Anda di halaman 1dari 20

EFEK PENCAHAYAN TERHADAP PRESTASI DAN

KELELAHAN KERJA PADA PEGAWAI PT. PERTAMINA


(PERSERO) MARKETING OPERATION REGION VII FUEL
TERMINAL GORONTALO

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DISUSUN OLEH :
RAHAYU FIQRIYAH BINA
(561417001)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, dalam
arti segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang datang
dari dirinya sendiri atau pengaruh dari luar. Salah satu faktor yang berasal dari luar
yang mempengaruhi kemampuan manusia ialah lingkungan kerja yaitu semua
keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara,
sirkulasi, pencahayaan, kebisingan dan lain–lain yang dalam hal ini akan
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut.
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari kemampuan dan keterbatasan
manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. Ergonomi mempelajari
hubungan manusia-alat, berangkat dari riset dan studi terhadap kemampuan dan
limitasi fisik-psikis manusia saat berinteraksi dengan sistem tersebut. Ergonomi
bertujuan untuk menghasilkan suatu sistem kerja yang ideal, efektif dan efisien,
baik terhadap pengoperasian pengontrolan kerja produk, maupun terhadap
lingkungan kerja manusia, dengan penekanan utama pada keamanan dan
kenyamanan kerja.
Pencahayaan diperlukan manusia untuk mengenal obyek secara visual dimana
organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan adalah mata, syaraf dan pusat syaraf
penglihatan di otak. Mata sebagai alat visual merupakan pintu gerbang utama
masuknya gambaran dari dunia luar kita, dan menguasai sekitar 90% aktivitas kerja
kita, terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan ketajaman visual. Ketika
seseorang bekerja, mata secara langsung akan melakukan interaksi dengan
lingkungan kerja kita, untuk melihat objek pekerjaan. Kemampuan mata untuk
melihat objek dengan jelas, cepat dan tanpa kesalahan akan sangat dipengaruhi oleh
pencahayaan yang ada di lingkungan kerja.
Pencahayaan yang baik mendukung kesehatan kerja dan memungkinkan tenaga
kerja bekerja dengan lebih aman dan nyaman, sekaligus memberikan kesan
pemandangan yang lebih baik dan lingkungan yang menyegarkan. Pencahayaan
yang kurang menyebabkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan
berusaha untuk melihat dengan cara membuka lebar– lebar. Lelahnya mata ini akan
mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh lagi dapat menimbulkan
kerusakan pada mata.

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan
indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat
dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan
yang tidak nyaman (Pheasant, 1991). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1405 tahun 2002, tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Industri, Pencahayaan
di Ruangan, untuk jenis kegiatan pekerjaan rutin, seperti : pekerjaan
kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun tingkat
pencahayaan minimalnya adalah 300 Lux.

1.2 Tujuan
Tujuan Kerja Praktek (KP) Terdiri atas 2 jenis yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari kerja praktek yaitu :
1. Mengetahui kondisi nyata perusahaan khususnya dalam bidang ergonomi.
2. Memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai segala aspek
dalam industri migas.
3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan pada PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region VII Fuel Terminal Gorontalo yaitu mengetahui efek
pencahayaan terhadap prestasi dan kelelahan kerja pada pegawai pertamina.

1.3 Jadwal dan Tahapan Kegiatan

Jadwal kegiatan pelaksanaan kerja praktek di PT. Pertamina (Persero) Marketing


Operation Region VII Fuel Terminal Gorontalo dimulai pada tanggal 1 Maret – 20
April 2022.
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan
Hari Jam masuk Jam keluar
Senin 8:00 16:00
Selasa 8:00 16:00
Rabu 8:00 16:00
Kamis 8:00 16:00
Jumat 8:00 16:00

Adapun uraian tahap kegiatan kerja praktek dilampirkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2 Uraian kegiatan kerja praktek

No Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan


- Sosialisasi Tentang Peraturan yang ada
Pengenalan Lingkungan
1 dalam perusahaan
Perusahaan
- Sosialisasi K3

Observasi di area PT. - Observasi di ruangan Adm ga


2
Pertamina (Persero) TBBM - Observasi Ruang Receiving Storage
Gorontalo - Obsevasi ke Ruang Teknik HSSE
- Observasi ke Ruang Sales Services
- Observasi ke Ruang Marine
No Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan

- Observasi ke Ruang Medis


- Observasi ke Ruang Pos Securyty
- Observasi ke Ruang P1
- Observasi ke Ruang P2

Observasi sekaligus
3 Observasi sekaligus pengambilan data KP di
pengambilan data (PPIC)
setiap ruangan
4 Pengolahan Data - Pengolahan Data
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah PT. Pertamina


Pertamina adalah salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia. Salah satu
perusahaan dibawah kekuasaan pemerintah. PT Pertamina adalah sebuah BUMN
yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia Pertamina
pernah mempunyai monopoli pendirian SPBU di Indonesia, namun monopoli tersebut
telah dihapuskan pemerintah pada tahun 2001.

Pada 10 Desember 1957, perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT Perusahaan


Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Tanggal ini diperingati sebagai lahirnya Pertamina
hingga saat ini. Pada 1960, PT Permina berubah status menjadi Perusahaan Negara (PN)
Permina. Kemudian, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin menjadi PN Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada 20 Agustus 1968. Selanjutnya, melalui UU
No.8 tahun 1971, pemerintah mengatur peran Pertamina untuk menghasilkan dan mengolah
migas dari ladang-ladang minyak serta menyediakan kebutuhan bahan bakar dan gas di
Indonesia. Kemudian melalui UU No.22 tahun 2001, pemerintah mengubah kedudukan
Pertamina sehingga penyelenggaraan Public Service Obligation (PSO) dilakukan melalui
kegiatan usaha. Berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tanggal 18 Juni 2003, Perusahaan
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara berubah nama menjadi PT Pertamina (Persero)
yang melakukan kegiatan usaha migas pada Sektor Hulu hingga Sektor Hilir. Pada 10
Desember 2005, Pertamina mengubah lambang kuda laut menjadi anak panah dengan warna
dasar hijau, biru, dan merah yang merefleksikan unsur dinamis dan kepedulian lingkungan.
Pada 20 Juli 2006, PT Pertamina (Persero) melakukan transformasi fundamental dan usaha
Perusahaan. PT Pertamina (Persero) mengubah visi Perusahaan yaitu, “Menjadi Perusahaan
Minyak Nasional Kelas Dunia“ pada 10 Desember 2007. Kemudian tahun 2011, Pertamina
menyempurnakan visinya, yaitu “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia“.
Melalui RUPSLB tanggal 19 Juli 2012,
Pertamina menambah modal ditempatkan/disetor serta memperluas kegiatan
usaha Perusahaan. Pada 14 Desember 2015, Menteri BUMN selaku RUPS
menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina dalam hal optimalisasi
pemanfaatan sumber daya, peningkatan modal ditempatkan dan diambil bagian oleh
negara serta perbuatan- perbuatan Direksi yang memerlukan persetujuan tertulis
Dewan Komisaris. Perubahan ini telah dinyatakan pada Akta No.10 tanggal 11
Januari 2016, Notaris Lenny Janis Ishak, SH. Pada 24 November 2016, Menteri
BUMN selaku RUPS sesuai dengan SK BUMN No. S-690/MBU/11/2016,
menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina terkait dengan komposisi Direksi
dan Dewan Komisaris, kewenangan atas nama Direktur Utama, pembagian tugas
dan wewenang Direksi, kehadiran rapat Direktur Utama dan Dewan Komisaris.

Pertamina senantiasa memegang teguh komitmen untuk menyediakan energi dan


mengembangkan energi baru dan terbarukan dalam rangka mendukung terciptanya
kemandirian energi nasional. Memegang amanah sebagai holding company di sektor
energi sejak ditetapkan oleh Kementerian BUMN Republik Indonesia pada tanggal
12 Juni 2020, Pertamina kini memiliki peran sangat strategis yang membawahi enam
Subholding yang bergerak di bidang energi, yaitu Upstream Subholding yang secara
operasional dijalankan oleh PT Pertamina Hulu Energi, Gas Subholding yang
dijalankan oleh PT Pertamina Gas Negara, Refinery & Petrochemical Subholding
yang dijalankan oleh PT Kilang Pertamina Internasional, Power & NRE Subholding
yang dijalankan oleh PT Pertamina Power Indonesia, Commercial & Trading
Subholding yang dijalankan oleh PT Pertamina Patra Niaga, serta Subholding
Integrated Marine Logistics yang dijalankan oleh PT Pertamina International
Shipping.

Pertamina menjalankan bidang penyelenggaraan usaha energi yang terintegrasi


mulai dari hulu hingga hilir. Dalam kapasitasnya sebagai holding company di
bidang energi sesuai Keputusan Menteri BUMN tanggal 12 Juni 2020, maka secara
umum fokus bisnis Pertamina adalah menjalankan kegiatan pengelolaan
portofolio dan sinergi bisnis di seluruh Pertamina Grup, mempercepat
pengembangan bisnis baru, serta menjalankan program-program nasional.

2.2 Ergonomi Lingkungan

Menurut pusat departemen kesehatan kerja Departemen kesehatan Republik


Indonesia, pengertian Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran ilmu tersebut berkaitan dengan
peralatan dan tempat kerja serta lingkungannya. Menurut pusat kesehatan RI upaya
ergonomi antara lain adalah penyesuaian peralatan dan tempat kerja dengan
dimensi tubuh manusia, agar manusia sebagai pelaksanaan tidak mengalami cepat
lelah, dapat mengatur suhu ruangan kerja, pengaturan pencahayaan sesuai dengan
kebutuhan kondisi dan kebutuhan manusia.Dalam dunia kerja terdapat Undang-
Undang yang mengatur tentang ketenaga kerjaan yaitu Undang-Undang No. 14
tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan
obyek pembangunan. Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang
senyaman mungkin.
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Setelah pekerja melakukan
pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada
dan harus kita bedakan jenis kelelahannya menurut ahli ada beberapa jenis
kelelahan. kelelahan fisik, Kelelahan yang patologis, Psikologis dan emotional
fatique, serta tatacara mengatasi kelelahan.
Dengan kewaspadaan yang baik,hal-hal negatif yang akan terjadi dapat
diantisipasi terhadap pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja.
Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja,
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang
dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh
semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan
kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi yaitu ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka

Sasaran pengamatan ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam


lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang
akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja
dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya
dankelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
 Teknik
 Fisik
 Pengalaman psikis
 Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan
otot dan persendian.
 Anthropometri
 Sosiologi
 Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take,
pols,dan aktivitas otot.
 Desain, dan sebagainya
Contoh ergonomik dalam aplikasi kerja seperti, dalam penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani engan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki. Bekerjalah dengan posisi tegak ke depan.
 Usahakan pekerjaan terlihat dengan kepala dan badan tegak, kepala agak ke
depan.
 Usahakan benda yang akan anda jangkau berada maksimal 15 cm di atas
landasan kerja
 Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur. Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu
yang senyaman mungkin.
Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan otot-otot
anda Jika pekerjaan anda menuntut adanya koordinasi tangan atau mata (contoh:
mengetik dengan komputer) maka posisi pekerjaan perlu di dekat daerah mata,
sedikit di bawah ketinggian bahu, untuk menstabilkan tangan diberi bantalan
siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan mengurangi beban otot bahu
Didalam proses kerja terdapat tatacara pengaturan Organisasi kerja Pekerjaan harus
diatur dengan berbagai cara :
 Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
 Frekuensi pergerakan diminimalisasi.
 Jarak mengangkat beban dikurangiDalam membawa beban perlu diingat
bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
 Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-
kata.
 letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang minimal atau terdekat dan
mudah dijangkau dan mudah terlihat.
 Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi
rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau
sedikit menurun. (Duduk dengan posisi bersandar).

