Anda di halaman 1dari 16

STUDI KASUS PASIEN PENYAKIT GOUT ARTHRITIS

MATA KULIAH DIETETIKA PENYAKIT TIDAK MENULAR

Dosen Pengampu:
Septi Nur Rachmawati, S.Gz., M.Gz.

Disusun oleh Kelompok 5:

Anisatun Aulia 212110102017


Zuwina Eka Puspita A. 212110102018
Cindy Yunita Sari 212110102023
Poutry Dhewy Roushitha Shary 212110102036
Galuh Ayu Apriliani 212110102039
Khofifah Annum Lubis 212110102041

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2023
A. SKENARIO KASUS
Ny. F berusia 55 tahun TB 155 cm BB 60 kg MRS dengan keluhan terasa ngilu pada
persendian pangkal ibu jari kaki terlihat bengkak dan warna memerah di sekitarnya.
Ny. F adalah seorang ibu rumah tangga Hasil lab didapatkan data : Asam Urat 6,8
mg/dl. Kebiasaan makan di rumah :
- makan pokok berupa nasi 3x sehari
- camilan yang disukai adalah roti coklat dengan isi keju, kacang mete dan
emping goreng
- lauk hewani hampir setiap minggu dikonsumsi adalah sate jeroan, udang
goreng dan sarden
- lauk nabati berupa tempe dan tahu dikonsumsi setiap hari-sekali makan 1
potong sedang
- sayuran yang sering dikonsumsi bening bayam dicampur dengan wortel, sup
sayuran dengan kaldu daging kental, buah pisang dan pepaya.
B. ULASAN KASUS
1. Identitas
Nama : Ny. F
Usia : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Data Subyektif
a. Data Riwayat Gizi
● Makan pokok berupa nasi 3x sehari
● Camilan yang disukai adalah roti coklat dengan isi keju, kacang mete
dan emping goreng
● Lauk hewani hampir setiap minggu dikonsumsi adalah sate jeroan,
udang goreng dan sarden
● Lauk nabati berupa tempe dan tahu dikonsumsi setiap hari-sekali
makan 1 potong sedang
● Sayuran yang sering dikonsumsi bening bayam dicampur dengan
wortel, sup sayuran dengan kaldu daging kental, buah pisang dan
pepaya.
b. Data Riwayat Penyakit
● Ny. F mengalami Gout Arthritis
3. Data Obyektif
● Tinggi Badan : 155 cm
● Berat Badan : 60 kg
4. Data Fisik Klinis
● Terasa ngilu pada persendian pangkal ibu jari kaki
● Warna memerah di area persendian pangkal ibu jari kaki
● Kadar asam urat pasien 6,8 mg/dl.
5. Obat yang digunakan
● Kolton yang memiliki kandungan allopurinol mampu mengurangi
kadar asam urat dalam darah
● Obat colchicine untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan risiko
kekambuhan
● Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen, naproxen,
atau celecoxib, untuk mengobati serangan atau gejala mendadak
● Festaric memiliki kandungan bahan aktif Febuxostat yang mampu
mengurangi kelebihan asam urat dalam darah. Selain itu, juga dapat
mengatasi hiperurisemia kronik pada kondisi deposisi urat
● Probenesid diberikan sebagai alternatif lini pertama pengobatan apabila
didapatkan kontraindikasi terhadap obat golongan xantin oksidase
inhibitor
C. PENDAPAT KEBIASAAN MAKAN
● Makanan pokok 3x sehari
● Camilan : roti coklat isi keju,kacang mete dan emping goreng
● Lauk hewani : sate jeroan, udang goreng dan sarden
● Lauk nabati : tempe dan tahu
● Sayur : bening bayam campur wortel, sup sayuran dengan kaldu
daging kental
● Buah : pisang dan pepaya
Kebiasaan makan pasien kurang baik, makanan yang dikonsumsi pasien
termasuk kandungan tinggi purin dan tinggi lemak. Makanan tinggi purin yang
pasien konsumsi seperti jeroan, ekstrak daging atau kaldu dimana kandungan
purin tinggi ini (100-1000 mg purin/100 g bahan makanan) sebaiknya dihindari.
Pasien juga sering mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin sedang
(9-100 g bahan makanan) yang sebaiknya harus dibatasi seperti udang, kacang
kering atau hasil olahan seperti tahu dan tempe, serta bayam, daun dan biji
melinjo. Pembatasan ini maksimal 50-75 g (1-1,5 ptg) daging, ikan, dan unggas
atau 1 mangkok (100 g) sayuran sehari.
Sebaiknya pasien sering mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan
purin yang rendah dan dapat dimakan setiap hari seperti nasi, ubi, singkong,
jagung, roti, mie, bihun, tepung beras, cake, kue kering, puding, susu, keju,
telur, lemak dan minyak, gula, sayuran, serta buah-buahan.

