A. Hipotesis
Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti
“kurang dari” dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan suatu
pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah kerangka berfikir dari
sintesa atau kesimpulan sementara. Hipotesis juga merupakan jawaban yang
masih sementara dan bersifat teoritis, atau juga merupakan alat yang
mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri karena menghubungkan dari teori
yang relevan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Bentuk-bentuk hipotesis
ada 3 macam yaitu : hipotesis deskriptif ( variabel mandiri ), hipotesis
komparatif ( perbandingan ) dan hipotesis assosiatif ( hubungan ). Dalam
penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai komponen
penting dalam penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan hendaknya
peneliti telah merumuskan hipotesis penelitiannya. Pentingnya hipotesis dalam
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa
peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan
penelitian pada bidang tersebut.
b. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data.
c. Hipotesis merupakan petunjuk tentang prosedur apa saja yang harus
diikuti dan jenis data apa saja yang harus dikumpulkan.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penelitian.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti dalam merumuskan
hipotesis, yaitu :
a. Hipotesis harus menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
(dalam satu rumusan hipotesis minimal terdapat dua variabel).
b. Hipotesis hendaknya dinyatakan secara deklaratif (kalimat
pernyataan).
c. Hipotesis hendaknya dirumuskan dengan jelas.
d. Hipotesis harus dapat diuji kebenarannya.
Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam
mempelajari, hipotesis dapat diklasifikasikan berdasarkan rumusannya
dan proses pemerolehannya.
a. Ditinjau dari rumusannya hipotesis dibagi dua yaitu :
1) Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang
merupakan sintesis dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja
biasanya disingkat H1 atau Ha.
2) Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari
hipotesis kerja dan sering disingkat Ho. Ada kalanya
peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho
untuk satu permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas
pertimbangan bahwa Ho ‘sengaja” dipersiapkan untuk
ditolak, sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk diterima.
b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan
menjadi:
1) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan pengamatan untuk menghasikan teori baru
(pada penelitian kualitatif)
2) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan teori ilmiah yang telah ada (pada penelitian
kuantitatif).
c. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi :
1) Hipotesis Deskriptif merupakan jawaban sementara
terhadaap masalah deskriptif yaitu berkenaan dengan
variabel mandiri.
2) Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini
variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
3) Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah asosiatif yaitu, menanyakan hubungan
antar dua variabel atau lebih.
C. Data
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi. Data dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat,
sumber, dan juga skala pengukurannya.
a. Berdasarkan sifatnya :
1) Data kuantitatif : Data yang berupa angka-angka.
2) Data kualitatif : Data yang berupa kata-kata atau pernyataan-pernyataan.
b. Berdasarkan sumbernya :
1) Data primer, adalah data yang diperoleh langsung pihak yang diperlukan
datanya.
2) Data sekunder, merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari pihak
yang diperlukan datanya.
c. Berdasarkan skala pengukurannya
1. Data nominal
Ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada
objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan
tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut,
atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan data kontinum dan
tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan
kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh
tumpang tindih dan bersisa.
2. Data ordinal
Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau
urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk
mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi,
atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap
objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja.
3. Data interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat
ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada
pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang
sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval
tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan
data interval.
4. Data ratio
Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat
yang lain, yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai
absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran ratio (data rasio). Data
ratio, yang diperoleh melalui mengukuran dengan skala rasio memiliki
titik nol. Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka
rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas. Oleh
karena ada titik nol, maka data ratio dapat dibuat perkalian ataupun
pembagian. Angka pada data ratio dapat menunjukkan nilai sebenarnya
dari objek yang diukur.