Anda di halaman 1dari 26

Kru󰈚󰇻󰈡l󰉃󰉜’s

Soc󰈎󰇽󰈗 Le󰈀󰈹n󰈏󰈝󰈈
Kelas B - Kelompok 6
Arsyira Najmi - 10050020051
Hasna Tsaniya - 10050020052
Haniyah Salsabila - 10050020054
Ghefira Aurellia - 10050020065
Desanty Rachmayani - 10050020074
Teori Social Learning Krumboltz menyebutkan bahwa individu menentukan
karirnya didasari oleh 4 faktor: Genetic Influences , Environmental Conditions
and Events, Learning Experiences, dan Task-Approach Skills. Masing-masing
faktor ini memainkan peran penting dalam pemilihan alternatif karir tertentu

Dengan latar belakang tersebut, disebutkan pula bahwa Client Cognitive and
Behavioral Skills diperlukan untuk membuat keputusan karir dijelaskan.
Gen󰈩󰉃󰈏󰇸 In󰇾󰈘u󰈩n󰇹󰇵󰈼
Pengaruh genetik mengacu pada aspek-aspek individu yang diwariskan atau
bawaan dan bukan dipelajari. Hal ini seperti penampilan fisik, kecenderungan
penyakit fisik tertentu, kemampuan khusus di bidang tertentu (seni, musik, menulis,
atletik).

Secara umum, semakin besar kemampuan genetik bawaan seseorang, semakin besar
kemungkinan dia merespons belajar dan mengajar. Misalnya, seorang individu
dengan kemampuan musik yang terbatas (misalnya, tuli nada) tidak mungkin
merespon dengan baik instruksi musik. Individu dapat meningkatkan kemampuan
tetapi hampir tidak mungkin menjadi musisi yang terampil.

Teori ini berfokus pada bagaimana faktor ini memberikan pengaruh individu untuk
melakukan pembelajaran dan peningkatan keterampilan dan kemampuannya untuk
dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan karier.
En󰉏i󰈹󰈡n󰈚󰇵󰈞ta󰈗 C󰈡󰈞d󰈏󰉃i󰈡󰈞s 󰇽󰈝󰇶 Eve󰈝󰉄s
Faktor ini dapat direncanakan atau tidak direncanakan, tetapi biasanya berada di luar kendali individu.

Oc󰇹u󰈦󰈀t󰈏o󰈝󰈀󰈘 C󰈢n󰇷i󰉄󰈎󰈢n Soc󰈎󰇽󰈗 Co󰈞d󰈎󰉃󰈏o󰈞s


Syarat melamar, gaji, iklim
05 01 Perubahan dalam masyarakat
berdampak besar. Misal kemajuan
kerja, undang-undang. teknologi dan meningkatnya
kebutuhan minyak yang menciptakan
banyak lapangan pekerjaan baru
St󰈸u󰇸t󰉉󰈸󰇵󰇶 04 02
Edu󰇹󰈀󰉄󰈏on󰈀󰈗 S󰇵󰉅i󰈞g Par󰈩󰈝󰉄s & Ca󰈸󰈀󰉄󰇽ke󰈸󰈼
Kemampuan orang tua memenuhi 03 Pembelajaran dan lingkungan yang
diciptakan orang tua/pengasuh.
kebutuhan pendidikan yang
diperlukan anak untuk berkarir Pe󰈩r 󰉂󰈸󰈢u󰈦s
Pengalaman belajar setiap hari
bersama teman di TK,
meningkatkan keterampilan
verbal dan sosial
Le󰈀r󰈝󰈏󰈞g E󰉕󰈦er󰈎󰇵󰈝󰇸es
Preferensi karir adalah hasil dari pengalaman belajar individu sebelumnya. Seorang individu mungkin
memiliki jutaan pengalaman belajar sebelumnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi
keputusan karir. Pengalaman belajar setiap individu berbeda dengan pengalaman orang lain.

In󰈻󰉄ru󰈚󰈩󰈞t󰇽󰈗 Le󰈀󰈹n󰈏󰈝󰈈 As󰈻o󰇸󰈎󰇽ti󰉏󰈩 L󰇵a󰈹n󰈎󰈝󰈈 Ex󰈥e󰈹󰈎󰇵n󰇹e󰈼 (O)


Ex󰈥e󰈹󰈎󰇵n󰇹e󰈼 (H) Ketika seseorang mengaitkan situasi yang
sebelumnya netral dengan situasi yang
3 komponen: Anteseden, Perilaku, & positif atau negatif. Pengalaman asosiatif
Konsekuensi. Anteseden adalah semua yang lebih pasif muncul melalui membaca
jenis kondisi yang ditanggapi menjadi dan mendengar untuk mempelajari
perilaku dan menghasilkan konsekuensi. informasi pekerjaan.

Contoh: Individu mengikuti ujian, Stereotip pekerjaan dapat berkembang dari


mendapat nilai A (+) maka ia memilih pengalaman asosiatif yang kuat. Misalnya,
belajar di bidang itu dan mengambil lebih jika seorang anak mendengar bahwa
banyak mata pelajaran di bidang subjek "dokter gigi suka menyakiti orang", hal ini
yang sama agar prestasinya terus baik. menjadi informasi yang tidak akurat dapat
dipelajari.
Tas󰈔-A󰈦p󰈸o󰈀󰇸h S󰈔󰈏󰈘l󰈻
Interaksi antara bawaan genetik, kondisi lingkungan serta
pengalaman belajar menjadi faktor yang menimbulkan keterampilan
dalam melakukan berbagai tugas seperti keterampilan belajar,
kebiasaan kerja, cara belajar dan cara bereaksi pada emosi orang
lain.
Contoh: dalam mengerjakan tugas pelajaran bahasa Prancis
individu bergantung pada kemampuan bawaan genetiknya,
bagaimana ia diajarkan bahasa Prancis, sejauh apa yang telah ia
pelajari, bagaimana persiapan individu tersebut yang nantinya akan
mempengaruhi output atau hasil akhir berupa nilai
Cli󰈩󰈝󰉄 C󰈢g󰈝i󰉄󰈎v󰇵 a󰈝󰇶 B󰈩h󰇽󰉏i󰈡󰈹󰇽l S󰈔i󰈘l󰈻
Dalam menerapkan pilihan karir, individu menerapkan pengalaman belajar
dan juga kemampuan bawaan yang mereka miliki sebelumnya. Individu dapat
melakukan self-observation mengenai diri sendiri dan lingkungan dalam membuat
keputusan dalam berkarir

Self-Observation Generalizations about Abilites


Individu membuat observasi mengenai sendiri berdasarkan kemampuan
mereka dalam mengerjakan tugas berdasarkan pengalaman sebelumnya atau
informasi yang diperoleh mengenai diri sendiri. Untuk kebanyakan orang, hal ini
cukup sulit dilakukan karena bisa jadi meremehkan atau melebih-lebihkan
kemampuan yang dimiliki.
Keakuratan dalam menggeneralisasikan kemampuan diri sendiri diperoleh dari
membandingkan pandangan seseorang tentang kapasitas dirinya dengan
pandangan orang lain.
Self-Observation Generalizations about Interests
Selain mengamati apa yang dikuasai, individu juga menggeneralisasikan apa
yang disukai dan tidak disukai. Inventaris minat dapat membantu dalam menilai
generalisasi yang dimiliki individu tentang minat yang berasal dari pengalaman
belajar.

Self-Observation Generalizations about Values


Orang membuat penilaian mengenai perilaku atau peristiwa tertentu yang
dapat mengembangkan personal values maupun work values. Personal values atau
nilai pribadi dapat mencakup keinginan untuk aktif di politik atau di kegiatan
agama, kegemaran dalam seni atau alam lingkungan. Work values atau nilai kerja
dapat mencakup keinginan untuk mencapai salah satu profesi, pendapatan tinggi
Pandangan tentang kapasitas, minat, dan nilai seseorang berbeda dengan
persepsi tentang dunia di luar diri sendiri.
Generalizations about the World
Pengamatan tentang dunia mereka tinggal beserta orang-orang di sekitarnya
yang mungkin berasal dari pengalaman nyata. Contoh ketika seseorang melakukan
kerja part-time di suatu cafe mungkin dapat menggeneralisasikan part-time di cafe
berdasarkan pengalamannya. Tujuan dari informasi dan pengalaman kerja sendiri
untuk memberikan kesempatan bagi orang untuk membuat generalisasi tentang
dunia.

