Anda di halaman 1dari 8

2

PENDAHULUAN memakai sandal hal ini di karenakan

Suku kajang merupakan salah satu oleh sandal yang dibuat dari teknologi.

suku tradisional,yang terletak di Suku kajang adalah sebuah

kabupaten bulukumba Sulawesi komunitas adat di Sulawesi Selatan

selatan, tepatnya sekitar 200 km arah yang di kenal dengan pakaian hitam.

timur kota Makassar. Daerah kajang Komunitas adat ini bermukim di desa

terbagi dalam 8 desa, dan 6 dusun. Tana Towa, Kec. Kajang. Kabupaten

Namun perlu diketahui, kajang di bagi Bulukumba. Setiap hari mereka

dua secara geografis, yaitu kajang menggunakan sarung hitam (tope

dalam (suku kajang, mereka disebut leleng) yang mereka tenun sendiri

“tau kajang”) dan kajang luar (orang- dengan menggunakan pewarna

orang yang berdiam di sekitar suku alami.Tope le’leng atau sarung hitam

kajang yang relative modern, mereka adalah sarung khas kajang yang dibuat

di sebut tau lembang”). dengan proses alamiah dan ditenun dari

Daerah kajang luar adalah daerah tangan-tangan terampil perempuan

yang sudah biasa menerima peradaban kajang. Sarung ini adalah pakaian

teknologi seperti listrik, berbeda halnya masayarakat kajang yang digunakan

dengan kajang dalam yang tidak dapat sehari-hari. Sarung ini juga menjadi

menerima peradaban, itulah sebabnya syarat ketika ada upacara-upacara adat

di daerah kajang dalam tidak ada listrik di kajang. Masyarkat kajang

bukan hanya itu apabila kita ingin menggunakan pakaian yang serba

masuk ke daerah kawasan ammatoa berwarna hitam. Warna hitam untuk

(kajang dalam) kita tidak boleh pakaian baju dan sarungnya yaitu
3

wujud kesamaan dalam segala hal, asesoris dan rok yang berbentuk rok

termasuk kesamaan dalam duyung dengan tetap menggunakan

kesederhanaan. Warna hitam kain khas suku kajang (tope le’leng).

merupakan warna terbaik dari Dalam perubahan tersebut hal yang

kesekaian banyak warna. perlu diperhatikan adalah dengan tidak

Fakta yang ditemukan pada merubah sifat asli atau ciri khas dari

masyarakat suku kajang luar pada baju adat suku kajang.

penggunaan baju bodo atau baju adat Berdasarkan latar belakang yang

suku kajang masih relative sederhana, telah di kemukakan,peneliti bermaksud

Hanya menggunakan kain hitam polos melakukan penelitian dengan judul

tanpa ada hiasan yang di gunakan atau “Modifikasi Baju Bodo Suku Kajang

melekat bada baju tersebut. Agar baju Dari Kain Organza Dengan Tope

adat suku kajang tetap terjaga dan tidak Le’leng”.

tergerus oleh zaman yang semakin PEMBAHASAN

modern dibutuhkan suatu perubahan Baju bodo adalah pakaian adat suku

dalam pembuatan baju adat suku bugis-makassar yang diperkirakan

kajang sehingga memiliki nilai jual sebagai salah satu busana tertua di

yang bisa bersaing dengan baju modern dunia.perkiraan itu didukung oleh

lainnya. Baju bodo suku kajang yang sejarah kain muslin yang menjadi

berbentuk segi empat polos akan di bahan dasar baju bodo. Warna dan Arti

modifikasi menjadi baju bodo bersiluet Menurut adat Bugis, setiap warna Waju

H menggunakan kain organza dengan Tokko yang dipakai oleh perempuan

penambahan garnitur , brokat , dan Bugis menunjukkan usia ataupun


4

martabat pemakainya. Anak dibawah bawahan Lipa’ Sa’be (sarung sutera)

10 tahun memakai Waju Tokko yang yang bermotif kotak- kotak cerah.Lipa’

disebut Waju Pella-Pella (kupu-kupu), Sa’be dipakai seperti memakai sarung

berwarna kuning gading (maridi) yang kadang diperkuat dengan tali atau

sebagai pengambaran terhadap dunia ikat pinggang agar tidak melorot. Pada

anak kecil yang penuh keriangan. bagian pinggang, Baju Bodo/Waju

Warna ini adalah analogi agar sang Tokko dibiarkan menjuntai menutupi

anak cepat matang dalam menghadapi ujung sarung bagian atas. Si pemakai

tantangan hidup. Umur 10-14 tahun biasanya memegang salah satu ujung

memakai Waju Tokko berwarna jingga baju bodo lalu disampirkan di lengan.

