Anda di halaman 1dari 25

DAMPAK OBJEK WISATA RELIGI TERHADAP ASPEK SOSIAL

KEHIDUPAN MASYARAKAT DI SEKITAR DESA


SELAPARANG KECAMATAN SEULA, KABUPATEN LOMBOK
TIMUR

Dosen Pembimbing :

1. Ardi Yuniarman, ST., M.Sc.


2. Agus kurniawan, S.Ip., M.Eng.

Di susun oleh :

Baiq Dita Mustika (418130041)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi wisata yang beranekaragam mulai dari wisata
alam, wisata kuliner, wisata bahari dan lain sebagainya. Salah satu potensi wisata
yang berkembang saat ini adalah wisata religi atau yang disebut dengan ziarah.
Wisata ziarah adalah perjalanan yang dilakukan secara sukarela yang bersifat
sementara, dengan cara mengunjungi tempat-tempat suci atau keramat untuk
berdoa atau dengan motivasi mendapatkan pengalaman, pendalaman, dan
penghayatan nilai-nilai religi/spiritual. Secara substansial, Wisata religi adalah
perjalanan keagamaan yang ditujukan untuk memenuhi dahaga spiritual, agar jiwa
yang kering kembali basah oleh hikmah-hikmah religi. Dengan demikian, objek
wisata religi memiliki cakupan yang sangat luas, meliputi setiap tempat yang bisa
menggairahkan cita rasa religiusitas yang bersangkutan, dengan wisata religi,
yang bersangkutan dapat memperkaya wawasan dan pengalaman keagamaan serta
memperdalam rasa spiritual. Untuk menjadikan wisata religi yang baik, maka
dibutuhkan pengelolaan yang baik pula.
Wisata religi yang dimaksud yaitu lebih mengarah kepada wisata ziarah.
Secara etimologi ziarah berasal dari bahasa Arab yaitu zaaru,yazuuru, Ziyarotan.
Ziarah yang dapat diartikan kunjungan, baik kepada orang yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal. Namun, dalam pemahaman masyarakat yaitu
melakukan kunjungan ke kuburan atau makam orang yang telah meninggal.
Kegiatan tersebut sering disebut dengan ziarah kubur. Dalam Islam, ziarah kubur
dianggap sebagai perbuatan sunah yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan tidak berdosa. Ruslan mengatakan bahwa praktik ziarah
sebenarnya telah ada sebelum Islam, namun dilebih-lebihkan sehingga Rasulullah
sempat melarangnya. Tradisi inipun dihidupkan kembali bahkan dianjurkan untuk
mengingat kematian.

Undang-undang tentang kepariwisataan mendefinisikan pariwisata sebagai


berbagai macam hal yang berhubungan dengan kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan/jasa yang disediakan oleh pihak-pihak terkait
seperti masyarakat, pengusaha, pemerintah maupun pemerintah daerah.
Keberadaan potensi pariwisata yang unik dan menarik di suatu daerah seharusnya
dapat dimanfaatkan melalui pengembangan pariwisata yang baik.Sesuai dengan
tugas dan kewenangannya, pemerintah merupakan pihak fasilitator yang memiliki
peran dan fungsi nya dalam pembuatan dan penentu seluruh kebijakan terkait
pengembangan objek dan daya tarik wisata. Daya tarik dalam obyek wisata
merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki dalam upaya peningkatan
dan pengembangan objek dan daya tarik wisata. Keberadaan Objek dan Daya
Tarik Wisata merupakan mata rantai terpenting dalam suatu kegiatan wisata, hal
ini disebabkan karena faktor utama yang membuat pengunjung atau wisatawan
untuk mengunjungi daerah tujuan wisata adalah potensi dan daya tarik yang
dimiliki objek wisata tersebut.

Makam raja selaparang merupakan salah satu objek wisata religi yang terletak
di Kampung Presak, Desa Selaparang, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok
Timur. Makam Selaparang dikenal juga dengan sebutan Makam Keramat Raja,
salah satu makam yang dikeramatkan oleh masyarakat Lombok dan merupakan
tempat pemakaman raja-raja beserta keluarganya dari Raja Selaparang yaitu
Kerajaan Islam pertama di Lombok. Makam raja selaparang sudah ditetapkan
sebagai situs cagar budaya pada tahun 2011. Dari tinjauan sejarah, jaman dahulu
Selaparang merupakan sebuah kerajaan besar di Lombok yang banyak di kenal,
baik di pulau Lombok maupun di luar daerah. Nama Selaparang hingga sekarang
juga masih tetap lestari menjadi nama Desa Selaparang, tempat Makam
Selaparang berada.

Wisata religi merupakan salah satu fenomena yang dari dulu sudah dilakukan
oleh masyarakat, hal itu dibuktikannya banyak aktifitas atau kegiatan yang
dikaitkan dengan wisata religi. Sehingga sebagian masyarakat pada objek wisata
religi ini sering dijadikan sebagai kegiatan keagamaan rutinan, baik tahunan dan
sebagainya Kompleks Makam Selaparang, atau masyarakat setempat menyebut
Makam Keramat Raja Selaparang, memiliki fungsi sosial yang penting sebagai
tempat berziarah masyarakat. Hal ini bisa di lihat pada waktu-waktu tertentu,
terutama pada musim keberangkatan jemaah Haji ke Mekkah, dan pada saat
lebaran Idul Fitri tiba hingga perayaan Lebaran Ketupat satu minggu setelah
Lebaran Idul Fitri. Selain perayaan Idul Fitri, dan musim keberangkatan jemaah
Haji ke Mekkah Makam Raja Selaparang juga akan ramai dikunjungi saat
perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Para penziarah biasanya juga ada yang
menyampaikan nazar mereka dan berdo'a di makam agar segera permintaannya
segera dikabulkan, misalnya berdo'a meminta jodoh, panjang umur, murah rezeki
dan doa doa lainnya.Jika semisalnya nazar dan do'a mereka cepat dikabulkan,
biasanya para penazar akan kembali lagi ke tempat ini untuk membuka ikatan
yang mereka lakukan sebelumnya lalu membayar nazar yang sudah disampaikan.
Tradisi ini mereka sebut dengan "Saur Sesangi" alias membayar janji. Sehingga
banyak masyarakat yang ziarah ke Makam Selaparang dengan masih melakukan
Tradisi ini masih tetap berlanjut hingga sekarang.

Dilihat dari sudut sosial, kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan


tenaga kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari
berbagai sektor usaha yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
kepariwisataan. Berikut adalah tabel yang berisi data pengunjung Makam Raja-
Raja Selaparang dari tahun 2016-2022 :

Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan Objek Wisata Religi Makam Raja-Raja


Selaparang
No. Tahun Jumlah wisatawan
1. 2016 108.875
2. 2017 106.889
3. 2018 965.694
4. 2019 1.406.927
5. 2020 1.487.959
6. 2021 1.401.333
7. 2022 1.474.018
sumber : ketua pokdarwis, 2022
Berdasarkan tabel 1.1 diatas dengan jumlah wisatawan mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Dengan beberapa karakter sosial dan budaya yang berbeda
setiap wisatawan yang datang pada objek wisata religi makam raja-raja selaparang
sehingga akan memberikan perubahan terhadapa masyarakat baik di bidang sosial,
budaya maupun ekonomi. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut akan
mempengaruhi akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat lokal.
Sehingga dengan permasalahan yang ada akan merubah pada makna nilai sosial,
perubahan pada mata pencaharian dan juga pada kebiasaaan atau gaya hidup,
maka dengan begitu perlu adanya penelitian terhadap “Dampak Objek Wisata
Religi Terhadap Aspek Sosial Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Desa Selaparang
Kecamatan Seula, Kabupaten Lombok Timur “.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Dampak Objek Wisata Religi Terhadap Aspek Sosial Kehidupan
Masyarakat Di Sekitar Desa Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten Lombok
Timur ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Dampak Objek Wisata Religi Terhadap Aspek Sosial
Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Desa Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten
Lombok Timur.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat teoritis yang diharapkan peneliti terhadap penelitian ini adalah dapat
menambah wawasan dan pengetahuan terhadap permasalahan yang ada tentang
Dampak Objek Wisata Religi Terhadap Aspek Sosial Kehidupan Masyarakat Di
Sekitar Desa Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten Lombok Timur.
Selanjutnya penelitian ini dapat menjadi bahan masukan maupun refrensi bagi
peneliti lainnya dengan tema yang sama serta sesuai dengan penelitian ini.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup penelitian Desa Selaparang merupakan salah satu dari Tujuh
Desa yang ada di Wilayah Kecamatan Suela yang memiliki luas Wilayah 8.824 Ha,
dengan ketinggian 80,50 di atas permukaan laut ( DPL ) serta curah hujan 2.000 – 3.000
m/Tahun sehingga termasuk dalam wilayah beriklim tropis dengan suhu rata-rata 38 oC
dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Perigi


 Sebelah Timur : Desa Pringgabaya
 Sebelah Selatan : Desa Batuyang
 Sebelah Barat : Desa Suntalangu
Selanjutnya ditinjau dari potensi Desa Selaparang terletak 4 KM dari Ibu Kota
Kecamatan, 32 Km dari Ibu Kota Kabupaten, dan 72 Km dari Ibu Kota Propinsi. Jika
ditinjau dari segi kependudukan maka jumlah penduduk Desa Selaparang 5.450 Jiwa
yang terdiri dari 2.725 Laki-laki dan 2.725 Perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga
1.659 KK.

1.5.2 Ruang Lingkup Materi


Dalan ruang lingkup materi penelitian ini akan difokuskan pada Dampak Objek
Wisata Religi Terhadap Aspek Sosial Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Desa
Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten Lombok Timur.
1.6 Kerangka Berpikir

Objek wisata
religi makam
raja selaparang

Berdasarkan aspek
sosial kehidupan
masyarakat

Dampak pariwisata
terhadap sosial
masyarakat
berpengaruh pada 6 hal

Populasi perubahan Perubahan mata Peningkatan Kebiasaan


Komodifikasi
penduduk makna nilai pencaharian dan pendidikan dan dan gaya
budaya
sosial dampak ekonomi keterampilan hidup

1.7 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang
lingkup (wilayah dan materi), kerangka pikir dan sistimatika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka, terminalogi judul,
yang berisi tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini.
Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN


Pada bab ini membahas tentang lokasi penelitian dan waktu penelitian,
jenis penelitian, variabel penelitian, serta metode-metode yang digunakan
dalam penelitian tersebut. Beserta jenis pengumpulan data. Pada bab ini juga
menguraikan tentang teknik untuk menganalisis data yang digunakan untuk
mencapai tujuan penelitian yang harus dilakukan guna kepentingan penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul


Penelitian ini berjudul “Dampak Objek Wisata Religi Terhadap Aspek Sosial Kehidupan
Masyarakat Di Sekitar Desa Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten Lombok Timur” dengan
penjabaran sebagai berikut.

2.1.1 Dampak
Dampak menurut Waralah Rd Cristo adalah suatu yang diakibatkan oleh sesuatu yang
dilakukan, bisa positif atau negatif atau pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif
maupun positif.

2.1.2 Objek Wisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yangdikunjungi dalam jangka waktu sementara objek
wisata merupakan tempat yangmenjadi pusat daya tarik dan dapat memberikan kepuasan
khususnya pengunjung (Harahap, 2018).

2.1.3 Religi
Menurut Anshori, ia memberikan pengertian agama dengan lebih detail yakni agama sebuah
sistem credo (tata keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak dan suatu sistem norma (tata
kaidah) yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesama manusia,dan alam sekitarnya,
sesuai dengan keimanan dan tata peribadatan tersebut (Ghufron dan Risnawita, 2018)

2.1.4 Kehidupan Sosial


Kehidupan sosial adalah interaksi atau hubungan antara manusia satu dengan manusia
lain dalam suatu kelompok atau lingkungan dan saling terjadi komunikasi yang kemudian
berkembang menjadi saling membutuhkan antara satu sama lain.

2.1.5 Masyarakat
Menurut Ralph Linton (Onibala, Lapian, & Kasenda, 2017), masyarakat adalah kelompok
manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu cukup lama dan mampu menciptakan
keteraturan dalam kehidupan bersama, serta mereka menganggap kelompoknya sebagai kesatuan
sosial.
2.2 Landasan Teori
Menurut sugiono (2018) Mengatakan bahwa landasan teori adalah alur logika atau penalaran
yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang di susun secara sistematis.