Task-Approach Skills Used in Career Decision Making


Dalam mengambil keputusan karir sangat dibutuhkan banyak pandangan
tentang diri sendiri dan juga tentang dunia. Keakuratan dalam membuat
pandangan dapat ditentukan oleh pengalaman dan juga keterampilan dalam
pendekatan tugas yang digunakan individu dalam evaluasi pengalaman.
Mitchell, Levin, dan Krumboltz (1999) menjelaskan sebuah pendekatan
terhadap kejadian yang direncanakan yang menekankan penggunaan strategi
pembelajaran untuk mengatasi kejadian yang tidak terduga.
Co󰉉n󰈻󰇵󰈘or B󰈩󰈊󰇽󰉐i󰈡r󰇽󰈗 S󰉄ra󰉃󰈩󰈈󰈏es
Reinforcement
Reinforcement yang positif dapat meningkatkan terjadinya respons. Dengan
memberikan reinforcement berdasarkan perilaku klien, konselor dapat membantu
mencapai tujuan dalam konseling karir seperti memilih alternatif pekerjaan atau
mengatasi permasalahan di tempat kerja. Positive reinforcement yang diberikan
konselor mungkin memiliki nilai yang lebih besar daripada yang diberikan oleh
kenalan klien.
Hal ini juga dapat membantu klien dalam mengembangkan pengamatan
pada diri sendiri yang akurat mengenai kemampuannya.
Role Models
Seorang konselor dapat membantu klien dengan bertindak sebagai role model
untuk klien. Ketika menjelaskan cara yang tepat dalam menangani masalah karir,
konselor dapat menjadi panutan bagi klien. Selain itu, konselor juga dapat
menyediakan video tentang orang-orang yang menjelaskan bagaimana proses
mereka dalam mengambil keputusan karir.

Role-Playing
Konselor bermain peran sebagai klien dan klien berperan sebagai orang lain.
Kemudian setelah selesai bermain peran, konselor dan klien mendiskusikan hasilnya
dan memilah mana yang efektif dan mana yang perlu diperbaiki. Konselor juga
dapat secara positif memperkuat perilaku asertif dan efektif lainnya yang
ditunjukkan oleh klien.
Merekam ketika melakukan role-play dapat membantu klien dalam mengingat
perilaku dan membantu konselor mengamati perilaku yang akan diskusikan dengan
klien. Dalam beberapa kasus, konselor mungkin menyarankan agar klien
memainkan peran suatu situasi dengan seorang teman.
Simulations
Simulasi bekerja tersedia di beberapa sekolah menengah atas dan sekolah
kejuruan untuk berbagai profesi seperti pertukangan, animator, farmasi, koki, dan
lain-lain. Namun, kursus semacam itu seringkali tidak menggambarkan suatu
pekerjaan bagi seorang siswa; sebaliknya, mereka hanya memberi siswa
kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas sederhana yang terkait dengan
pekerjaan itu.
Hal ini dapat memberikan dampak bahaya pada seseorang yang mencari
pekerjaan seperti itu dan berakhir melakukan tugas-tugas sederhana. Misalnya,
seorang siswa yang ingin mengetahui rasanya menjadi koki dapat berakhir dengan
pekerjaan part-time mencuci piring.
Cog󰈝󰈎󰉄󰈏ve S󰉃󰈹󰈀t󰇵󰈇i󰈩󰈼 f󰈢󰈸 Co󰉉󰈞s󰇵󰈗i󰈞g
Beberapa strategi / metode untuk menentukan dan mengubah pemikiran yang tidak akurat
dan generalisasi mengenai masalah karir:

