Anda di halaman 1dari 19

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

PENGEMBANGAN DESA KORPORASI TERNAK


ASPEK PRODUKSI TERNAK
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Manajemen pemeliharaan pada sebagian besar usaha peternakan


rakyat sering kali menjadi salah satu aspek yang terabaikan termasuk
dalam system pembibitan dan manajemen perkawinan. Perlu adanya peran
stackeholder terkait dalam hal manajemen peternakan untuk
meningkatkan efektivitas dari hasil peternakan. Dengan demikian,
peningkatan jumlah produksi dan populasi ternak terutama sapi harus
tetap ditingkatkan untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan yang
berasal dari ternak sapi.

Upaya peningkatan populasi sapi dapat dilakukan dengan berbagai


cara diantaranya adalah meningkatkan mutu genetik dan efisiensi
reproduksi yakni dengan program Inseminasi Buatan (IB). Program IB
merupakan salah satu teknologi reproduksi yang mampu dan telah
berhasil meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak, sehingga dalam
waktu pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam
jumlah yang besar dengan memanfaatkan pejantan unggul sebanyak-
banyaknya.

I.2 Maksud dan Tujuan


Petunjuk Teknis operasional ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan Program dan Kegiatan Pengembangan Desa Korporasi Ternak
khususnya dalam hal manajemen Pakan, Bibit dan Budidaya Ternak, dengan
tujuan :

1. Pemeliharaan ternak secara efisien;

2. Meningkatkan populasi sesuai target kegiatan;


3. Manajemen Risiko

I.3 Sasaran
Sasaran pengguna Petunjuk Teknis Operasional ini adalah Penanggung jawab
kegiatan PDKT, Dinas Daerah Kabupaten/Kota dan kelompok Penerima Manfaat dari
Program dan Pengembangan Desa Korporasi Ternak serta stake holder terkait lainnya.
BAB II

KOMODITAS TERNAK

A. Sapi
Sapi merupakan komoditas subsektor peternakan yang sangat
potensial. Hal ini dapat dilihat dari tingginya permintaan daging sapi setiap
tahunnya, apalagi ketika menjelang perayaan hari-hari besar umat beragama.
Sejauh ini Indonesia belum mampu memenuhi semua kebutuhan daging sapi
tersebut, akibatnyapemerintah harus mengimpor pasokan daging sapi dari luar
negeri. Upaya untuk memenuhi kebutuhan akan daging sapi memerlukan
pengembangan yang efektif dan dukungan dari semua stakeholder baik itu dari
pemerintah, masyarakat (khususnya yang bergerak dibidang budidaya dan
pemeliharaan sapi potong) serta para pengusaha yang memiliki basis industri
yang besar.

Pola pemeliharaan sapi sejauh ini masih bersifat tradisional dan


belum dilakukan secara profesional. Kondisi seperti ini dipengaruhi oleh
keadaan sosial ekonomi para peternak yang sebagian besar merupakan
kalangan ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pola pemeliharaan ternak dan kebanyakan peternak
hanya memberikan pakan hijauan yang dimilikinya sehingga ternak tersebut
tidak dapat mencapai tingkat produksi sesuai dengan kapasitas genetiknya,
selain itu peternak juga belum mengerti tentang pentingnya peran nutrisi
pakan dalam menunjang produktivitas ternak. Pertumbuhan dan
perkembangan suatu ternak sangat tergantung pada faktor internal yang
meliputi genetik dan faktor eksternal yang mencakup pakan dan lingkungan
pemeliharaan.

Pengembangan desa korporasi ternak berpotensi meningkatkan


populasi ternak sapi. Pemeliharaan dapat diarahkan menuju ke pemeliharaan
intensif dengan sistem pemeliharaan dan penjualan secara kelembagaan
korporasi.

B. Kambing
Kambing merupakan salah satu komoditas peternakan dengan angka
populasi yang cukup tinggi sehingga dikenal secara luas oleh masyarakat di
Indonesia. Peningkatan produktivitas ternak kambing di Indonesia belum
memperlihatkan hasil yang optimal. Sementara itu, Pengelolaan kambing
dalam usaha tani sebagian besar masih dilakukan secara sambilan dengan
tujuan beternak sebagai tabungan, dengan demikian secara finansial
komoditas ini memiliki peran yang penting dalam perekonomian rumah tangga
petani.

