Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
TEORI PERKEMBANGAN LAWRENCE KOHLBERG

Di Susun Oleh :

Fadya Fitri Febrianti Asaduddin 220207050


Fauziah maulani 220207060
Rahma Shafa Ferissa 220207145
Saeful Rachman 220207160

Dosen Pengampu:
Yusrinda Silvianis Diwanti, M. Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, dengan rahmat dan karunia-Nya kami
sebagai penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Dengan makalah yang berjudul
makalah Teori Perkembangan Lawrence Kolbergh.
Tidak lupa kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada Yusrinda Silvianis
Diwanti, M. Psi., Psikolog dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan yang telah memberikan
tugas makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang
membacanya. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga, dengan
kerendahan hati kami sebagai penulis menerima kritik dan saran yang membangun.
Bandung, 11 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 2
A. Biografi Laurence Kohlberg ......................................................................................................... 2
B. Teori Perkembangan Moral ......................................................................................................... 2
1. Level 1 : Pra-konvensional ....................................................................................................... 3
2. Level 2 : Konvensional ............................................................................................................. 4
3. Level 3 : Pasca-konvensional ................................................................................................... 5
C. Hubungan antara Penalaran Moral dan Perilaku Moral.............................................................. 6
1. Tahapan perkembangan moral: .................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 8
Kesimpulan .......................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika pada hakikatnya adalah serangkaian nilai yang berkaitan dengan berbagai jenis
perilaku yang harus dihormati. Etika adalah aturan dan institusi moral yang mengatur
perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Etika
merupakan tolok ukur benar dan salah yang ditentukan oleh setiap individu berdasarkan
nilai-nilai sosial budaya di mana individu tersebut menjadi anggota masyarakat sosialnya.
Etika merupakan aspek kepribadian yang diperlukan manusia untuk berinteraksi dalam
kehidupan bermasyarakat secara serasi, adil, dan seimbang. Perilaku etis diperlukan untuk
mewujudkan kehidupan yang tenteram, tertib, utuh dan harmonis. Dua ahli teori
perkembangan moral yang berpengaruh adalah Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg
(Shaffer, 1985; Durkin, 1995; Hook, 1999).
Ketika membahas teori perkembangan moral Kohlberg, kita tidak bisa menjauhkan diri
dari karya Piaget tentang perkembangan moral. Piaget merupakan landasan teori
perkembangan moral dengan pendekatan kognitif. Piaget menolak pandangan nativis yang
menganggap moralitas adalah sesuatu yang diwariskan, serta pandangan teori pembelajaran
sosial yang memandang moralitas dipelajari dari orang lain. Piaget yang kemudian
dikembangkan oleh Kohlberg menunjukkan bahwa perkembangan penalaran moral
merupakan suatu proses perkembangan moral, yaitu pembentukan struktur kognitif (Duska
dan Whelan, 1984). Piaget dan Kohlberg menggunakan istilah penilaian moral, yang
umumnya dipahami sebagai penalaran moral, untuk menunjukkan bahwa perkembangan
moral berkaitan dengan struktur kognitif (Ibda, 2023)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perkembangan moral ?
2. Berapakah tahap perkembangan moral manusia ?
3. Apa hubungan antara penalaran moral dan perilaku moral?
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan moral
2. Menyebutkan tahap perkembangan moral manusia
3. Memahami hubungan antara pernalaran moral dan perilaku moral

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Laurence Kohlberg
Lawrence Kohlberg, seorang psikolog perkembangan yang lahir pada 25 Oktober 1927
di Bronxville, New York, adalah salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam kajian
tentang perkembangan moral. Dengan kontribusi-kontribusinya yang berharga dalam
bidang psikologi perkembangan, ia telah membangun teori yang telah mendefinisikan cara
kita memahami perkembangan moral sepanjang hidup individu. Artikel ini akan membahas
biografi singkat Lawrence Kohlberg serta sumbangan-sumbangannya yang berharga dalam
memahami moralitas manusia.
Kohlberg menjalani masa muda dan pendidikan awalnya di Amerika Serikat. Dia
belajar di Universitas Chicago sebelum meraih gelar doktor dalam bidang psikologi dari
Universitas Harvard pada tahun 1958. Setelah itu, ia terus mengembangkan minatnya
dalam perkembangan moral dan etika. Salah satu kontribusi paling penting yang dibuat
oleh Kohlberg adalah pengembangan Teori Perkembangan Moral. Teori ini menekankan
bahwa perkembangan moral adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu dan
berlangsung melalui serangkaian tahap.