atau merah muda. Warna merah muda Sebagai aksesoris, ditambahkan kalung,

dalam bahasa Bugis disebut Bakko, gelang panjang, anting, dan bando atau

adalah representasi dari kata Bakkaa, tusuk konde di kepala.Ada pula yang

yang berarti setengah matang. Umur menambahkan bunga sebagai penghias

14-17 tahun, masih memakai Waju di rambut. Selain untuk acara adat

Tokko berwarna jingga atau merah seperti upacara pernikahan, Baju

muda, tapi dibuat berlapis/ bersusun Bodo/Waju Tokko saat ini juga dipakai

dua, hal ini dikarenakan sang gadis untuk menyambut tamu agung dan

sudah mulai tumbuh payudaranya. acara lainnya seperti menari.

Cara memakai Baju Bodo/Waju METODE PENELITIAN

Tokko sangat mudah, layaknya seperti Jenis penelitian ini termasuk

memakai t-shirt. Baju Bodo/Waju penelitian rekayasa yaitu metode

Tokko dikenakan dengan menggunakan yang lebih menekankan pada aspek


5

pengukuran secara obyektif terhadap Modifikasi baju bodo suku

apa yang akan diteliti yang di kajang dari kain organza dengan tope

dalamnya berisi tentang perencanaan le’leng mempunyai dua bagian yaitu

bahan dan alat. Desain pada bagian atas atau blus yang berbentuk

rancangan dalam penelitian ini siluet H dan bagian bawah yaitu rok

adalah busana modifikasi baju bodo dengan menggunakan warna hitam

suku kajang dari kain organza sebagai symbol masyarakat suku

dengan tope le’leng. Sumber ide kajang dengan menggunakan kain

pada rancangan ini diambil dari suatu organza, model baju yang telah di

busana adat baju bodo suku kajang. modifikasi berbentuk persegi empat

Teknik pengumpulan dataFocus degan leher v dengan tambahan

Group Discussion(FGD) , Observasi brokat, payet bambu, payet butir-

, Dokumentasi. Analisis data butir, dan payet piringan, lengan

dilakukan untuk memberikan bermanset dengan tambahan brokat

penjelasan tentang data hasil jadi dan payet, pada bagian depan yang

busana modifikasi busana baju bodo berbentuk kembang, Untuk bagian

suku kajang dari kain organza belakang diberi tempelan brokat

dengan tope le’leng. yang telah di beri payet bambu. Pada

bagian bawah rok yang


PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
menggunakan kain khas suku kajang
1. Desain modifikasi baju
yaitu tope le’leng yang berbentuk rok
bodo suku kajang dari kain organza
sarung dengan tambahan draperi
dengan tope le’leng.
6

dengan hiasan payet bambu pada desain dapat dibuat sederhana atau

motif rok. rumit sesuai dengan tema dan

Peranan desain dalam segala karakteristik desain. Dalam

bidang sangat dibutuhkan. Karena mendesain busana, seseorang dapat

desain adalah proses awal atau terinspirasi dari berbagai macam ide,

rancangan yang menjadi dasar ide yang berasal dari flora dan fauna

pembuatan suatu benda. Desain maupun benda mati, salah satu

harus memiliki unsur kreatifitas agar contohnya adalah kain tradisional.

lebih menarik. Hal ini sejalan dengan Pemelihan kain daerah di pilih

yang dikemukakan oleh Suraidah sebagai bahan utama di karenakan

Hading dan Hamidah Suryani (2008) kain daerah memiliki ciri khas atau

bahwa untuk menghasilkan desain daya tarik tersendiri selain itu

yang baik harus dilandasi susunan pemilihan bahan daerah untuk

unsur-unsur seperti garis, bentuk, memperkenalkan masyarakat luas

warna dan tekstur serta tentang adanya kain tradisional suku

memperhatikan susunan yang teratur kajang.

