Anda di halaman 1dari 9

Analisis Potensi LRT di Kota Palembang

Ammar Sayid F.H., Hadi Masrurohim, Mujahidah F.Z., Nurul R.O., Surya Alam, Yolanda Septiani T.

Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung, Bandar Lampung


Jl. Prof Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

Abstrak—Perkembangan kereta api di dunia sudah sangat pesat dapat dilihat dengan
berkembangnya kereta cepat yang dapat mencapai kecepatan lebih dari dua ratus km/jam.
Namun perkembangan kereta cepat di Indonesia untuk saat ini hanya perencanaan kereta cepat
Jakarta-Bandung. Selain itu pengalokasian ruang untuk pengoperasian kereta cepat yang
berbeda harus disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Peraturan terkait kereta cepat di
Indonesia untuk saat ini belum ada, sehingga pembangunan kereta cepat harus menggunakan
peraturan dari negara luar. Ridership (penggunaan) LRT Palembang masih sangat rendah, salah
satunya diakibatkan oleh rendahnya keterpaduan antarmoda transportasi di simpul-simpul
stasiunnya. Oleh karena itu tujuan/keluaran dari kegiatan penelitian ini adalah desain
keterpaduan antarmoda transportasi di sejumlah titik stasiun LRT untuk mendukung
kemudahan akses publik atas layanan LRT Palembang.

Kata Kunci—LRT, Urban Railway, Kereta Cepat.

I. PENDAHULUAN

Pertumbuhan kota Palembang yang cepat belum dapat diimbangi oleh sistem transportasi yang ada.
Kemacetan menjadi pemandangan yang umum terjadi, polusi pun tinggi. Hal ini harus diantisipasi
mengingat Palembang akan menjadi tuan rumah perhelatan akbar Asian Games pada tahun 2018. Oleh
karena itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah memulai pembangunan
infrastruktur Light Rail Transit (LRT) untuk mengurai kemacetan yang terjadi di Kota Palembang.
Pembangunan LRT sepanjang ± 23 km ini dibiayai dengan menggunakan dana APBN senilai sekitar
7,3 Triliun dimulai pembangunannya pada akhir tahun 2015 dan direncanakan selesai pada Juni 2018,
sebelum perhelatan akbar Asian Games dilaksanakan.
LRT merupakan salah satu sarana transportasi massal yang berbasis rel dalam melakukan
pergerakan dan mengangkut penumpang/barang (urban passenger transportation). LRT adalah salah
satu bentuk transformasi moda transportasi yang dapat meningkatkan kualitas di berbagai aspek
perhubungan itu sendiri, tata kota yang lebih rapi, perekonomian yang lebih baik maupun aspek
lainnya. LRT memilik jalur khusus yang beroperasi di permukaan jalan dengan bentuk armada yang
lebih ringan. Perlu adanya integrasi antar moda dan sangat penting untuk dibangun karena aksesibilitas
yang tinggi diharapkan memudahkan pengguna untuk memakai angkutan umum tersebut. Integrasi
antar stasiun-terminal atau stasiun-bandara, sangat dibutuhkan. Dapat dibayangkan jika tidak terdapat
integrasi tentunya pengguna akan merasa tidak nyaman, menguras energi dan berbagai keluhan
lainnya, maka integrasi sangat penting untuk dibangun. Pembangunan infrastruktur LRT yang sedang
berlangsung di Bumi Sriwijaya ini telah mempertimbangkan integrasi dengan berbagai aspek terutama
integrasi antar moda.
II. TINJAUAN ASPEK TEKNIS

A. LRT Palembang

LRT Sumatera Selatan ( Lintas Rel Terpadu Sumatera Selatan, lit. "Jalur Rel Terintegrasi Sumatera
Selatan", disingkat menjadi LRT Sumatera Selatan atau LRT Sumsel ), bahasa sehari-hari dikenal
sebagai LRT Palembang atau LRT Palembang, adalah sebuah angkutan kereta ringan operasional
sistem di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia yang menghubungkan Bandara Internasional Sultan
Mahmud Badaruddin II dan Jakabaring Sport City. Ini adalah sistem kereta ringan modern praktis
pertama yang beroperasi di Indonesia.
Sistem tersebut dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia, Pemerintah Sumatera Selatan, dan Pemerintah Kota Palembang ; PT Kereta Api
Indonesia ditunjuk untuk mengoperasikan sistem tersebut.
Mulai dibangun pada 2015, proyek ini dibangun untuk memfasilitasi Asian Games 2018 dan selesai
pada pertengahan 2018, hanya beberapa bulan sebelum perhelatan. Dengan biaya konstruksi Rp 10,9
triliun, sistem ini memanfaatkan kereta buatan pabrikan lokal PT INKA . Satu-satunya jalur sistem ini
memiliki total 13 stasiun, yang sepenuhnya dipisahkan oleh viaduk.

B. Kontruksi dan Biaya

Pada tahun 2012, pemerintah provinsi telah memiliki rencana untuk sistem transit di kota,
menandatangani Nota Kesepahaman dengan investor untuk membangun sistem monorel sepanjang 25
kilometer (16 mil) yang menghubungkan bandara kota dan Jakabaring Sport City. Namun, proyek
monorel digantikan oleh jalur light rail transit (LRT) berkapasitas lebih tinggi pada 2015 karena
Gubernur Sumsel Alex Noerdin menganggap LRT lebih efektif mengurangi kemacetan lalu lintas.
Karena Palembang terpilih menjadi tuan rumah Asian Games 2018, proyek itu didesak diselesaikan
sebelum acara dijadwalkan dimulai. Peletakan batu pertama proyek tersebut terjadi pada November
2015, dengan BUMN Waskita Karya ditunjuk sebagai kontraktor utama menyusul terbitnya Peraturan
Presiden 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Pengoperasian Kereta Api di Provinsi Sumatera
Selatan. Kontrak yang ditandatangani pada Februari 2017 itu awalnya bernilai Rp 12,5
triliun. Konstruksi dijadwalkan selesai pada Februari 2018, dengan layanan komersial dimulai pada
Mei 2018. Namun, tanggal penyelesaian dipindahkan ke Juni 2018 dengan pengoperasian dimulai pada
Juli, hanya satu bulan sebelum Asian Games.

Gambar 1 Palembang Light Rail Transit sedang dibangun

Uji coba dilakukan pada 22 Mei 2018. Kemudian diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 15
Juli 2018. Pengoperasian LRT dimulai pada 1 Agustus, beberapa hari sebelum LRT Jakarta mulai
beroperasi, menjadikannya sistem LRT pertama yang beroperasi di Indonesia. negara. Nilai akhir
kontrak adalah Rp 10,9 triliun (US$755 juta). Pengurangan biaya ini karena review konsultan
pengawas dari SMEC International . Menjelang dimulainya acara, kereta sering mengalami kendala
operasional. Waskita awalnya membayar untuk pembangunan tersebut, dengan pemerintah mengganti
biaya tersebut selama periode empat tahun.
Tokoh oposisi terkemuka dan pemimpin Gerindra Prabowo Subianto mengkritik biaya konstruksi,
mengklaim bahwa jalur LRT khas di seluruh dunia menelan biaya pembangunan US$8 juta/km
sedangkan LRT Palembang menelan biaya US$24 juta/km. Sebagai perbandingan, LRT Sheppard
East di Toronto menelan biaya US$56,7 juta/km. Pemimpin proyek LRT Palembang itu
membandingkan biaya yang lebih tinggi dengan proyek lain di negara tetangga: jalur Kelana
Jaya (US$65,52 juta/km) dan perpanjangan Jalur Light Rail Transit Manila 1 (US$74,6 juta/km).

C. Infrastruktur

1) Kereta luncur
Per Agustus 2018, layanan ini mengoperasikan delapan rangkaian kereta yang dikirimkan
pada April 2018, masing-masing dengan 3 gerbong dengan total 24 gerbong. Dengan berat 88
ton per gerbong, satu KA penuh berkapasitas total 722 penumpang, 231 di gerbong pertama dan
ketiga, dengan sisa 260 di gerbong tengah. Dari jumlah tersebut, kapasitas tempat duduk adalah
78. Kereta listrik beroperasi pada tegangan 750 V DC. Gerbong individu, terbuat dari stainless
steel, memiliki tinggi atap 3.700 mm dan tinggi lantai 1.025 mm. Celah antara bogie adalah
11.500 mm, dengan panjang total kereta saat ini (3 gerbong) adalah 51.800 milimeter (169,9
kaki). Kereta tersebut dirakit oleh PT INKA, dengan sekitar separuh komponennya diproduksi
secara lokal.
2) Stasiun
Jalur satu-satunya dari sistem ini melayani 13 stasiun, semuanya ditinggikan. Enam stasiun
awalnya dibuka untuk umum pada Agustus 2018, sisanya dibuka secara bertahap pada bulan-
bulan berikutnya.
Tabel 1.
Stasiun di Palembang
Nama Stasiun Pembukaan
Bandara SMB II 1 Agustus 2018
Asrama Haji 7 September 2018
Puntikayu 24 September 2018
RSUD 25 September 2018
Garuda Dempo 19 Oktober 2018
Demang 6 Oktober 2018
Bumi Sriwijaya 1 Agustus 2018
Dishub 20 September 2018
Pasar Cinde 1 Agustus 2018
Ampera 1 Agustus 2018
Polresta 27 September 2018
Jakabaring 1 Agustus 2018
DJKA 1 Agustus 2018
3) Melacak
Kereta ini menggunakan rel layang tanpa pemberat 1.067 mm (3 kaki 6 in). Pensinyalan
untuk trek menggunakan pensinyalan blok tetap . Membentang sepanjang 23,4 kilometer (14,5
mil) antara bandara di barat laut dan depot kereta api di tenggara, jalur ini didukung oleh 9
gardu listrik dan rel ketiga. Setelah melewati stasiun Ampera, kereta melintasi Sungai Musi
di sebelah Jembatan Ampera.

D. Operasi

Kereta beroperasi dari pukul 05:05 hingga 20:43, dengan 94 perjalanan per hari dan waktu tempuh
17 menit. Perjalanan penuh dari satu-satunya jalur membutuhkan waktu hingga 49 menit. Di setiap
stasiun, kereta memiliki waktu transit kurang lebih 1 menit, kecuali di dua terminal di depo dan
bandara yang berhenti selama 10 menit.
1) Tarif
Tarif tersebut memisahkan penumpang yang naik ke dan dari bandara dan yang tidak, dengan
yang pertama membayar tarif yang lebih tinggi Rp10.000 sedangkan yang terakhir membayar
Rp5.000. Pelajar dapat mengajukan tiket transit tanpa batas dengan harga murah
Rp25.000/bulan. Ongkos tersebut disubsidi oleh pemerintah pusat, yang menghabiskan
Rp120–180 miliar per tahun untuk menutup biaya pengoperasian sistem tersebut.
2) Penunggang
Pemerintah menargetkan jumlah penumpang harian sebanyak 96.000 dengan peningkatan
sebanyak 110.000 pada tahun 2030. Antara Juli 2018 dan Februari 2019, sekitar 1 juta
penumpang melakukan perjalanan dengan LRT. Pada November 2019, perusahaan yang
beroperasi melaporkan sekitar 6.000 pengendara harian pada hari kerja dan 10.000 pada akhir
pekan, dan pada Oktober 2019, 3 juta perjalanan telah diselesaikan. Jumlah penumpang
harian menurun tajam pada tahun 2020 dan 2021 karena pandemi COVID-19. Namun, pada
paruh pertama tahun 2022, jumlah penumpang harian telah meningkat melebihi jumlah pra-
pandemi.

E. Sarana (Rolling Stock)

Rolling stock yang digunakan pada proyek kereta ringan ini dipasok oleh PT Industri Kereta Api
(PT Inka), sebuah perusahaan milik negara. Sistem LRT saat ini dilayani oleh delapan kendaraan rel
ringan (LRV). Dua set kereta LRT dengan masing-masing tiga gerbong telah diserahkan pada April
2018, sedangkan enam rangkaian kereta telah diserahkan pada Juni 2018. Uji coba dilakukan pada
kereta tersebut pada pertengahan 2018. Setiap LRV yang beroperasi di LRT Palembang memiliki
panjang 12m, lebar 2,6m dan tinggi 3,6m, dapat menampung maksimal 534 penumpang dan beroperasi
selama 18 jam sehari. Kendaraan dapat melaju dengan kecepatan maksimal 80 km/jam. Kendaraan rel
ringan menerima listrik 750V DC dari sistem rel ketiga untuk memungkinkan mereka melanjutkan
operasi tanpa gangguan.

F. Prasarana

RC Pier di proyek LRT Palembang, yang dibangun di tengah jalan yang padat lalu-lintas, ternyata
bermasalah dengan pengecoran kantilever betonnya, sehingga berisiko tinggi bisa menimbulkan
keterlambatan proyeknya. Oleh sebab itu RC pier-nya harus diganti dengan dengan Hybrid Pier, yaitu
konstruksi pier gabungan baja dan beton sekaligus. Pada Hybrid pier, bagian kantilever memakai
konstruksi baja, sehingga dapat dipabrikasi terpisah dan dipasang cepat saat kondisi lalu-lintas sepi,
yaitu malam hari.
III. TINJAUAN ASPEK KOMERSIAL

A. Target Penumpang

Light Rail Transit (LRT) Palembang sudah beroperasi lebih dari 4 tahun, namun diawal operasi
jumlah penumpang yang ada hanya sekitar 3000 per hari, jauh dari target yang telah diharapkan. Dalam
pengoperasian 1 kereta dapat menampung 434 penumpang dalam 1 kali perjalanan, per harinya LRT
Palembang beroperasi sebanyak 74 kali perjalanan, sehingga target yang diharapkan perhari nya ialah
32.116 penumpang.
Pada awal pandemi COVID-19, LRT secara bertahap dikurangi dari 74 perjalanan sampai menjadi
22 perjalanan per hari pada 1 Juli 2020, dan pada awal Desember menjadi 42 perjalanan. Bukan hanya
mengoperasikan rute jarak jauh, KAI sejak 31 Desember 2020 juga menambah jadwal perjalanan Light
Rail Transit (LRT) Sumsel di Palembang dari 42 perjalanan menjadi 88 perjalanan. Dengan kebijakan
tersebut, KAI mencatat pada Januari 2021 jumlah rata-rata penumpang per hari hanya 384 penumpang,
atau berselisih jauh dengan tahun 2019 saat sebelum COVID-19 yakni sekitar 3.000 per hari.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divisi Regional III Palembang menambah jam operasional serta
jumlah perjalanan kereta api ringan (Light Rail Transit/LRT) per hari mulai 5 September 2022. Dari
semula hanya 88 perjalanan menjadi 94 kali itu untuk merespon pulihnya aktivitas masyarakat setelah
pandemi Covid-19.
Satu rangkaian LRT dengan tiga trainset dalam kapasitas normal, dapat membawa 434 penumpang.
Namun, jumlah itu dibatasi karena pandemi Covid-19. Karena itu dalam satu rangkaian LRT
Palembang saat ini hanya membawa 179 penumpang dari sebelumnya pada awal pandemi hanya 115
penumpang.

B. Tiket

Tiket LRT Palembang dapat dengan mudah dijangkau semua kalangan. Penumpang dapat langsung
ke loket dan membayar dengan uang tunai atau dengan Kartu Uang Elektronik (KUE). Penumpang
juga bisa memesan di mana saja melalui smartphone dan aplikasi LinkAja.
Tidak hanya cepat dan mudah, harga tiket untuk menaiki LRT juga sangat terjangkau untuk
masyarakat. Dengan bantuan subsidi dari Kementerian Perhubungan, penumpang dikenakan biaya Rp
10.000,- untuk satu kali perjalanan dari dan menuju Stasiun Bandara Mahmud Badaruddin II.
Sementara untuk rute non bandara, tiket dijual seharga Rp 5.000,-.
Khusus untuk pelajar dan mahasiswa maksimal semester 6, dapat berlangganan kartu pembayaran
elektronik agar dapat menaikki LRT Palembang sepuasnya selama satu bulan penuh hanya dengan Rp
25.000,-. Untuk menaikkan minat penumpang, Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan
(BPKARSS) Bersama PT. KAI juga menerbitkan kartu pembayaran elektronik spesial edisi Sumpah
Pemuda ke-94 tahun 2022 terbatas hanya 700 buah. Penumpang dapat menggunakan LRT selama
sebulan penuh hanya dengan mengaktivasi dan mengisi saldo kartu tersebut sebesar Rp 40.000,-.

C. Potensi Pendapatan

Pembangunan LRT Palembang sangat Berpotensi untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi, hal
ini dibuktikan Light Rail Transit (LRT) atau kereta api ringan Palembang, Sumatera Selatan telah
mencapai Rp 15 miliar dalam kurun waktu satu tahun, terhitung pada 2021 kemarin. total pendapatan
Rp 15 miliar itu bukan hanya dari tiket penumpang LRT. Namun, hasil menjual tenant yang ada di
setiap 13 stasiun juga menambah pendapatan kereta api ringan tersebut.
Pendapatan dari LRT Palembang bisa dari berbagai aspek, sehingga pemerintah daerah terus
bersama-sama menciptakan agar LRT ini berkolaborasi dengan angkutan yang lain. Lalu kita buat
menjadi skema korporasi. Artinya pendapatan tidak hanya diperoleh dari tiket saja, tetapi juga
diperoleh dari pendapatan iklan, pengelolaan stasiun atau sewa tenant di stasiun. Walaupun kita
mensubsidi. Sehingga ini bisa membesar dan kita dapat melibatkan Pemda, nilai subsidi perintis LRT
sampai dengan saat ini mencapai Rp 160 miliar per tahun. Meski jauh dari nilai subsidi hal tersebut
merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk membantu masyarakat menggunakan transportasi umum.
hasil pendapatan LRT itu digunakan kembali untuk investasi ke aset lain agar dapat mempermudah
masyarakat menggunakan layanan LRT. Salah satunya adalah rencana penambahan lima unit angkot
feeder LRT. Angkot Feeder ini nantinya akan membantu warga yang tak dilintasi LRT dapat menuju
ke stasiun terdekat secara gratis. Sejauh ini, telah ada 57 unit feeder angkot yang dioperasikan ke
kawasan Jakabaring, Asrama Haji, Talang Jambe dan Perumnas Talang Kelapa. Dengan perkembangan
Kota Palembang ditambah akan adanya event tingkat dunia, tentu akan memberikan perkembangan
Potensi pendapatan yang sangat besar bagi Kota Palembang.

IV. INTERMODAL

A. Proses Mekanisme

1) Stasiun Asrama Haji


Deskripsi umum tentang kondisi penyediaan keterpaduan antarmoda transportasi di Stasiun
Asrama Haji disampaikan pada gambar.

Gambar 2. Deskripsi Kondisi Eksisting LRT Asrama Haji.

Secara umum terdapat beberapa permasalahan terkait dengan keterpaduan antarmoda


transportasi di stasiun LRT Asrama Haji tersebut, yakni:

1. Belum tersedia on/off ramp ke/dari stasiun pada sisi timur dari Stasiun Asrama Haji
(berlawanan arah dengan lokasi asrama haji).
2. Halte BRT Trans Musi hanya tersedia di sisi barat (arah asrama haji), sedangkan di sisi timur
hanya tersedia rambu bus stop.
3. Tidak tersedia fasilitas kiss/park-and-ride pada lokasi sekitar stasiun LRT Asrama Haji,
sehingga proses ini terjadi di pinggir jalan.
4. Tidak tersedia fasilitas pangkalan dan lokasi naik turun taksi/ojek (konvensional maupun on-
line), sehingga banyak yang mangkal di tepi jalan.

Gambar 3. Design Keterpaduan Stasiun Asrama Haji

2) Stasiun LRT Ampera


Secara umum terdapat beberapa permasalahan terkait dengan keterpaduan
antarmoda transportasi di stasiun LRT Ampera tersebut, yakni:
1. Tidak ada penghubung langsung antara Stasiun Ampera dengan Dermaga Sungai Ilir 16.
2. Tidak ada penghubung akses ke ramp jembatan Ampera.
3. Menjadikan Bisnis Pasar 16 Ilir sebagai TOD Stasiun Ampera.

Gambar 4. Design Keterpaduan Stasiun Ampera

3) Stasiun LRT Cinde


Secara umum terdapat beberapa permasalahan terkait dengan keterpaduan
antarmoda transportasi di stasiun Cinde, yaitu :
1. Tidak tersedia fasilitas penghubung langsung dengan Aldiron Plaza yang berada di dekat Stasiun
Cinde.
2. Ada halte di Stasiun Cinde, tetapi halte tersebut tidak disertai dengan lay-bay sehingga ketika bus
berhenti akan menggunakan badan jalan, termasuk untuk naik turun taksi/ojek.
3. Perlu dibuat park-and ride.
Gambar 5. Design Keterpaduan Stasiun Cinde

B. Harapan Masyarakat

Evaluasi keterpaduan antarmoda transportasi dilakukan dengan membandingkan kondisi


lapangan dengan idealisasi menurut teori dan peraturan serta harapan masyarakat, sehingga dapat
diketahui permasalahan yang ada dan diidentifikasi solusinya.
1. Pembangunan sky bridge ke Dermaga Sungai 16 Ilir (termasuk on-off ramp sisi timur stasiun LRT
Ampera.
2. Pembangunan on/off ramp sisi timur asrama haji dan Pembangunan halte Trans Musi di sisi timur.
3. Penyediaan fasilitas informasi angkutan lanjutan di stasiun LRT Asrama Haji dan halte BRT Trans
Musi.
4. Pembangunan/sharing lokasi untuk park and ride dengan Asrama Haji.
5. Penyediaan lay bay di bagian luar /off street sehingga proses antar jemput di luar badan jalan.

V. PENUTUP

LRT di kota Palembang membantu mengurangi kemacetan, tetapi penyediaan keterpaduan


antarmoda transportasi masih kurang, oleh karena itu pada ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yakni Pemanfaatan lahan di sekitar lokasi stasiun LRT Palembang belum berorientasi transit (masih
low-density and single activity) dan Penyediaan sistem feeder eksisting (BRT Trans Musi) cenderung
redundance (fungsi jaringan mirip LRT), perlu dikembangkan sistem feeder yang sifatnya angkutan
lingkungan. Sistem tata guna lahan dan jaringan feeder belum berfungsi maksimal dalam mendukung
optimalisasi LRT Palembang.
REFERENSI

[1] Istnaini, Naja’at. (2020). Manajemen Transportasi Light Rail Transit (LRT) di Kota Palembang.
(Skripsi, Universitas Sriwijaya). [Online]. Available:
https://repository.unsri.ac.id/42812/61/RAMA_63201_07011281621056_0006066402_0012057701
_01_front_ref.pdf
[2] Antara.news. (2022). Pengelola LRT Sumsel terbitkan kartu elektronik edisi Sumpah Pemuda.
[Online]. Available: https://www.antaranews.com/berita/3211737/pengelola-lrt-sumsel-terbitkan-
kartu-elektronik-edisi-sumpah-pemuda
[3] Kompas.com. (2022). Alasan Warga Palembang Pilih LRT: Tarif Murah, Bebas Macet. [Online].
Available: https://regional.kompas.com/read/2022/10/26/160751578/alasan-warga-palembang-
pilih-lrt-tarif-murah-bebas-macet?page=all
[4] RMOLSUMSEL. (2022). Jumlah Penumpang LRT Sumsel Naik 51,7 Persen. [Online]. Available:
https://www.rmolsumsel.id/jumlah-penumpang-lrt-sumsel-naik-517-persen
[5] KEMENHUB RI. (2018). Naik LRT Palembang, Cepat dan Murah Sampai Tujuan. [Online].
Available: https://dephub.go.id/post/read/naik-lrt-palembang,-cepat-dan-murah-sampai-tujuan?
language=en

Anda mungkin juga menyukai