B. Teori Perkembangan Moral


Lawrence Kohlberg menjelaskan bahwa perkembangan moral ini memiliki tahapan-
tahapan sebagai tolak ukur tinggi rendahnya moral setiap orang berdasarkan perkembangan
moralnya. Tahapan tersebut ia buat dengan mendapat inspirasi dari apa yang dikemukakan
oleh Jean Piaget bahwa logika dan moral berkembang berdasarkan tahapan konstruktif,
yang kemudian Kohlberg kembangkan tepatnya saat ia menempuh Pendidikan tinggi di
Chicago . Ia melakukan wawancara terhadap anak-anak mengenai dilema moral dengan
memberikan cerita tokoh-tokoh yang didalamnya mengalami dilemma moral. Kemudian di
observasi bagaimana anak-anak tersebut menanggapi dan menyikapi tindakan atau
kejadian para tokoh yang ada dalam cerita tersebut.
Cerita yang disampaikan oleh Kohlberg kurang lebihnya sebagai berikut, ini adalah salah
satu cerita yang paling popular,
Ada seorang wanita di Eropa yang mengidap kanker dan dinyatakan hampir meninggal.
Kemudian dokter yang merawatnya mengatakan pada Heinz (suami wanita tersebut), jika
istrinya hanya bisa di selamatkan dengan satu jenis obat yang sangat langka sejenis radium.
Kebetulan ada seorang apoteker yang baru menemukan obat tersebut. Betapa mahal sekali
biaya pembuatan obat tersebut, tetapi sang apoteker memberikan harga 10 kali lipat lebih
mahal dari biaya pembuatan obatnya. Sang apoteker mengeluarkan biaya seharga 200 dolar,
kemudian ia menjual seharga 2000 dolar dengan dosis yang kecil. Lalu Heinz, suamii dari
Wanita yang sakit itu dengan bersusah payah mencari orang orang yang ia kenal untuk
meminjam uang mereka, dan akhirnya Heinz hanya mendapatkan uang sebanyak 1000
dolar, setengah dari harga yang di tawari oleh apoteker. Kemudian Heinz memohon dan
menceritakan tentang bagaimana kondisi istrinya yang hampir meninggal dan ia membujuk
apoteker agar memberikan harga setengahnya atau ia membayar setengah harga dahulu lalu
membayar sisanya di kemudian hari. Tetapi sang apoteker mengatakan bahwa ia harus

2
mendapatkan keuntungan dan uang yang banyak dari apa yang sudah ia temukan hingga
tidak memberikan kesempatan pada Heinz. Kemudian Heins sangat terpukul dan sedih
hingga muncul pikiran untuk mencuri obat tersebut dan ia akhirnya masuk ke dalam apotek
untuk mengambil obat dan diberikan kepada istrinya (Kohlberg, 1969, hlm. 379)
(Nurhayati, 2006).
Kohlberg mengajukan beberapa pertanyaan kepada anak-anak sebagai respondennya.
Kemudian berdasarkan hasil dari jawaban atau respond anak-anak tersebut, Kohlberg
mengidentifikasi bahwa perkembangan moral manusia terjadi pada enam tahap. Nah,
kemudian tahapan-tahapan ini disusun dalam tiga tingkatan, yaitu pra-
konvensionalkonvensional, pasca konvensional.
Untuk lebih memahami maksud dari ke-tiga tingkatan dan tahapan tersebut bisa di
bayangkan dalam sebuah konflik yang kurang lebih konteksnya sama dengan yang
diceritakan Kohlberg kepada anak-anak respondennya. Misalnya ada perkelahian di
lingkungan sekolah menengah, dua siswa kelas 10 memukuli James. Nah, mereka yang
menjadi penonton berada pada tahapan perkembangan moral yang berbeda. Kemudian bisa
terlihat bagaimana sikap mereka yang menonton perkelahian tersebut, apakah
membenarkan atau tidak, apakah mereka langsung bertindak atau tidak.
Berikut tahapan-tahapan perkembangan dari Kohlberg,