4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
angan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO.
Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman
penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
 Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
 Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :


1. Posisi kaki yang benar
2. Punggung kuat dan kekar
3. Posisi lengan dekat dengan tubuh
4. Mengangkat dengan benar
5. Menggunakan berat badan
Perlunya pelatihan bidang ergonomi, dengan adanya tuntunan dalam pelatihan
yang terus menerus, akan menjadi pembiasaan dalam waktu bekerja. Sudah barang
tentu pelatihan yang harus diikuti oleh semua pengguna fasilitas baik di bengkel
maupun di laboratorium menjadi bagian pembelajaran yang tidak terpisahkan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja, kesemuanya ditujukan pada aspek proses
kerja dan lingkungan kerja

2.3 K3 (Kesehatan Kesalamatan Kerja)


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang
lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3
(keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan
kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan
kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan,psikologi
organisasi dan, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
Lelah visual terjadi karena ketegangan yang intensif pada sebuah fungsi
yang tunggal dari mata. Ketegangan yang terus menerus pada otot siliar terjadi pada
waktu menginspeksi benda kecil yang berkepanjangan dan ketegangan pada retina
dapat timbul oleh kontras cerah yang terus menerus menimpa secara lokal. Lebih
visual mengakibatkan:
Gangguan, berair dan memerah pada konjunktiva mata.
1. Pandangan dobel.
2. Sakit kepala.
3. Menurunnya kekuatan akomodasi.
4. Menurunnya tajam visual, peka kontras dan kecepatan persepsi.
Gejala tersebut terjadi umumnya bila pencahayaan tidak mencukupi dan bila
mata mempunyai kelainan refraksi. Jika persepsi visual menderita ketegangan yang
amat sangat, tanpa efek lokal pada otot atau retina, gejala lelah syaraf akan nampak.
Hal ini terjadi pada kegiatan yang membutuhkan gerakan yang amat persis. Lelah
syaraf seperti itu mengakibatkan waktu reaksi yang memanjang, melambatnya
gerakan serta terganggunya fungsi psikologis dan motor lainnya.
Dalam setiap pekerjaan, lelah dari ketegangan visual menghasilkan kerugian
dalam produksi, menurunnya mutu kerja, makin banyak kesalahan dan
meningkatnya angka kecelakaan. The United Statis National Safety Counsil dalam
laporannya menyatakan bahwa, pencahayaan yang tidak cukup menjadikan
penyebab tunggal dari 5 % kecelakaan industrial, dan salah satu penyebab dari 20%
lebih kecelakaan mata (Tommy Kastanja, 2006). Setelah tingkat kecerahan itu
dinaikkan menjadi 200 lx pada departemen pengelasan, perusahaan itu bisa
menurunkan angka kecelakaan 32%. Belakangan hari, dinding dan langit – langit
dari departemen tersebut diwarnai dengan warna pucat yang mengurangi kontras
serta menimbulkan penerangan yang merata. Akibatnya angka kecelakaan
berkurang lagi 16,5 %.
Prestasi kerja seseorang yang mengandalkan kemampuan visualnya dalam
bekerja dipengaruhi oleh pencahayaan yang diterapkan dalam lingkungan kerja
Pencahayaan yang baik memungkinkan seorang tenaga kerja untuk bekerja dengan
lebih cermat, jelas dan cepat. Sebaliknya pencahayaan yang buruk akan
mengakibatkan kelelahan visual yang pada akhirnya akan menimbulkan kelelahan
kerja. Usaha untuk meningkatkan prestasi kerja dan menurunnya kelelahan banyak
dilakukan dengan menerapkan pencahayaan yang tepat pada suatu lingkungan kerja
dengan memperhatikan faktor yang berpengaruh. Salah satu usaha yang
meningkatkan prestasi kerja dan menurunnya kelelahan dilakukan dengan
meningkatkan kadar cahaya
2.5 Prestasi
Prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie, yang berarti hasil dari
usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dilakukan. Prestasi dapat dicapai
dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta
ketahanan dalam menghadapi situasi di semua bidang kehidupan. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa istilah prestasi adalah hasil dari upaya yang dilakukan
oleh seseorang. Untuk menjadi sukses, semua orang harus menghadapi tantangan
mereka sendiri (seperti bakat, potensi, kecerdasan atau intelektual, minat, motivasi,
kebiasaan, emosi, kesehatan dan pengalaman pribadi) dan orang-orang dari
lingkungan (seperti tantangga, keluarga, sekolah, komunitas, fasilitas dan
infrastruktur, fasilitas, nutrisi dan perumahan).

