Kel 6
Kel 6
Soc Len
Kelas B - Kelompok 6
Arsyira Najmi - 10050020051
Hasna Tsaniya - 10050020052
Haniyah Salsabila - 10050020054
Ghefira Aurellia - 10050020065
Desanty Rachmayani - 10050020074
Teori Social Learning Krumboltz menyebutkan bahwa individu menentukan
karirnya didasari oleh 4 faktor: Genetic Influences , Environmental Conditions
and Events, Learning Experiences, dan Task-Approach Skills. Masing-masing
faktor ini memainkan peran penting dalam pemilihan alternatif karir tertentu
Dengan latar belakang tersebut, disebutkan pula bahwa Client Cognitive and
Behavioral Skills diperlukan untuk membuat keputusan karir dijelaskan.
Gen Inun
Pengaruh genetik mengacu pada aspek-aspek individu yang diwariskan atau
bawaan dan bukan dipelajari. Hal ini seperti penampilan fisik, kecenderungan
penyakit fisik tertentu, kemampuan khusus di bidang tertentu (seni, musik, menulis,
atletik).
Secara umum, semakin besar kemampuan genetik bawaan seseorang, semakin besar
kemungkinan dia merespons belajar dan mengajar. Misalnya, seorang individu
dengan kemampuan musik yang terbatas (misalnya, tuli nada) tidak mungkin
merespon dengan baik instruksi musik. Individu dapat meningkatkan kemampuan
tetapi hampir tidak mungkin menjadi musisi yang terampil.
Teori ini berfokus pada bagaimana faktor ini memberikan pengaruh individu untuk
melakukan pembelajaran dan peningkatan keterampilan dan kemampuannya untuk
dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan karier.
Eninta Cdis Eves
Faktor ini dapat direncanakan atau tidak direncanakan, tetapi biasanya berada di luar kendali individu.
Role-Playing
Konselor bermain peran sebagai klien dan klien berperan sebagai orang lain.
Kemudian setelah selesai bermain peran, konselor dan klien mendiskusikan hasilnya
dan memilah mana yang efektif dan mana yang perlu diperbaiki. Konselor juga
dapat secara positif memperkuat perilaku asertif dan efektif lainnya yang
ditunjukkan oleh klien.
Merekam ketika melakukan role-play dapat membantu klien dalam mengingat
perilaku dan membantu konselor mengamati perilaku yang akan diskusikan dengan
klien. Dalam beberapa kasus, konselor mungkin menyarankan agar klien
memainkan peran suatu situasi dengan seorang teman.
Simulations
Simulasi bekerja tersedia di beberapa sekolah menengah atas dan sekolah
kejuruan untuk berbagai profesi seperti pertukangan, animator, farmasi, koki, dan
lain-lain. Namun, kursus semacam itu seringkali tidak menggambarkan suatu
pekerjaan bagi seorang siswa; sebaliknya, mereka hanya memberi siswa
kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas sederhana yang terkait dengan
pekerjaan itu.
Hal ini dapat memberikan dampak bahaya pada seseorang yang mencari
pekerjaan seperti itu dan berakhir melakukan tugas-tugas sederhana. Misalnya,
seorang siswa yang ingin mengetahui rasanya menjadi koki dapat berakhir dengan
pekerjaan part-time mencuci piring.
Cogve Sti f Cosig
Beberapa strategi / metode untuk menentukan dan mengubah pemikiran yang tidak akurat
dan generalisasi mengenai masalah karir:
1. Goal Clarification
● Sebelum mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk diterapkan pada
berbagai masalah karir, penting agar tujuan menjadi jelas dan dapat diidentifikasi.
Seringkali, konselor membuat tujuan secara eksplisit sehingga klien dan konselor
sepakat tentang masalah apa yang akan dieksplorasi, pilihan apa yang dapat
dibuat, dan keterampilan apa yang dapat dipelajari.
● Seringkali memecah tujuan menjadi tujuan yang lebih kecil akan sangat membantu
sehingga klien tidak merasa kewalahan dan tampak lebih mudah untuk dicapai.