2.2.1 Kepariwisataan
Pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten
dari tahun ke tahun. Pariwisata modern saat ini juga dipercepat oleh proses globalisasi dunia
sehingga menyebabkan terjadinya interkoneksi antar bidang, antar bangsa, dan antar individu
yang hidup di dunia ini. Perkembangan teknologi informasi juga mempercepat dinamika
globalisasi dunia, termasuk juga di dalamnya perkembangan dunia hiburan, rekreasi dan
pariwisata.

Menurut James J. Spillane mengemukakan definisi pariwisata, yaitu: pariwisata adalah


perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementar, dilakukan perorangan maupun
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Dalam Undang-Undang RI
Nomor 10 Tahun 2009 dan Pemerintah RI Tahun 2010 tentang kepariwisataan, yang dimaksud
dengan pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya Tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementaraPeran
berarti sesuatu yang dimainkan atau dijalankan. Peran disefinisikan sebagai sebuah aktivitas
yang diperankan atau dimainkan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau status sosial
dalam organisasi.

Dari uraian diatas pariwisata dapat disimpulkan sebagai suatu proses kepergian sementara
dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan,
polotik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah
pengalaman ataupun untuk belajar.
2.2.2 Pelaku Pariwisata
Pelaku Pariwisata antara lain :

a. Wisatawan
Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang
dalam hal ini permintaan wisata.
b. Industri Pariwisata
Industri pariwisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi
pariwisata yang dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: Pertama, pelaku
langsung yang merupakan usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung
kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Kedua, pelaku
tidak langsung yakni usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara
tidak langsung mendukung pariwisata.
c. Pendukung Jasa Wisata
Pendukung jasa wisata merupakan usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk
itu termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, usaha bahan
pangan, penjualan BBM, dan sebagainya.
d. Pemerintah
Pelaku yang tidak kalah penting adalah pemerintah. Pemerintah mempunyai otoritas
dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait
dengan kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah bertanggung jawab dalam
menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata.
e. Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi
salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan
menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain
itu masyarakat lokal merupakan “pemilik” langsung atraksi wisata yang dikunjungi
sekaligus dikonsumsi wisatawan.
f. Lembaga Swadaya Masyarakat
Banyak LSM, baik lokal, regional, maupun internasional yang melakukan kegiatan di
kawasan wisata. Bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang, organisasi non-
pemerintah ini sudah melakukan aktivitasnya baik secara partikuler maupun bekerjasama
dengan masyarakat.

2.2.3 Dampak Sosial Pariwisata


Kegiatan pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dari aksi sosial, dalam artian
bahwa kegiatan pariwisata berkaitannya dengan tingkah laku tiap individu. Kelompok dalam
melakukan perjalanan wisata serta pengaruh kegiatan pariwisata dalam masyarakat. Dengan
berkembangnya pariwisata orang-orang bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari
lingkungan yang satu ke lingkungan lain yang sama sekali berbeda bangsa dan agama. Orang-
orang yang sedang melakukan perjalanan wisata tersebut akan saling berhubungan langsung
dengan orang-orang yang berkebangsaan dan lingkungan lain ditempat tujuannya, dan saling
mengenal dan memperkenalkan adat kebiasaan, kebudayaan dan kepercayaan. Masing-masing
wisatawan ternyata memiliki kebiasaan, tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda bahkan
bertolak belakang dengan tata cara hidup (the way of life) masyarakat yang dikunjungi. Gejala ini
dapat membuat sektor pariwisata menjadi suatu yang dianggap peka yang dapat mempengaruhi
hubungan antar bangsa.

Oleh sebab itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar sesama. Kontak sosial ini
mengandung makna:

1) Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling mengenal


kebudayaan masing-masing dalam batas-batas tertentu.
2) Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengenal sikap dasar
yang dimiliki dalam pergaulan.

Kenyataan bahwa pariwisata meliputi kegiatan perpindahan tempat sejumlah orang yang
sedang melakukan perjalanan secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Pariwisata menjadi suatu
manifestasi lintas budaya yang penting, karena kegiatan ini menjadi pertemuan warga dari
berbagai bangsa dengan latar belakang yang berbeda, lingkungan sosial beragam.

Dalam bentuk interaksi antara wisatawan dengan masyarakat setempat, wisatawan


menghabiskan waktunya ditempat-tempat yang exlusive, mewah, bersenang-senang menurut
caranya masing-masing. Mereka bermalas-malas dipantai, menyantap makanan yang mewah dan
berlimpah. Sementara penduduk setempat yang melayani sebagai pelayan restoran, tukang cuci
piring, bagian keamanan dan lain sebagainya.

