Dosen Pembimbing :
Di susun oleh :
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
Makam raja selaparang merupakan salah satu objek wisata religi yang terletak
di Kampung Presak, Desa Selaparang, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok
Timur. Makam Selaparang dikenal juga dengan sebutan Makam Keramat Raja,
salah satu makam yang dikeramatkan oleh masyarakat Lombok dan merupakan
tempat pemakaman raja-raja beserta keluarganya dari Raja Selaparang yaitu
Kerajaan Islam pertama di Lombok. Makam raja selaparang sudah ditetapkan
sebagai situs cagar budaya pada tahun 2011. Dari tinjauan sejarah, jaman dahulu
Selaparang merupakan sebuah kerajaan besar di Lombok yang banyak di kenal,
baik di pulau Lombok maupun di luar daerah. Nama Selaparang hingga sekarang
juga masih tetap lestari menjadi nama Desa Selaparang, tempat Makam
Selaparang berada.
Wisata religi merupakan salah satu fenomena yang dari dulu sudah dilakukan
oleh masyarakat, hal itu dibuktikannya banyak aktifitas atau kegiatan yang
dikaitkan dengan wisata religi. Sehingga sebagian masyarakat pada objek wisata
religi ini sering dijadikan sebagai kegiatan keagamaan rutinan, baik tahunan dan
sebagainya Kompleks Makam Selaparang, atau masyarakat setempat menyebut
Makam Keramat Raja Selaparang, memiliki fungsi sosial yang penting sebagai
tempat berziarah masyarakat. Hal ini bisa di lihat pada waktu-waktu tertentu,
terutama pada musim keberangkatan jemaah Haji ke Mekkah, dan pada saat
lebaran Idul Fitri tiba hingga perayaan Lebaran Ketupat satu minggu setelah
Lebaran Idul Fitri. Selain perayaan Idul Fitri, dan musim keberangkatan jemaah
Haji ke Mekkah Makam Raja Selaparang juga akan ramai dikunjungi saat
perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Para penziarah biasanya juga ada yang
menyampaikan nazar mereka dan berdo'a di makam agar segera permintaannya
segera dikabulkan, misalnya berdo'a meminta jodoh, panjang umur, murah rezeki
dan doa doa lainnya.Jika semisalnya nazar dan do'a mereka cepat dikabulkan,
biasanya para penazar akan kembali lagi ke tempat ini untuk membuka ikatan
yang mereka lakukan sebelumnya lalu membayar nazar yang sudah disampaikan.
Tradisi ini mereka sebut dengan "Saur Sesangi" alias membayar janji. Sehingga
banyak masyarakat yang ziarah ke Makam Selaparang dengan masih melakukan
Tradisi ini masih tetap berlanjut hingga sekarang.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Dampak Objek Wisata Religi Terhadap Aspek Sosial
Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Desa Selaparang Kecamatan Seula, Kabupaten
Lombok Timur.
Objek wisata
religi makam
raja selaparang
Berdasarkan aspek
sosial kehidupan
masyarakat
Dampak pariwisata
terhadap sosial
masyarakat
berpengaruh pada 6 hal
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Dampak
Dampak menurut Waralah Rd Cristo adalah suatu yang diakibatkan oleh sesuatu yang
dilakukan, bisa positif atau negatif atau pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif
maupun positif.
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yangdikunjungi dalam jangka waktu sementara objek
wisata merupakan tempat yangmenjadi pusat daya tarik dan dapat memberikan kepuasan
khususnya pengunjung (Harahap, 2018).
2.1.3 Religi
Menurut Anshori, ia memberikan pengertian agama dengan lebih detail yakni agama sebuah
sistem credo (tata keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak dan suatu sistem norma (tata
kaidah) yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesama manusia,dan alam sekitarnya,
sesuai dengan keimanan dan tata peribadatan tersebut (Ghufron dan Risnawita, 2018)
2.1.5 Masyarakat
Menurut Ralph Linton (Onibala, Lapian, & Kasenda, 2017), masyarakat adalah kelompok
manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu cukup lama dan mampu menciptakan
keteraturan dalam kehidupan bersama, serta mereka menganggap kelompoknya sebagai kesatuan
sosial.
2.2 Landasan Teori
Menurut sugiono (2018) Mengatakan bahwa landasan teori adalah alur logika atau penalaran
yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang di susun secara sistematis.