● Dalam mengklarifikasi tujuan, open-mindedness klien akan sangat membantu
karena hal itu menunjukkan bahwa klien bersedia untuk mengeksplorasi pilihan dan
terbuka untuk saran dan mempelajari informasi baru. Sikap seperti itu membantu
dalam melihat tujuan sebagai hal yang dapat dicapai dan sesuatu yang dapat
diterapkan klien dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Cogve Sti f Cosig
2. Counter a Troublesome Belief
Klien mungkin sering membuat generalisasi yang tidak akurat atau yang dapat
menghalangi mereka dari eksplorasi karir, misalnya, “Anda harus mengenal seseorang
untuk mendapatkan pekerjaan di bidang itu.” atau klien menggambarkan asumsi yang
tidak akurat, misalnya "Saya tidak cukup pintar untuk pergi ke sekolah kedokteran
karena nilai saya C." Metode menghadapi keyakinan yang menyusahkan ini disebut
sebagai reframing.
4. Cognitive Rehearsal
Latihan kognitif membantu memperkuat keyakinan positif klien. Ketika digunakan
dalam konseling karir, hal ini membantu klien memperluas pilihan yang mereka miliki
serta membantu untuk memastikan bahwa ketika klien menemukan peluang di masa
depan, mereka tidak akan secara otomatis mengabaikannya.
Cogve Sti f Cosig
Contoh dialog yang mengilustrasikan upaya konselor untuk mengalihkan fokus dari pernyataan negatif ke
pernyataan positif:
CL:Sepanjang hidup saya, orang tua saya telah menyiratkan atau memberi tahu saya bahwa mungkin
perguruan tinggi bukan untuk saya. Sekarang saya kelas dua di Washington High School, saya terus bertemu
dengan guru yang mengenal kakak laki-laki saya, yang sekarang menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi.
Mereka semua memberi tahu saya seberapa baik dia di sekolah, dan saya tahu saya tidak melakukannya
dengan baik tahun lalu.
CO: Komentar dari orang tua dan guru Anda ini membuat Anda sulit percaya bahwa Anda benar-benar bisa
kuliah. Kami telah berbicara tentang kursus yang telah Anda lakukan dengan baik sebelumnya, dan ada banyak
bukti yang menunjukkan bahwa Anda mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Selanjutnya, Anda memberi
tahu saya seberapa banyak Anda ingin belajar.
CL: Saya tahu saya ingin belajar, dan saya tahu bahwa kita telah berbicara tentang nilai bagus saya dalam
bahasa Inggris dan matematika.
CO: Saat Anda merasa tidak akan bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, Anda dapat berkata kepada diri sendiri,
"Saya telah berhasil dalam bahasa Inggris dan matematika, dan saya benar-benar ingin kuliah."
CL: Apakah menurut Anda itu akan membantu?
CO: Ya saya lakukan. Nyatanya, saya ingin Anda mengucapkan kata-kata itu kepada diri Anda sendiri secara
diam-diam sekarang sebanyak lima kali.
CL: Oke, saya melakukan itu.
CO: Bagaimana perasaan Anda ketika Anda mengatakan itu pada diri Anda sendiri?
CL: Jauh lebih baik. Mengulangi itu membuat saya merasa bisa melakukannya. Saya tidak begitu putus asa.
Hapsce Lin Tr: Fudta Gs o Cre Cseg
Krumboltz menyatakan bahwa “The goal of career counseling is to facilitate the learning of
skills, interests, beliefs, values, work habits, and personal qualities that enable each client to create
a satisfying life within a constantly changing work environment”. Saat menerapkan prinsip
pembelajaran untuk konseling karir, Krumboltz tidak membatasi tujuan konseling karir untuk
pemilihan pekerjaan. Konseling karir mencakup work adjustment, serta career choice issues.
Krumboltz juga menekankan pada perubahan dalam diri individu dan lingkungan individu
tersebut. Krumboltz menjelaskan 4 kriteria yang mempengaruhi career counseling, yaitu:
1. Tujuan konseling karier adalah untuk membantu klien belajar mengambil tindakan untuk
mencapai karier dan kehidupan pribadi yang lebih memuaskan—bukan untuk membuat satu
keputusan karier.
2. Career assessments digunakan untuk menstimulasi pembelajaran, bukan untuk mencocokkan
karakteristik pribadi dengan karakteristik pekerjaan.
3. Klien belajar untuk terlibat dalam tindakan eksplorasi sebagai cara untuk menghasilkan
peristiwa bermanfaat yang tidak direncanakan.
4. Keberhasilan konseling dinilai dari apa yang dicapai klien dalam dunia nyata di luar sesi
konseling.