2.2.3 Indikator Dampak Objek Wisata Religi Terhadap Kehidupan Sosial


Ada beberapa faktor pada wisata religi yang dapat memberikan perubahan terhadap masyarakat
di kehidupan sosial. Factor-faktor tersebut antara lain :

1. Perubahan Makna Nilai Sosial

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai:
petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
dalam kehidupan sehari-hari. (PRAMBUDI, 2016)

2. Perubahan Mata Pencaharian

Perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah pergeseran
atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk hidup dan sumber daya
yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup).
(PRAMBUDI, 2016)

3. Komodifikasi Budaya

Komodifikasi budaya memerupakan suatu proses perubahan budaya yang dijadikan suatu
komoditas yang siap untuk dijual ke pasar. Sehingga hal ini mengurangi keaslian pada kearifan
lokal, tetapi di sisi lain akan membawa peluang bisnis. Dengan komodifikasi budaya ini, sebuah
bangsa memiliki semacam produk untuk dipamerkan dan dijual kepada pembeli dari luar.
(Irianto, 2016)

4. kebiasaan dan gaya hidup.

Rosana (Thelisa, et al., 2018) menjelaskan bahwa bentuk perubahan kebiasaan dan gaya
hidup dalam masyarakat dapat berkaitan berbagai bidang seperti nilai dan norma sosial yang
dianut masyarakat, pola perilaku sosial, susunan lembagakemasyarakatan, lapisan atau birokrasi
masyarakat, berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang dan interaksi sosial.

2.2.4 Wisata Religi

2.2.4.1 Pengertian Wisata Religi


Islam telah meninggalkan berbagai peninggalan sejarah penting, baik berupa makam,
masjid, bekas kerajaan, perhiasan, adat istiadat dan sebagainya yang dapat dijadikan sebagai
potensi wisata salah satu kegiatan. Wisata tersebut adalah dalam bentuk wisata religi (ziarah)
umat Islam.

Menurut Shihab mengemukakan definisi wisata religi, yaitu: wisata religi adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisata religi merupakan sebuah
perjalanan untuk memperoleh pengalaman dan pelajaran (Ibrah). Wisata religi juga merupakan
sebuah perjalanan atau kunjungan yang dilakukan baik individu maupun kelompok ke tempat
dan institusi yang merupakan penting dalam penyebaran dakwah dan pendidikan umat Islam

Pada hakikatnya agama adalah sama dengan kebudayaan yang menciptakan,


menggolong-golongkan, meramu merangkaikan dan menggunakan simbol, untuk berkomunikasi
dan untuk menghadapi lingkungannya sedangkan menurutnya kebudayaan adalah keseluruhan
pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat-
perangkat, model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan
menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan
yang diperlukannya. Namun demikian, ada perbedaannya bahwa simbol di dalam agama
tersebut, biasanya mendarah daging di dalam tradisi masyarakat yang disebut sebagai tradisi
keagamaan.

Setiap tradisi keagamaan memuat simbol-simbol suci yang dengannya orang melakukan
serangkaian tindakan untuk menumpahkan keyakinan dalam bentuk melakukan ritual,
penghormatan dan penghambaan. Salah satu contoh ialah melakukan upacara lingkaran hidup
dan upacara intensifikasi, baik yang memiliki sumber asasi di dalam ajaran agama atau yang
dianggap tidak memiliki sumber asasi di dalam ajaran agama.

Dari uraian diatas wisata religi dapat disimpulkan sebagai perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang bersifat sementara, untuk menikmati objek dan atraksi di
tempat tujuan. Wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan
sebagai wisata dengan kata lain melakukan wisata berarti melakukan perjalanan tapi melakukan
perjalanan belum tentu wisata.

2.2.5 Fungsi Wisata Religi


Wisata religi dilakukan dalam rangka mengambil ibrah atau pelajaran dan ciptaan Allah
atau sejarah peradaban manusia untuk membuka hati sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa
hidup di dunia inti tidak kekal.

Menurut Mufid dalam Rosadi fungsi-fungsi wisata religi adalahsebagai berikut:

a. Untuk aktivitas luar dan di dalam ruangan perorangan atau kolektif, untuk
memberikan kesegaran dan semangat hidup baik jasmani maupun rohani.
b. Sebagai tempat ibadah, sholat, dzikir dan berdoa.
c. Sebagai salah satu aktivitas keagamaan.
d. Sebagai salah satu tujuan wisata-wisata umat Islam.
e. Sebagai aktivitas kemasyarakatan.
f. Untuk memperoleh ketenangan lahir dan batin.
g. Sebagai peningkatan kualitas manusia dan pengajaran (Ibrah)
2.2.6 Bentuk-Bentuk Wisata Religi
Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus,
biasanya berupa tempat yang memiliki makna khusus. Seperti:

a. Masjid sebagai tempat pusat keagamaan dimana masjid digunakan untuk beribadah
sholat, I’tikaf, adzan dan iqomah.
b. Makam dalam tradisi Jawa, tempat yang mengandung kesakralan makam dalam bahasa
Jawa merupakan penyebutan yang lebih tinggi (hormat) pesarean, sebuah kata benda
yang berasal dari sare (tidur). Dalam pandangan tradisional, makam merupakan tempat
peristirahatan.
c. Candi sebagai unsur pada jaman purba yang kemudian kedudukannya digantikan oleh
makam.

2.2.7 Tujuan Wisata Religi


Tujuan wisata religi mempunyai makna yang dapat dijadikan pedoman untuk
menyampaikan syiar islam di seluruh dunia, dijadikan sebagai pelajaran, untuk mengingat ke-
Esaan Allah. Mengajak danmenuntun manusia supaya tidak tersesat kepada syirik atau mengarah
kepada kekufuran.

Ada empat faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam pengelolaan wisata religi yaitu
lingkungan eksternal, sumber daya dan kemampuan internal, serta tujuan yang akan dicapai.
Suatu keadaan, kekuatan, yang saling berhubungan dimana lembaga atau organisasi mempunyai
kekuatan untuk mengendalikan disebut lingkungan eksternal. Kaitan antara wisata religi dengan
aktivitas dalam adalah tujuan dari wisata ziarah itu sendiri.

2.2.5 Manfaat Wisata Religi

Wisata religi terbukti dapat meningkatkan spiritualitas para peziarah yang datang ke
Makam. Dilihat dari enam indikator peningkatan spiritualitas yang berlandaskan pada prinsip
rukun iman menurut teori ESQ Ary Ginanjar Agustian.

Pertama, dapat dikatakan bahwa proses berziarah dan mengikuti pengajian dengan khusyuk,
serta merenung yang dilakukan oleh peziarah di Makam sampai munculnya suara hati untuk
menyampaikan sesuatu dari yang telah dilakukan sebagai petunjuk yang baik merupakan tanda
adanya peningkatan keimanan kepada Allah SWT, dengan cerminan prinsip-prinsip dasar dalam
kehidupan seperti memilikinya rasa percaya diri, mampu menyelesaikan permasalahan dengan
solusi yang tepat, serta selalu melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.
Misalnya, dulu tidak memiliki rasa percaya diri ketika berinteraksidengan orang banyak, setelah
rutin berziarah dan mengikuti pengajian di Makam serta merenunginya, kini telah memiliki
kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang banyak.

Kedua, tanda adanya peningkatan keimanan kepada malaikat, dengan cerminan prinsip-
prinsip kepercayaan dalam kehidupan seperti memilikinya rasa suka memberi, selalu menolong
sanak saudara atau kerabat bahkan sesama yang sedang mengalami kesulitan, serta tidak mudah
berprasangka buruk kepada orang lain. Misalnya, dulu sebelum sering berziarah dan mengikuti
pengajian di Makam masih merasa ragu atau tidak percaya ketika hendak membantu sanak
saudara atau anaknya yang sedang mengalami kesulitan. Namun, setelah sering berziarah dan
mengikuti kegiatan pengajian di Makam mereka tidak lagi merasa ragu ketika hendak menolong
orang lain yang sedang dalam kesulitan dengan pemikiran berniat untuk menolong dengan
keikhlasan.

Ketiga, dalam peningkatan keimanan kepada kitab Allah melalui proses berziarah dan
mengikuti pengajian dengan khusyuk, serta merenung yang dilakukan oleh peziarah di Makam
sehingga dapat munculnya suara hati untuk menyampaikan sesuatu dari yang telah dilakukan
sebagai petunjuk yang baik merupakan tanda adanya peningkatan keimanan kepada Kitab Allah,
dengan cerminan prinsipprinsip pembelajaran dalam kehidupan seperti memiliki kebiasaan
membaca buku dan membaca situasi dengan cermat, berpikir kritis dan mendalam, selalu
mengevaluasi pemikirannya, bersikap terbuka, serta memiliki pedoman yang kuat dalam belajar
yaitu Al-Qur’an. Misalnya, dulu sebelum sering berziarah dan mengikuti pengajian di Makam
masih jarang atau sulit untuk membaca Al-Qur’an pada setiap harinya, serta cara berfikir yang
masih sempit. Namun, setelah sering berziarah dan mengikuti pengajian di Makam mulai terbuka
mata hati dan pikiran meraka, kini mereka dapat melakukan kebiasaan baik yaitu membaca kitan
suci Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, serta mereka mampu membaca situasi dan kondisi
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar Agustian bahwa keimanan
kepada Allah dapat dirasakan saat seseorang melakukan sesuatu sampai hatinya berkata. Dimana
dalam hal ini tersebut seseorang mulai paham dan mendengarkan kata hatinya bahwa segala
tindakan dan keputusan yang diambil berdasarkan kecintaan kepada Allah SWT.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fahrizal Anwar, dkk yang bertujuan untuk
mengetahui dampak pengembangan wisata religi Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim dalam
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif
kualitatif dan melalui kegiatan wawancara. Hasil penelitian tersebut bahwa dampakdari
pengembangan wisata religi Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim yaitu pada aspek
pengembangan objek daya Tarik adanya pemugaran gapura, bagian sarana dan prasarana berupa
pembangunan aula atau pihak yayasan makam Malik Ibrahim bekerjasama dengan pihak biro
perjalanan, dan sumber daya manusia bekerja dengan penerapan SOP. Aspek sosial berupa
transformasi norma, mata pencaharian dan dampak lingkungan.Persamaan penelitian di atas
dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang dampak pengembangan wisata religi.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah pada obyeknya, penelitian di atas
objeknya pada masyarakat Kelurahan Gapuro Sukolilo, sedangkan pada penelitian ini objeknya
mengkaji masyarakat Kota Blitar.

2.3 Tijauan Kebijakan

2.4.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Kepariwisataan


Bertujuan :
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c. Menghapus kemiskinan
d. Mengatasi pengangguran
e. melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya
f. memajukan kebudayaan
g. mengangkat citra bangsa
h. Memupuk rasa cinta tanah air
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. Mempererat persahabatan antar bangsa
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten Lombok Timur,
berdasarkan permasalahan yang ingin dikaji yaitu Dampak Objek Wisata Religi Terhadap Aspek
Sosial Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Desa Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten Lombok
Timur.

3.2 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang menggambarkan dan melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang
sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta. Penelitian ini merupakan usaha untuk
mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga hanya
bersifat sebagai pengungkap fakta. Hasil penelitian ditekankan untuk memberikan gambaran
secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Pertanyaan dengan
kata tanya “mengapa”, “alasan apa” dan “bagaimana terjadinya” akan senantiasa dimanfaatkan
peneliti.

Pendekatan penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu,
atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail (Lehman, 2019).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yangdi kaitkan dengan
tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatuperencanaan dan merupakan alat bantu dalam
pengambilan keputusan.Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Sumber Data Primer


Survey primer pada penelitian ini di lakukan melalui survey lapangan, wawancara dan
dokumentasi, yakni pengamatan keadaan yang ada di lapangan secara visual. tujuan dari survey
ini yaitu untuk mengamati secara langsung kondisi eksisting yang terdapat pada lapangan.

a) Observasi lapangan
Observasi adalah awal guna memperoleh data tentang kondisi desa kaitannya dengan
komunikasi informan. Selanjutnya dilakukan pengamatan lapangan untuk memperoleh lokasi
pelaksanaan kegiatan yang dimaksud

b) Questioner
Questioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukandengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Perdana &
Reventiary, 2016).

Kuesioner digunakan untuk mengukur persepsi dan sikap masyarakat dengan tujuan untuk
mengetahui dampak kondisi sosial dengan adanya industri aspal yang berada disekitar tempat
tinggal masyarakat yang dilakukan dengan mengajukan lembaran kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan kepada responden. Daftar pertanyaan tersebutnya sifatnya tertutup, maksudnya
jawaban alternatif telah disediakan kecuali daftar pertanyaan mengenai identitas responden yang
bersifat terbuka.

2. Sumber Data Skunder


Beberapa data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sumber data yang
berasal dari instansi yang terkait dengan studi untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan
untuk kegiatan analisis. Disamping itu, data sekunder lainya adalah studi literature untuk
mendapatkan literature yang berkaitan dengan studi. Teknik pengumpulan data sekunder
dilakukan melalui survey kebeberapa instansi pemerintah diharapkan dapat menjadi sumber data.
Waktu pengumpulan data sekunder di sesuaikan dengan situasi dan kondisi dilapangan.

3.1 Metode Pengolahan Data


Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan
dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner

3.5 Variabel Penelitian


Varibel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik
kesimpulan. Dalam tahapan penelitian ini mengenai Dampak Objek Wisata Religi Terhadap
Aspek Sosial Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Desa Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten
Lombok Timur.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Tujuan Variabel Sub Variabel Pengumupulan


Data
Untuk mengetahui  Perubahan Makna Nilai Primer dan
Indikator Sosial
Dampak Objek Dampak sekunder
 Perubahan Mata Pencaharian
Wisata Religi Objek  Komodifikasi Budaya
Wisata
Terhadap Aspek Religi  kebiasaan dan gaya hidup.

Sosial Kehidupan Terhadap


Kehidupan
Masyarakat Di Sosial
Sekitar Desa
Selaparang
Kecamatan Seula,
Kabupaten
Lombok Timur.
Sumber : Kajian Peneliti, 2023
3.6. Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi
Menurut Purnomo (2010), populasi merupakan pengukuran kemungkinan dalam penelitian
yang memeiliki unsur dengan keseluruhan unit untuk diambil atau menyimpulkan satu
kesimpulan(Pramasatya, 2017).

Dalam penelitian ini, populasi dalam penelitian ini adalah objek abiotik (benda mati) dan
biotik (benda hidup) yang terdapat dalam wilayah penelitian.Maksud dari kalimat di atas adalah
penelitian ini tidak hanya berfokus pada pengamatan yang tertuju untuk manusia, tetapi kegiatan
wilayah penelitian potensi wisata serta infrastruktur yang mendukung kegiatan wisata.

3.6.2 Sampel
Menurut Purnomo (2010), sampel merupakan keseluruhan pengukuran yang dikumpulkan
pada studi kasus bagian dari populasi (Pramasatya, 2017). Sampel biasa disebut juga sebagai
responden.adapun responden dalam penelitian ini adalah pelaku pariwisata/ masyarakat
setempat.

3.7 Teknik Analisis Data


Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data yang terkumpul. Adapun kegunaan
analisis data adalah untuk mengatur, mengurutkan dan mengelompokkan, memberikan kode,
serta mengkategorikan Dalam menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis analisis
skala likert. Skala likert merupakan skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan
pendapat.
3.8 Tahapan Penelitian
Persiapan

Menentukan topik penelitian


dan rumusan masalah

Menentukan tujuan penelitian

Pengumpulan data (Studi


Literatur)

Menentukan sumber data


Menentukan variabel
Survey primer
Survey sekunder

Pengambilan data

Data primer Data sekunder

kuesioner Dokumen
Observasi Arsip

Pengolahan data

Analisis data

Menarik kesimpulan

Gambar 3. 8 Bagan Tahapan Penelitian

(Sumber: Kajian Peneliti, 2023)


3.9 Desain Survey
Tujuan Variabel Sub Variabel SumberData Data yang Teknik
dibutuhkan Analisis

Untuk  Perubaha Primer dan sekunder  jenis Skala liker


Indikator
mengetahui Dampak n Makna pekerjaan
Nilai  profil
Dampak Objek
Sosial desa
Objek Wisata Wisata  Perubaha selaparan
Religi
Religi n Mata g
Terhadap
Pencahari
Terhadap Kehidupan
an
Aspek Sosial Sosial  Komodifi
Kehidupan kasi
Masyarakat Budaya
 kebiasaan
Di Sekitar
dan gaya
Desa hidup.
Selaparang
Kecamatan
Seula,
Kabupaten
Lombok
Timur.

Anda mungkin juga menyukai