Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Ilmu Kesehatan Anak ini dengan judul “Patofisiologi Kelainan System Endokrin dan
Asuhan Keperawatan Anak dengan Juvenile Diabetes “.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang telah
mendukung terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
3.1 Pengkajian 11
BAB IV PENUTUP 15
4.1 Kesimpulan 15
4.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum di dunia terdapat 15 kasus per 100.000 individu pertahun yang
menderita DM tipe 1. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM pada umur 20 tahun
nantinya. Insiden DM tipe 1 pa-da anak-anak di dunia tentunya berbeda. Terdapat 0.61
kasus per 100.000 anak di Cina, hingga 41.4 kasus per 100.000 anak di Finlandia.
Angka ini sangat ber-variasi, terutama tergantung pada ling-kungan tempat tinggal. Ada
kecenderung-an semakin jauh dari khatulistiwa, angka kejadiannya akan semakin tinggi.
Meski belum ditemukan angka kejadian IDDM di Indonesia, namun angkanya
cenderung lebih rendah dibanding di negara-negara Eropa. Di Indonesia penderita
Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 % daripenduduk berusia diatas 15 tahun,
sehingga Diabetes Melitus (DM) tercantumdalam urutan nomor empat dari prioritas
pertama adalah penyakitkardiovaskuler, kemudian disusul penyakit selebrolaskuler dan
katarak. (Depkes RI,2008).
Di Jawa Tengah berdasarkan atas pola penyakit penderita puskesmasdan rumah
sakit dari berbagai tingkat umur, jumlah kasus Diabets Melitusmenempati nomor dua.
Setelah penyakit neoplasma ganas, sedangkanberdasarkan data pola kematian menurt
penyakit penyebab kematian pasiendirawat di rumah sakit Jawa Tengah DM menempati
urutan ke 16 denganjumlah 430 orang dari jumlah kematian 37.279 orang dengan
kematianpenyakit lainnya (Dinkes Jateng,2006). Menurut survei yang dilakukan WHO,
Indonesia menempati urutan ke 4 dengan jumlah penderita Diabetes terbesar didunia
setelah India, Cina, Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk dan
pada tahun2025 diperkirakan meningkat menjadi 12.4 juta penderita. Sedangkan
daridata Departemen Kesehatan , jumlah pasien Diabetes mellitus rawat inapmaupun
rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruhpenyakit endokrin.
(Maulana. 2008) Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiridalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap
glukosa.Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari
jumlahtersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.(Dinkes Jateng,2006)
Hal ini terjadi karena adanya faktor- faktor yang menghambatdiantaranya adalah
sosial ekonomi yang kurang, perumahan dan lingkunganyang kotor, pengetahuan
tentang DM yang masih kurang. Faktor pengetahuankeluarga merupakan penghambat
yang sering terjadi, karena denganpengetahuan yang kurang akan mengetahui proses
pengobatan penyakit. Akibat dari kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
DM perlu dilaksanakan suatu tindakan yaitu memberikan asuhan keperawatanpada
keluarga yang mempunyai masalah Diabetus Mellitus.
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari sistem endokrin.
2. Mengetahui apa saja kelainan dari sistem endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-
hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa
pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Jika kelenjar endokrin
mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau
rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin,
maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
2. Hipersekresi
Hipersekresi kadang terjadi setelah hipotalamus mengalami cedera atau
karena tumor. Hal ini mengakibatkan retensi air, dilusi cairan tubuh, dan
peningkatan volume darah.
Secara umum insiden IDDM akan meningkat sejak bayi hingga mendekati
pubertas, namun semakin kecil setelah pubertas. Terdapat dua puncak masa kejadian
IDDM yang paling tinggi, yakni usia 4-6 tahun serta usia 10-14 tahun. Kadang-kadang
IDDM juga dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan, meskipun kejadiannya
sangat langka. Diagnosis yang telat tentunya akan menimbulkan kematian dini. Gejala
bayi dengan IDDM ialah napkin rash, malaise yang tidak jelas penyebabnya, penurunan
berat badan, senantiasa haus, muntah, dan dehidrasi.
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas
meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, dan sebagainya yang digunakan
untuk membedakan klien satu dengan yang lain.
b. Keluhan utama
Ds yang timbul:
Klien mengeluh sering kesemutan
Klien mengeluh sering buang air kecil dimalam hari
Klien mengeluh sering merasa haus
Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan
Klien mengeluh merasa lemah
Klien mengeluh pandangan kabur.
Do:
Klien tampak lemas
terjadi penurunan berat badan
tonus oto menurun
terjadi atropi otot
tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam.
c. Pemeriksaan fisik
Aktivitas / istrahat.
Tanda : Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
Sirkulasi
Tanda :
1. Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada
ekstremitas dan tachicardia.
2. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak
ada.
3. Disritmia, krekel : DVJ
Neurosensori
Gejala : Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk,
lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan
pada otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa
lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas
kejang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan
palpitasi: tampak sangat berhati – hati.
Keamanan
Gejala :
1. Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2. Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia / paralysis otot
termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
3. Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria /
anuria jika terjadi hipololemia barat).
d. Pemeriksaan penunjang
1. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma : positif secara menyolok.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l.
4.1 KESIMPULAN
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi
untuk mempertahankan hemoestatis, membatu mensekresikan hormon-hormon yang
bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan
kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
4.2 SARAN
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 (Edisi 8).
Jakarta: ECG
Corwin J. Elizabeth. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan (Edisi 2).
Jakarta: ECG
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi
III). Jakarta: ECG
Rostinah. TIM. 2017. Asuhan Keperawatan System Endokrin Dilengkapi Mind
Mapping Dan Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Deepublish
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan System Endokrin.
Jakarta: EGC