Prestasi dapat digunakan untuk meningkatkan potensi, pentingnya mencapai


ditunjukkan di bawah ini.
1. Prestasi adalah wujud nyata dari kualitas dan kuantitas yang diperoleh
seseorang untuk upaya yang telah mereka capai
2. Prestasi adalah pengalaman yang dijalani seseorang yang bisa menjadi
pelajaran berharga di masa depan
3. Prestasi adalah kebanggaan bagi diri sendiri, keluarga, kelompok, komunitas,
bangsa, dan negara.

2.6 Efek Pencahayaan

Prestasi adalah digunakan sebagai ukuran tingkat pengetahuan, kecerdasan


dan kemampuan seseorang, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara.

Ada beberapa jenis prestasi yang dapat dicapai oleh seseorang, yaitu:
1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil dari upaya belajar. Contoh hasil belajar di
sekolah adalah anda adalah juara umum setiap tahun.
2. Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah hasil dari pekerjaan yang dilakukan. Contoh kinerja
pekerjaan termasuk meningkatkan posisi karena kerja keras yang dilakukan selama
bekerja.
3. Prestasi Seni
Prestasi Seni adalah hasil yang dicapai dalam seni. Contoh prestasi adalah
penyanyi atau artis lain yang menerima hadiah.
4. Prestasi Olahraga
Prestasi Olahraga adalah hasil yang dihasilkan dari dedikasi dan kerja keras
olahraga. Contoh hasil atletik seperti atlet yang mengambil tempat pertama dalam
perlombaan.
5. Prestasi Lingkungan
Prestasi Lingkungan dicapai melalui upaya untuk melindungi lingkungan.
Contohnya termasuk individu atau kelompok yang dikaitkan dengan upaya
konservasi dalam bentuk penanaman kembali pohon atau reboisasi hutan.

2.7 Kelelahan
Fatigue atau kelelahan adalah kondisi di mana Anda selalu merasa lelah, lesu,
atau kurang tenaga. Kondisi ini tidak sama dengan sekadar merasa ngantuk. Fatigue
adalah kondisi yang membuat Anda tidak memiliki motivasi dan energi. Mengantuk
mungkin adalah gejala fatigue, tetapi kedua kondisi itu tidak sama

Fatigue adalah gejala umum dari banyak kondisi medis ringan sampai serius,
bahkan berujung kematian. Kelelahan juga merupakan hasil alami dari beberapa
gaya hidup, seperti kurang olahraga atau pola makan yang buruk.
ada dua jenis kelelahan yakni:
1. Kelelahan fisik. Seseorang merasa sulit secara fisik untuk melakukan hal-hal
yang biasa dilakukan, misalnya naik tangga. Kondisi ini termasuk otot lemah.
Diagnosis nantinya mungkin melibatkan tes kekuatan.
2. Kelelahan mental. Seseorang merasa lebih sulit untuk berkonsentrasi pada
banyak hal. Orang tersebut mungkin merasa mengantuk. Kesulitan untuk tetap
terjaga saat bekerja juga kondisi yang menggambarkan kelelahan mental.
Jika fatigue yang Anda alami adalah kondisi yang tidak dapat teratasi dengan
istirahat dan nutrisi yang tepat, atau Anda curiga itu disebabkan oleh kondisi lain,
segera hubungi dokter. Tenaga medis dapat membantu Anda mendiagnosis
penyebab kelelahan dan membuat rencana perawatan yang tepat.
Fatigue, terutama fatigue kronis, biasanya berhubungan dengan kondisi medis
atau masalah kesehatan. Kondisi itu dikenal dengan myalgic encephalomyelitis
(ME) atau sindrom kelelahan kronis (CFS).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Keluhan Responden

1. Distribusi responden berdasarkan jenis keluhan subjektif kelelahan mata

Hasil kuesioner memperlihatkan dari 11 responden yang mengisi kuesioner, 8


(72,7%) responden tidak mengalami keluhan subjektif kelelahan mata dan 3 (37,5%)
responden mengalami berbagai macam keluhan subjektif kelelahan mata. Distribusi
responden yang mengalami keluhan subjektif kelelahan mata dan jenisnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Distribusi responden berdasarkan jenis keluhan subjektif kelelahan mata.

