,40
27. 0,65 0,90 -3,86 -1,80
28. 0,65 0,93 -4,59 -1,22
29. 0,65 0,97 -5,23 -5,71
30. 0,65 1,00 -4,58 3,27
31. 0,65 1,03 -3,34 9,19
32. 0,65 1,07 -3,41 -1,28
33. 0,65 1,10 -4,08 -3,36
34. 0,65 1,13 -3,27 1,50
35. 0,65 1,17 -3,14 -4,68
36. 0,65 1,20 -3,55 -1,84
37. 0,65 1,23 -4,41 -1,93
38. 0,65 1,27 -4,90 1,25
39. 0,65 1,30 -4,35 2,25
40. 0,65 1,33 -3,30 2,14
41. 0,65 1,37 -2,87 -2,44
42. 0,65 1,40 -3,46 -1,98
43. 0,65 1,43 -4,29 -1,22
44. 0,65 1,47 -4,32 -1,45
45. 0,65 1,50 -5,01 3,16
46. 0,65 1,53 -4,61 -6,84
47. 0,65 1,57 -4,73 5,22
48. 0,65 1,60 -5,04 -5,78
49. 0,65 1,63 -4,49 1,39
50. 0,65 1,67 -4,54 1,70
51. 0,65 1,70 -3,22 1,73
52. 0,65 1,73 -3,14 -4,19
53. 0,65 1,77 -3,81 -2,22
54. 0,65 1,80 -4,42 -2,21
55. 0,65 1,83 -5,32 -1,18
56. 0,65 1,87 -5,19 2,48
57. 0,65 1,90 -3,71 2,68
58. 0,65 1,93 -3,17 -7,98
59. 0,65 1,97 -4,45 -5,43
60. 0,65 2,00
-3,85 -1,60
61. 0,65 2,04 -3,88 -1,17
62. 0,65 2,07 -5,22 -1,52
63. 0,65 2,10 -4,75 1,71
Rata rata
rata rata (ω) (ɑ)
-3,67 7,2

4.2. Analisis data

Berdasarkan ekspeimen gerak rotasi pada ban sepeda yang telah dilakukan didapatkan data
seperti pada tabel diatas. Pada eksperimen kali ini kami menggunakan jenis ban sepeda dan juga
waktu sebagai variabel kontrolnya. Mengontrol waktu selama 2,10s pada aplikasi Tracker Analyze
Video (TAV). Pada eksperimen kali ini, kami juga memanipulasi diameter sepeda sebanyak dua
kali manipulasi yaitu ukuran 65cm dan juga 55cm, diameter tersebut kami ukur dengan
menggunakan meteran. Dan juga manipulasi beban sebesar 1,2 Kg dan 1,0Kg. Kemudian kami
mendapatkan respon yaitu, kecepatan sudut, percepatan sudut dan juga jumlah banyaknya putaran.

Pada pecobaan pertama didapatkan data seperti pada tabel data diatas waktu dimulai pada
0,07s hal ini dikarenakan, kami menggunakan manual eksperimen ketika point mass di Tracker
Video Analyze dikarenakan agar bisa melihat berapa banyak putaran pada 2,10s. pada eksperimen
pertama ini didapatkan kecepatan sudut rata rata sebesar -3,34 rad/s. nilai kecepatan sudut ini
minus dikarenakan roda berputar searah dengan jarum jam. Dan nilai kecepatan sudut ini tidak
konstan tetapi nilainya semakin naik, hal ini dikarenakan katelitian dari Tracker Analyze Video
sendiri dinilai kurang, karena pada eksperimen kali ini untui point massnya sendiri kami tidak
menggunakan auto atau otomatis, dimana kami melakukan secara manual, maka nilai yang didapat
naik turun tetapi selalu konstan naik. Pada percobaan ini juga, percepatan sudut rata ratanya
didapatkan hasil sebesar 1,5 m/s2. Dan juga dikarenakan, percepatan sudutnya searah dengan jaruh
jam. Banyak jumlah putaran pada percoban pertama ini didapatkan 3 kali putaran dimulai dengan
sudut 0˚ pada sumbu Y sampai 360˚. Pada percobaan ini memiliki sedikit perbedaan dimana pada
percobaan satu ini hanya menggunakan penyangga, dan ban sepeda saja tanpa kerangka dari
sepeda itu sendiri, jadi hal ini juga mempengaruhi jumlah putaran yang ada.

