Dosen Pengampu:
Hj. Dahniar, SE, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya serta kemudahan dan kelapangan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah,
yang berjudul “Peubahan Budaya Organisasi” untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Manajemen Perubahan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Dahniar,
SE, M.Si., selaku dosen pengampu pada mata kuliah Manjemen Perubahan yang telah
memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni. Ucapan terima kasih ini juga ditunjukkan kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga makalah ini dapat selesai
tepat waktu.
Meskipun penulis telah berusahan menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, agar kedepannya bisa jauh lebih baik lagi. Akhir
kata, penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Mengetahui acara untuk menciptakan budaya perubahan.
6. Mengetahui bagaimana memelihara kepercayaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dependent Interdependent
Control by others Self control
3
Motivated by others Self motivated
Passive Active
Short time perspective Long time perspective
Subordinate position Superordinate position
Unaware of “self” Aware of “self”
Fearfull, defensive Accepting, outgoing
Explits others Supportive, interactive
Conceptual collusion Conceptual clarity
Conceptual simplicity Conceptual complexity
Wishes Creates
Impulsive Integrated
4
Pelanggan adalah jahat Pelanggan adalah raja
5
kesempatan dan melibatkan mereka dalam proses organisasi secara
keseluruhan.
7
2.2 Memahami Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu
kebenaran oleh semua orang dan organisasi. Budaya organisasi menjadi acuan bersama
di antara manusia dalam melakukan interaksi dalam organisasi.
Budaya organisasi bersifat berbeda antara satu dan lain organisasi, masing-masing
mempunyai ciri spesifik yang membedakan. Namun, budaya organisasi tidak selalu tetap,
dan perlu selalu disesuaikan dengan perkembangan lingkungan.Perubahan budaya
organisasi diperlukan agar organisasi dapat tetap survive, mengembangkan budaya
berprestasi, mengubah pola pikir dan memelihara kepercayaan dalam organisasi.
8
g. Identity, yaitu tingkatan di mana ansgota mengidentifikasi bersama
organisasi secara keseluruhan daripada dengan kelompok kerja tau bidang
keahlian profesional tertentu.
h. Reward system, yaitu suatu tingkatan di mana alokasi reward, kenaikan gajih
atau promosi, didasarkan pada kriteria ki-nerja pekerja, dan bukan pada
senioritas atau favoritisme.
i. Conflict tolerance, yaitu suatu tingkatan di mana pekerja di-dorong
menyampaikan konflik dan kritik secara terbuka.
j. Communication patterns, yaitu suatu tingkatan di mana komu-nikasi
organisasional dibatasi pada kewenangan hierarki formal.
10
f. Lembatnya respon terhadap perubahan
g. Rusaknya kinerja Perusahaan
h. Perilaku praktik tidak sehat di tempat kerja
11
apabila kriteria kinerja ditetapkan jelas lebih dahulu dan penilaian kerja
dilakukan secara professional, maka tidak akan ada masalah dalam
mengaitkan reward pada kinerja.
e. Lingkungan kerja terbuka dan transparan
Lingkungan kerja dimana pekerja dapat membagi informasi dan
pengetahuan dengan bebsas akan memfasilitasi pencapaian tujuan
organisasi. Delapan puluh persen masalah dalam organisasi berhubungan
dengan komunikasi, atau kurangnya komunikasi. Oleh karena itu, salah
pengertian, salah persepsi atau salah interpretasi muncul karena orang tidak
mengomunikasikan alasannya untuk melakukan sesuatu.
Keputusan sering dibuat tanpa mengusahakan rasionalitas yang jelas
bagi mereka yang berkaitan dengan keputusan tersebut. Tindakan dilakukan
tanpa mengomunikasikan alasan untuk melakukan seperti itu. Ke depan,
pemimpin perlu menyampaiankan alasan dari keputusannya dan akan
menjadi lebih baik apabila mengikutsertakan bawahannya dalam
mempertimbangkan perlunya keputusan tersebut.
f. Menghapus politik
Politik Perusahaan menghalangi pengembangan hubungan saling
mempercayai diantara manusia, praktik tidak sehat dalam bentuk
favoritisme, kronisme, desas desus dan kelicikan akan berlanjut sampai
manajer atau leader mengembangkan profesionalisme dalam mengelola
SDM.
