Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHA
SAN

2.1 ENTITAS PELAPORAN


Menurut Nordiawan, entitas pelaporan merujuk pada unit pemerintahan yang terdiri
dari satu atau lebih entitas akuntansi. Menurut ketentuan perundang-undangan, mereka
diwajibkan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Entitas pelaporan ini mencakup:
1. Pemerintah pusat
2. Pemerintah daerah
3. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lain, jika
menurut peraturan undang-undang, satuan organisasi diwajibkan untuk menyajikan
laporan keuangan.
Dalam menetapkan entitas laporan, penting untuk mempertimbangkan bagaimana entitas
pelaporan tersebut mengelola, mengendalikan, dan memiliki penguasaan terhadap kas, serta
yurisdiksi tugas dan misi tertentu. Selain itu, bentuk pertanggungjawaban dan wewenang
dari entitas pelaporan ini harus terpisah dari entitas pelaporan lainnya.
Laporan keuangan pemerintah disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi dari berbagai
kelompok pengguna, termasuk:
1. Masyarakat
2. Pra wakil rakyat, lembaga pengawasan, dan lembaga pemeriksa
3. Pihak yang memberikan atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
4. Pemerintah

2.2 PERANAN LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan semua transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode pelaporan. Setiap entitas pelaporan memiliki kewajiban untuk melaporkan usaha-
usaha yang telah dilakukan dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
terstruktur dan sistematis selama satu periode pelaporan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
tujuan akuntabilitas, manajemen, transparansi, serta menciptakan keseimbangan antar-
generasi (intergenerational equity)
2.3 TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk menyuguhkan data mengenai situasi
finansial, pencapaian anggaran, aliran kas, dan kinerja finansial suatu entitas pelaporan.
Tujuan spesifik dari laporan keuangan pemerintah adalah:
1. Menyampaikan informasi terkait keadaan ekonomi, kewajiban, dan kepemilikan dana
pemerintah.
2. Menginformasikan mengenai perubahan dalam keadaan ekonomi, kewajiban, dan
kepemilikan dana pemerintah.
3. Memberikan gambaran sumber, penyaluran, dan penggunaan sumber daya ekonomi.
4. Memberikan gambaran ketaatan terhadap anggaran yang telah direalisasikan.
5. Menyajikan informasi mengenai cara entitas pelaporan membiayai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kas.
6. Menunjukkan potensi pemerintah dalam membiayai penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan.
7. Menyediakan informasi yang berguna untuk menilai kemampuan entitas pelaporan
dalam mendanai aktivitasnya.
Untuk mencapai tujuan ini, laporan keuangan memberikan informasi tentang berbagai aspek
entitas pelaporan, termasuk aset, kewajiban, kepemilikan dana, pemasukan, pengeluaran,
transfer, pendanaan, dan aliran kas.

2.4 KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, laporan keuangan
pemerintah inti setidaknya mencakup:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) memperlihatkan aktivitas keuangan pemerintah
pusat/daerah yang menunjukkan kepatuhan terhadap APBN/APBD. Ini mencakup ringkasan
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
laporan. LRA menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode laporan.

LRA mencakup paling tidak unsur-unsur berikut:


a) Pendapatan: Merupakan seluruh penerimaan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan. Ini merupakan hak pemerintah dan tidak perlu dikembalikan.
b) Belanja: Meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan.
Pengeluaran ini tidak akan dikembalikan oleh pemerintah.
c) Transfer: Termasuk penerimaan/pengeluaran uang dari satu entitas pelaporan ke
entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d) Surplus/Defisit: Merupakan selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama
satu periode pelaporan.
e) Pembiayaan: Merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan ini utamanya dimaksudkan
untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
f) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA): Merupakan selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD selama satu
periode laporan.
Unsur-unsur dari LRA dapat direpresentasikan dalam tabel berikut:
a. Pendapatan Rp xxx
b. Belanja Rp xxx
c. Transfer Rp xxx
d. Surpus (Defisit) = (a – (b+c)) Rp xxx
e. Pembiayaan (Neto) Rp xxx
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran = (d – f) Rp xxx

2. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Neraca
disusun dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dengan Sistem sentralisasi, neraca
disusun secara terpusat oleh bagian akuntansi suatu entitas pelaporan. Sedangkan dengan
desentralisasi neraca disusun oleh entitas-entitas akuntansi yang kemudian digabung oleh
entitas pelaporan. Pada pemerintah daerah, SKPD merupakan entitas akuntansi yang
berkewajiban menyusun laporan keuangan yang akan digabungkan oleh SKPKD menjadi
Neraca Daerah. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menjumlahkan akun-akun neraca
SKPD dan SKPKD serta mengeliminasi akun-akun timbal balik.
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset). Ekuitas dana merupakan
selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban, atau dalam persamaan akuntansi dapat
dirumuskan:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

Hubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan sebagai berikut:
Neraca
Aset Rp XXX Kewajiban Rp XXX
Ekuitas Dana Rp XXX
Total Rp XXX Total Rp XXX

3. Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas (LAK) adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo
kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
Penyajian LAK dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam PSAP
Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.
4. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak terpisahkan dari
laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan
dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK ditujukan agar laporan keuangan dapat
dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya. CaLK sekurang-
kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
a) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target
Undang-Undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target;
b) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
c) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
penting lainnya;
d) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan;
e) Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya
dengan penerapan basis kas;
f) Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam LRA, Neraca, dan LAK. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh SAP serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi
dan komitmen-komitmen lainnya.
Bagian kebijakan akuntansi pada CaLK setidak-tidaknya menjelaskan hal-hal sebagai
berikut:
a) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
b) Sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan-
ketentuan masa transisi SAP diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan
c) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.
Untuk menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu diungkapkan, manajemen harus
mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut dapat membantu pengguna untuk
memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan
akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,
hal-hal sebagai berikut:
a. Pengakuan pendapatan;
b. Pengakuan belanja;
c. Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian
d. Investasi
e. Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud
f. Kontrak-kontrak konstruksi
g. Kebijakan kapitalisasi pengeluaran
h. Kemitraan dengan pihak ketiga
i. Biaya penelitian dan pengembangan
j. Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri
k. Dana cadangan
l. Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai
Selain itu, entitas pelaporan juga dapat memberikan informasi tambahan mengenai:
a) Domisili dan bentuk hukum entitas serta yurisdiksi tempat operasinya
b) Penjelasan mengenai sifat operasi dan kegiatan pokok entitas
c) Ketentuan perundang-undangan yang menjadi dasar operasionalnya

Semua informasi ini bertujuan untuk memberikan konteks dan pemahaman yang lebih baik
tentang entitas pelaporan. Rincian lebih lanjut mengenai CaLK diatur secara terperinci dalam
PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.

2.5 DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN

Dasar hukum pelaporan keuangan pemerintah sangat penting untuk memastikan keteraturan
dan kredibilitas dalam menyajikan informasi keuangan. Berikut adalah dasar hukum
pelaporan keuangan pemerintah:
a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI), terutama bagian yang
mengatur tentang keuangan negara. UUD RI memberikan landasan konstitusional
untuk seluruh aktivitas keuangan negara.
b) Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara, termasuk regulasi-regulasi yang
mengatur berbagai aspek keuangan negara seperti pengelolaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban keuangan.
c) Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang
mengatur proses penyusunan, pengesahan, dan pelaksanaan anggaran negara.
d) Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur tentang Pemerintah Daerah,
khususnya yang berfokus pada aspek keuangan daerah.
e) Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah, yang mencakup aturan mengenai alokasi dana antara pemerintah pusat
dan daerah.
f) Ketentuan Perundang-undangan tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah, yang memberikan pedoman pelaksanaan anggaran sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan.
g) Peraturan Perundang-undangan Lainnya yang Mengatur tentang Keuangan Pusat dan
Daerah, termasuk regulasi-regulasi lain yang berkaitan dengan keuangan pemerintah
pusat dan daerah.
Pentingnya dasar hukum ini adalah untuk memastikan bahwa pelaporan keuangan pemerintah
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku dan memberikan kepercayaan
kepada publik atas transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah.

2.6 ASUMSI DASAR

Asumsi dasar dalam keuangan di lingkungan pemerintah adalah keyakinan yang diterima
tanpa perlu bukti lanjutan untuk memastikan penerapan standar akuntansi.Ini meliputi:

1) Asumsi Kemandirian Entitas:


Setiap unit akuntansi dianggap sebagai entitas yang independen dan memiliki
kewajiban untuk menyusun laporan keuangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kebingungan atau kekacauan dalam pelaporan keuangan antar unit instansi
pemerintah.
Contoh dari penerapan asumsi ini adalah kewenangan entitas untuk menyusun dan
melaksanakan anggaran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, termasuk
mengatasi kehilangan atau kerusakan aset serta menanggapi utang piutang yang
muncul akibat keputusan entitas. Juga, apakah program-program yang ditetapkan
telah dilaksanakan atau tidak.

2) Asumsi Kesinambungan Entitas:


Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan terus
beroperasi dan tidak akan menghentikan kegiatan dalam waktu dekat. Ini berarti
pemerintah diasumsikan tidak memiliki niatan untuk melikuidasi entitas pelaporan
dalam jangka pendek.

3) Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary Measurement):


Laporan keuangan harus menyajikan setiap aktivitas yang dapat diukur dengan
menggunakan unit uang. Asumsi ini penting karena memungkinkan entitas untuk
melakukan pencatatan dan pengukuran dalam akuntansi.
Asumsi-asumsi ini adalah dasar dari penyusunan laporan keuangan pemerintah dan
memastikan bahwa informasi keuangan yang disajikan dapat dipahami dan digunakan
dengan tepat oleh para pemangku kepentingan.
2.7 KARAKTERISITK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

Karakteristik kualitatif dari laporan keuangan adalah standar-standar normatif yang harus tercermin
dalam informasi akuntansi untuk memenuhi tujuannya. Berikut adalah prasyarat normatif
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat mencapai kualitas yang diinginkan:
1. Relevan
 Informasi dalam laporan keuangan harus memberikan manfaat umpan balik (nilai
pengingat) bagi pengguna.
 Informasi harus memiliki manfaat prediktif (nilai prediksi) untuk membantu
pengguna dalam memprediksi masa depan.
 Informasi harus disajikan tepat waktu.
 Informasi harus lengkap.
2. Andal
 Informasi dalam laporan keuangan harus bebas dari distorsi yang menyesatkan dan
kesalahan material.
 Semua fakta harus disajikan dengan jujur.
 Informasi harus dapat diverifikasi.
3. Dapat Dibandingkan
 Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan dari periode sebelumnya atau dengan laporan keuangan dari
entitas yang serupa.
4. Dapat Dipahami
 Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna
dan disajikan dalam bentuk serta istilah yang sesuai dengan pemahaman mereka.

2.8 UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah


(APBN/APBD), setiap entitas seperti pemerintah pusat, kementerian negara/lembaga,
pemerintah daerah, dan satuan kerja di tingkat pemerintah pusat/daerah wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, laporan keuangan pemerintah pokok minimal terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas (LAK)
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Setiap entitas pelaporan wajib menyajikan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Ini berarti bahwa setiap
gubernur/bupati/walikota wajib menyusun dan menyajikan keempat laporan keuangan di atas.
Sementara itu, Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang memiliki fungsi
perbendaharaan, seperti Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dan
Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah. Oleh karena itu, kepala SKPD
sebagai entitas akuntansi tidak berkewajiban untuk menyusun dan menyajikan Laporan Arus
Kas.

Selain laporan keuangan pokok, suatu entitas pelaporan juga diizinkan untuk menyajikan
Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja
Keuangan adalah laporan yang menampilkan pendapatan, beban, serta surplus/defisit selama
suatu periode, disusun berdasarkan basis akrual. Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan
yang menampilkan perubahan atau mutasi saldo ekuitas dana pemerintah selama suatu
periode

2.9 PERIODE PELAPORAN

Laporan keuangan harus disajikan paling tidak sekali dalam setahun. Penyajian laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) wajib dilakukan untuk setiap periode tahun anggaran
APBN/APBD. Dalam satu tahun anggaran, yang dimulai dari 1 Januari hingga 31 Desember,
laporan keuangan harus disajikan, dengan tanggal pelaporan per 31 Desember untuk Neraca,
dan untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA) serta Laporan Arus Kas (LAK), untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember.

Namun, dalam keadaan khusus, tanggal laporan dari sebuah entitas dapat berubah dan
laporan keuangan tahunan dapat disajikan dengan periode lebih panjang atau lebih pendek
dari satu tahun. Contoh kasusnya adalah saat terjadi perubahan tahun anggaran. Sebagai
contoh lainnya, saat dalam masa transisi dari sistem akuntansi berbasis kas ke akrual, sebuah
entitas pelaporan dapat mengubah tanggal pelaporannya untuk entitas-entitas akuntansi yang
terdapat dalam laporan tersebut, memungkinkan penyusunan laporan keuangan
konsolidasian. Dalam situasi semacam itu, entitas pelaporan harus mengungkapkan informasi
mengenai alasan penggunaan periode pelaporan yang tidak mencakup satu tahun penuh.
Selain itu, perlu diingat bahwa jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas dan
catatan-catatan terkait tidak dapat dibandingkan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, batas
waktu penyampaian laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN/APBD adalah paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Oleh
karena itu, manfaat dari laporan keuangan tersebut akan berkurang jika laporan tersebut tidak
tersedia bagi pengguna dalam periode tertentu setelah tanggal pelaporannya. Alasan seperti
kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan bukan merupakan justifikasi yang memadai
untuk keterlambatan dalam penyampaian laporan.

Selain laporan keuangan tahunan, setiap entitas pelaporan juga diwajibkan untuk menyusun
laporan keuangan interim, setidaknya setiap semester, sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai