No. 9/MLK/DBP-SMJ/VIII/2022
TENTANG:
UNTUK PEKERJAAN GALIAN OVER BURDEN (OB),
DILOKASI IUP MILIK PT. DBP – KUTAI BARAT – KALTIM
Pada hari ini : Selasa, tanggal : 24, bulan :mei, tahun : Dua ribu Dua puluh dua
(24-05-2022), para pihak yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jabatan : Direktur Utama PT.
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT.xxxx, selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA.
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KESATU memberikan pekerjaan kepada PIHAK KEDUA, dan
PIHAK KEDUA menerima, menyetujui serta sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan berupa : GALIAN OVER BURDEN (OB) di lokasi tambang milik
PT. David Bumi Perkasa – Kampung Muara Batuk – Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Pasal 3
CARA PEMBAYARAN
Pembayaran dilaksanakan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA mengacu /
mengikuti Progress Payment Procedure (terlampir) PT. David Bumi Perkasa
sebagai berikut :
1. Sesuai Progress Payment Procedure, pekerjaan akan dihitung / di
Opname setiap bulan pada minggu awal. Dari Opname tersebut keluar
yang dinamakan Evaluation Progres, yang dikeluarkan oleh PIHAK
PERTAMA.
2. Apabila PIHAK KEDUA telah setuju dengan hasil hitungan dari Evaluation
Progres yang dikeluarkan oleh PIHAK PERTAMA. Maka PIHAK KEDUA
wajib mengeluarkan Invoice. Dan pembayaran akan dilakukan melalui
transfer ke rekening :
Bank ____________________
Cabang _______________________
No. Acc _____________________
A/N. ______________________
Pasal 4
JANGKA WAKTU
1. PIHAK KEDUA menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan
pekerjaan seperti tercantum dalam pasal 1 surat perjanjian ini, bila mana
PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya
(sesuai dengan yang telah disepakati) melampaui 10% dari rencana. Maka
PIHAK KEDUA akan dihentikan secara sepihak oleh PIHAK KESATU dan
PIHAK KESATU akan menggantikan dengan kontraktor lain.
2. Jangka waktu kontrak kerja adalah selama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang bila ada kesepakatan oleh KEDUA BELAH PIHAK.
Pasal 5
PELAKSANAAN DAN MUTU PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti :
1. Design yang diberikan oleh PIHAK KESATU dan petunjuk langsung
dilapangan oleh Direksi Lapangan / KTT yang di tunjuk oleh PIHAK
KESATU, pelaksanaan pekerjaan yang keluar dari design dan tidak ada
instruksi dari Direksi Lapangan / KTT yang ditunjuk oleh PIHAK
KESATU, maka PIHAK KESATU tidak bertanggung jawab atas biaya-
biaya yang terjadi atas hasil pekerjaan tersebut. Dilokasi pekerjaan
harus selalu ada wakil PIHAK KEDUA yang ditunjuk sebagai tenaga
ahli yang mempunyai wewenang / kuasa untuk mewakili PIHAK KEDUA
dan dapat menerima, memberikan dan memutuskan segala petunjuk-
petunjuk Direksi Lapangan yang ditempatkan oleh PIHAK KESATU.
2. Metode kerja harus diajukan dan disetujui oleh Direksi Lapangan / KTT
yang ditunjuk oleh PIHAK KESATU, sebelum mengajukan Metode Kerja
tidak diperkenankan memulai pekerjaan. Jika dalam pelaksanaan
pekerjaan tidak sesuai atau menyimpang dari Metode Kerja yang diajukan
dan telah disetujui oleh Direksi Lapangan / KTT yang ditunjuk PIHAK
KESATU, yang menyebabkan mutu pekerjaan menjadi jelek / buruk, maka
PIHAK KESATU secara sepihak akan menghentikan pekerjaan, dan akan
memberi ijin melaksanakan pekerjaan kembali setelah PIHAK KEDUA
memperbaiki kembali Metode Kerjanya sesuai yang telah disetujui PIHAK
KESATU.
3. Seluruh rangkaian pekerjaan yang akan dilaksanakan PIHAK KEDUA harus
mengikuti dan mematuhi Standar Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan PIHAK
KESATU, jika dalam melaksanakan pekerjaan tidak mengikuti dan mematuhi
Standar Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan, PIHAK KESATU akan
menghentikan kegiatan pelaksanaan pekerjaan secara sepihak. Dan akan
memberi ijin melaksanakan pekerjaan kembali setalah PIHAK KEDUA
memperbaiki kembali kerjanya sesuai dengan Standar Prosedur Pelaksanaan
Pekerjaan dan telah mendapat ijin PIHAK KESATU.
Pasal 6
PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG
Penyimpangan - penyimpangan dan perubahan - perubahan yang terjadi
merupakan penambahan / pengurangan pekerjaan hanya disahkan apabila sudah
mendapat perintah tertulis dari PIHAK KESATU dan persetujuan dari KEDUA
BELAH PIHAK.
Pasal 7
LAPORAN
PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala setiap minggu, kondisi Unit Alat
Berat dan Dump Truck juga peralatan penunjang lainnya (Pompa Air, Tower Lamp,
Truck Penyiraman, Truck Solar, Mobil Service dll), jumlah tenaga kerja dan
keseluruhan kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan PIHAK KEDUA harus membuat
catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan kepada
PIHAK KESATU.
Pasal 8
KETENAGA KERJAAN
Dalam pelaksanaan penerimaan tenaga kerja / karyawan PIHAK KEDUA harus
mengikuti dan mematuhi peraturan perundang undangan ketenaga kerjaan, dan selalu
berkoordinasi dengan PIHAK KESATU agar dapat difasilitasi untuk berkoordinasi
dengan Lembaga Desa, Departemen Tenaga Kerja.
Pasal 9
K3 DAN LINGKUNGAN HIDUP
Dalam melaksanakan rangkaian pelaksanaan kerja PIHAK KEDUA berkomitmen dan
setuju untuk melaksanakan KESEHATAN KESELAMATAN KERJA bagi seluruh tenaga
kerja yang berada dalam jaringan kerja PIHAK KEDUA, juga pemantauan dan
pengendalian DAMPAK LINGKUNGAN diseluruh area kerjanya, mematuhi
perundangan undangan tentang K3 dan Lingkungan Hidup, dalam pelaksanaannya
PIHAK KEDUA harus selalu berkoordinasi dengan PIHAK KESATU.
Pasal 10
LEGALITAS
Sebagai kontraktor (PIHAK KEDUA) dilingkungan Pertambangan sesuai peraturan dari
Kementrian Pertambangan Mineral dan Batubara harus memiliki perijinan yang harus
dipenuhi oleh PIHAK KEDUA, untuk itu PIHAK KEDUA harus memenuhinya.
Pasal 11
FORCE MAJURE
Yang dimaksud dengan Force Majure adalah : suatu keadaan diluar kekuasaan
maupun kemampuan para PIHAK. Antara lain bencana alam, perang,
perubahan peraturan perundangundangan yang berlaku dan bila Force Majure
terjadi maka PIHAK KEDUA wajib memberikan laporan tertulis berikut bukti -
bukti pendukung, dalam waktu selambat - lambatnya 3 x 24 jam semenjak
peristiwa tersebut terjadi kepada PIHAK KESATU.
Pasal 12
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Perjanjian ini dibuat dengan penuh kepercayaan dan itikat baik oleh
KEDUA BELAH PIHAK, apabila terjadi perselisihan antara KEDUA BELAH
PIHAK maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah
didalam menyelesaikan perselisihan tersebut guna untuk menjalin kerja
sama yang baik dikemudian hari.
2. Jika terjadi perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan
maka KEDUA BELAH PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya di
Pengadilan Negeri di Samarinda.