Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

"Bahaya kebakaran dan ledakan yang

disebabkan oleh pelarut"

Dosen Pengampu : Labusab,S.Pd.,M.T.

Disusun Oleh

KUSMAWAR |230206500002|

PENDIDIKAN VOKASIONAL MEKATRONIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya sehingga makalah tentang "Bahaya kebakaran dan ledakan yang disebabkan oleh pelarut"
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini saya buat guna menunjukkan partisipasi
dan keaktifan dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai
mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) oleh dosen pengampu Bapak
Labusab,S.Pd.,M.T. Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa prodi
Pendidikan Vokasional Mekatronika. Terkhusus angkatan 2023 jurusan Teknik elektronika
sebagai bekal pengalaman nyata. Dan tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna.
Untuk itu kepada dosen kami minta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang

Makassar, 27 September 2023

Penulis

Kusmawar
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………..………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1

C. Tujuan..,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pelarut.............................................................................................................2-5

B. Bahaya Potensial Pelarut………………………………………………..…...6

C. Bahaya Kebakaran dan Ledakan Pelarut…………………………………….7.

D. Pelarut Mudah Terbakar Serta Bahayanya…………………………………..8.

E. Pengendalian Pelarut Mudah Terbakar……………………………..... .........9-12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………..…....13..

B. Saran…………………………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..14

.
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi
pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Azmi, 2008).

Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cidera
atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya mempelajari fenomena kecelakaan,
faktor penyebab, serta cara efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di
Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang
masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah, sehingga masyarakat
bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli, 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pelarut?

2. Bagaimana bahaya potensial pelarut?

3. Bagaimana bahaya kebakaran dan ledakan pelarut?

4. Bagaimana pelarut mudah terbakar serta bahayanya?

5. Bagaimana pengendalian pelarut mudah terbakar?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini untukmenambah
pengetahuan pembaca mengetahui bahaya kebakaran dan ledakanoleh pelarut.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pelarut

Pelarut adalah bahan atau material yang digunakan untuk melarutkan bahan (material) lainnya.
Pelarut digunakan untuk berbagai hal, dirumah tangga pelarut digunakan untuk cuci kering dry
cleaning, pembersih, dan pelarut tinta. Pelarut juga digunakan di laboratorium untuk proses
ekstraksi. Dibidang pertanian, pelarut digunakan untuk melarutkan pestisida, sedangkan
diberbagai industri seperti industri tinta, industri cat, industri karet, dan industri lainnya, pelarut
digunakan untuk zat pembersih serta reagen kimia. Penggunaan pelarut harus menjadi perhatian
karena banyak jenis pelarut yang yang berpotensi terhirup, berkontak dengan kulit, dan dapat
menimbulkan efek terhadap kesehatan.

Pelarut organik merupakan zat yang berpotensi untuk menimbulkan bahaya bagi kesehatan,
produktivitas, dan efesiensi dalam banyak lingkungan kerja dan Industri. Semua orang akan
mengalami pajanan pelarut organik mulai sejak dalam kandungan sampai dengan meninggal.
Namun, efek total pajanan pelarut tidak diketahui secara pasti. Pelarut dapat terhirup oleh ibu.
kemudian masuk kedalam janin dalam kandungan. Para lansia biasanya berada dirumah sakit
pada hari terakhir hidupnya, dimana tercium banyak larutan organic seperti disinfektan, Pajanan
pelarut dapat terjadi selama kita hidup sehari-hari, seperti bau Koran, pembersih, pengawet dan
lain-lain. Pajanan pelarut juga dapat menimbulkan efek yang bervariasi mulai dari gejala yang
sangat ringan sampai dengan kematian.

Pelarut dapat menimbulkan efek yang berbeda-beda pada berbagai konsentrasi, usia, dan
individu, maka kombinasi dari semua ini tidak dapat digambarkan besarannya. Masalahnya
terletak pada kepastian efek yang berbahaya dan tidak berbahaya, dan pada taraf berapa hal itu
terjadi. Bila paparan mencapai atau melebihi, suatu ambang batas, gangguan fungsi dapat terjadi.
Pada beberapa kasus gangguan dapat menjadi ireversibel atau permanen.
Sering kali orang tidak mengambil tindakan pencegahan, karena bukan hanya kulit yang terpapar,
namun pelarut dapat masuk melalui inhalasi. Pelarut dapat juga menyebabkan kebakaran dan
peledakan dan akan lebih berbahaya dari pada toksisitas pelarut itu sendiri, sebagai gambaran,
sering kali pelarut pembersih berada dalam konsentrasi antara 100-1.000 ppm dalam zona
pernapasan seseorang (Salami, 2015).