Untuk melawan politik internal Perusahaan, organisasi harus mulai
mengembangkan lingkungan kerja yang terbuka, memperbolehkan
ketidaksetujuan, memfokuskan pada tujuan dan tingkat harmoni tim. Kritik
konstruktif harus dipergunakan sebagai alat yang tepat untuk memperbaiki
sesuatu, bukan senjata untuk menjatuhkan orang lain. Hal ini hanya dapat
dicapai dengan menghilangkan ketakutan ditempat pekerjaan. Kinerja
organisasi dapat ditingkatkan dalam suasana kerja penuh keterbukaan,
saling mempercayai dan saling menghargai.
g. Tim spirit yang kuat
Dalam mengembangkan budaya kerja produktif, tidak ada pengganti
yang lebih baik daripada menanamkan tim spirit yang kuat pada manusia.
Untuk melakukan itu, orang harus berkomitmen terhadap kepercayaan
12
Bersama. Cara terbaik untuk menumbuhkan kepercayaan Bersama adalah
dengan menetapkan core values yang dapat diterima dan dihargai secara
universal karena dapat memenuhi kepentingan organisasi maupun individu.
Nilai-nilai tersebut harus memberi pengalaman orang tidak hanya pada
rasa berprestasi, tetapi juga rasa kebenaran, menjadi konsisten dengan
prinsip pribadinya sendiri. Core values yang dikembangkan Perusahaan
mencakup inovasi, keadilan, penghargaan, respons terhadap perubahan,
akuntabilitas dan menjadi fokus pelanggan.
13
Budaya yang sukses dapat menerima lingkungan yang kompetitif dalam
semua tingkat dimensi individu, tim atau organisasi. Visi merupakan konsep
yang sulit bagi banyak orang, bukan hanya manajer. Visi memerlukan
imajinasi kreatif untuk memvisualisasikan menjadi sesuatu yang berbeda dan
lebih baik dari sekarang. Visualisasi tersebut merupakan inspirasi dari tujuan.
Dengan demikian, visi dapat menjadi inspirasi tentang tujuan yang hendak
dicapai.
b. The management of creative change (manajemen perubahan kreatif)
Perubahan yang kreatif adalah perubahan yang didukung oleh adanya
inovasi, dan inovasi yang berkembang cepat adalah dalam bidang teknologi.
Inovasi teknologi dan pembagian kerja meningkatkan permintaan akan
pengetahuan teknis pada semua tingkatan dan konsekuensinya orang harus
lebih banyak berfikir daripada melakukan. Untuk mengatasi perubahan perlu
melakukan manajemen perubahan.
c. Value-based management (manajemen berbasis nilai)
Kita cenderung berfikir tentang kreativitas sebagai menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda, yang dalam dinamika pemasaran memperbaiki terus-
menerus dan revitalisasi produk dan jasa. Akan tetapi, hal tersebut lebih
bersifat pragmatis dan semacam kreativitas.
Dalam terminologi manajemen, penciptaan nilai secara berkelanjutan
menambah nilai bagi bisnis. Sementara itu, maksud dari value management
adalah untuk memastikan bahwa strategi manajer dan pilihan manajemen
memberikan dampak langsung pada kinerja bisnis dan nilai pasarnya.
d. The bottom line (pekerja rendah)
Adapun system perbaikan budaya yang disarankan kepada manjer, yang
penting adalah bagaimana memengaruhi bottom line. Peningkatan moral,
motivasi dan kreatifitas pekerja diharapkan mempunyai pengaruh bermanfaat
pada bottom line. Sebaliknya, pemegang anggaran ingin memaksakan cost
effectiveness dari program perbaikan budaya. Dalam manajemen budaya,
bottom line merupakan tujuan tertinggi. Budaya merupakan kunci
memaksimumkan kinerja bottom line.
e. Cultural transformation through business excellence (transformasi kultural
melalui keunggulan bisnis)
14
Manajemen nilai-nilai budaya merupakan arah manajemen untuk
keunggulan bisnis. Kombinasi nilai pelayanan pelanggan dengan nilai-nilai
pekerja berjalan baik di bawah potensi untuk perbaikan yang diusahakan oleh
kepuasan pelanggan yang sudah ada dalam servei kepuasan pekerja. Terdapat
hubungan langsung antara employee values management, costumer values
management, competitive advantage dan kinerja bottom line. Suatu organisasi
hanya akan sebaik hasil yang didapatkan diberikan oleh orangnya.
f. The european business excellence model (model keunggulan bisnis eropa)
The european business excellence model memberikan kerangka kerja
strategis dan kriteria untuk mengelola organisasi dan mengidentifikasi
kesempatan perbaikan tanpa memandang sifat dan ukuran organisasi. Culture
management menyederhanakan kompleksitas organisasi. Manajemen nilai
budaya merupakan kunci keunggulan bisnis.
g. Culture management portfolio (portfolio manajemen budaya)
Ada delapan bidang yang menjadi alat dan Teknik manajemen budaya
memberikan dukungan langsung atau tidak langsung dapat dapat digunakan
dalam meningkatkan kemajuan dalam mencapai keunggulan bisnis, yaitu :
Ukuran budaya
Nilai pelayanan pelanggan
Nilai-nilai pekerja dan tim building
Pengembangan personal
Mengembangkan budaya kreatif dan inovatif
Budaya partnership
Manajemen perubahan
Nilai-nilai sosial
15
Budaya organisasi dapat diubah dan dibuat. Banyak aspek dan Pelajaran
dapat diperoleh dari usaha perubahan budaya organisasi, yaitu :
a. Perubahan budaya organisasi yang efektif harus dimulai dengan perubahan
pola pikir
b. Organiasi yang sukses mempunyai budaya organiasi yang sejalan dengan
visi, misi, strategi, tujuan, dan lingkungan.
c. Untuk mencapai kredibilitas dan memperoleh komitmen orang, kebijakan,
prosedur, dan praktik harus konsisten dengan budaya baru.
d. Untuk mendapatkan Kembali budaya organisasi yang baik, diperlukan
rasionalitas yang kuat.
e. Untuk memastikan terjadinya asimilasi budaya seluruh organisasi, program
perubahan budaya harus memanfaatkan berbagai mekanisme transmisi
budaya.
f. Untuk mencapai perubahan budaya yang mendalam dan berkelanjutan,
diperlukan pendekatan partisipatif.
g. Komitmen dari pimpinan puncak adalah sangat penting untuk keberhasilan
perubahan budaya
h. Untuk mempercepat perubahan budaya, perlu melibatkan opinion leader
i. Perlu diciptakan mimpi yang kuat dari budaya baru
j. Kenali dan perkuat keberhasilan perubahan lebih dini dan sering
17
dan memastikan bahwa individu bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut.
Mereka juga melaksanakan sistem penilaian yang transparan dan jujur, yang terintegrasi
dengan pemberian reward berdasarkan kinerja.
Budaya berprestasi, yang lebih menekankan pada pekerjaan yang dilakukan
daripada peran, memandang rendah peran dan memprioritaskan pelaksanaan tugas.
Dalam budaya ini, orang cenderung mengabaikan peran mereka untuk menjalankan
pekerjaan yang perlu dilakukan, dan mereka siap untuk bertukar tanggung jawab jika
diperlukan. Budaya berprestasi memberdayakan individu yang dipercayai untuk
menyelesaikan pekerjaan dan merespons dengan cepat terhadap kebutuhan tugas. Di
dalamnya, tidak ada job description atau manual tebal yang membatasi kemampuan
orang dalam melakukan apa yang diperlukan.
Keputusan dalam budaya semacam ini dapat diambil melalui pendekatan hierarkis.
Individu didorong dan termotivasi oleh antusiasme terhadap pekerjaan mereka, atau
karena mereka yakin akan dinilai dengan adil dan dihargai berdasarkan kontribusinya.
Kolaborasi aktif terjadi dan pekerja didorong untuk berpikir inovatif dalam menjalankan
tugas mereka. Organisasi ini memiliki performa yang kuat dan dikenal sebagai tempat
kerja yang kreatif. Peraturan dan kebijakan selalu mengalami peninjauan berkala, dan
konsultasi terjadi di semua tingkat dalam organisasi.
Perubahan menjadi kehidupan kerja, berpikir kreatif dan inovasi menjadi praktik
biasa yang menghasilkan tingkat prestasi semakin tinggi. Nilai-nilai bersama yang
mengem- bangkan achievement culture yang kuat dikemukakan oleh Tan (2002: 30)
sebagai: (1) berorientasi pada hasil; (2) pelayanan kepada pelanggan tinggi; (3) inovasi;
(4) kejujuran; (5) peng- hargaan; (6) respons terhadap perubahan; (7) akuntabilitas; dan
(8) keinginan besar.
Nilai-nilai bersama budaya berprestasi dalam organisasi tersebut digambarkan oleh
Victor Tan yaitu:
1. Result Oriented (Berorientasi pada Hasil)
Nilai bersama organisasi yang paling berbeda yang mempraktikkan budaya
berprestasi terletak pada fokusnya yang kuat pada hasil. Perusahaan ini
mempunyai pemimpin yang tidak menaruh belas kasihan dalam usaha mengejar
hasil. Mereka mengomunikasikan pentingnya hasil dan mendemonstrasikan
melalui tindak lanjutnya yang konsisten.
2. Superior Customer Service (Pelayanan Pelanggan Unggul)
18
Perusahaan yang mempraktikkan budaya berprestasi menge tahui
bagaimana mengintegrasikan teknologi, proses, strategi dan orang sehingga
pelanggan menghargai jasa dan produknya tinggi dan akan membayar untuk itu.
Nilai bersamalah yang mengusahakan pelayanan pelanggan unggul yang
membuat Singapore Airlines dikenal secara internasional sebagai salah satu
perusahaan angkutan udara terkemuka di dunia.
Nilai bersama suatu pelayanan pelanggan unggul ditandai oleh adanya
empat kualitas (Tan, 2002: 32), yaitu: (1) reliable (keterandalan), dengan
mengusahakan pengalaman yang dapat diduga, konsisten dan menyenangkan; (2)
relentless effort (usaha tanpa berhenti), dengan secara tetap memenuhi kebutuhan
pelanggan dan mencapai kepuasan pelanggan; (3) differentiated (pembedaan),
dengan bersifat unik dan bertahan dari persaingan di pasar; dan (4) valuable
(berharga), artinya dihargai tinggi oleh pelanggan.
3. Innovation (Inovasi)
Nilai bersama dalam bentuk inovasi memiliki potensi untuk melampaui
batasan departemen tertentu. Ini adalah suatu pemikiran bahwa setiap individu
dalam organisasi diharapkan untuk menerapkan inovasi, di mana pun, kapan pun,
dan dalam setiap aspek secara berkelanjutan. Inovasi adalah alat untuk
mewujudkan impian dan ide-ide menjadi kenyataan yang belum pernah dilihat
sebelumnya oleh dunia. Proses inovasi melibatkan eksperimen dan oleh karena
itu membawa risiko. Untuk menciptakan lingkungan yang mendorong inovasi,
pemimpin harus mendorong keberanian dalam mengambil risiko dan
mempromosikan toleransi terhadap kesalahan. Kesalahan yang mengakibatkan
kegagalan tidak seharusnya membuat individu takut untuk terus melakukan
inovasi. Pemimpin memiliki tanggung jawab untuk mendukung bawahannya agar
tetap berani melakukan inovasi, bahkan ketika ada risiko yang terlibat.
4. Fairness (Kejujuran)
Dalam suatu organisasi, individu-individu tidak akan terus berkomitmen
untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik jika mereka merasa bahwa
kejujuran absen dalam lingkungan kerja mereka. Dalam konteks ini, kejujuran
mencakup perlakuan yang adil terhadap semua orang. Ini berarti tidak ada tempat
bagi favoritisme, kelicikan, pemerasan, atau penyalahgunaan dalam organisasi
tersebut. Nilai bersama tentang kejujuran juga menuntut pemimpin untuk
mengkomunikasikan peraturan dan sistem penilaian dengan jelas dan sejak awal.
19
Sistem penilaian yang adil berlandaskan pada merit, di mana pemberian reward
terkait secara ketat dengan kinerja individu.
5. Respect (Penghargaan)
Respek adalah bentuk penghargaan terhadap individu. Sayangnya,
kurangnya penghormatan sering kali muncul sebagai akibat dari berbagai
perilaku yang tidak diinginkan di lingkungan kerja, seperti berteriak pada rekan
kerja, sering terlambat dalam menghadiri pertemuan dan janji, memberikan
kinerja yang buruk, tidak memenuhi komitmen yang telah dijanjikan, dan
merendahkan satu sama lain. Organisasi yang mempromosikan nilai bersama
menciptakan lingkungan yang lebih mendukung individu untuk memberikan
yang terbaik. Kualitas pekerjaan terbaik seringkali berasal dari individu yang
merasa bangga dengan pekerjaan mereka dan lingkungan tempat mereka bekerja.
Orang yang menghargai individu lainnya cenderung mendapatkan penghormatan
balik dan menciptakan suasana yang penuh kebahagiaan. Secara umum, individu
yang merasa bahagia memiliki potensi untuk menjadi lebih efektif dan produktif
dalam pekerjaannya.
6. Change Responssive (Merespon terhadap Perubahan)
Ini merupakan nilai bersama yang sangat kritis karena menentukan masa
depan organisasi. Kemampuan organisasi menyelaraskan perubahan internal pada
kekuatan perubahan eksternal, seperti meningkatnya persaingan, teknologi baru,
perubahan peraturan industri dan persyaratan pelanggan, me rupakan kunci untuk
selamat dari tantangan lingkungan yang semakin meningkat. Kepentingannya
terletak tidak pada per- ubahannya, tetapi pada intensitas dan kecepatan
perubahan.
7. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas melibatkan penerimaan tanggung jawab atas masalah yang
muncul dan memastikan bahwa masalah tersebut diselesaikan. Melalui penerapan
akuntabilitas, pekerja tidak hanya menambah nilai bagi organisasi, tetapi juga
bagi diri mereka sendiri. Prestasi yang tinggi seringkali menjadi hasil dari praktik
akuntabilitas ini. Organisasi yang berhasil akan dengan jelas mendefinisikan
bidang-bidang akuntabilitas dan mengimplementasikan sistem yang efektif untuk
mengukur hasil yang diharapkan. Untuk meningkatkan nilai bersama ini,
pemimpin dalam organisasi harus mendorong individu untuk berbagi dan
20
mengkomunikasikan hasil yang telah dicapai secara berkala dengan cara yang
terbuka.
8. Passion (Keinginan Besar)
Banyak organisasi tumbuh besar berkat visi besar yang dimiliki oleh
pemimpin mereka. Pemimpin ini bertugas mengkomunikasikan dan
menerjemahkan visinya ke dalam ukuran yang dapat dipahami oleh staf, dan
menggerakkan organisasi menuju pencapaian visi tersebut. Ketika individu
membagi pemahaman dan nilai-nilai yang sama dengan perusahaan serta
memahami tujuan organisasi, mereka cenderung bekerja keras untuk mencapai
tujuan jangka pendek, dan juga berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi
yang lebih besar.
