PEMBAHA
SAN
Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk menyuguhkan data mengenai situasi
finansial, pencapaian anggaran, aliran kas, dan kinerja finansial suatu entitas pelaporan.
Tujuan spesifik dari laporan keuangan pemerintah adalah:
1. Menyampaikan informasi terkait keadaan ekonomi, kewajiban, dan kepemilikan dana
pemerintah.
2. Menginformasikan mengenai perubahan dalam keadaan ekonomi, kewajiban, dan
kepemilikan dana pemerintah.
3. Memberikan gambaran sumber, penyaluran, dan penggunaan sumber daya ekonomi.
4. Memberikan gambaran ketaatan terhadap anggaran yang telah direalisasikan.
5. Menyajikan informasi mengenai cara entitas pelaporan membiayai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kas.
6. Menunjukkan potensi pemerintah dalam membiayai penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan.
7. Menyediakan informasi yang berguna untuk menilai kemampuan entitas pelaporan
dalam mendanai aktivitasnya.
Untuk mencapai tujuan ini, laporan keuangan memberikan informasi tentang berbagai aspek
entitas pelaporan, termasuk aset, kewajiban, kepemilikan dana, pemasukan, pengeluaran,
transfer, pendanaan, dan aliran kas.
2. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Neraca
disusun dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dengan Sistem sentralisasi, neraca
disusun secara terpusat oleh bagian akuntansi suatu entitas pelaporan. Sedangkan dengan
desentralisasi neraca disusun oleh entitas-entitas akuntansi yang kemudian digabung oleh
entitas pelaporan. Pada pemerintah daerah, SKPD merupakan entitas akuntansi yang
berkewajiban menyusun laporan keuangan yang akan digabungkan oleh SKPKD menjadi
Neraca Daerah. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menjumlahkan akun-akun neraca
SKPD dan SKPKD serta mengeliminasi akun-akun timbal balik.
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset). Ekuitas dana merupakan
selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban, atau dalam persamaan akuntansi dapat
dirumuskan:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Hubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan sebagai berikut:
Neraca
Aset Rp XXX Kewajiban Rp XXX
Ekuitas Dana Rp XXX
Total Rp XXX Total Rp XXX
Semua informasi ini bertujuan untuk memberikan konteks dan pemahaman yang lebih baik
tentang entitas pelaporan. Rincian lebih lanjut mengenai CaLK diatur secara terperinci dalam
PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.
Dasar hukum pelaporan keuangan pemerintah sangat penting untuk memastikan keteraturan
dan kredibilitas dalam menyajikan informasi keuangan. Berikut adalah dasar hukum
pelaporan keuangan pemerintah:
a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI), terutama bagian yang
mengatur tentang keuangan negara. UUD RI memberikan landasan konstitusional
untuk seluruh aktivitas keuangan negara.
b) Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara, termasuk regulasi-regulasi yang
mengatur berbagai aspek keuangan negara seperti pengelolaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban keuangan.
c) Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang
mengatur proses penyusunan, pengesahan, dan pelaksanaan anggaran negara.
d) Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur tentang Pemerintah Daerah,
khususnya yang berfokus pada aspek keuangan daerah.
e) Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah, yang mencakup aturan mengenai alokasi dana antara pemerintah pusat
dan daerah.
f) Ketentuan Perundang-undangan tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah, yang memberikan pedoman pelaksanaan anggaran sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan.
g) Peraturan Perundang-undangan Lainnya yang Mengatur tentang Keuangan Pusat dan
Daerah, termasuk regulasi-regulasi lain yang berkaitan dengan keuangan pemerintah
pusat dan daerah.
Pentingnya dasar hukum ini adalah untuk memastikan bahwa pelaporan keuangan pemerintah
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku dan memberikan kepercayaan
kepada publik atas transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah.
Asumsi dasar dalam keuangan di lingkungan pemerintah adalah keyakinan yang diterima
tanpa perlu bukti lanjutan untuk memastikan penerapan standar akuntansi.Ini meliputi:
Karakteristik kualitatif dari laporan keuangan adalah standar-standar normatif yang harus tercermin
dalam informasi akuntansi untuk memenuhi tujuannya. Berikut adalah prasyarat normatif
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat mencapai kualitas yang diinginkan:
1. Relevan
Informasi dalam laporan keuangan harus memberikan manfaat umpan balik (nilai
pengingat) bagi pengguna.
Informasi harus memiliki manfaat prediktif (nilai prediksi) untuk membantu
pengguna dalam memprediksi masa depan.
Informasi harus disajikan tepat waktu.
Informasi harus lengkap.
2. Andal
Informasi dalam laporan keuangan harus bebas dari distorsi yang menyesatkan dan
kesalahan material.
Semua fakta harus disajikan dengan jujur.
Informasi harus dapat diverifikasi.
3. Dapat Dibandingkan
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan dari periode sebelumnya atau dengan laporan keuangan dari
entitas yang serupa.
4. Dapat Dipahami
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna
dan disajikan dalam bentuk serta istilah yang sesuai dengan pemahaman mereka.
Selain laporan keuangan pokok, suatu entitas pelaporan juga diizinkan untuk menyajikan
Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja
Keuangan adalah laporan yang menampilkan pendapatan, beban, serta surplus/defisit selama
suatu periode, disusun berdasarkan basis akrual. Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan
yang menampilkan perubahan atau mutasi saldo ekuitas dana pemerintah selama suatu
periode
Laporan keuangan harus disajikan paling tidak sekali dalam setahun. Penyajian laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) wajib dilakukan untuk setiap periode tahun anggaran
APBN/APBD. Dalam satu tahun anggaran, yang dimulai dari 1 Januari hingga 31 Desember,
laporan keuangan harus disajikan, dengan tanggal pelaporan per 31 Desember untuk Neraca,
dan untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA) serta Laporan Arus Kas (LAK), untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
Namun, dalam keadaan khusus, tanggal laporan dari sebuah entitas dapat berubah dan
laporan keuangan tahunan dapat disajikan dengan periode lebih panjang atau lebih pendek
dari satu tahun. Contoh kasusnya adalah saat terjadi perubahan tahun anggaran. Sebagai
contoh lainnya, saat dalam masa transisi dari sistem akuntansi berbasis kas ke akrual, sebuah
entitas pelaporan dapat mengubah tanggal pelaporannya untuk entitas-entitas akuntansi yang
terdapat dalam laporan tersebut, memungkinkan penyusunan laporan keuangan
konsolidasian. Dalam situasi semacam itu, entitas pelaporan harus mengungkapkan informasi
mengenai alasan penggunaan periode pelaporan yang tidak mencakup satu tahun penuh.
Selain itu, perlu diingat bahwa jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas dan
catatan-catatan terkait tidak dapat dibandingkan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, batas
waktu penyampaian laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN/APBD adalah paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Oleh
karena itu, manfaat dari laporan keuangan tersebut akan berkurang jika laporan tersebut tidak
tersedia bagi pengguna dalam periode tertentu setelah tanggal pelaporannya. Alasan seperti
kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan bukan merupakan justifikasi yang memadai
untuk keterlambatan dalam penyampaian laporan.
Selain laporan keuangan tahunan, setiap entitas pelaporan juga diwajibkan untuk menyusun
laporan keuangan interim, setidaknya setiap semester, sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.