Jenis Keluhan Frekuesni Persentase

Mata merah 0 0

Mata berair 3 27,27%

Mata terasa perih 0 0

Mata terasa gatal/kering 0 0

Mata mengantuk 6 54,5%

Mata terasa tegang 7 63,6%

Penglihatan kabur 0 0

Sakit kepala 0 0

Kesulitan fokus 1 9%

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jenis keluhan mata yang tertinggi adalah
mata terasa tegang sebanyak 7 responden atau 63,6% dan mata mengantuk sebanyak
6 responden atau 54,5% dibandingkan dengan jenis keluhan mata yang lain. Tabel
berikut akan memperjelas distribusi responden masing-masing jenis keluhan
subjektif kelahan mata. Distribusi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Distribusi Responden berdasarkan masing-masing keluhan subjektif
kelelahan mata.
Jenis Keluhan Frekuensi Distribusi responden dengan jenis
keluhan subjektif kelelahan mata
Mata berair 3 Mata berair + mata mengantuk = 2
Mata berair + mata tegang = 1
Mata mengantuk 6 Mata mengantuk = 1
Mata mengantuk + mata berair = 2
Mata mengantuk + kesulitan fokus = 1
Mata mengantuk + mata tegang = 2
Mata terasa tegang 7 Mata tegang = 5
Mata tegang + mata berair = 1
Mata tegang +mata mengantuk = 2
Kesulitan fokus 1 Kesulitan focus + mata mengantuk 1

Kemudian dilakukan Analisa lebih lanjut, untuk mengetahui prevelensi keluhan


subjektif kelalahan mata yang terjadi berdasarkan ruangan didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3.3 distribusi responden dengan keluhan subjektif kelalahan mata berdasarkan
ruangan.
Ruangan Jumlah Frekuensi Persentase (%)
sampel
Administrasi (GA) 2 1 50%
Teknik HSSE 3 1 33,3%
Sales Service 1 0 0
Ruang Marine 1 0 0
Ruang P1 2 1 50%
Ruang P2 2 0 0
Berdasarkan tabel diatas terlihat jenis keluhan subjektif kelalahan mata yang terdapat
pada ruangan administrasi (GA) 1 responden, Teknik HSSE 1 Responden, Ruang P1
1 responden. Kemudian dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui jenis
keluhan subjektif kelelahan mata yang terbanyak pada ruangan-ruangan tersebut.
Tabel 3.4 distribusi responden dengan jenis keluhan mata terbanyak berdasarkan
ruangan.
Ruangan Jumlah Jenis frekuensi Persentase
Sampel keluhan (%)
terbanyak
Mata berair,
Administrasi
2 mata 1 50%
(GA)
mengantuk
Mata tegang
Teknik HSSE 3 dan kesulitan 1 33,3%
fokus
Mata berair
Ruangan P1 2 dan mata 1 50%
tegang

2. Distribusi responden berdasaran penyebab keluhan subjektif mata


Dari 3 responden yang mengalami subjektif kelelahan mata menyatakan bahwa
keluhan mata yang di alami disebabkan oleh berbagai penyebab. Distrubusi penyebab
keluhan subjektif mata dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5 distribusi responden berdasarkan penyebab keluhan subjektif kelalhan mata
Penyebab keluhan Frekuensi Persentase (%)
Terlalu lama didepan computer 1 33,3%
Pencahayaan di tempat kerja 3 100%

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penyebab keluhan subjektif kelelahan mata
yang tertinggu adalah pencahayaan di tempat kerja sebanyak 3 responden atau 100%
dibandingkan penyebab keluhan mata lainnya.
3. Distribusi responden berdasarkan saat merasakan keluhan subjektif kelalahan
mata
Dari 3 respondedn yang mengalami keluhan subjektif kelalahan mata menyatakan
bahwa keluhan subjektif kelahan mata dapat terjadi di berbagai tempat dan waktu.
Distrubysi respindedn tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.6 distribusi responded berdasarkan saat terjadinya keluhan subjektif
kelelahan mata.
Saat terjadinya kelalahan frekuensi Persentase (%)
Hanya di awal bekerja 0 0%
Setelah selesai bekerja 2 66,6%
Saat sedang bekerja 1 33,3%

Anda mungkin juga menyukai