Anda di halaman 1dari 5

SYARIAH

Hadits Hasan: Istilah, Asal Muasal, dan


Sejarahnya
Senin, 10 Juli 2023 | 06:15 WIB

Hadits hasan adalah klasifikasi kualitas hadits yang berada di antara hadits shahih dan
hadits dhaif. Kapankah konsep hadits hasan dalam ilmu Musthalahu al-Hadits atau
Ulumu al-Hadits itu lahir? Atau bagaimana asal-muasal sejarah kemunculan konsep ini?.
Sehingga menjadi baku dalam Ulumu al-Hadits yang menyebut bahwa kualitas hadits itu
ada tiga yakni; shahih, hasan dan dhaif. Kemudian hadits hasan terbagi lagi menjadi dua
bagian yakni hasan lidzatihi dan hasan lighairihi. Dalam tulisan singkat ini akan
dijelaskan asal-muasal dan sejarah lahirnya istilah hadits hasan.

Sebelum Imam Tirmidzi (w. 279 H/892 M), kriteria kualitas hadits bernilai hasan tidak
dikenal dan belum ada. Baru semenjak Imam Tirmidzi yang bernama lengkap Abu Isa
Muhammad bin Isa bin Saurah al-Tirmidzi mengarang kitab al-Jami’ Sunan Tirmidzi,
kriteria hadits hasan dimunculkan, lalu dibakukan dalam kitab-kitab hadits oleh
ilmuwan hadits setelahnya.
Berarti pada zaman Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai gurunya Imam Tirmidzi,
serta Imam madzhab yang empat, yakni Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan
Imam Hambali dengan magnum opusnya kitab hadits Musnad Imam Ahmad belum
dikenal istilah baku kriteria nilai hadits berkulitas hasan. Klasifikasi kualitas hadits
pada masa itu hanya dua: shahih dan dhaif.

Baru setelah zaman Imam Tirmidzi klasifikasi kualitas hadits dibakukan menjadi tiga
kategori: shahih, hasan dan dha’if. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibn Taimiyah (w.728
H/1328 M) dalam kitabnya Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah. Menurutnya, istilah hasan
berasal dari pecahan kualitas dha’if yang dipakai sebelum zaman Imam Tirmidzi.

Baca Juga:
Kitab-Kitab Populer dalam Ilmu Hadits

Namun, pendapat Ibn Taimiyah ini telah dikritik ulama hadits. Alasannya, istilah hasan
sudah dikenal sebelum zaman Imam Tirmidzi. Kritik tersebut terbantahkan dan tidak
kuat, sebab yang dimaksud Ibn Taimiyah tampaknya bukanlah tentang mulai dikenalnya
istilah hasan itu, melainkan tentang digunakannya istilah tersebut sebagai istilah yang
baku bagi salah satu kualitas hadits.

Sejarah ini berawal dan bermula dari kitab al-Jami’ Sunan Tirmidzi yang ditulis oleh
Imam Tirmidzi. Dalam kitab haditsnya tersebut, murid Abu Dawud ini, menulis sesuatu
yang baru yang tak pernah dilakukan ulama hadits sebelumnya; menilai suatu hadits
dengan istilah hasan seperti hadits berikut ini:

‫َعْن َأ ِبي ُأ َماَمَة اْلَباِهِلِّي َقاَل ُذِكَر ِلَرُسوِل الَّل ِه َص َّلى الَّل َعَلْيِه َوَس َّل َم َرُجَلاِن َأ َحُدُهَما َعاِبٌد َواْلآَخُر َعاِلٌم َفَقاَل َرُسوُل الَّل ِه‬
‫ُه‬
‫ِه‬ ‫ِل‬
‫َص َّلى الَّل ُه َعَلْيِه َوَس َّل َم َفْض ُل اْلَعا ِم َعَلى اْلَعاِبِد َكَفْض ِلي َعَلى َأ ْدَناُكْم ُثَّم َقاَل َرُسوُل الَّل َص َّلى الَّل ُه َعَلْيِه َوَس َّل َم ِإ َّن الَّل َه‬
‫َوَمَلاِئَكَتُه َوَأ ْهَل الَّس َمَواِت َواْلَأ َرِضيَن َح َّت ى الَّنْمَلَة ِفي ُج ْحِرَها َوَح َّت ى اْل ُحوَت َلُيَص ُّل وَن َعَلى ُمَعِّلِم الَّن اِس اْل َخْيَر َقاَل َأ ُبو‬
‫ِعيَسى َهَذا َحِديٌث َحَسٌن َغِريٌب َص ِحيٌح‬