Pelarut dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu polar dan nonpolar. Umumnya
konstanta dielektrik dari pelarut sangat dipengaruhi oleh polaritasnya. Pelarut dengan
konstanta dielektrik kurang dari 15 biasanya bersifat nonpolar (Olishifski and McElroy,
1971). Pelarut dapat diklasifikasikan menjadi dua sistem, yaitu:

1. Pelarut berbasis air/aqueosus, yaitu pelarut yang berisikan asam, basa, detergen, dan lain-
lain. Sistem aqueosus menyebabkan iritasi setelah paparan yang berulang kali. Juga terjadi
dermatitis kontak, seperti orang yang menderita dishpan hands. Konsentrasi yang berlebih,
dapat menimbulkan iritasi leher dan bronchitis.

2. Pelarut berbasis bukan air/nonaqueosus, yaitu pelarut organik. Pelarutorganik


menimbulkan problem berbeda. Tekanan uapnya biasanya tinggi.sehingga besar
kemungkinan terjadi potensial bahaya inhalasi. Secaradetail, efek pelarut yang spesifik dapat
dicari di berbagai literature.

Pelarut dapat juga diklasifikasikan atas dasar jenis bahan kimia yaitu:

1. Pelarut Organik

2. Pelarut Non-Organik

Semua pelarut organik umunya akan berpengaruh terhadap susunan saraf pusat sampai batas-
batas tertentu berfungsi sebagai depresan dan anestetik dan menyebabkan gangguan lain,
tergantung pada taraf paparan. Efeknya dapat bervariasi dari dari yang sangat ringan sampai
yang sangat berat, seperti tidak tampak sampai narcosis dan kematian akibat terhentinya
pernapasan. Semua pelarut yang membasahi kulit akan menyebabkan dermatitis atau kelainan
kulit. Kelainan kulit dapat berupa iritasi ringan sampai kerusakan sistemik seluruh kulit. Pelarut
yang paling mudah bereaksi juga dapat melarutkan lemak pada kulit yang berfungsi sebagai
barrier dan membuat kulit tidak terlindung terhadap iritasi dan kerusakan selanjutnya.
B. Bahaya Potensial Pelarut

Potensi bahaya dari suatu pelarut selain efeknya terhadap kesehatan, juga potensi terjadinya
kebakaran dan pencemaran udara. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, seperti:

• Tekanan Uap:
• Ventilasi;
• Cara penggunaan, dan
• Konsentrasinya diudara.

Salah satu cara menilai potensial bahayanya adalah dengan menggunakan "Vapor-hazard ratio
number" pada kondisi tertentu. Angka ini merupakan nilai suatu pelarut saat terjadi ekuilibrium
pada 250C terhadap NAB-nya (ppm/ppm) semakin kecil angka ini, semakin kecil potensial
bahayanya. Contoh penghitungan rasio tersebut ialah sebagai berikut:

Metilen klorida, memiliki NAB 500 ppm dan 1,1,1- trikloroetilen memiliki NAB 350 ppm,
dilihat dari NAB-nya saja dapat diperkirakan bahwa yang terakhir lebih toksik, tetapi setelah
diperhitungkan mudah tidaknya menguap, ternyata yang terakhir itu lebih aman. Vapor hazard
untuk trikloroetan=489, sedangkan untuk metilenklorida = 1080.

C. Bahaya Kebakaran dan Ledakan Pelarut

Pelarut ada pula yang mudah terbakar dan meledak. Oleh karena itu, pencegahannya menjadi
penting. Ventilasi harus mencukupi, dalam arti konsentrasi pelarut didalam ruang kerja dibawah
NAB, dan suhu dibawah Lower Explosive Limit (LEL). Meskipun demikian, dibeberapa pits dan
pockets tidak dapat dihindari terkumpulnya uap dalam konsentrasi mudah terbakar.

Untuk amannya, gunakan pelarut yang tidak mudah terbakar, yaitu yang mempunyai flash point
lebih dari 1400F dan tidak ada sumber api (peralatan elektrik, rokok). Akan tetapi, pelarut yang
terhalogenasi dan tidak mudah terbakar sering kali mudah terurai menjadi turunannya yang
korosif, lebih toksik, seperti fosgen, HCl, dan HF bila dipanaskan sehingga tidak dapat dipakai
bila ada api, peralatan elektrik, dan alat-alat dengan temperatur tinggi lainnya.

D. Pelarut Mudah Terbakar Serta Bahayanya

Identifikasi pelarut yang mudah terbakar dapat dilihat dari nilai titik nyala/flash point/FP. FP
adalah temperatur terendah dimana terkumpul cukup banyak uap yang bercampur dengan udara
menjadi campuran yang mudah terbakar, apabila sumber api didekatkan pada permukaannya. FP
digolongkan ke dalam tiga kelas sebagai berikut.