2.2.1 Kepariwisataan
Pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten
dari tahun ke tahun. Pariwisata modern saat ini juga dipercepat oleh proses globalisasi dunia
sehingga menyebabkan terjadinya interkoneksi antar bidang, antar bangsa, dan antar individu
yang hidup di dunia ini. Perkembangan teknologi informasi juga mempercepat dinamika
globalisasi dunia, termasuk juga di dalamnya perkembangan dunia hiburan, rekreasi dan
pariwisata.
Dari uraian diatas pariwisata dapat disimpulkan sebagai suatu proses kepergian sementara
dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan,
polotik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah
pengalaman ataupun untuk belajar.
2.2.2 Pelaku Pariwisata
Pelaku Pariwisata antara lain :
a. Wisatawan
Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang
dalam hal ini permintaan wisata.
b. Industri Pariwisata
Industri pariwisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi
pariwisata yang dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: Pertama, pelaku
langsung yang merupakan usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung
kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Kedua, pelaku
tidak langsung yakni usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara
tidak langsung mendukung pariwisata.
c. Pendukung Jasa Wisata
Pendukung jasa wisata merupakan usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk
itu termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, usaha bahan
pangan, penjualan BBM, dan sebagainya.
d. Pemerintah
Pelaku yang tidak kalah penting adalah pemerintah. Pemerintah mempunyai otoritas
dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait
dengan kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah bertanggung jawab dalam
menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata.
e. Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi
salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan
menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain
itu masyarakat lokal merupakan “pemilik” langsung atraksi wisata yang dikunjungi
sekaligus dikonsumsi wisatawan.
f. Lembaga Swadaya Masyarakat
Banyak LSM, baik lokal, regional, maupun internasional yang melakukan kegiatan di
kawasan wisata. Bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang, organisasi non-
pemerintah ini sudah melakukan aktivitasnya baik secara partikuler maupun bekerjasama
dengan masyarakat.
Oleh sebab itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar sesama. Kontak sosial ini
mengandung makna:
Kenyataan bahwa pariwisata meliputi kegiatan perpindahan tempat sejumlah orang yang
sedang melakukan perjalanan secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Pariwisata menjadi suatu
manifestasi lintas budaya yang penting, karena kegiatan ini menjadi pertemuan warga dari
berbagai bangsa dengan latar belakang yang berbeda, lingkungan sosial beragam.
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai:
petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
dalam kehidupan sehari-hari. (PRAMBUDI, 2016)
Perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah pergeseran
atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk hidup dan sumber daya
yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup).
(PRAMBUDI, 2016)
3. Komodifikasi Budaya
Komodifikasi budaya memerupakan suatu proses perubahan budaya yang dijadikan suatu
komoditas yang siap untuk dijual ke pasar. Sehingga hal ini mengurangi keaslian pada kearifan
lokal, tetapi di sisi lain akan membawa peluang bisnis. Dengan komodifikasi budaya ini, sebuah
bangsa memiliki semacam produk untuk dipamerkan dan dijual kepada pembeli dari luar.
(Irianto, 2016)
Rosana (Thelisa, et al., 2018) menjelaskan bahwa bentuk perubahan kebiasaan dan gaya
hidup dalam masyarakat dapat berkaitan berbagai bidang seperti nilai dan norma sosial yang
dianut masyarakat, pola perilaku sosial, susunan lembagakemasyarakatan, lapisan atau birokrasi
masyarakat, berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang dan interaksi sosial.
Menurut Shihab mengemukakan definisi wisata religi, yaitu: wisata religi adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisata religi merupakan sebuah
perjalanan untuk memperoleh pengalaman dan pelajaran (Ibrah). Wisata religi juga merupakan
sebuah perjalanan atau kunjungan yang dilakukan baik individu maupun kelompok ke tempat
dan institusi yang merupakan penting dalam penyebaran dakwah dan pendidikan umat Islam
Setiap tradisi keagamaan memuat simbol-simbol suci yang dengannya orang melakukan
serangkaian tindakan untuk menumpahkan keyakinan dalam bentuk melakukan ritual,
penghormatan dan penghambaan. Salah satu contoh ialah melakukan upacara lingkaran hidup
dan upacara intensifikasi, baik yang memiliki sumber asasi di dalam ajaran agama atau yang
dianggap tidak memiliki sumber asasi di dalam ajaran agama.
Dari uraian diatas wisata religi dapat disimpulkan sebagai perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang bersifat sementara, untuk menikmati objek dan atraksi di
tempat tujuan. Wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan
sebagai wisata dengan kata lain melakukan wisata berarti melakukan perjalanan tapi melakukan
perjalanan belum tentu wisata.
a. Untuk aktivitas luar dan di dalam ruangan perorangan atau kolektif, untuk
memberikan kesegaran dan semangat hidup baik jasmani maupun rohani.
b. Sebagai tempat ibadah, sholat, dzikir dan berdoa.
c. Sebagai salah satu aktivitas keagamaan.
d. Sebagai salah satu tujuan wisata-wisata umat Islam.
e. Sebagai aktivitas kemasyarakatan.
f. Untuk memperoleh ketenangan lahir dan batin.
g. Sebagai peningkatan kualitas manusia dan pengajaran (Ibrah)
2.2.6 Bentuk-Bentuk Wisata Religi
Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus,
biasanya berupa tempat yang memiliki makna khusus. Seperti:
a. Masjid sebagai tempat pusat keagamaan dimana masjid digunakan untuk beribadah
sholat, I’tikaf, adzan dan iqomah.
b. Makam dalam tradisi Jawa, tempat yang mengandung kesakralan makam dalam bahasa
Jawa merupakan penyebutan yang lebih tinggi (hormat) pesarean, sebuah kata benda
yang berasal dari sare (tidur). Dalam pandangan tradisional, makam merupakan tempat
peristirahatan.
c. Candi sebagai unsur pada jaman purba yang kemudian kedudukannya digantikan oleh
makam.
Ada empat faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam pengelolaan wisata religi yaitu
lingkungan eksternal, sumber daya dan kemampuan internal, serta tujuan yang akan dicapai.
Suatu keadaan, kekuatan, yang saling berhubungan dimana lembaga atau organisasi mempunyai
kekuatan untuk mengendalikan disebut lingkungan eksternal. Kaitan antara wisata religi dengan
aktivitas dalam adalah tujuan dari wisata ziarah itu sendiri.
Wisata religi terbukti dapat meningkatkan spiritualitas para peziarah yang datang ke
Makam. Dilihat dari enam indikator peningkatan spiritualitas yang berlandaskan pada prinsip
rukun iman menurut teori ESQ Ary Ginanjar Agustian.
Pertama, dapat dikatakan bahwa proses berziarah dan mengikuti pengajian dengan khusyuk,
serta merenung yang dilakukan oleh peziarah di Makam sampai munculnya suara hati untuk
menyampaikan sesuatu dari yang telah dilakukan sebagai petunjuk yang baik merupakan tanda
adanya peningkatan keimanan kepada Allah SWT, dengan cerminan prinsip-prinsip dasar dalam
kehidupan seperti memilikinya rasa percaya diri, mampu menyelesaikan permasalahan dengan
solusi yang tepat, serta selalu melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.
Misalnya, dulu tidak memiliki rasa percaya diri ketika berinteraksidengan orang banyak, setelah
rutin berziarah dan mengikuti pengajian di Makam serta merenunginya, kini telah memiliki
kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang banyak.
Kedua, tanda adanya peningkatan keimanan kepada malaikat, dengan cerminan prinsip-
prinsip kepercayaan dalam kehidupan seperti memilikinya rasa suka memberi, selalu menolong
sanak saudara atau kerabat bahkan sesama yang sedang mengalami kesulitan, serta tidak mudah
berprasangka buruk kepada orang lain. Misalnya, dulu sebelum sering berziarah dan mengikuti
pengajian di Makam masih merasa ragu atau tidak percaya ketika hendak membantu sanak
saudara atau anaknya yang sedang mengalami kesulitan. Namun, setelah sering berziarah dan
mengikuti kegiatan pengajian di Makam mereka tidak lagi merasa ragu ketika hendak menolong
orang lain yang sedang dalam kesulitan dengan pemikiran berniat untuk menolong dengan
keikhlasan.
Ketiga, dalam peningkatan keimanan kepada kitab Allah melalui proses berziarah dan
mengikuti pengajian dengan khusyuk, serta merenung yang dilakukan oleh peziarah di Makam
sehingga dapat munculnya suara hati untuk menyampaikan sesuatu dari yang telah dilakukan
sebagai petunjuk yang baik merupakan tanda adanya peningkatan keimanan kepada Kitab Allah,
dengan cerminan prinsipprinsip pembelajaran dalam kehidupan seperti memiliki kebiasaan
membaca buku dan membaca situasi dengan cermat, berpikir kritis dan mendalam, selalu
mengevaluasi pemikirannya, bersikap terbuka, serta memiliki pedoman yang kuat dalam belajar
yaitu Al-Qur’an. Misalnya, dulu sebelum sering berziarah dan mengikuti pengajian di Makam
masih jarang atau sulit untuk membaca Al-Qur’an pada setiap harinya, serta cara berfikir yang
masih sempit. Namun, setelah sering berziarah dan mengikuti pengajian di Makam mulai terbuka
mata hati dan pikiran meraka, kini mereka dapat melakukan kebiasaan baik yaitu membaca kitan
suci Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, serta mereka mampu membaca situasi dan kondisi
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar Agustian bahwa keimanan
kepada Allah dapat dirasakan saat seseorang melakukan sesuatu sampai hatinya berkata. Dimana
dalam hal ini tersebut seseorang mulai paham dan mendengarkan kata hatinya bahwa segala
tindakan dan keputusan yang diambil berdasarkan kecintaan kepada Allah SWT.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fahrizal Anwar, dkk yang bertujuan untuk
mengetahui dampak pengembangan wisata religi Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim dalam
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif
kualitatif dan melalui kegiatan wawancara. Hasil penelitian tersebut bahwa dampakdari
pengembangan wisata religi Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim yaitu pada aspek
pengembangan objek daya Tarik adanya pemugaran gapura, bagian sarana dan prasarana berupa
pembangunan aula atau pihak yayasan makam Malik Ibrahim bekerjasama dengan pihak biro
perjalanan, dan sumber daya manusia bekerja dengan penerapan SOP. Aspek sosial berupa
transformasi norma, mata pencaharian dan dampak lingkungan.Persamaan penelitian di atas
dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang dampak pengembangan wisata religi.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah pada obyeknya, penelitian di atas
objeknya pada masyarakat Kelurahan Gapuro Sukolilo, sedangkan pada penelitian ini objeknya
mengkaji masyarakat Kota Blitar.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu,
atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail (Lehman, 2019).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yangdi kaitkan dengan
tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatuperencanaan dan merupakan alat bantu dalam
pengambilan keputusan.Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a) Observasi lapangan
Observasi adalah awal guna memperoleh data tentang kondisi desa kaitannya dengan
komunikasi informan. Selanjutnya dilakukan pengamatan lapangan untuk memperoleh lokasi
pelaksanaan kegiatan yang dimaksud
b) Questioner
Questioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukandengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Perdana &
Reventiary, 2016).
Kuesioner digunakan untuk mengukur persepsi dan sikap masyarakat dengan tujuan untuk
mengetahui dampak kondisi sosial dengan adanya industri aspal yang berada disekitar tempat
tinggal masyarakat yang dilakukan dengan mengajukan lembaran kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan kepada responden. Daftar pertanyaan tersebutnya sifatnya tertutup, maksudnya
jawaban alternatif telah disediakan kecuali daftar pertanyaan mengenai identitas responden yang
bersifat terbuka.
3.6.1 Populasi
Menurut Purnomo (2010), populasi merupakan pengukuran kemungkinan dalam penelitian
yang memeiliki unsur dengan keseluruhan unit untuk diambil atau menyimpulkan satu
kesimpulan(Pramasatya, 2017).
Dalam penelitian ini, populasi dalam penelitian ini adalah objek abiotik (benda mati) dan
biotik (benda hidup) yang terdapat dalam wilayah penelitian.Maksud dari kalimat di atas adalah
penelitian ini tidak hanya berfokus pada pengamatan yang tertuju untuk manusia, tetapi kegiatan
wilayah penelitian potensi wisata serta infrastruktur yang mendukung kegiatan wisata.
3.6.2 Sampel
Menurut Purnomo (2010), sampel merupakan keseluruhan pengukuran yang dikumpulkan
pada studi kasus bagian dari populasi (Pramasatya, 2017). Sampel biasa disebut juga sebagai
responden.adapun responden dalam penelitian ini adalah pelaku pariwisata/ masyarakat
setempat.
Pengambilan data
kuesioner Dokumen
Observasi Arsip
Pengolahan data
Analisis data
Menarik kesimpulan