Artinya: "Dari Abu Umamah Al-Bahili ia berkata; “Dua orang disebutkan di sisi Rasulullah
SAW, salah seorang adalah ahli ibadah dan yang lain seorang yang berilmu, kemudian
Rasulullah SAW. bersabda: “Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti
keutamaanku dari orang yang paling rendah di antara kalian, “kemudian beliau
melanjutkan sabdanya: “Sesungguhnya Allah, MalaikatNya serta penduduk langit dan bumi
bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan
untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” Abu Isa berkata; Hadits ini
hasan gharib shahih."

Dalam hadits ini, Imam Tirmidzi memberikan nilai bahwa kualitas hadits ini bernilai
hasan gharib shahih. Dan dalam kitab Sunan-nya, Imam Tirmidzi sering menggunakan
dan menggabungkan istilah itu dengan istilah-istilah lainnya yang menjadi
karakteristiknya, dan terhitung baru dan belum pernah digunakan sebelumnya,
misalnya hasan shahih dan hasan gharib. Sehingga sebagian ulama hadits, menurut
Muhammad ‘Ajaj al-Khathib dalam kitabnya Ushul al-Hadits, menganggap terma itu
janggal.

Baca Juga:
Taisir Mushthalah al-Hadits, Kitab Dasar Ilmu Hadits yang Amat Sistematis

Kemudian Imam Tirmidzi dalam kitab karangannya yang lain, kitab al-Ilal al-Shagir
menjelaskan tentang definisi hadits hasan. Sebuah ta’rif baru dalam Ulum al-Hadits
untuk istilah hadits hasan yang baru pertama kali dikenal dalam ilmu musthalah al-
hadits:

‫ وُيروى من غير وجه نحو‬،‫ ولا يكون الحديث شاًّذ ا‬،‫كل حديث ُيروى لا يكون في إسناده من يَّت هم بالكذب‬

‫ذلك فهو عندنا حسن‬

Artinya: “Setiap hadits yang diriwayatkan dan tidak terdapat pada sanadnya perawi yang
pendusta dan hadits tersebut tidak syadz, serta diriwayatkan pula melalui jalan yang lain,
maka menurut kami itu adalah hadits hasan.”

Kemudian dari definisi ini oleh Ibn Shalah dalam kitabnya Muqaddimah Ibn Shalah
dijelaskan, bahwa Imam Tirmidzi mengenalkan dan mengisyaratkan definisi baru
terkait pembagian hadits hasan. Yang kemudian hari dikenal hadits hasan lighairihi.

Dan jenis kedua dari klasifikasi hadits hasan adalah hasan lidzatihi. Menurut Ibn Shalah
diisyaratkan dan dikenalkan oleh Imam al-Khattabi, yang kemudian hari dalam kitab-
kitab Ulum al-Hadits dibakukan, bahwa hadits hasan terbagi dua yakni; hadits hasan
lidzatihi dan hasan lighairihi. Hal ini karena Imam al-Khattabi, sebagaimana dikutip
Imam Jalaluddin Sayuthi dalam kitabnya, Tadribu Rawi fi Syarh al-Taqribu al-Nawawi,
mendefinisikan hadits hasan sebagai berikut:
‫ و اشتهر رجاله و عليه مدار أكثر الحديث و يقبله أكثر العلماء‬,‫هو ما عرف مخرجه‬

Artinya: "Hadits yang diketahui sumbernya pada kitab tertentu dan perawinya masyhur,
dan sanadnya bertemu dengan sanad hadits lain, diterima dan dipakai oleh mayoritas
ulama."

Baca Juga:
Relevansi Kajian Ilmu Hadits dan Faedahnya

Demikianlah asal-usul dan sejarah hadits hasan yang mengalami perkembangan dan
pembakuan. Diawali dan diperkenalkan oleh Imam Tirmidzi, kemudian dibakukan oleh
para ulama hadits dalam kitab-kitab Musthalahu al-Hadits, dan diterima sebagai bagian
dari klasifikasi kualitas hadits; shahih, hasan dan dha'if. Wallahu A’lam.

Engkus Kusnandar, Direktur Aswaja Center Majalengka

Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan
layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
TAG S: hadits ilmu hadits Nabi Muhammad

Anda mungkin juga menyukai