Kelas 1:10000F/380C

Kelas II 1.0000F/380C dan <1400F/60 oC

Kelas III >10000F/380C dan 2000F/930c


a. Flash Point

Flash Point pelarut biasanya sudah diketahui dari spesifikasimanufakturnya dan tertulis
didalam MSDS. Namun, apabila perlu dilakukan pengukuran, dapat digunakan peralatan
sebagai berikut

1) Tag/Tagliabue Closed Tester untuk menguji cairan dengan flash points <1750F/66 oC,
kecuali bahan bakar minyak;

2) The Pensky-Martens Closed Tester paling akurat, untuk menguji

titik nyala (Flash Point) antara 1500F/66 oC dan 2300F/110 oC.

kebanyakan digunakan untuk menguji bahan bakar minyak;

3) Cleveland Open Tester untuk material dengan titik nyala tinggi.dan

4) Tag Open Tester.

b. Batas Nilai Daya Bakar dan Daya Ledak

Setiap pelarut mempunyai nilai konsentrasi dibawah batas daya bakar/ flammable range (FR),
yakni konsentrasi yang terlalu rendah/encer (lean) dan ada konsentrasi diatas FR karena
konsentrasinya terlalu pekat (rich) sehingga tidak terbakar apabila ada kontak dengan api
(lihat gambar 2.5). Di antara kedua konsentrasi ini api akan terus menyala (Self sustaining).
Hal ini perlu diperhatikan dalam membuat sistem ventilasi yang mengurangi konsentrasi
sehingga apabila tadinya keterbakaran suatu material berada diatas UEL, dengan adanya
ventilasi, keterbakaran material tersebut akan menurun dan mencapai justru diantara LEL dan
UEL sehingga mudah terbakar. Tabel 2.6 adalah contoh FR bagi beberapa pelarut.
E. Pengendalian Pelarut Mudah Terbakar

Untuk mencegah terjadinya kebakaran, dibuat prosedur khusus untukbekerja dengan pelarut,
antara lain menuang/dispensing, bonding, grounding. dan pembuangan. Apabila terjadi
kebakaran, diperlukan tindakan gawat darurat. Pekerja perlu diberi latihan dan pendidikan
selain juga sertifikasi.

Menuangkan Sealant

Pelarut biasa disimpan didalam drum yang besar dan untukmenggunakannya orang harus
menuangkannya ke dalam wadah yang lebih kecil, portabel, dan dikenal sebagai portable safety
container dan tersedia dispenser. Keduanya harus digunakan jauh dari sumber api, cahaya
matahari langsung, dilengkapi dengan spring-action cover yang dapat mengeluarkan uap yang
berlebih sehingga tekanan dalam kontainer tidak tinggi seperti terlihat pada gambar berikut.

Wadah/kontainer tersebut didesain agar tutupnya dapat mengeluarkan uap yang berlebih bila
tekanan cukup tinggi, sehingga tidak meledak Sekalipun demikian, tutup kontainer ini tidak
boleh bocor, sekalipun ditaruh dalam keadaan terbalik. Setiap drum harus diberi label yang jelas,
sesekali diperiksa apakah label sesuai dengan isinya.

Kegunaan kontainer portabel ini adalah untuk membawa pelarut dalam jumlah sedikit, misalnya
1 pint - 5 gallon. Daerah penyimpanan kontainer selalu dilengkapi dengan sistem pemadam
kebakaran untuk class B fires. diantaranya automatic sprinkler, zat karbondioksida, bahan kimi
kering atau foam, alat pemadam api yang diletakkan secara strategis (misalnya di luar ruangan
dekat dengan pintu keluar), ventilasi, fasilitas drainase khusus, dan explosion relief dalam bentuk
jendela pelepas tekanan, atau dinding yang didesain khusus dengan ventulasi berukuran ft2
setiap volume ruangan sebesar 50 ft3.

Grounding dan Bonding

Pemindahan cairan dari satu kontainer ke yang lain dapat menghasilkan voltase potensial yang
berpotensi memicu percikan listrik statis yang dapat
mengignisi uap-uap mudah terbakar. Kontainer sumber dan kontainer penerima harus
dihubungkan (bonded) dengan material logam (metal to metal) sebelum pemindahan cairan
dilakukan. Kontainer berukuran besar harus dihubungkan ke tanah (grounded). Baik penuangan,
grounding maupun bonding. Tampak pada gambar berikut:

Pembuangan Limbah

Semua material yang telah bersentuhan dengan cairan yang mudah terbakar harus diletakkan
ditempat yang khusus yang terbuat dari logam, menutup secara otomatis self closing, dan diberi
label dengan jelas. Ukuran wadah pelarut yang mudah terbakar pada umumnya sebesar 55 galon,
sedangkan ukuran wadah untuk pemakaian rutin 5 galon.