Mengembangkan budaya berprestasi dalam organisasi melibatkan
pengintegrasian nilai-nilai inti ini. Pemimpin memiliki peran penting dalam
mendorong prestasi di tempat kerja. Untuk mencapai ini, pemimpin harus
menjadi contoh yang diikuti oleh yang lain, bahkan melebihinya jika perlu.
Secara substansial, bawahan lebih mungkin untuk mengikuti pemimpin mereka
jika pemimpin mampu berkomunikasi dengan baik dan memberikan contoh yang
konkret.
21
Mereka harus memahami bagaimana cara orang-orang dalam berpikir,
berperilaku, melakukan pekerjaan, dan apakah ada keinginan dari orang-orang
untuk berubah. Dengan melingkupi orang dengan informasi, pemimpin dapat
memanfaatkan energi emosional dari budaya tersebut untuk menciptakan
perubahan yang diinginkan. Dengan memberikan informasi yang cukup, karyawan
akan merasa lebih terlibat dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
perubahan yang terjadi di tempat kerja.
b. Kretivitas Praktis
Karyawan harus diberikan kesempatan untuk berpikir di luar kotak dan
menciptakan solusi yang baru dan inovatif untuk masalah yang dihadapi. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan waktu dan sumber daya yang cukup untuk
mengembangkan ide-ide baru. Kreativitas praktis sering menyangkut pemindahan
gagasan dari bidang yang satu ke bidang lainnya. Suatu gagasan, proses atau
prosedur yang telah dilakukan di bidang bisnis kemudian diterapkan pada bidang
lainnya.
c. Setiap orang dapat memberikan kontribusi
Setiap orang dalam organisasi secara terbuka diberikan kesempatan untuk
dapat berkontribusi pada perubahan yang diinginkan. Penting untuk menciptakan
rasa kepemilikan di antara pekerja agar mereka merasa bahwa perubahan adalah
milik mereka dan mereka memiliki peran penting dalam mencapai tujuan
perubahan.
d. Percobaan dan enovasi
Percobaan dan evolusi diperlukan untuk menemukan solusi terbaik dan
memastikan bahwa perubahan tersebut berhasil. Prinsip ini mengacu pada
pentingnya mencoba hal-hal baru dan terus mengembangkan perubahan yang telah
dilakukan diikuti peran pemimpin untu memberikan dukungan. Perusahaan harus
terbuka untuk mencoba hal-hal baru dan belajar dari kesalahan yang telah
dilakukan.
e. Menghargai Inovasi
Dengan menghargai inovasi, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung kreativitas dan inovasi, sehingga memungkinkan terjadinya perubahan
yang diinginkan. pentingnya menghargai inovasi dan memberikan penghargaan
kepada karyawan yang menciptakan solusi yang baru dan inovatif sebagai bentuk
motivasi dan dukungan.
22
f. Memindahkan halangan
Dalam memindahkan halangan, pemimpin dapat memanfaatkan energi
emosional dari budaya tersebut untuk menciptakan perubahan yang diinginkan.
Juga memastikan bahwa semua orang dalam organisasi memahami alasan di balik
perubahan. Halangan yang dimaksud bisa berupa kebijakan yang ketinggalan atau
budaya yang tidak mendukung perubahan di era sekarang.
g. Memublikasikan Keberhasilan
Penting untuk memublikasikan keberhasilan perubahan agar semua orang
dalam organisasi merasa bahwa mereka telah berkontribusi pada perubahan yang
diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat laporan keberhasilan atau
membagikan berita keberhasilan kepada karyawan dan masyarakat luas dengan
tujuan memberikan motivasi pada karyawan.
h. Menciptakan dunia kecil
Penting untuk menciptakan budaya perusahaan yang jelas. nyaman, dan akrab
di tempat kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan ruang kerja yang
terbuka dan ramah, mengadakan acara sosial, atau membuat program karyawan
yang memperkuat hubungan antar karyawan. Dengan begitu karyawan akan merasa
lebih dekat dan nyaman dengan perusahan.
23
2.6.2 Tipe kepercayaan
Stephen P. Robbins mengklasifikasi tiga macam tipe kepercayaan yang
dinamakan sebagai:
Deterrence – based trust. Kepercayaan yang didasarkan pada ketakutan
akan pembalasan jika kepercayaan ini dilanggar. Individu dalam tipe
hubungan ini melakukan apa yang mereka katakana karena takut akan
konsekuensi apabila tidak memenuhi kewajibannya.
Knowledge – based trust. Kepercayaan yang didasarkan pada prediksi
perilaku yang berasal dari sejarah interaksi. Hal ini akan terjadi jika
memiliki cukup informasi tentang seseorang untuk memahami dengan
cukup baik untuk dapat memprediksi perilakunya secara akurat.
Identification – based trust. Kepercayaan yang didasarkan pada saling
pengertian masing-masing tujuan dan apresiasi keinginan serta hasrat
orang lain. Saling pengertian dikembangkan sampai masing-masing dapat
bertindak secara efektif untuk orang lainnya.
24
3. Memperbaiki Komunikasi
Organisasi dengan tingkat kepercayaan tinggi dapat ditandai dengan
adanya orang yang mampu berkomunikasi secara terbuka dari atas sampai ke
bawah dan sebaliknya. Hal ini dapat dilakukan dilakukan dengan cara seperti
menciptakan budaya kerja yang saling menghormati dan berpikiran terbuka
agar keharmonisan antar perbedaan usia, memahami dan berkomitmen
mempraktekan cara mengatasi hambatan komunikasi, serta mendorong
karyawan untuk berpikir terbuka dan berbagi pengetahuan.
4. Menurunkan Stres
Kehidupan kerja akan penuh stress jika tidak ada kepercayaan di tempat
kerja. Banyak energi akan menjadi lemah karena stres. Produktivitas menurun
dan kinerja organisasi terpengaruh. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara
menciptakan ruang kerja yang menyenangkan, mengidentifikasi sumber stres,
mencari solusi untuk masalah hubungan kerja, dan memberikan waktu
istirahat yang cukup untuk para karyawan.
5. Memperkuat Team Work dan Meningkatkan Loyalitas
Hal yang dapat dilakukan untuk memperkuat team work dan
meningkatkan loyalitas seperti memilih tim kerja yang berkualitas,
menjelaskan peran dan mendelegasikan tugas, memberikan pelatihan dan
pengembangan karir, serta mengadakan acara sosial atau rekreasi.
25
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari materi yang telah dibahas diatas dapat disimpulkan budaya organisasi adalah
adalah cara orang melakukan sesuatu dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan
satuan norma yang terdiri dari keyakinan, sikap, core values, dan pola perilaku yang
dilakukan orang dalam organisasi (Tan, 2002:18). Seiring dengan terus berkembangnya
zaman dan lingkunagan, budaya organisasi yang statis suatu saat akan menjadi tidak
sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersifat dinamis sebagai respon terhadap
perubahan lingkungan.
Pentingnya terjadi perubahan pada budaya organisasi. Dengan budaya organisasi,
kita dapat memperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya manusia sehingga
meningkatkan kinerjanya dan pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi dan menciptakan budaya yang berprestasi
Kemudian cara agar perubahan budaya dapat diterima dan dapat menumbuhkan
kepercayaan bagi karyawan didalamnya, tidak terlepas dari dukungan, motivasi,
apresiasi, dan penjelasan atau sikap trasparan pemimpin akan informasi dari perubahan
yang terjadi. Perubahan akan selalu diperlukan baik sekarang maupun masa akan datang.
Oleh karena itu, diperlukannya sosok pemimpin yang mampu membaca emosi dan selalu
merangkul karyawannya serta dapat membawa mereka untuk turut berpartisipasi. Hal itu
dilakukan agar perubahan membawa damfak positif bagi organisasi dan bahkan bagi
individu karyawan itu sendiri.
26
DAFTAR PUSTAKA
Conner, Daryl. R. 1992. Managing at the Speed of Change. New York: Villard Books
Pheagan, Barry. (2000). Developing Your Company Culture. Berkeley: Context Press
27