Grafik 4.2.1. Grafik hubungan antara waktu(s) dengan kecepatan sudut (ω)

Pada Grafik tersebut dapat kita lihat bahwa kecepatan sudutnya tidak konstan naik terus,
dikarenakan pada Video Tracker kami tidak menggunakan atau mengatur secara auto atau
otomatis, kami mengatur setelannya secara manual untuk point massnya, maka dari itu nilainya
tidak konstan karena setiap menekan point massnya tidak selalu sama jarak point mass satu dengan
yang lain, sehingga dapat dikatakan ketelitian dari Video tracker ini kurang. Tetapi dapat kita lihat
pada grafik tersebut 0,5s-1s turun, dikarenakan point mass berada pada sumbu x negaif, begitupun
mulai 1,5s-2s juga. Tetapi pada 2,0s – 3,0s selalu konstan untuk naik secara terus menerus.
Grafik 4.2.2. Grafik Hubungan antara waktu (t) terhadap percepatan sudut (ɑ)
Pada Grafik tersebut dapat kita lihat bahwa percepatan sudutnya tidak konstan naik terus,
dikarenakan pada Video Tracker kami tidak menggunakan atau mengatur secara auto atau
otomatis, kami mengatur setelannya secara manual untuk point massnya, maka dari itu nilainya
tidak konstan karena setiap menekan point massnya tidak selalu sama jarak point mass satu dengan
yang lain, sehingga dapat dikatakan ketelitian dari Video tracker ini kurang. Tetapi dapat kita lihat
pada grafik tersebut 0,5s-1s turun, dikarenakan point mass berada pada sumbu x negaif, begitupun
mulai 0,6s-1,6s juga. Tetapi pada 1,6s-2,0s selalu konstan untuk naik secara terus menerus,
meskipun kadang grafiknya turun.

Pada pecobaan kedua didapatkan data seperti pada tabel data diatas waktu dimulai pada
0,03s hal ini dikarenakan, kami menggunakan manual eksperimen ketika point mass di Tracker
Video Analyze dikarenakan agar bisa melihat berapa banyak putaran pada 2,10s. pada eksperimen
pertama ini didapatkan kecepatan sudut rata rata sebesar -3,67 rad/s. nilai kecepatan sudut ini
minus dikarenakan roda berputar searah dengan jarum jam. Dan nilai kecepatan sudut ini tidak
konstan tetapi nilainya semakin naik, hal ini dikarenakan katelitian dari Tracker Analyze Video
sendiri dinilai kurang, karena pada eksperimen kali ini untui point massnya sendiri kami tidak
menggunakan auto atau otomatis, dimana kami melakukan secara manual, maka nilai yang didapat
naik turun tetapi selalu konstan naik. Pada percobaan ini juga, percepatan sudut rata ratanya
didapatkan hasil sebesar 7,2 m/s2. Dan juga dikarenakan, percepatan sudutnya searah dengan jaruh
jam. Banyak jumlah putaran pada percoban pertama ini didapatkan 2,5 kali putaran dimulai dengan
sudut 0˚ pada sumbu Y sampai 360˚. Pada percobaan ini memiliki sedikit perbedaan dengan
percobaan yang pertama tadi dikarenakan pada percobaan pertama hanya menggunakan
penyangga, dan ban sepeda saja tanpa kerangka dari sepeda itu sendiri,sedangkan pada percobaan
kedua ban sepeda menggunakan kerangka sepeda jadi hal ini juga mempengaruhi jumlah putaran
yang ada, karena jika semakin berat massa yang ada maka semakin sedikit pula jumlah putaran
yang diperoleh.

Grafik 4.2.3. Grafik hubungan antara waktu(s) dengan kecepatan sudut (ω)

Pada Grafik tersebut dapat kita lihat bahwa kecepatan sudutnya tidak konstan naik terus,
dikarenakan pada Video Tracker kami tidak menggunakan atau mengatur secara auto atau
otomatis, kami mengatur setelannya secara manual untuk point massnya, maka dari itu nilainya
tidak konstan karena setiap menekan point massnya tidak selalu sama jarak point mass satu dengan
yang lain, sehingga dapat dikatakan ketelitian dari Video tracker ini kurang. Tetapi dapat kita lihat
pada grafik tersebut nilai untuk naik dan turunnya signifikan yang dapat kita katakan disini bahwa,
nilainya tidak konstan, nilai dari kecepatan sudut setiap perpindahan juga ada yang minus, hal
dikarenakan point mass berada pada sumbu x negatif.
Grafik 4.2.4. Grafik Hubungan antara waktu (t) terhadap percepatan sudut (ɑ)
Pada Grafik tersebut dapat kita lihat bahwa percepatan sudutnya tidak konstan naik terus,
dikarenakan pada Video Tracker kami tidak menggunakan atau mengatur secara auto atau
otomatis, kami mengatur setelannya secara manual untuk point massnya, maka dari itu nilainya
tidak konstan karena setiap menekan point massnya tidak selalu sama jarak point mass satu dengan
yang lain, sehingga dapat dikatakan ketelitian dari Video tracker ini kurang. Tetapi dapat kita lihat
pada grafik tersebut nilai untuk naik dan turunnya signifikan yang dapat kita katakan disini bahwa,
nilainya tidak konstan, nilai dari percepatan sudut setiap perpindahan sudut juga ada yang minus
hal dikarenakan point mass berada pada sumbu x negatif.

Hubungan Antara Diameter


4
(d) dengan kecepatan Sudut
(ω)
3

2
Grafik 4.2.5 Grafik
1 hubungan rata rata kecepatan
sudut dengan diameter
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
HuBungan Antara
8 Diameter (m) dengan
percepatan sudut (a)
6

2 Grafik 4.2.6. Grafik


hubungan rata rata
0 percepatan sudut dengan
0 0,5 1 1,5 2 2,5 diameter

Dapat dilihat dari analisis data yang sudah ada, bahwasanya nilai kecepatan sudut
dipengaruhi oleh diameter atau jari jari suatu benda dikarenakan pada persamaan ɑ = 𝛚𝟐 𝐱 𝐫
ɑ
maka 𝛚𝟐 = , dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa kecepatan sudut berbanding terbalik
𝑟
dengan jari jari maka, semakin besar jari jari maka semakin kecil kecepatan sudutnya. Dan untuk
percepatan sudut semakin besar jari jari maka maka semakin besar percepatannya. Dan juga
pengaruh jari jari atau diameter terhadap putaran roda adalah semakin besar jari jari atau diameter
maka semakin sedikit putaran yang diperoleh. Dan juga gaya yang diberikan ketika memutar
sepeda juga mempengaruhi banyaknya putaran roda tersebut.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan eksperimen Analisis Gerak Rotasi Pada Roda Sepeda yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa. :

1. Semakin besar jari jari atau diameter suatu benda maka semakin besar pula nilai
percepatan sudutnya, karena keduanya berbanding lurus pada persamaan
ɑ = 𝛚𝟐 𝐱 𝐫
2. Semakin besar jari jari atau diameter suatu benda maka semakin kecil nilai kecepatan
ɑ
sudutnya, karena keduanya berbanding terbalik pada persamaan 𝛚𝟐 =
𝑟
3. Semakin besar jari jari atau diameter suatu benda maka semakin sedikit jumlah
putaran yang didapat.
4. Gaya yang kita berikan saat melakukan percobaan juga mempengaruhi nilai dari
percepatan sudut dan kecepatan sudutnya

5.2. Saran

Saran untuk melakukan praktikum ini adalah

1. Seorang praktikan harus mengetahui terlebih dahulu tentang tujuan praktikum yang
akan dilakukan
2. Seorang paraktikan harus memahami teori yang mendasari praktikum yang akan
dilakukan
3. Pada penggunaan Tracker Analyze Video ini, dibutuhkan ketelitian agara data yang
diperoleh juga bagus dan bisa dianalisis
LAMPIRAN

a. Percobaan 1 menggunakan ban sepeda kecil (M = 1 Kg, d = 55 cm, t= 2,10s)

b. Percobaan 2 menggunakan ban sepeda besar (M = 1,2 Kg, d = 65 cm, t= 2,10s)


Hubungan Antara Diameter (d) dengan
kecepatan Sudut (ω)
4

3,5

2,5

1,5

0,5

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5

HuBungan Antara Diameter (m) dengan


percepatan sudut (a)
8

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Daftar Pustaka

David Halliday, dkk. 2010. Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika/Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Nikmah, Faikotun & Yulianto, Agus & Wahyuni, Siti. 2020. BAHAN AJAR KESETIMBANGAN
DAN DINAMIKA ROTASI DENGAN PENDEKATAN FILOSOFIS. EKSAKTA : Jurnal
Penelitian dan Pembelajaran MIPA. Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
Tim Masmedia Buana Pustaka. 2014. Fisika untuk SMA/MA kelas XI, ( Sidoarjo :Tim Masmedia
Buana Pustaka)

Anda mungkin juga menyukai