Ditinjau dari aspek pengembangan ternak, ternak kambing sangat potensial


bila diusahakan secara komersial, hal ini disebabkan ternak kambing memiliki
beberapa kelebihan dan potensi ekonomi, antara lain cepat mencapai dewasa
kelamin, pemeliharaan relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas,
investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan, sehingga perputaran
usaha cast flow lebih cepat.
BAB III
ASPEK PRODUKSI TERNAK

A. PERBIBITAN
Satu paket program Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT) terdiri 2
kelompok ternak dengan lokasi yang berdekatan. Pada tahap awal komoditas yang
akan dikembangkan adalah ternak sapi dan kambing, terdiri dari :
 Sapi sebanyak 100 ekor dengan komposisi 60 ekor sapi jantan sebagai indukan
dan 40 ekor sapi betina sebagai bakalan
 Kambing sebanyak 100 ekor dengan dengan komposisi 20 ekor sapi jantan dan
80 ekor sapi betina.
1. Seleksi Bibit Ternak
Secara umum, kondisi ternak harus memenuhi kreteria :
- Secara fisik sehat dan bebas cacat.
- Memiliki organ reproduksi secara fisik baik.
- Memiliki testis normal dan simetris.
- Kulit tidak banyak goresan atau cap bakar dengan toleransi, satu
cap/goresan berdiameter 10 - 15 cm.
- Bertanduk, tanduk berkembang sesuai dengan usia dan tidak patah
atau bekas patah.
- Kaki Normal simetris.
- Surat keterangan kesehatan hewan dari instansi yang berwenang di
daerah asal sumber ternak (SKKH).
Seleksi bibit ternak dilakukan dengan penilaian (judging) sesuai dengan
standar SNI, yaitu
1.1. Sapi
1.1.1. Sapi Jantan untuk bakalan
 Jenis : sapi bali dan atau persilangan
 BCS : minimal 2/berat badan ± 200 kg
 Tinggi Pundak : 112 cm
 Umur : Poel 3 pasang / 3 tahun
1.1.2. Sapi Betina sebagai Indukan
 Jenis : Sapi Bali
 Tinggi Pundak : 100 cm
 BCS : minimal 2,5
 Umur : Maksimal Poel 2 pasang / 18 - 24
bulan
1.2. Kambing
1.1.1. Kambing Jantan untuk bakalan sebanyak 20 ekor:
 Jenis : Jawarandu / beligon dan atau persilangan
 Umur : Maksimal Poel 3 pasang
 Tinggi Pundah : 70 cm
 Warna : bulu putih, hitam, coklat / kombinasinya.
 Profil muka : cembung/datar serta memiliki telinga
kecil cenderung melebar
1.1.2. Kambing Betina untuk pengembangan sebanyak 80 ekor:
 Jenis : Jawarandu / beligon dan atau
persilangan
 Umur : Maksimal Poel 2 pasang
 Tinggi Pundak : 65 cm
 Warna bulu : putih, hitam, coklat atau
kombinasinya
 Bentuk Kepala : kecil dan profil muka cembung/datar
serta memiliki telinga kecil cenderung melebar

2. Pencatatan (Recording) dan Penandaan


Untuk mengembangkan usaha peternakan di lokasi PDKT diperlukan
manajemen pemeliharaan yang baik salah satunya dengan melakukan
recording atau pencatatan ternak.
Pencatatan meliputi :
 identifikasi,
 pencatatan silsilah,
 pencatatan produksi dan reproduksi,
 pencatatan manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak.
Penandaan pada ternak sebagai kartu identitas ternak yang bertujuan
untuk mengelola populasi ternak beserta sebarannya apabila
dilalulintaskan.
Adapun ternak yang dilakukan penandaan adalah ternak sapi yang telah
divaksinasi.
B. BUDIDAYA DAN PENGGEMUKAN
1. SISTEM DAN MANAJEMEN PERKAWINAN
Agar peningkatan populasi dapat terwujud, Penerima Manfaat harus
mengawinkan Sapi Betina tersebut melalui IB atau kawin alam dan
diutamakan dengan menggunakan pejantan atau semen beku unggul.
Upaya lain dalam peningkatan populasi adalah melakukan Sinkronisasi
birahi yang bertujuan untuk penyeragaman kebuntingan pada ternak.
a) Inseminasi Buatan (IB) dilakukan oleh petugas setelah mendapatkan
laporan dari peternak yang ternaknya telah menunjukkan gejala
birahi. Pengamatan birahi ternak, dan ketepatan deteksi birahi
sangat mempengaruhi keberhasilan IB/Perkawinan.
 Pada ternak sapi waktu yaang dianggap optimal adalah 12 –
18 jam setelah muncul tanda birahi dengan memperhatikan
tanda-tanda birahi (3A-2B-1C). Pelayanan IB dilakukan
pengulangan maksimal 3 kali, apabila belum terjadi
kebuntingan maka dilakukan pemeriksaan oleh petugas
Asisten Teknis Reproduksi (ATR)
 Pada ternak kambing yang sedang mengalami birahi akan
menampakkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan dan minum
menurun, sering mengibaskan ekor, sering kencing, kemaluan
bengkak, dan diam saat dinaiki pejantan. Siklus birahi
kambing biasanya berselang 17-21 hari, dengan lama birahi
24-45 jam.
Masa kehamilan kambing sekitar 144-156 hari. Masa
melahirkan penyapihan dan istirahat berkisar 2 bulan.
b) Intensifikasi Kawin Alam
 Sapi
Sapi mulai dikawinkan pada dewasa kelamin, pada umumnya
2,5 tahun. Atau apabila berat badan telah mencapai 50-60 %
dari berat badan sapi dewasa (sapi bali 300 kg). Pengunaan
pejantan dilakukan pada proses kawin alam dengan komposisi
1 : 10 (1 pejantan, 10 betina). Rotasi pejantan dilakukan jika
pejantan tersebut telah mengawini betina dalam kawanannya
untuk menghindari terjadinya kawin sedarah (inbreeding),
Maksimal 3 tahun
 Kambing
Kambing mulai dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan, atau
apabila berat badan telah mencapai 55 – 60 kg. Pengunaan
pejantan dilakukan pada proses kawin alam dengan komposisi
1 : 5 (1 pejantan, 5 betina).

2. MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Manajemen Pemeliharaan Ternak dilaksanakan dengan memelihara ternak
pada satu lokasi atau secara berkelompok. Ternak dipisahkan antara
ternak jantan dan betina, ditempatkan pada kandang yang berbeda. Untuk
ternak sapi jantan dipelihara secara intensif dan ternak sapi betina
dipelihara secara semi intensif dan ekstensif. Selain itu disiapkan juga
kandang kawin dan kandang pedet.
a) Sapi Betina
Pemeliharaan untuk Sapi betina sekurang-kurangnya 3 kali
melahirkan atau mencapai umur 7 (tujuh) tahun. Apabila Sapi
Indukan telah dipelihara selama 1 (satu) tahun atau setelah
dilakukan 2 kali IB dan/ atau selanjutnya 1 kali kawin alam tidak
terjadi kebutingan dan dinyatakan tidak produktif/majir dibuktikan
dengan surat keterangan dari tenaga kesehatan hewan, dapat dijual
untuk ditukar dengan ternak sejenis sesuai potensi yang bersumber
dari hasil penjualan ternak majir yang diketahui oleh Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota. Selanjutnya Dinas Daerah Kabupaten/ Kota
mengirimkan surat pemberitahuan ke Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur.
 Pemeriksaan Kebuntingan
Dilakukan oleh petugas, minimal 2 bulan setelah dilakukan
IB/Perkawinan alam.
 Penanganan Betina Bunting
Dilakukan pemisahan pada ternak betina bunting yang akan
melahirkan (8-9 bulan) dalam kandang karantina dengan
memperhatikan kualitas pakan dan Kesehatan ternak.
Pemberian feed supplement dan Mineral sangat efektif
diberikan pada sapi betina yang bunting.
 Penanganan Kelahiran
Penganan kelahiran pedet dilakukan dengan menempatkan
induk dan pedet pada 1 kandang tersendiri dengan
memperhatikan kualitas pakan, Kesehatan ternak.
 Penanganan pedet
Pedet mulai di pisah dengan induknya pada umur maksimal 3
bulan dengan memperhatikan kualitas pakan dan Kesehatan
ternak.
Hasil pengembangbiakan Sapi Betina :
1) Bila yang lahir adalah jantan maka 85-90% di culling untuk
dijadikan penggemukan, selanjutnya dapat dipotong dan dijual
dałam bentuk daging/olahan atau dijual dałam bentuk ternak
hidup, dan modal awal dari hasil penjualan dipergunakan
kembali untuk membeli Sapi Bakalan sebagai replecment Stock.
10 - 15% dijadikan pejantan.
2) Bila yang lahir adalah betina maka, maka 85-90% dijadikan
sebagai indukan, dan 10-15% yang tidak memenuhi persyaratan
sebagai indukan dapat dijual atau ditukar dengan ternak sesuai
potensi wilayah atau dipotong dengan disertai dengan surat
keterangan tidak produktif/majir dibuktikan dengan surat
keterangan dari tenaga kesehatan hewan untuk dijadikan
daging atau olahan.
b) Sapi Jantan.
Pemeliharaan untuk Sapi Jantan sebagai sapi Bakalan dilakukan
dengan penimbangan bobot badan awal dan bobot badan akhir,
pemberikan pakan sesuai dalam jumlah dan mutu standar,
pemberian air minum, lama penggemukan minimal 2,5 bulan.
Setelah Sapi Bakalan digemukkan dan terselesaikan hibah dapat
dijual atau dipotong dan dijual dalam bentuk daging atau olahan.
Dalam hal terjadi kondisi darurat seperti, Sapi Bakalan mengalami
sakit yang berpotensi pada kematian yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari tenaga kesehatan hewan, dapat dijual sebelum lama
penggemukan minimal 2,5 bulan untuk dibelikan kembali sebagai
Sapi Bakalan pengganti (replecment stock). Hasil penjualan
digunakan kembali untuk pengembangan usaha penggemukan sapi
periode berikutnya spesifikasinya tidak diatur namun diserahkan
kepada Penerima Manfaat untuk keberlanjutan usaha.

3. BODY CONDITION SCORE (BCS)


Body Condition Score (BCS) ternak sapi betina yang ideal melakukan
perkawinan minimal 2,5-3. Jika dibawah dari BCS tersebut maka perlu
dilakukan perbaikan pakan dan manajemen Kesehatan ternak

4. SISTEM PERKANDANGAN
Lokasi usaha peternakan pada pogram PDKT dipersyaratkan berjarak
minimal 10 meter dengan rumah tempat tingal. Lokasi kandang yang
terlalu dekat dengan rumah dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
dan membuat ternak mudah stres. Selain itu, untuk membuat ternak
tumbuh optimal dan berkualitas serta memperhatikan kesrawan adalah
menyediakan kandang yang ideal.
 Kandang Sapi :
a) Ukuran Kandang :
 Kandang sapi dewasa
Ukuran kandang yang ideal untuk sapi dewasa berkisar
panjang antara 1,5 meter sampai 2,5 meter dengan lebar
2 meter untuk 1 ekor sapi.
 Kandang anak sapi
berukuran panjang 1,5 meter dengan lebar 1 meter untuk
1 ekor sapi.
 Sapi jantan
Sapi jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar
dibandingkan sapi betina sehingga butuh ukuran
kandang yang lebih besar. Kandang sepanjang 2,5 meter
dengan lebar 2 meter sudah cukup untuk menampung 1
ekor sapi jantan.
 Sapi betina membutuhkan ukuran kandang yang lebih
kecil, yaitu panjang sekitar 1,8 meter dan lebar sekitar 2
meter untuk 1 ekor sapi.
b) Tinggi Atap
Ketinggian atap juga harus diperhatikan agar tidak
mengganggu aktivitas sapi dan peternak. Tinggi atap yang
ideal untuk kandang sapi adalah sekitar 2 meter hingga 2,5
meter dari permukaan tanah.
c) Jenis Kandang Sapi Sesuai Kebutuhan
Untuk pembiakan digunakan kandang paddock/koloni,
sedangkan untuk penggemukan digunakan kandang tunggal.

 Kandang Kambing
Untuk kambing penggemukan, jenis kandang yang dipakai adalah
kandang individu, sedangkan kandang pembiakan adalah jenis
kandang koloni dengan ukuran panjang 1,5 meter dan lebar 1,2 meter.
Ukuran tersebut cukup untuk menampung 3-5 ekor kambing yang
sedang dalam proses penggemukan. Kandang kandang kambing
memakai model panggung, dengan jarak lantai dengan lahan
sebaiknya kurang lebih 70 cm.

5. PAKAN
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemeliharaan
ternak, baik ternak ruminansia maupun non ruminansia, maupun ungags
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, pertumbuhan, reproduksi,
produksi hingga untuk Kesehatan ternak. Pemberian pakan yang tepat dan
berkualitas dapat meningkatkan potensi keunggulan genetis pada sapi yang
dipelihara sehingga dapat meningkatkan hasil produksi agar sesuai dengan
target yang telah ditetapkan. Adapun aspek manajemen pakan adalah :
1. Padang Peggembalaan
 Pola pemeliharaan ternak secara digembalakan dilakukan pada
daerah yang mempunyai potensi ternak dan kondisi lahan, tanah,
sumber air, dan iklim yang mendukung untuk pengembangan
ternak secara ekstensif.
 Memiliki lahan dalam satu hamparan minimal 2 Ha dengan jumlah
ternak minimal 10 ekor.
 Daya tampung ternak pada lahan eks tambang, lahan perkebunan
sawit, lahan yang belum difungsikan, lahan kehutanan (silva
pastura). Daya tampung ternak pada lahan eks tambang 0,52 ST
ha-1, lahan perkebunan sawit pada umur 6 tahun 0,71 ST ha-1
dan umur tanaman 15 tahun adalah 0,76 ST ha-1, atau
disesuaikan dengan produksi rumput.
 Sistem Padang Penggembalaan ini dilakukan dengan sistem
rotational grazing dengan menggunakan pagar sebagai pemisah
paddock satu dengan yang lainnya atau disesuaikan dengan
kondisi lokasi.
2. Penanaman Hijauan Pakan Ternak (HPT)
• Penanaman hijauan pakan ternak (HPT) adalah penyediaan HPT
berkualitas untuk ternak sapi/kambing/domba di lokasi kegiatan
Desa Korporasi Ternak
• Penyediaan HPT dialokasikan pada lokasi Desa Korporasi Ternak
cluster intensif, semi intensif dan ekstensif
• Penyediaan benih/bibit HPT dapat berupa benih (biji), pols, stek
atau pohon.
• Jenis HPT yang ditanam di kebun HPT sebagai rumput potong agar
disesuaikan dengan iklim dan kondisi lahan setempat yang akan
dikembangkan nanti. Jenis rumput dapat dipilih seperti rumput
gajah (pennisetum purpureum), rumput gajah cultivar Mott (odot),
rumput pakchong, rumpt zanzibar dll. Selain jenis rumput, dapat
ditanam jenis leguminosa sebagai sumber protein yang dapat
mensubstitusi pakan konsentrat, seperti indigofera (Indigofera
zolingiensis).
• Apabila kebun HPT belum berproduksi, maka HPT wajib
disediakan secara swadaya oleh kelompok dengan memaksimalkan
pemanfaatan rumput lapang, atau hasil samping pertanian atau
perkebunan seperti tebon jagung, daun/pelepah sawit serta jenis
graminae dan leguminosa lokal lainnya yang tumbuh dan
berkembang di lokasi kelompok.
• Penanaman bibit HPT di kelompok memperhatikan (a) ketersediaan
sumber air atau disesuaikan dengan musim penghujan untuk
menghindari kematian bibit HPT; (b) lahan telah selesai diolah dan
dilakukan pemupukan dasar. Penyediaan HPT dalam bentuk benih
(biji) perlu dilakukan penyemaian terlebih dahulu, sampai tumbuh
batang dengan tinggi yang cukup untuk ditanam di kebun.
• Jumlah pemberian HPT dalam bentuk segar minimal 10% dari
bobot badan per ekor per hari.
• Lokasi penanaman diupayakan dalam satu hamparan, tetapi
apabila tidak memungkinkan dapat dilakukan pada beberapa
hamparan yang jaraknya tidak terlalu berjauhan.
• Pemberian air minum dilakukan secara tak terbatas (ad-libitum).
Ketersediaan air sangat penting, untuk itu harus tersedia sumber
air dan tatakelolanya sampai di kandang kelompok dan bisa di
akses oleh ternak dan kebun HPT.
3. Pakan Penguatan/Konsentrat
• Pemenuhan pakan konsentrat melalui penyediaan pakan
konsentrat sapi betins dan sapi potong bakalan
• Penguatan pakan konsentrat ternak sapi dialokasikan pada lokasi
Desa Korporasi Ternak cluster intensif dan semi intensif.
• Jenis pakan konsentrat adalah pakan konsentrat sapi betina dan
sapi bakalan.
• Perlu disiapkan gudang/tempat penyimpanan pakan konsentrat
guna menjaga kualitas pakan sebelum diberikan kepada ternak.
• Gudang/tempat penyimpanan pakan konsentrat dapat
menggunakan gudang milik salah satu kelompok, kelompok Unit
Pengolah Pakan (UPP), Lumbung pakan, gudang milik SMD, DKT,
koperasi/KUD, dinas atau lainnya sesuai dengan kondisi
lapangan.
• Pemberian konsentrat konsentrat setiap harinya minimal sebanyak
1 – 2% dari bobot badan.
4. Kriteria Lokasi Pakan
• Lahan pakan untuk pengembangan hijauan pakan ternak minimal
1 Ha dalam satu hamparan dan atau beberapa hamparan terpisah.
• Kondisi agroekosistem yang sesuai untuk pengembangan
peternakan
• Jarak antara calon lokasi Penanaman HPT dengan kandang ternak
sebaiknya berdekatan untuk memudahkan pemberian pakan.
• Pakan Penguat/Konsentrat disimpan dalam Gudang pakan yang
jaraknya berdekatan dengan kandang ternak untuk memudahkan
proses pemberian pakan.
• Untuk Pakan Konsentrat, dimanfaatkan untuk memperbaiki
performans sapi betina dan sapi jantan.
BAB IV

