Anda di halaman 1dari 14

Kerangka Kerja Konseptual dan

Profesional Skeptisisme
Riezka Bening
(126222105)
Amelia Tri Khairina
(126222108)

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN


Etika Profesi
Topik Pembahasan

Kerangka Pihak Ketiga yang Skeptisisme


Rasional dan Memiliki
Konseptual Informasi Memadai Profesional

Standar
Bias Budaya Organisasi
Independensi

Periode Independen
dalam Audit
Kerangka Konseptual
● Keadaan yang dihadapi oleh akuntan/auditor dalam melaksanakan perannya mungkin dapat
memunculkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika.
● Kerangka konseptual dapat membantu akuntan/auditor dalam mematuhi prinsip dasar etika dan
memenuhi tanggung jawabnya untuk bertindak dalam kepentingan publik.
● Kerangka kerja konseptual menetapkan suatu pendekatan bagi akuntan/auditor untuk:
a. Mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika;
b. Mengevaluasi ancaman yang teridentifikasi; dan
c. Mengatasi ancaman dengan menghilangkan atau menurunkannya sampai pada level yang
dapat diterima.
● Ketika menerapkan kerangka kerja konseptual, akuntan/auditor harus:
a. Memiliki pemikiran yang selalu mempertanyakan;
b. Menerapkan pertimbangan profesional; dan
c. Menggunakan pengujian pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang memadai
Pihak Ketiga yang Rasional dan
Memiliki informasi yang Memadai
● Pengujian pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang memadai merupakan suatu
pertimbangan oleh akuntan/auditor apakah kesimpulan yang sama mungkin akan dibuat oleh
pihak lain.
● Pertimbangan tersebut dibuat dari perspektif pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi
yang memadai, yang mempertimbangkan semua fakta dan keadaan yang relevan yang
diketahui oleh akuntan/auditor, atau secara rasional diekspektasikan untuk diketahui oleh
akuntan/auditor, pada saat membuat kesimpulan.
● Pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang memadai tersebut tidak perlu
merupakan seorang akuntan/auditor, namun memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
relevan untuk memahami dan mengevaluasi ketepatan atas kesimpulan akuntan/auditor yang
tidak memihak.
Skeptisisme Profesional
Pemikiran yang selalu mempertanyakan merupakan prasyarat
untuk memperoleh pemahaman tentang fakta dan keadaan
yang diperlukan dalam penerapan yang tepat atas kerangka
kerja konseptual. Memiliki pemikiran yang selalu
mempertanyakan, dapat dilakukan dengan cara:
● Mempertimbangkan sumber, relevansi dan kecukupan
informasi yang diperoleh, dengan mempertimbangkan
sifat, ruang lingkup, dan keluaran dari aktivitas
profesional yang dilakukan; dan
● Bersikap terbuka dan waspada terhadap kebutuhan
investigasi lebih lanjut atau tindakan lain.
Skeptisisme Profesional
Ketika mempertimbangkan sumber, relevansi dan kecukupan informasi yang
diperoleh, akuntan/auditor dapat mempertimbangkan, antara lain, apakah:
● Informasi baru telah muncul atau telah terjadi perubahan fakta dan
keadaan.
● Informasi atau sumbernya mungkin dipengaruhi oleh bias atas
kepentingan pribadi.
● Terdapat alasan untuk memberi perhatian bahwa informasi relevan
yang berpotensi hilang dari fakta dan keadaan yang diketahui
akuntan/auditor.
● Terdapat ketidakkonsistenan antara fakta dan keadaan yang diketahui
dan ekspektasi akuntan/auditor.
● Informasi tersebut memberikan basis yang memadai untuk mencapai
suatu kesimpulan.
● Mungkin terdapat kesimpulan yang memadai lainnya yang dapat
dibuat berdasarkan informasi yang tersedia.
Skeptisisme Profesional
Berdasarkan standar audit, standar perikatan reviu, dan standar perikatan asurans lainnya yang ditetapkan oleh
asosiasi profesi akuntan publik, anggota yang berpraktik melayani publik disyaratkan untuk menerapkan skeptisisme
profesional ketika merencanakan dan melakukan perikatan audit, perikatan reviu, dan perikatan asurans lainnya.

Dalam audit atas laporan keuangan, kepatuhan terhadap prinsip dasar etika, baik secara individual maupun kolektif,
mendukung penerapan skeptisisme profesional harus dilakukan, seperti yang ditunjukkan dalam contoh berikut:
● Integritas mensyaratkan anggota bersikap lugas dan jujur.
● Objektivitas mensyaratkan anggota untuk menerapkan pertimbangan profesional atau bisnis tanpa kompromi
(tidak bias, tanpa benturan kepentingan, tidak terpengaruh atau ketergantungan yang tidak semestinya terhadap
individu, organisasi, teknologi, atau faktor lain).
● Kompetensi dan kehati-hatian profesional mensyaratkan Anggota memiliki pengetahuan dan keahlian profesional
pada level yang disyaratkan untuk memastikan penyediaan jasa profesional yang kompeten, dan bertindak
dengan sikap kehati-hatian sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Bias
Kecenderungan untuk menggunakan bagian informasi

01 Anchoring bias
awal sebagai patokan (anchor dibandingkan dengan
informasi selanjutnya yang tidak dinilai secara
memadai.