1. Level 1 : Pra-konvensional

Tingkat penalaran moral yang terendah dalam teori Kohlberg adalah penalaran
prakonvensional. Pada tingkat ini, anak-anak memahami konsep baik dan buruk
berdasarkan hadiah dan hukuman yang diterima dari luar.. Oleh karena itu, perilaku
moral anak didasarkan pada kendali eksternal, yaitu pada hal-hal yang ditentukan dan
dilarang oleh pemberi wewenang tersebut. Rata-rata ditemukan pada anak usia dibawah
10 tahun. Tahap pra-konvensi ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap satu dan tahap
dua.
Tahap I : Punishment (Hukuman) dan Obedience (Kepatuhan), Individu akan
menganggap perbuatannya baik ketika individu tersebut mendapat kebaikan atau tidak
dihukum. Oleh kerena itu, anak-anak diarahkan kepada hal yang baik dan di tuntun
untuk menghindari perbuatan buruk supaya tidak mendapat hukuman. Intinya, perilaku
yang salah akan mendapat hukuman sebagai timbal baliknya, begitu juga dengan
perilaku baik akan didapati perlakuan baik juga. Dalam Islam disebut dengan akhlak
mahmudah dan akhlak mazmumah.
Contohnya, Wahid ini melihat perbuatan ia baik atau buruk tergantung apakah dia
dihukum atau tidak. Wahid melihat salah satu temannya dibully oleh sekolompok anak.
Karena melihat hal tersebut, Wahid merasa harus ikut melawan sekelompok anak lain
yang membuli temannya. Akan tetapi ia teringat jika ketahuan terlibat perkelahian,
maka ia akan mendapat hukuman dari gurunya. Kemudian dia berpikir, bagaimana
supaya terhindar dari hukuman tersebut.
Atau contoh lain ketika seorang siswi giat belajar demi mendapatkan ranking kelas.

3
Tahap II : Orientasi Relativisme dan Instrumental / Self Interest, Individu
menentukan baik buruk tindakannya bergantung pada timbal balik yang mereka
dapatkan. Karena orang memahami bahwa dirinya juga memiliki kepentingan diri
sendiri. Mereka akan baik pada orang lain, jika orang lain tersebut melakukan hal baik
kepadannya, begitupun dengan sebaliknya. Pada tahap ini lebih mementingkan
kepuasan diri sendiri.
Contohnya, Anya diminta oleh bibinya untuk membantu membuat kue yang akan
dijual. Lalu Anya bertanya kepada bibinya, jika ia melakukan hal tersebut aka nada
keuntungan apa yang didapatkan oleh Anya. Maka bibinya mengatakan bahwa setelah
selesai, Anya boleh mengambil bagian dari kue yang sudah jadi.

2. Level 2 : Konvensional
Level ini terjadi pada rata-rata anak usia remaja hingga remaja akhir. Pada
tingkat ini, individu mematuhi standar internal tertentu, tetapi standar tersebut adalah
norma-norma yang ditetapkan oleh orang lain. Perlakuan yang di anggap baik adalah
perlakuan yang mendapat validasi dari teman-temannya dan penerimaan dari
lingkungan sekitarnya atau orang yang memiliki kuasa seperti orang tua atau hukum
masyarakat.
Tahap III : Interpersonal Accord atau Anak yang baik (Good boy/Good girl), di dalam
tahap ini anak beranggapan bahwa dirinya harus menyesuaikan sikap berdasarkan
tuntutan yang ada di sekitarnya, kemudian ketika mandapat penerimaan dan validasi
dari orang-orang yang ia segani atau teman sebayanya ia akan merasa menjadi baik.
Dilakukan supaya tetap menjalin hubungan dan yang baik. Singkatnya adalah menjadi
baik untuk memenuhi kepentingan oranlain dari pada diri sendiri. Jadi, orang pada
tahap ini ketika memutuskan sesuatu tidak cukup mendapatkan persetujuan diri sendiri
dan membutuhkan persetujuan orang lain atau bahasa lainnya adalah ikut-ikutan.
Mereka sangat berempati, loyal dan baik hati memenuhi harapan orang tanpa
memikirkan dirinya sendiri.
Contohnya, di kantin Mona melihat ada perkelahian, kemudian ia merasa ingin
melakukan intervensi atau ingin ikut campur memisahkan. Akan tetapi ia menyadari
orang-orang di sekitar juga hanya menonton, akhirnya ia memutuskan untuk diam dan
tidak terlibat. Karna dia berpikir harus terlihat seperti anak baik, memberikan kesan
baik dengan tidak terlibat konflik sosial. Atau contoh lain misalnya, gege tergabung
dalam tim pantia sebuah event, kemudian ada hari dimana mereka harus kirim surat
permohonan peminjaman kelas. Akan tetapi, dari seluruh panitia banyak yg tidak pergi
ke kampus atau bahkan pergi kekampus namun ada jadwal kuliah yang membuat
bentrok. Posisi gege saat itu adalah tidak ada jadwal kuliah ke kampus, namun demi
kepentingan orang-orang disekitarnya gege memutuskan untuk pergi saja ke kampus
meski tidak ada jadwal kuliah untuk mewakili teman-temannya.
Tahap IV : Konsekuensi dan Ketertiban, pada tahap ini orang memahami bahwa
pedoman atau aturan dalam kelompok adalah hal penting demi menjaga kehidupan
berkelompok dan tetap harmonis. Maka dari itu penting bagi mereka mematuhi
aturanaturan masyarakat yang sudah ditetapkan. Jadi di tahap ini orientasinya bukan