MONITORING, EVALUASI DAN INDIKATOR CAPAIAN KINERJA

A. Monitoring dan evaluasi


Monitoring Kegiatan Pengembangan Desa Korporasi Ternak tahun 2024 - 2026
dilakukan secara reguler oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Kalimantan Timur. Monitoring dan evaluasi kinerja teknis secara periodik
dan/atau sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan pelaksanaan di lapangan
sehingga pelaksanaan kegiatan akan terus termonitor dan berjalan lancar.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dimaksudkan untuk mengetahui secara akurat
realisasi kegiatan serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan. Hasil evaluasi diformulasikan dalam bentuk laporan, merupakan data
dan informasi untuk bahan koreksi pelaksanaan kegiatan, dan untuk solusi
langkah perbaikan kegiatan selanjutnya

B. Capaian Kinerja
1. Output
Output yang ingin dicapai adalah peningkatan populasi ternak, khususnya
adalah ternak sapi dan ternak kambing

2. Outcome
Outcome yang ingin dicapai adalah peningkatan kesejahteraan peternak
BAB V

TIMELINE PELAKSANAAN ASPEK PRODUKSI TERNAK


BAB VI

PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis Operasional sebagai pedoman pada kegiatan


Pengembangan Desa Korporasi Ternak dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan di lapangan, apabila terjadi kekeliruan dalam Petunjuk Teknis
ini dapat ditinjau kembali. Dengan adanya Petunjuk Teknis ini, diharapkan semua
pelaksana kegiatan Pengembangan Desa Korporasi Ternak di Provinsi,
Kabupaten/Kota, Penerima Manfaat serta stakeholder terkait dapat melaksanakan
seluruh tahapan kegiatan secara baik dan benar menuju tercapainya sasaran yang
telah ditetapkan
LAMPIRAN
Format Recording

Format perhitungan Kebutuhan Pakan

Format evaluasi BCS

Dan lain-lainnya

Anda mungkin juga menyukai