Kecenderungan untuk memilih keluaran yang


dihasilkan dari sistem yang terotomatisasi, bahkan

02 Automation bias
ketika penalaran manusia atau informasi yang
kontradiktif menimbulkan pertanyaan apakah
keluaran tersebut dapat diandalkan atau sesuai untuk
tujuannya.

Kecenderungan 1 untuk lebih menitikberatkan pada

03 Availability bias
peristiwa atau pengalaman yang langsung terlintas
dalam pikiran atau yang telah tersedia daripada
peristiwa atau pengalaman yang belum tersedia.

Kecenderungan untuk lebih menitikberatkan pada

04 Confirmation bias
informasi yang menguatkan keyakinan yang telah ada
daripada informasi yang bertentangan
menimbulkan keraguan atas keyakinan tersebut.
atau
Bias
Kecenderungan sekelompok individu untuk

05 Group think
menghambat kreativitas dan tanggung jawab
individual sehingga keputusan yang diperoleh tanpa
disertai alasan kritis atau pertimbangan alternatif.

Overconfidence Kecenderungan untuk menilai berlebihan kemampuan

06 bias
diri dalam membuat penilaian risiko, pertimbangan
atau keputusan lain yang akurat.

Representation Kecenderungan untuk mendasarkan pemahaman pada

07 bias
pola pengalaman, peristiwa, atau keyakinan yang
dianggap representatif.

Selective Kecenderungan bahwa ekspektasi seseorang dapat

08 perception
mempengaruhi cara pandang terhadap suatu hal atau
pribadi seseorang.
Budaya Organisasi
Penerapan budaya etis dalam organisasi dapat berjalan efektif, jika:
• Para pemimpin dan pihak yang memegang peran manajerial mendukung pentingnya nilai-nilai etis
organisasi serta memastikan diri mereka dan orang lain bertanggungjawab untuk
mendemonstrasikannya;
• Terdapat program pendidikan dan pelatihan, proses manajemen, dan evaluasi kinerja serta kriteria
penghargaan secara tepat yang mendukung budaya etis;
• Tersedianya kebijakan dan prosedur yang efektif untuk
mendorong dan melindungi pihak yang melaporkan dugaan
tindakan illegal atau yang sudah terjadi, atau perilaku tidak etis,
termasuk whistle-blower; dan
• Organisasi berpegang pada nilai-nilai etis ketika berhubungan
dengan pihak ketiga.
Standar Independensi
Anggota yang berpraktik melayani publik disyaratkan oleh Standar Independensi harus independen ketika melakukan
perikatan audit, perikatan reviu, atau perikatan asurans lainnya. Independensi berkaitan dengan prinsip dasar
objektivitas dan integritas. Hal ini terdiri atas:
• Independensi dalam pemikiran – sikap mental pemikiran yang memungkinkan untuk menyatakan suatu
kesimpulan dengan tidak terpengaruh oleh tekanan yang dapat mengkompromikan pertimbangan profesional,
sehingga memungkinkan individu bertindak secara berintegritas serta menerapkan objektivitas dan skeptisisme
profesional.
• Independensi dalam penampilan – penghindaran fakta dan keadaan yang sangat signifikan sehingga pihak
ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang memadai, besar kemungkinan akan menyimpulkan bahwa
integritas, objektivitas, atau skeptisisme profesional dari Kantor, atau anggota tim audit atau tim asurans, telah
dikompromikan.
Standar Independensi menetapkan persyaratan dan materi aplikasi tentang cara menerapkan kerangka kerja
konseptual untuk mempertahankan independensi pada saat melakukan perikatan audit, perikatan reviu, atau
perikatan asurans lainnya. Anggota yang berpraktik melayani publik dan Kantor disyaratkan untuk mematuhi standar
tersebut agar independen Ketika melakukan perikatan tersebut. Kerangka kerja konseptual untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika diterapkan dengan cara yang
sama untuk mematuhi persyaratan independensi.
Periode independensi dalam audit laporan
keuangan

Periode Audit adalah periode yang mencakup periode laporan keuangan yang menjadi
objek audit, reviu atau asurans lainnya.

Periode Penugasan Profesional adalah periode penugasan untuk melakukan pekerjaan


asurans termasuk menyiapkan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan, yang dimulai sejak
pekerjaan lapangan atau penandatanganan penugasan, mana yang lebih dahulu, dan
berakhir pada saat tanggal laporan Akuntan Publik atau pemberitahuan tertulis oleh
Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik atau klien kepada Otoritas Jasa Keuangan
bahwa penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu.
Periode independensi dalam audit laporan
keuangan
Thank you
Any question?

Anda mungkin juga menyukai