1. Goal Clarification
● Sebelum mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk diterapkan pada
berbagai masalah karir, penting agar tujuan menjadi jelas dan dapat diidentifikasi.
Seringkali, konselor membuat tujuan secara eksplisit sehingga klien dan konselor
sepakat tentang masalah apa yang akan dieksplorasi, pilihan apa yang dapat
dibuat, dan keterampilan apa yang dapat dipelajari.
● Seringkali memecah tujuan menjadi tujuan yang lebih kecil akan sangat membantu
sehingga klien tidak merasa kewalahan dan tampak lebih mudah untuk dicapai.
● Dalam mengklarifikasi tujuan, open-mindedness klien akan sangat membantu
karena hal itu menunjukkan bahwa klien bersedia untuk mengeksplorasi pilihan dan
terbuka untuk saran dan mempelajari informasi baru. Sikap seperti itu membantu
dalam melihat tujuan sebagai hal yang dapat dicapai dan sesuatu yang dapat
diterapkan klien dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Cog󰈝󰈎󰉄󰈏ve S󰉃󰈹󰈀t󰇵󰈇i󰈩󰈼 f󰈢󰈸 Co󰉉󰈞s󰇵󰈗i󰈞g
2. Counter a Troublesome Belief
Klien mungkin sering membuat generalisasi yang tidak akurat atau yang dapat
menghalangi mereka dari eksplorasi karir, misalnya, “Anda harus mengenal seseorang
untuk mendapatkan pekerjaan di bidang itu.” atau klien menggambarkan asumsi yang
tidak akurat, misalnya "Saya tidak cukup pintar untuk pergi ke sekolah kedokteran
karena nilai saya C." Metode menghadapi keyakinan yang menyusahkan ini disebut
sebagai reframing.

3. Look for Inconsistencies between Words and Actions


Secara umum, ketika klien menyatakan bahwa mereka akan melakukan sesuatu,
seperti melihat informasi pekerjaan pada pekerjaan tertentu, tetapi kemudian gagal
untuk menindaklanjutinya, ada ketidakkonsistenan antara kata-kata dan tindakan.