4
lagi tentang kesepakatan pribadi, melainkan untuk kesepakatan dan kepentingan sosial
berkelompok. Dapat disimpulkan bahwa ciri utama tahap ini adalah tergantinya
kepatuhan terhadap orang lain, kelompok atau masyarakat dengan kepatuhan terhadap
hukum (menjaga ketertiban sosial)
Contohnya, ketika ujian sekolah sepakat bahwa mencontek adalah hal yang dilarang.
Maka dari itu, saat ada anak yang mencontek kemudian terlihat oleh pengawas maka
secara langsung pengawas memperingati anak tersebut demi kepentingan bersama dan
dan taat pada aturan yang sudah ditentukan.

3. Level 3 : Pasca-konvensional
Penilaian ini tidak bergantung pada otoritas kelompok atau individu yang
dikenalnya. Anak-anak juga tidak berusaha untuk mengidentifikasi kembali dengan
kelompok atau individu yang mereka kenal. Anak sendiri mulai membentuk apa yang
baik berdasarkan akal budinya sendiri. Sudah mengerti apa yang mereka lakukan dinilai
baik menurut diri mereka sendiri. Pada level ini sering terjadi dikalangan orang orang
dewasa (Santrock, 2019).
Tahap V : Moralitas Kontrak Sosisal dan Hak-hak Individu, pada tahap ini, anak anak
mulai menyadari relativitas nilai-nilai dan perbedaan pendapat pada setiap orang. Pada
tahap kelima ini, peraturan dapat diubah untuk kepentingan masyarakat. Individu
percaya bahwa harus ada fleksibilitas dalam keyakinan moral yang memungkinkan
modifikasi dan perubahan standar etika jika hal itu menguntungkan kelompok secara
keseluruhan. Pada tahap ini, individu menyadari bahwa hukum dan kewajiban harus
didasarkan pada perhitungan rasional atas manfaatnya secara keseluruhan. Melalui
tindakan, individu melakukan yang terbaik untuk mencapai hasil terbaik.
Contohnya, kesepakatan kelas adalah jika terlambat lebih dari 15 menit berdasarkan
waktu yang sudah tentu, maka konsekuensinya adalah tidak diperkenankan masuk
kelas. Tetapi Sebagian siswa berpendapat bahwa peraturan tersebut tidak adil jika
diberlakukan untuk semua alasan terlambat. Bisa saja terlambat diakibatkan oleh halhal
yang tidak diinginkan seperti tiba tiba diare.
Tahap VI : Orientasi Prinsip Etika Universal, Pada tahap keenam ini, kebenaran
didasarkan pada kesadaran diri sendiri, yang meliputi keutuhan, pemahaman rasional,
dan prinsip-prinsip universal seperti keadilan, persamaan hak asasi manusia, dan
penghormatan terhadap martabat manusia. Dengan mengikuti prinsip-prinsip moral
yang dipilih oleh individu, maka jika hukum melanggar prinsip-prinsip tersebut, maka
individu akan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut. Prinsip ini tentang
keadilan terhadap hak-hak manusia sebagai individu. Pada tahap ini, manusia mematuhi
norma-norma sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindari perasaan tidak
puas terhadap diri sendiri dan kritik sosial yang tidak dapat dihindari. Tahap ini
merupakan etika yang didasarkan pada rasa hormat terhadap orang lain daripada
keinginan pribadi.

5
C. Hubungan antara Penalaran Moral dan Perilaku Moral
Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg mengkaji hubungan antara penalaran
moral dan perilaku moral berdasarkan bagaimana individu mengembangkan moralitas
sepanjang hidupnya. Dalam teori ini, Kohlberg menekankan bahwa penalaran moral dan
perilaku moral berkaitan erat dan perkembangan penalaran moral seseorang mempengaruhi
perilaku moralnya. Berikut beberapa cara teori Kohlberg menjelaskan hubungan antara
penalaran moral dan perilaku moral:
1. Tahapan perkembangan moral:
Kohlberg mengidentifikasi enam tahap perkembangan moral, dari moralitas
primitif hingga pemahaman moralitas yang lebih kompleks. Individu mengalami
kemajuan melalui tahap-tahap ini seiring berjalannya waktu, dan penalaran moral
mereka menjadi lebih kompleks pada setiap tahap. Perilaku etis juga berkembang
seiring dengan meningkatnya penalaran moral. Pada setiap tahap, individu menghadapi
konflik moral yang memengaruhi cara mereka merespons situasi etika tertentu. Oleh
karena itu, perkembangan pemikiran moral sangat mempengaruhi perilaku moral.

1) Konsep etika universal:


Teori Kohlberg menekankan pentingnya konsep moral universal seperti
keadilan, hak asasi manusia, dan moralitas universal dalam penalaran moral
individu. Ketika individu mencapai tahap perkembangan moral yang lebih tinggi,
mereka cenderung mendasarkan penalaran moral mereka pada prinsip-prinsip
universal ini. Hal ini berdampak pada perilaku etis mereka karena mereka
cenderung bertindak berdasarkan prinsip-prinsip ini dalam situasi etis.
2) Konflik etis:
Dalam penelitian Kohlberg, ia sering menggunakan “cerita moral” atau dilema
moral untuk mengungkapkan konflik moral dengan lawan bicara. Respons individu
terhadap konflik etika ini mencerminkan alasan moral mereka, dan respons ini, pada
gilirannya, dapat memengaruhi perilaku etis mereka. Misalnya, individu yang
mencapai tahap perkembangan moral yang lebih tinggi cenderung membuat
keputusan moral yang lebih bijaksana dan etis.
3) Pengaruh pendidikan moral:
Kohlberg juga menekankan pentingnya pendidikan moral dalam mempengaruhi
perkembangan penalaran moral dan pada akhirnya perilaku moral individu. Dengan
memahami tahapan perkembangan moral individu, maka pendidik dapat merancang
program pendidikan moral yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hal ini
dapat membantu individu mengembangkan penalaran moral yang lebih kompleks
dan perilaku moral yang lebih berbudi luhur.
Pada hakikatnya, teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg menjelaskan bahwa
penalaran moral dan perilaku moral mempunyai keterkaitan yang erat. Penalaran moral
yang lebih canggih cenderung menghasilkan perilaku moral yang lebih bijaksana dan
berbudi luhur. Oleh karena itu, perkembangan pemikiran etis merupakan salah satu faktor

6
kunci yang mempengaruhi perilaku etis individu. Kohlberg berpendapat bahwa
pemahaman moral seseorang akan terus berkembang sepanjang hidupnya dan hal ini akan
tercermin dalam tindakannya.

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kohlberg menjelaskan bahwa penalaran moral, yang merupakan landasan perilaku etis,
memiliki enam tahap perkembangan yang dapat diidentifikasi. Ini menelusuri perkembangan
keputusan moral seiring bertambahnya usia, seperti yang awalnya diteliti oleh Piaget, yang
menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang dalam tahap-tahap konstruktif. Kohlberg
mengembangkan pandangan dasar ini, dengan menetapkan bahwa proses perkembangan moral
terutama berkaitan dengan keadilan dan bahwa perkembangannya berlanjut sepanjang hidup,
meskipun ada dialog yang mempertanyakan gagasan keadilan dan makna filosofis dalam
penelitiannya. Tentang tahapan perkembangan moral Kohlberg. Perkembangan moral terbagi
dalam enam tahap yang dikelompokkan menjadi tiga tingkatan: 1). Pra-konvensional 2).
Konvensional 3). Pasca Konvensional.

Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg merupakan teori yang menggambarkan


perkembangan moral individu sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Teori ini didasarkan
pada gagasan bahwa individu melalui serangkaian tahapan perkembangan moral yang lebih
tinggi seiring bertambahnya usia dan pengalaman. Kesimpulan utama dari teori perkembangan
moral Kohlberg adalah bahwa individu melewati tahapan perkembangan moral yang lebih
tinggi seiring bertambahnya usia dan pengalaman, yang berpuncak pada tahap moralitas pasca-
konvensional, yang menekankan pada penguatan prinsip-prinsip etika universal dan pemikiran
rasional dalam mengambil keputusan etis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ibda, F. (2023). PERKEMBANGAN MORAL DALAM PANDANGAN LAWRENCE

KOHLBERG. 12(1).

Nurhayati, S. R. (2006). TELAAH KRITIS TERHADAP TEORI PERKEMBANGAN MORAL

LAWRENCE KOHLBERG. 02.

Santrock, J. W. (2019). Life-span development (Seventeenth edition). McGraw-Hill Education.

Suparno, S. (2020). Konsep Penguatan Nilai Moral Anak Menurut Kohlberg. ZAHRA:

Research and Tought Elementary School of Islam Journal, 1(2), 58–67.

https://doi.org/10.37812/zahra.v1i2.124

Anda mungkin juga menyukai