Apyi Hpsac Lan Tor Cre Cusg
Krumboltz berpendapat bahwa individu perlu memanfaatkan peristiwa yang terjadi
dalam hidup mereka. Happenstance Learning Theory adalah sebuah teori positif dan
menggembirakan yang mengarahkan seseorang untuk lebih open-minded. Dalam teori ini
terdapat 5 keterampilan yang dapat membantu, yaitu:
● Curiosity digunakan untuk mengeksplorasi peluang belajar baru.
● Persistence dipelajari ketika ada kemunduran dalam pengalaman seseorang.
● Flexibility dipelajari saat berhadapan dengan banyak chance events.
● Optimism datang dari mengejar peluang baru dan menemukan bahwa tindakan
dapat membuahkan hasil.
● Risk taking ketika ada peristiwa baru yang tidak terduga. Klien belajar bahwa
mengambil risiko dapat menghasilkan hasil yang positif.
Menurut Mitchell et al. (1999), model planned happenstance harus diintegrasikan ke dalam
konseling karir sehingga proses diskusi dapat membantu klien dalam mengatasi
kecemasan tentang masa depan mereka dan masalah yang mungkin mereka hadapi.
Selain itu, hal ini juga membantu klien memahami bahwa mereka mungkin perlu
membuat banyak keputusan saat menghadapi kejadian yang tidak terduga. Tujuan
konseling dalam menghadapi planned happenstance adalah untuk memulai proses
pembelajaran yang mendorong rasa ingin tahu dan membantu klien memanfaatkan
unplanned events. Mitchell et al. (1999) menjelaskan empat langkah berikut:
Step 1: Normalize Happenstance Learning Theory in the Client’s History
Pada step ini, konselor akan mengintegrasikan mencari tahu tentang latar belakang
klein dengan pertanyaan mengenai happenstance atau kebetulan. Konselor ingin
mengetahui bagaimana klien menghadapi chance experiences hidupnya. Konselor
akan berusaha membuat klien menyadari bagaimana pilihan atau tindakan klien
sendiri telah berkontribusi pada peluang pendidikan dan karier.
Step 2: Assist Clients to Transform Curiosity into Opportunities for Learning and
Exploration
Pada step ini, konselor akan menekankan bahwa chance events menjadi sebuah
kesempatan untuk klien mengerahkan rasa ingin tahunya. Dengan ini, klien dapat
lebih memikirkan dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan di masa depan.
Pembelajaran yang dilakukan dapat berupa observasi diri tentang kemampuan,
minat, nilai, atau dunia. Unexpected events memberikan klien platform yang lebih
besar untuk dapat membuat keputusan dan menangani unexpected events baru.
Step 3: Teach Clients to Produce Desirable Chance Events
Pada step ini, konselor akan menggunakan positive reinforcements pada klien untuk
mengeksplor peluang-peluang terkait career development. Klien tidak hanya dapat
merespon secara positif chance events saja, tetapi juga bagaimana rencana klien
untuk memberikan respon secara positif ketika dia dihadapakan dengan chance
events di masa depan.
Step 4: Teach Clients to Overcome Blocks to Action
Mendorong klien untuk terlibat dengan hal yang positive merupakan hal yang
penting. Seringkali terjadi hambatan dalam kepercayaan yang sudah ditanamkan.
Pada step ini, konselor akan mengarahkan klien untuk dapat membiaskan lima
keterampilan, yaitu: curiosity, persistence, flexibility, optimism, and risk taking. Klien
terkadang menjadi kewalahan atau putus asa dalam mengejar masalah terkait karir.
Mereka mungkin takut dengan apa yang dipikirkan orang lain, hal tersebut
membuatnya tidak ingin mengejar keterampilan atau ide baru. Disini, tugas konselor
adalah membantu klien untuk mengatasi hambatan tersebut.
Dalam menentukan apakah akan bekerja dengan klien, seorang konselor harus
memutuskan apakah masalah klien sesuai dengan minat, kompetensi, dan standar etika
konselor (Krumboltz, 1964). jika klien memiliki tujuan yang tampaknya tidak etis atau tidak
sesuai dengan konselor, konselor terikat untuk memberi tahu klien, dan kemudian tidak
bekerja dengan klien atau membantu klien mendefinisikan ulang tujuannya. Ketika
menerapkan pendekatan teori belajar terjadi pada klien, sangat penting bagi konselor
untuk mendengarkan kekhawatiran yang mungkin tidak sesuai dengan langkah-langkah
kebetulan yang telah direncanakan.
Tha !