4. Cognitive Rehearsal
Latihan kognitif membantu memperkuat keyakinan positif klien. Ketika digunakan
dalam konseling karir, hal ini membantu klien memperluas pilihan yang mereka miliki
serta membantu untuk memastikan bahwa ketika klien menemukan peluang di masa
depan, mereka tidak akan secara otomatis mengabaikannya.
Cog󰈝󰈎󰉄󰈏ve S󰉃󰈹󰈀t󰇵󰈇i󰈩󰈼 f󰈢󰈸 Co󰉉󰈞s󰇵󰈗i󰈞g
Contoh dialog yang mengilustrasikan upaya konselor untuk mengalihkan fokus dari pernyataan negatif ke
pernyataan positif:
CL:Sepanjang hidup saya, orang tua saya telah menyiratkan atau memberi tahu saya bahwa mungkin
perguruan tinggi bukan untuk saya. Sekarang saya kelas dua di Washington High School, saya terus bertemu
dengan guru yang mengenal kakak laki-laki saya, yang sekarang menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi.
Mereka semua memberi tahu saya seberapa baik dia di sekolah, dan saya tahu saya tidak melakukannya
dengan baik tahun lalu.
CO: Komentar dari orang tua dan guru Anda ini membuat Anda sulit percaya bahwa Anda benar-benar bisa
kuliah. Kami telah berbicara tentang kursus yang telah Anda lakukan dengan baik sebelumnya, dan ada banyak
bukti yang menunjukkan bahwa Anda mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Selanjutnya, Anda memberi
tahu saya seberapa banyak Anda ingin belajar.
CL: Saya tahu saya ingin belajar, dan saya tahu bahwa kita telah berbicara tentang nilai bagus saya dalam
bahasa Inggris dan matematika.
CO: Saat Anda merasa tidak akan bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, Anda dapat berkata kepada diri sendiri,
"Saya telah berhasil dalam bahasa Inggris dan matematika, dan saya benar-benar ingin kuliah."
CL: Apakah menurut Anda itu akan membantu?
CO: Ya saya lakukan. Nyatanya, saya ingin Anda mengucapkan kata-kata itu kepada diri Anda sendiri secara
diam-diam sekarang sebanyak lima kali.
CL: Oke, saya melakukan itu.
CO: Bagaimana perasaan Anda ketika Anda mengatakan itu pada diri Anda sendiri?
CL: Jauh lebih baik. Mengulangi itu membuat saya merasa bisa melakukannya. Saya tidak begitu putus asa.
Hap󰈥󰈩󰈞s󰉃󰇽󰈞ce L󰈩󰇽󰈸󰈞in󰈇 T󰈋󰈩󰈢r󰉘: Fu󰈞d󰈀󰈚󰇵󰈞ta󰈗 G󰈡󰇽󰈘s 󰇾o󰈹 C󰈀r󰇵e󰈸 C󰈡󰉊󰈞se󰈗󰈎󰈞g
Krumboltz menyatakan bahwa “The goal of career counseling is to facilitate the learning of
skills, interests, beliefs, values, work habits, and personal qualities that enable each client to create
a satisfying life within a constantly changing work environment”. Saat menerapkan prinsip
pembelajaran untuk konseling karir, Krumboltz tidak membatasi tujuan konseling karir untuk
pemilihan pekerjaan. Konseling karir mencakup work adjustment, serta career choice issues.
Krumboltz juga menekankan pada perubahan dalam diri individu dan lingkungan individu
tersebut. Krumboltz menjelaskan 4 kriteria yang mempengaruhi career counseling, yaitu:
1. Tujuan konseling karier adalah untuk membantu klien belajar mengambil tindakan untuk
mencapai karier dan kehidupan pribadi yang lebih memuaskan—bukan untuk membuat satu
keputusan karier.
2. Career assessments digunakan untuk menstimulasi pembelajaran, bukan untuk mencocokkan
karakteristik pribadi dengan karakteristik pekerjaan.
3. Klien belajar untuk terlibat dalam tindakan eksplorasi sebagai cara untuk menghasilkan
peristiwa bermanfaat yang tidak direncanakan.
4. Keberhasilan konseling dinilai dari apa yang dicapai klien dalam dunia nyata di luar sesi
konseling.
Ap󰈥󰈘yi󰈝󰈈 H󰈀p󰈥󰇵󰈞s󰉃a󰈞c󰈩 L󰇵a󰈸󰈞󰈎n󰈇 T󰈋󰇵or󰉘 󰉄󰈡 C󰇽re󰈩󰈸 C󰈢u󰈞s󰈩󰈗󰈏󰈞g
Krumboltz berpendapat bahwa individu perlu memanfaatkan peristiwa yang terjadi
dalam hidup mereka. Happenstance Learning Theory adalah sebuah teori positif dan
menggembirakan yang mengarahkan seseorang untuk lebih open-minded. Dalam teori ini
terdapat 5 keterampilan yang dapat membantu, yaitu:
● Curiosity digunakan untuk mengeksplorasi peluang belajar baru.
● Persistence dipelajari ketika ada kemunduran dalam pengalaman seseorang.
● Flexibility dipelajari saat berhadapan dengan banyak chance events.
● Optimism datang dari mengejar peluang baru dan menemukan bahwa tindakan
dapat membuahkan hasil.
● Risk taking ketika ada peristiwa baru yang tidak terduga. Klien belajar bahwa
mengambil risiko dapat menghasilkan hasil yang positif.
Menurut Mitchell et al. (1999), model planned happenstance harus diintegrasikan ke dalam
konseling karir sehingga proses diskusi dapat membantu klien dalam mengatasi
kecemasan tentang masa depan mereka dan masalah yang mungkin mereka hadapi.
Selain itu, hal ini juga membantu klien memahami bahwa mereka mungkin perlu
membuat banyak keputusan saat menghadapi kejadian yang tidak terduga. Tujuan
konseling dalam menghadapi planned happenstance adalah untuk memulai proses
pembelajaran yang mendorong rasa ingin tahu dan membantu klien memanfaatkan
unplanned events. Mitchell et al. (1999) menjelaskan empat langkah berikut:
Step 1: Normalize Happenstance Learning Theory in the Client’s History
Pada step ini, konselor akan mengintegrasikan mencari tahu tentang latar belakang
klein dengan pertanyaan mengenai happenstance atau kebetulan. Konselor ingin
mengetahui bagaimana klien menghadapi chance experiences hidupnya. Konselor
akan berusaha membuat klien menyadari bagaimana pilihan atau tindakan klien
sendiri telah berkontribusi pada peluang pendidikan dan karier.
Step 2: Assist Clients to Transform Curiosity into Opportunities for Learning and
Exploration
Pada step ini, konselor akan menekankan bahwa chance events menjadi sebuah
kesempatan untuk klien mengerahkan rasa ingin tahunya. Dengan ini, klien dapat
lebih memikirkan dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan di masa depan.
Pembelajaran yang dilakukan dapat berupa observasi diri tentang kemampuan,
minat, nilai, atau dunia. Unexpected events memberikan klien platform yang lebih
besar untuk dapat membuat keputusan dan menangani unexpected events baru.
Step 3: Teach Clients to Produce Desirable Chance Events
Pada step ini, konselor akan menggunakan positive reinforcements pada klien untuk
mengeksplor peluang-peluang terkait career development. Klien tidak hanya dapat
merespon secara positif chance events saja, tetapi juga bagaimana rencana klien
untuk memberikan respon secara positif ketika dia dihadapakan dengan chance
events di masa depan.
Step 4: Teach Clients to Overcome Blocks to Action
Mendorong klien untuk terlibat dengan hal yang positive merupakan hal yang
penting. Seringkali terjadi hambatan dalam kepercayaan yang sudah ditanamkan.
Pada step ini, konselor akan mengarahkan klien untuk dapat membiaskan lima
keterampilan, yaitu: curiosity, persistence, flexibility, optimism, and risk taking. Klien
terkadang menjadi kewalahan atau putus asa dalam mengejar masalah terkait karir.
Mereka mungkin takut dengan apa yang dipikirkan orang lain, hal tersebut
membuatnya tidak ingin mengejar keterampilan atau ide baru. Disini, tugas konselor
adalah membantu klien untuk mengatasi hambatan tersebut.