Di Amerika Serikat, wadah sedemikian harus memenuhi standar Interstate Commerce


Commission (ICC) untuk dapat digunakan dalam transportasi. Buangan pelarut dibuang tiap hari
ke lokasi aman yang telah ditentukan untuk kemudian dilakukan insenerasi atau dikumpulkan
oleh yang berwenang dalam mengolah dan membuang limbah berbahaya. Pengusaha ini kadang-
kadang sama dengan supplier bahan pelarut tersebut.

Pengendalian Kebakaran dan Ledakan

Pelarut mudah terbakar meledak harus ditentukan niali Upper Explosive Limit (UEL) dan
Lower Explisive Level (LEL), serta efeknya terhadap
kesehatan sekalipun jumlah yang digunakan sangat sedikit. Data ini diperlukan untuk
pengendalian, disamping data-data lainnya: sifat kimia dan fisika, jumlah uap yang dilepaskan,
sumber api dari listrik, api terbuka, cara penanganan material, pemeliharaan lingkungan yang
aman, dan lain-lain.

Pelatihan dan Sertifikasi Kerja di Lingkungan Panas

Untuk dapat bekerja dilingkungan panas yang ekstrem, diperlukan pengetahuan dan
keterampilan bekerja dengan pelarut mudah terbakar. Pekerja harus tahu tentang bahaya, sifat
pelarut, dan pengendalian bahayanya. Topik yang perlu diberikan dalam pelatihan adalah sebagai
berikut:

1. Mengetahui wadah pelarut yang aman dan hanya menggunakan wadahini dalam bekerja,
kemudian wadah harus selalu ditutup bila tidak digunakan.

2. Jangan menggunakan wadah lain, hanya yang telah diberi tanda untuk keperluan tersebut.

3. Di tempat kerja hanya disediakan sejumlah yang dibutuhkan saja: lebihnya harus
dikembalikan setelah shift kerja selesai.

4. Jika terjadi tumpahan harus langsung dibersihkan, buang kain pembersih ditempat yang
telah ditentukan. Jangan menggunakan debu gergaji untuk menyerap pelarut.

5. Tidak boleh merokok, atau menggunakan api terbuka atau mengadakan "spark" bila ada
kemungkinan menimbulkan kebakaran akibat pelarut.

6. Awasi proses bonding dan grounding

7. hanya petugas khusus saja yang bekerja di tempat penyimpanan dan penuangan pelarut
(dispensing). Seluruh kegiatan harus selalu diawasi secara periodik dan ulang pelatihan
bilaman perlu.

8. Buat poster dan tanda-tanda peringatan.

Dalam rangka mengusahakan pengendalian operasi yang menggunakan api terbuka, dan
temperatur tinggi, sebaiknya dilakukan program "hot work permit" sebelum pembelian alat
dilakukan.
Adapun prosedur pengadaan program "hot work permit" adalah sebagaiberikut:

1. Ada kebijakan manajer mengenai prosedur kerja di ruang "panas".

2. Inspeksi ruang yang akan digunakan.

3. Hanis ada yang mengawasi kebakaran.

4. Sediakan peralatan pemadam kebakaran.

5. Komunikasi dan koordinasi dengan berbagai departemen terkait.

6. Isolasi berbagai sumber api.

7. Cegah penggunaan api dan semua alat yang dapat menimbulkan

"spark" oleh yang tidak berwenang.

Poster, Label, dan Tag

Penempatan tag, label pada wadah, dan poster di sekitar penempatan pelarut sebagai peringatan
adanya pelarut berbahaya harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan di industri. Contoh tag,
label dapat dilihat pada gambar berikut ini.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja

B. Saran

Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak ditemui
kesulitan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik agar penulis dapat
menyempurnakan karya makalah ini Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan
makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu
penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala keurangan dan kekhilafan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu, 2013. Materi k3 Mencegah Dan Menanggulangi Kebakaran

(oleh: djoko kustono). Universitas Negeri Malang.

Sabara Edy. Labusab, & Retyana Wahrini. "Keselamatan Kerja & Kesehatan

Lingkungan". Pendidikan Vokasional Mekatronika FT-UNM. 2023

Yic. 2011. Pengertian Pelarut. Di kunjungi pada tanggal 12 September 2023

https://id.scribd.com/document/475951371/Tugas-Makalah-ABD-Rahman-J-1825041022
https://viemyutzz.blogspot.com/2011/03/pengertian-pelarut.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56124/Chapter

Anda mungkin juga menyukai