dari bahan-bahan yang digunakan 2. Proses pembuatan modifikasi

sehingga menghasilkan suatu benda baju bodo suku kajang dari kain

yang indah. organza dengan tope le’leng

Desain merupakan langkah awal Proses pembuatan modifikasi

dari proses pembuatan suatu produk baju bodo yaitu terlebih dahulu

dan menjadi pedoman dalam mendesain sengambil ukuran

mewujudkan suatu karya. Proses kemudian membuat pola dasar lalu


7

merubah pola setelah itu mengguting bagian bawah rok di klim lalu motif

pola kemudian meletakkan pola di kain di beri hiasan payet bambu.

atas kain organza dengan tope 3. Menurut penilaian panelis

le’leng lalu mengunting bahan yang terhadap hasil jadi modifikasi

telah di letakkan pola diatasnya baju bodo suku kajang dari kain

setelah proses menggunting selesai, organza dengan tope le’leng.

kemudian menjahit sisi baju lalu Menurut panelis jika dilihat dari

menyambung lengan dengan manset lembar kuesioner dengan jumlah 20

baju setelah itu dibagian leher di orang, modifikasi baju bodo suku

klim setelah semua terjahit pada kajang dari kain organza dengan tope

bagian leher diberikan lekapan dan le’leng secara umum mengatakan

garniture payet piringan dan payet baik dengan presentasi keseluruhan

bambu begitupun dengan hiasan yaitu 87,2%. Modifikasi atau

lengan manset yang di beri payet perubahan yang dilakukan pada

bambu dengan peletakkan garis busana kajang yangawalnya sangat

secara vertikal. Kemudian pada biasa tanpa adanya aksesoris yang

bagian rok di pasangkan res pada melekat di modifikasi semenarik

bagian belakang kemudian dijahit mungkin dengan penambahan

masing-masing sisi, setelah semua aksesoris atau garniture pada busana

sisi dan res selesai kemudian namun tidak merubah ciri khas dari

pemasangan ban pinggang lalu di busana itu sendiri.

beri kancing kait rok, dan pada


8

KESIMPULAN payet, pada bagian depan yang

Berdasarkan hasil penelitian uji berbentuk kembang, Untuk

panelis dengan teknik pengumpulan bagian belakang diberi tempelan

data berupa instrument dan brokat. Pada bagian bawah rok

dokumentasi yang telah di uraikan yang berbentuk rok sarung

pada bab IV maka dapat ditarik dengan tambahan draperi dengan

kesimpulan sebagai berikut : hiasan payet bambu pada motif

1. modifikasi baju bodo suku rok.

kajang dari kain organza dengan 2. Proses pembuatan modifikasi

tope le’leng yang juga baju bodo yaitu terlebih dahulu

mempunyai dua bagian yaitu mendesain kemudian membuat

bagian atas dan bagian bawah. pola dasar lalu merubah pola

Dan tetap menggunakan warna setelah itu mengguting pola

hitam sebagi symbol masyarakat kemudian meletakkan pola di

kajang dengan menggunakan atas kain organza dengan tope

kain organza pada bagian atas, le’leng lalu mengunting bahan

model baju yang telah di yang telah di letakkan pola

modifikasi berbentuk persegi diatasnya setelah proses

empat degan leher v dengan menggunting selesai, kemudian

tambahan brokat, payet bambu, menjahit sisi baju lalu

payet butir-butir , dan payet menyambung lengan dengan

piringan, lengan bermanset manset baju setelah itu dibagian

dengan tambahan brokat dan leher di klim setelah semua


9

terjahit pada bagian leher umum. Dimana hasil uji panelis

diberikan lekapan dan garniture dihitung dengan rumus

payet piringan dan payet bambu presentase yakni 87,2%, dengan

begitupun dengan hiasan lengan nilai presentase tertinggi 96%

manset yang di beri payet bambu pada total look dan nilai terendah

dengan peletakkan garis secara pada keserasian garniture yaitu

vertikal. Kemudian pada bagian 87%.

rok di pasangkan res pada bagian

belakang kemudian dijahit

masing-masing sisi, setelah

semua sisi dan res selesai

kemudian pemasangan ban

pinggang lalu di beri kancing kait

rok, dan pada bagian bawah rok

di klim lalu motif kain di beri

hiasan payet bambu.

3. Berdasarkan hasil uji panelis

dapat disimpulkan bahwa hasil

dari modifikasi baju bodo suku

kajang dari kain organza dengan

tope le’leng sangan baik dan

dapat di terima dikalangan dosen,

mahasiswa, dan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai