BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Masa usia dini adalah masa yang sangat berharga dalam hidup manusia. Anak usia dini
adalah anak yang berada dalam masa perkembangan dan pertumbuhan. Pada masa inilah
kepribadian sesorang mulai dibentuk. Pengalaman-pengalaman yang terjadi masa ini
cenderung bertahan, dan mempengaruhi sikap anak dimasa selanjutnya, baik ataupun buruk.
Salah satu dari potensi anak usia dini adalah perkembangan bahasa khususnya dalam
kemampuan kelancaran berbicara. Bahasa adalah media komunikasi untuk menyampaikan
pikiran, perasaan dan pendapat. Dengan berbahasa khususnya berbicara maka anak dapat
mengungkapkan kebutuhan dan keinginanya, menciptakan hubungan yang baik dengan orang
lain, serta mempengaruhi perasaan, pikiran dan perilaku orang lain.
Pentingnya perkembangan bahasa bagi anak, karena dengan adanya bahasa pemikiran anak
semakin luas, jadi kognitif anak juga akan berkembang apabila anak sering berbicara,
didengarkan dan mendapat respon dari lingkungannya. Sehingga pemikiran dengan bahasa
memungkinkan seorang anak memecahkan banyak masalah dalam kehidupannya.
Sesuatu yang terjadi pada anak dalam komunikasi jika mereka besar dalam keterasingan
sosial bertahun-tahun, mereka bisa bersuara dan berbicara, namun suara tanpa arti, karena
kurangnya kontribusi lingkungan dan perkembangan intelektual yang tidak maksimal. Untuk
belajar bahasa, anak-anak memerlukan kesempatan untuk berbicara dan didengarkan. Apabila
anak dalam kondisi yang kurang mendukung untuk berbicara, atau tidak ada kesempatan
untuk bercakap-cakap maka perkembangan bahasa anak akan sangat buruk.. sebagaimana
dijelaskan oleh Santi (2009 : 55) “gejala ketidakseimbangan dalam berbahasa khususnya
dalam berbicara akan tampak bahwa berbicara anak akan terputus-putus, bicaranya tidak
lancar. Hal tersebut dikarenakan anak tidak yakin dengan kemampuannya dan ragu-ragu
dengan apa yang akan di ucapkannya. Ini merupakan gejala yang kurang baik bagi
perkembangan anak”.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK A TKN Pembina Tunas Mandiri Jonggat
pada tanggal 16 sampai dengan tanggal 19 bulan april 2018, ditemukan beberapa fakta seperti
kurangnya kemampuan anak dalam menerima dan mengungkap bahasa. Seperti ada delapan
dari limabelas anak yang belum mampu mengungkapkan sebuah cerita, isi hati dan
pikirannya, ditandai dengan kata-katanya yang belum jelas dan tidak beraturan, serta
kurangnya rasa percaya diri untuk menceritakan pengalamannya didepan kelas dan ketika
tampil didepan teman-temannya.
2. Permasalahan
Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, ada beberapa permasalahan yang
perlu digali pemecahannya, antara lain sebagai berikut,
1. Bagaimana implementasi Pelangi Kata dalam upaya peningkatan kemampuan bahasa
Anak TK A di Taman Kanak-kanak negeri Pembina Jonggat,
2. Bagaimana hasil dan dampak yang diperoleh dengan penerapan Pelangi Kata pada
anak TK A di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Jonggat.
3. Tujuan
Untuk mengetahui sejauh mana penerapan Pelangi Kata bisa meningkatkan
kemampuan bahasa anak TK A di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Jonggat.
3. Evaluasi
Pada tahapan ini, guru memberikan bimbingan pada peserta didik untuk melaksankan
tahapan demi tahapan pelaksanaan pembelajaran, guru mengamati setiap anak, tentang
responnya ketika diberikan pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas, seberapa besar
peningkatan semangat belajar yang diperlihatkan oleh peserta didik juga menjadi obyek
pengamatan. Dari hasil evaluasi ini guru menemukan peningkatan minat belajar dan hasil
belajar, selama pelaksanaan pembelajaran dengan Pelangi Kata ini tidak ditemukan ada anak
yang meninggalkan tugas, juga tidak ditemukan anak yang tidak tuntas mengerjakan tugas.
Dari penilaian hasil belajar dilembar kerja, guru menemukan ada peningkatan yang signifikan
pada kemampuan bahasa peserta didik. Kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) didapatkan
oleh beberapa orang anak dan sebagian lagi berada pada kriteria Mulai Berkembang (MB)
dan Berkembang Sesuai Harapan (BSH).
4. Tindak lanjut
Sebagai tindak lanjut dari best practice ini, penulis merencanakan untuk membuat rancangan
pembelajaran dengan penerapan Pelangi Kata pada semua tema, dengan meningkatkan
koordinasi dengan rekan sejawat sebagai partner dalam pelaksanaan, wali murid sebagai
pendukung dana jika penerapan Pelangi Kata membutuhkan dana lebih dan masyarakat
sekitar sebagai obyek dari pelaksanaan pembelajaran.
5. Hasil
Setelah penerapan Pelangi Kata dalam pembelajaran, kemampuan peserta didik pada keenam
aspek perkembangan meningkat, hal ini bisa dilihat pada beberapa tabel berikut :
Hasil pengamatan pada aspek perkembangan Bahasa :
N NAMA NILAI SEBELUM NILAI SESUDAH PERUBAHAN
o. PENERAPAN PENERAPAN
PELANGI KATA PELANGI KATA
B M BS BS B M BS BS NILAI NILAI
B B H B B B H B MENUR MENINGK
UN AT
1 NABIL V V 0 tingkat 2 tingkat
2 ASILA V V 0 tingkat 1 tingkat
3 LIAN V V 0 tingkat 1 tingkat
4 BAHRUL V V 0 tingkat 1 tingkat
5 DAFINA V V 0 tingkat 2 tingkat
6 OKTO V V 0 tingkat 1 tingkat
7 DUTA V V 0 tingkat 1 tingkat
8 DESI V V 0 tingkat 1 tingkat
9 DIYAH V V 0 tingkat 1 tingkat
10 FIRMANSY V V 0 tingkat 1 tingkat
AH
11 ADLINA V V 0 tingkat 1 tingkat
12 FANDI V V 0 tingkat 1 tingkat
13 KENZIE V V 0 tingkat 1 tingkat
14 NURIL V V 0 tingkat 1 tingkat
15 MELY V V 0 tingkat 2 tingkat
Keterangan :
BB : Belum Berkembang (perkembangan anak jauh dari indikator capaian perkembangan)
MB : Mulai berkembang (perkembangan anak hampir sesuai dengan indikator capaian
perkembangan)
BSH : Berkembang Sesuai Harapan (perkembangan anak sesuai dengan indicator capaian
perkembangan)
BSB : Berkembang Sangat Baik (perkembangan anak melampaui indikator capaian
perkembangan)
6. Dampak
Ada beberapa perubahan positif yang timbul yang merupakan dampak dari penerapan Pelangi
Kata dalam pembelajaran, seperti :
Perubahan pada peserta didik : setelah penerapan Pelangi Kata, anak menjadi lebih
bergairah, hal ini bisa terlihat pada waktu mengerjakan tugas, tidak terdapat lagi anak
meninggalkan tugasnya, atau anak yang tidak menyelesaikan tugas sampai selesai,
seperti yang sering terjadi ketika Pelangi Kata belum diterapkan pada pelaksanaan
pembelajaran.
Perubahan pada guru : guru menjadi lebih serius dalam merancang kegiatan
pembelajaran, karena kegiatan pembelajaran dengan Pelangi Kata ini
modelnya outing class (mengajarkan pserta didik untuk lebih dekat dengan alam dan
lingkungan sekitar), sehingga membutuhkan perencanaan yang matang. Disamping itu
juga guru tertantang untuk menjadi lebih kreatif merancang skenario pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Perubahan pada orang tua murid, dari hasil pengeisian kuisioner untuk orang tua
murid (seperti yang ada pada Penilaian Kinerja Guru), orang tua murid memberikan
apresiasi kepada guru yang menerapkan Pelangi Kata, karena penerapan Pelangi Kata
memberikan nilai optimalisasi dalam pelaksanaan pembelajaran, dengan demikian
hubungan antara wali murid dengan guru atau pihak sekolah menjadi lebih harmonis.
Perubahan pada masyarakat sekitar : perubahan positif juga terjadi pada masyarakat
disekitar lembaga TK, kepercayaan masyarakat sekitar menjadi meningkat, ini
terbukti dari berdatangannya calon wali murid yang akan mendaftarkan putra putrinya
di lembaga TK ini walaupun pendaftaran belum dibuka.
7. Faktor Pendukung
Terlaksananya pembelajaran dengan menerapkan Pelangi Kata ini tentu saja didukung oleh
beberapa faktor, baik internal maupun eksternal seperti ;
1. Faktor internal :
Adanya kerjasama yang baik antara guru kelompok dengan guru pendamping,
Adanya sarana dan prasarana yang cukup seperti ruang kelas yang kondusif tempat
anak-anak menyelesaikan tugas setelah pembelajaran diluar kelas,
2. Faktor eksternal
Dukungan dari wali murid baik moril maupun materil,
Dukungan dari masyarakat sekitar yang memberikan ijin lingkungan rumahnya
menjadi obyek pengamatan
8. Kendala
Dalam penerapan Pelangi Kata ini ada beberapa kendala yang dihadapi, baik itu pada waktu
perencanaan maupun ketika pelaksanaannya, seperti :
1. Kurangnya apresiasi dari teman sejawat dalam hal ini guru pendamping, ketika
penulis membahas tentang perencanaan pembelajaran dengan penerapan Pelangi
Kata. Kurangnya apresiasi ini karena sempat terjadi perbedaan mindset (pola pikir)
antara penulis dengan rekan sejawat tentang penerapan Pelangi Kata ini,
2. Kesulitan mengakomodir peserta didik ketika pelaksanaan pembelajaran diluar kelas
atau pada waktu kunjungan ke peternakan sapi milik warga.
Dalam menghadapi kendala-kendala tersebut, penulis memilih penyelesaian masalah yang
tepat sehingga strategi dan prosedur kegiatan tersebut dapat berjalan dan sukses. Penyelesaian
masalah yang dimaksud adalah :
1. Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk memberikan pemahaman tentang
Pelangi Kata, lalu menyamakan persepsi tentang teknik
2. Meningkatkan kreativitas dalam mengakomodir peserta didik, seperti mengajak
peserta didik menyanyi dan bersya’ir sepenjang perjalanan menuju tempat obyek
pengamatan sehingga peserta didik tidak berlarian atau terpisah dari rombongan.
9. Alternatif Pengembangan
Dari pelaksanaan Pelangi Kata ini, penulis memilih alternatif pengembangan yang akan
dilakukan berupa rencana program dan kegiatan mengajar ke depan seperti :
1. Membuat perencanaan penerapan Pelangi Kata pada semua tema pembelajaran,
2. Mengupayakan agar obyek pengamatan lebih luas lagi, tidak hanya yang ada
lingkungan sekitar lembaga saja.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pelangi Kata yang merupakan akronim dari Pengamatan Langsung di Obyek Nyata
merupakan best practice yang diterapkan pada anak TK A di TKN Pembina Jonggat pada
Tahun Pelajaran 2017/2018. Pelangi Kata ini diterapkan pada pembelajaran dengan
menekankan prinsip bahwa mengenalkan suatu materi pada peserta didik dengan
menghadirkan atau mengunjungi obyek nyatanya, bukan diamati melalui gambar. Pelangi
Kata ini mendapat apresiasi yang cukup baik dari rekan-rekan guru, wali murid dan juga
masyarakat sekitar.
Setelah pelaksanaan Pelangi Kata ini terjadi perubahan yang signifikan pada kemampuan
bahasa anak, baik itu kemampuan menerima bahasa, mengungkapkan bahasa dan
kemampuan keaksaraannya. Hal ini terlihat dari hasil observasi ke limabelas peserta didik,
terjadi peningkatan predikat nilai, ada yang dari BB ke MB, dari MB ke BSH ataupun ada
juga yang dari predikat MB ke BSH.
2. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, penerapan Pelangi Kata bisa direkomendasikan untuk
diterapkan pada semua tema pembelajaran, dengan memasukkannya di Rencana
Pembelajaran Harian. Pelangi Kata ini juga bisa di pergunakan di semua kelompok baik
kelompok A (usia 4-5 tahun) ataupun kelompok B (usia 5-6 tahun).
DAFTAR PUSTAKA
Abba Yasin, Sabiq, Wahai Anakku Cintailah (diterjemahkan dari buku berjudul
At-tarbiyah wal Adab Asy-syar’iyyah, DR.Abd.Rahman Efendi Ismail), Pustaka
Amani, Jakarta : 1994
Asmawati, Luluk, dkk, Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini,
Universitas Terbuka, Jakarta : 2010.
B.E.F, Moentolalu dkk, Bermain dan Permainan, Universitas Terbuka, Jakarta : 2008.
Fachrudin, Amir Hamzah, Ensiklopedi Wanita Muslimah (diterjemahkan dari buku
berjudul Mausu’ah Al-Mar’atul Muslimah, Haya Binti Mubarok Al-Barik), Darul
Falah, Jakarta :1418 H.
Hildayani, Rini, dkk, Psikologi Perkembangan Anak, Universitas Terbuka, Jakarta :
2007.
Kemal Husein, Teuku : Aktivitas Tematik untuk Anak (diterjemahkan dari buku berjudul
Brain Power, Kathy Charner, 1993) Erlangga, Jakarta : 2005
Muhyidin, dkk. Ensiklopedi Pendidikan Anak Usia Dini, PT Pustaka Insan Madani :
Yogyakarta : 2004
1. Muttaqwiati, Bukan Ibu Biasa, Era Adicitra Intermedia, Solo : 2012
PERMENDIKBUD tahun 2014 nomor 137 tentang : Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini.
PERMENDIKBUD tahun 2014 nomor 146 tentang : Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini
SPA Yogyakarta, Buku Pintar BCM (Bermain Cerita dan Menyanyi) 1, Team Tadarrus
“AMM”, Yogyakarta : 1997.
SPA Yogyakarta, Buku Pintar BCM (Bermain Cerita dan Menyanyi) 2, Team Tadarrus
“AMM”, Yogyakarta : 1997.
Suarta, Nyoman, Pendalaman Materi Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Mataram,
Mataram: 2014
Suparman, Eman dkk, Modul B Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Jenjang
TK, PPPPTK TK dan PLB, Bandung : 2017
Syaodih, Ernawulan, Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini, Universitas Terbuka,
Jakarta : 2010