Keempat langkah tersebut dirancang untuk membantu klien memanfaatkan banyak


peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka yang tidak dapat mereka kendalikan. Dalam
teori ini, minat, kemampuan, nilai, dan gaya pribadi dapat didiskusikan, tetapi dilakukan
dengan cara yang aktif untuk mendorong curiosity, persistence, flexibility, optimism, and
risk taking pada klien.
The 󰈤󰈡󰈗󰇵 o󰇿 Oc󰇹󰉉󰈦󰇽ti󰈡󰈝󰇽󰈘 In󰇾o󰈹m󰈀󰉃󰈏o󰈞
Alih-alih hanya mengatakan bahwa informasi pekerjaan itu penting, Krumboltz (1970)
merancang perangkat pengalaman kerja yang digunakan untuk mensimulasikan
pekerjaan, memberikan latihan yang mirip dengan tugas yang dilakukan oleh orang yang
bekerja di pekerjaan tersebut. Selain itu, Krumboltz telah mengembangkan simulasi
komputer untuk pekerjaan, seperti periklanan, di mana klien berperan sebagai karyawan
dalam profesi tersebut, berinteraksi dengan rekan kerja yang disimulasikan, dan belajar
tentang profesi tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan Krumboltz dan rekan-rekannya mengenai


pengambilan keputusan karier, mereka menggunakan pencarian informasi pekerjaan
sebagai kriteria untuk perencanaan karier yang efektif. Krumboltz menekankan pentingnya
mempelajari informasi pekerjaan dalam dalam proses pengambilan keputusan karier.
The 󰈤󰈡󰈗󰇵 o󰇿 As󰈻󰈩󰈼s󰈚󰇵󰈞t I󰈝󰈼t󰈸u󰈛󰈩n󰉃
Dalam menggunakan teori Krumboltz, konselor menyediakan informasi dari luar
individu, sehingga klien dapat membuat generalisasi observasi diri yang akurat. Karena
keyakinan klien merupakan bagian integral dari model Krumboltz, maka Inventori Keyakinan
Karir (Career Beliefs Inventory) (Krumboltz, 1994a) dapat sangat membantu dalam sebagian
besar tahap pengambilan keputusan karir.

Inventarisasi Keyakinan Karier Krumboltz (1988) berisi 25 skala yang mengukur


berbagai macam keyakinan yang berkaitan dengan isu-isu seperti bereksperimen dengan
pekerjaan, peningkatan diri, dan belajar untuk mengatasi hambatan. Ke-25 skala ini telah
disusun ke dalam lima kategori (Krumboltz, 1994a): situasi karier saya saat ini, apa yang
tampaknya diperlukan untuk kebahagiaan saya, faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan saya, peluang yang ingin saya ambil, dan usaha yang ingin saya lakukan. Banyak
dari kelompok skala ini menekankan pada pemberdayaan klien untuk mengambil
keuntungan dari kejadian-kejadian tak terduga yang mungkin terjadi dalam hidup mereka.
Ap󰈥󰈘yi󰈝󰈈 S󰈡c󰈏a󰈗 L󰈩󰇽󰈹ni󰈝󰈈 Th󰈩󰈢󰈸󰉙 to W󰈡󰈚󰇵󰈞
Mitchell dan Krumboltz (1996) membahas penerapan teori pembelajaran sosial mereka
pada perempuan dalam konteks empat komponen dasar teori mereka: bakat genetik dan
kemampuan khusus, kondisi dan peristiwa lingkungan, pengalaman belajar, dan keterampilan
pendekatan tugas.

Almquist (1974) melaporkan bahwa perempuan yang memilih karier nontradisional


kemungkinan besar dipengaruhi oleh panutan perempuan. Williams dkk. (1998) menunjukkan
bahwa lima keterampilan (keingintahuan, kegigihan, fleksibilitas, optimisme, dan pengambilan
risiko) yang diidentifikasi oleh Mitchell dkk. (1999) sebagai faktor penting dalam menghadapi
kejadian-kejadian yang tidak terduga sangat membantu para perempuan dalam penelitian
mereka dalam memanfaatkan kejadian-kejadian yang tidak terduga dalam hidup mereka.

Dengan memberikan perhatian pada pentingnya pengalaman belajar dalam isu-isu


karir bagi perempuan, Mitchell dan Krumboltz serta rekan-rekannya berharap bahwa
penekanan mereka akan menyadarkan para konselor akan perlunya meningkatkan
kesempatan bagi perempuan yang telah ditolak karena adanya diskriminasi.
Ap󰈥󰈘yi󰈝󰈈 S󰈡c󰈏a󰈗 L󰈩󰇽󰈹ni󰈝󰈈 Th󰈩󰈢󰈸󰉙 to C󰉉󰈗󰉄󰉊ra󰈗󰈘y D󰈎󰉏󰇵󰈹se P󰈡󰈥󰉊󰈘at󰈎󰈢󰈝󰈼
Mitchell dan Krumboltz (1996) menyarankan beberapa cara untuk menerapkan teori
pembelajaran sosial pada populasi yang memiliki keragaman budaya. Mereka
berkomentar bahwa beberapa budaya mengagungkan satu pekerjaan, sementara
budaya lain mungkin lebih menyukai pekerjaan lain. Selain itu, beberapa budaya
mungkin lebih menghargai pendapatan dibandingkan dengan spiritualitas atau
kesuksesan pendidikan. Nilai-nilai tersebut dapat memperkuat pekerjaan tertentu bagi
orang-orang dari budaya yang berbeda.

Diskriminasi rasial merupakan hambatan lingkungan lainnya bagi orang-orang


yang berbeda budaya, yang mungkin mengalami hambatan dalam menindaklanjuti
pilihan karier. Meskipun sulit untuk melakukannya Dengan menekankan pentingnya
pembelajaran sosial, Krumboltz dan Henderson (2002) menunjukkan bahwa konselor
dapat membantu mengembangkan pendekatan proaktif terhadap masalah karier dan
dapat membantu klien yang memiliki keragaman budaya untuk menghadapi
diskriminasi yang mungkin membatasi peluang karier mereka.
Co󰉉n󰈻󰇵󰈘or I󰈻󰈼󰉉󰇵s
Krumboltz memandang peran konselor dari sudut pandang pembelajaran sosial. Ia
percaya bahwa keterampilan, minat, dan nilai-nilai konselor harus sesuai dengan klien.
Mendengarkan deskripsi klien tentang bagaimana ia menghadapi kejadian-kejadian
yang tidak terduga memungkinkan konselor untuk menerapkan teknik-teknik kognitif atau
perilaku yang sesuai dengan sistem pembelajaran klien tanpa bergantung pada sistem
pembelajaran sosial pribadi konselor.

Dalam menentukan apakah akan bekerja dengan klien, seorang konselor harus
memutuskan apakah masalah klien sesuai dengan minat, kompetensi, dan standar etika
konselor (Krumboltz, 1964). jika klien memiliki tujuan yang tampaknya tidak etis atau tidak
sesuai dengan konselor, konselor terikat untuk memberi tahu klien, dan kemudian tidak
bekerja dengan klien atau membantu klien mendefinisikan ulang tujuannya. Ketika
menerapkan pendekatan teori belajar terjadi pada klien, sangat penting bagi konselor
untuk mendengarkan kekhawatiran yang mungkin tidak sesuai dengan langkah-langkah
kebetulan yang telah direncanakan.
Tha󰈝󰈕 󰇳󰈡󰉊!

Anda mungkin juga menyukai