D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi istilah yang tidak diketahui
a. Gout arthritis
peradangan pada sendi yang disebabkan oleh meningkatnya kadar
asam urat (uric acid) dalam tubuh.
b. Hiperurisemia
adalah keadaan dimana peningkatan kadar asam urat dalam darah
diatas normal.
c. Tophus
adalah bongkahan kristal asam urat (monosodium urate) yang
menumpuk di dalam lapisan kulit, sekitar persendian, dan bagian tubuh
lainnya akibat dari asam urat lanjut atau kronis.
d. Oligoarthritis
adalah jenis artritis idiopatik remaja (JIA) yang paling umum. Kondisi
ini menyebabkan peradangan sendi, kekakuan dan nyeri pada sendi
besar tubuh, khususnya lutut, pergelangan kaki dan siku serta lapisan
tengah mata (uvea). Dalam bahasa Latin, “oligo” berarti “sedikit”,
yang artinya memiliki kurang dari lima sendi yang terkena arthritis.

2. GAMBARAN UMUM
Asam urat merupakan asam yang terbentuk dari metabolisme purin
dalam tubuh. Purin berasal dari makanan yang mengandung protein, seperti
kerang, jeroan, daging, kepiting, udang, emping, kacang-kacangan, bayam,
kangkung, nanas, tape, alkohol, dan lain-lain.
Penyakit asam urat adalah penyakit yang timbul akibat tingginya tingkat
asam urat pada darah, hal ini disebabkan oleh produksi asam urat lebih besar
dari pembuangannya. Beberapa hal yang menyebabkan asam urat tinggi antara
lain faktor genetik, faktor makanan, dan faktor penyakit. Kadar asam urat yang
berlebih normalnya dibuang melalui ginjal. Namun, apabila seseorang
mengalami gangguan ginjal maka pembuangan asam urat akan berkurang
sehingga kandungan asam urat pada darah akan tinggi.
Penyakit asam urat terdapat beberapa fase yaitu hiperurisemia
asimtomatis, gout akut atau pirai akut, gout interkritikal, gout kronis, batu urat,
dan nefropati urat. Organ yang dapat terserang oleh penyakit asam urat ini
antara lain sendi, otot, jaringan sendi, telinga, kelopak mata, jantung, dan ginjal.
Penumpukan kristal natrium urat di sekitar persendian dapat menimbulkan
gejala pegal-pegal.
Penyakit asam urat ini lebih sering menyerang laki-laki, namun penyakit
ini juga dapat menyerang seorang wanita yang pada umumnya sudah mengalami
menopause. Hal ini dapat disebabkan karena seorang laki-laki tidak memiliki
hormon estrogen yang mana memiliki fungsi membantu pengeluaran asam urat
melalui air kencing.
Status gizi merupakan salah satu variabel dalam menetapkan kondisi
kesehatan seseorang. Status gizi antropometri berkaitan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan
tingkat gizi. Hasil penelitian menunjukan seorang yang gemuk cenderung
memiliki risiko lebih tinggi terkena asam urat, meskipun tidak selalu namun
orang yang kelebihan berat badan pada umumnya mengkonsumsi protein yang
berlebih. Protein memiliki kandungan purin yang tinggi sehingga menyebabkan
kadar asam urat pada darah. Kenaikan kadar asam urat dapat dipacu salah
satunya konsumsi asupan purin yang tinggi. Pernyataan ini didukung oleh Brule
et al. (1992) menyebutkan bahwa seseorang setelah mengkonsumsi sumber
purin maka kadar asam urat dalam darah akan meningkat sekitar 2-4 jam, tetapi
hal berbeda jika seseorang mengonsumsi pangan bebas purin maka kadar asam
urat akan meningkat membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari setelah
mengonsumsi pangan non purin.
E. TATALAKSANA DIET
1. Perhitungan Status Gizi
● IMT = BB (kg)/TB (m)²
= 60/1.55²
= 24,9 (Normal)
● BBI = (TB-100) – (TB-100) x 15%
= (155-100) – (155 -100) x 15%
= 46,75 kg
● BEE = 655 + (9,6 x BB kg) + (1,7 x TB cm) - (4,7 x umur tahun)
= 655 + (9,6 x 60) + (1,7 x 155) - (4,7 x 55)
= 1.236 kkal
2. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
● Kebutuhan Energi = BEE x Faktor aktivitas x Faktor stress
= 1.236 kkal x 1,3 x 1,2
= 1.928,16 kkal
● Kebutuhan Protein = 15% x 1.928,16
= 289,22 kkal/4
= 72,3 g
● Kebutuhan Lemak = 20% x 1.928,16
= 385,63 kkal/9
= 42,84 g
● Kebutuhan Karbohidrat = 65% x 1.928,16
= 1.253,3 kkal/4
= 313,32 g

3. Preskripsi Diet
Pasien berusia 55 tahun TB 155 cm BB 60 kg MRS dengan keluhan
terasa ngilu pada persendian pangkal ibu jari kaki terlihat bengkak dan warna
memerah di sekitarnya. Berdasarkan hasil lab didapatkan data : Asam Urat 6,8
mg/dl. Diet yang direkomendasikan adalah Diet Rendah Purin dalam
bentuk makanan biasa dan diberikan secara oral.
● Prinsip Diet Rendah Purin adalah sebagai berikut:
Diet Rendah Purin diberikan kepada pasien dengan
peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Makanan
yang diberikan/dikonsumsi harus rendah purin. Bentuk makanan biasa.
Makanan mengandung cukup energi dan kebutuhan zat gizi.
● Tujuan Diet Rendah Purin adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Diet Rendah Purin adalah untuk mempertahankan atau
mencapai (menaikkan/menurunkan) berat badan normal
b. Menurunkan kadar asam urat dalam tubuh
c. Mencegah terjadinya komplikasi
● Syarat Diet Rendah Purin adalah sebagai berikut:
a. Energi sesuai kebutuhan yaitu sebesar 1.928,16 kkal
b. Kebutuhan karbohidrat diberikan sebesar 65% dari energi total,
yaitu sebesar 313,32 gram
c. Kebutuhan lemak diberikan sebesar 20% dari energi total, yaitu
sebesar 42,84 gram
d. Kebutuhan protein diberikan cukup atau diberikan sebesar 15%
dari energi total, yaitu sebesar 72,3 gram
e. Vitamin dan mineral cukup
f. Cairan diberikan 2-2,5 liter/hari
● Bahan makanan yang dianjurkan:
a. Sumber karbohidrat (nasi,bubur, bihun, roti, gandum, makaroni,
jagung, kentang, ubi, talas, singkong, havermout, pasta)
b. Sumber protein (Telur, susu skim/susu rendah lemak)
c. Sayuran (wortel, terong, labu siam, oyong, pare, ketimun, labu
air, selada air, tomat, selada dan lobak)
d. Semua macam buah-buahan
e. Semua macam minuman yang tidak beralkohol
f. Semua macam bumbu secukupnya
g. Memasak dengan cara merebus, mengukus, mengungkep,
menumis, memanggang dan pepes
● Bahan makanan yang dibatasi:
a. Makanan yang memiliki kandungan purin tinggi (9-100 mg
purin/100 g bahan makanan)
b. Sumber protein hewani (Daging, ayam, ikan tongkol, bawal,
tenggiri, bandeng dan udang. Diberikan paling banyak 50 g/hari
c. Sumber protein nabati seperti kacang-kacangan seperti kacang
hijau, kacang tanah, kacang kedelai diberikan paling banyak 25
g/hari sedangkan untuk tempe, tahu dan oncom diberikan
maksimal 50 g/hari.
d. Sayuran seperti asparagus, kacang polong, kacang buncis,
kembang kol, bayam, daun/biji melinjo, kapri, jamur
maksimum diberikan 100 g/hari
e. Minuman teh kental atau kopi
● Bahan makanan yang dihindari :
a. Kandungan purin tinggi (100-1000 mg purin/100 g bahan
makanan) yaitu: otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak
daging atau kaldu, bebek, ikan sarden, makarel, remis
b. Minuman yang mengandung soda dan alkohol seperti soft
drink, arak, ciu dan bir.
4. Menu Sehari
a. Kebutuhan Energi : 1.928,16 kkal
b. Kebutuhan Karbohidrat : 313,32 g
c. Kebutuhan Protein : 72,3 g
d. Kebutuhan Lemak : 42,84 g

Waktu Menu Bahan URT Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat


Makanan (g) (kkal) (g) (g) (g)

Pagi Nasi Beras 2 200 260 4,8 0,4 57,2


cento
ng
nasi

Sayur Bayam 1 gls 25 9,3 0,9 0,1 1,8


bening

Wortel 2 gls 50 20,6 0,5 0,1 4,8

Jagung 2 70 75,6 2,3 0,9 17,6


bong
gol
Telur Telur 1 60 112,1 6,9 8,8 0,7
dadar butir

Selingan Mangga Mangga 1 bh 200 130 1 0,6 34

Siang Nasi Beras 2 200 260 4,8 0,4 57,2


cento
ng
nasi

Sup Gambas 1 bh 120 24,1 1,1 0,4 5,2


gambas

Soun 1 30 114,3 0,1 0 27,4


mang
kok
kcl

Ikan Ikan mas 1 120 242,4 19,2 18 0


goreng ekor

Selingan Roti isi Roti 1 bh 75 188,9 5,6 1,9 36,8


selesai
nanas

Teh Gula 2 20 77,4 4,7 6 0


manis sdm

Teh 1 2 0 0 0 0
kanto
ng
teh

Malam Nasi Beras 1½ 150 195 3,6 0,3 42,9


cento
ng
nasi

Capcay Wortel 2 gls 50 20,6 0,5 0,1 4,8

Buncis 1 gls 130 10,5 0,6 0,1 2,4

Brokoli 1 gls 30 7 0,9 0,1 0,6

Bakso 2 bh 25 96,7 0 0 25,6

Semur Tahu 1 ptg 40 54,8 5,5 1,8 4,2


tahu

TOTAL 1.906,1 63,3 40,5 324,3


F. REVIEW JURNAL

Judul HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR ASAM


URAT (GOUT ARTRITIS) PADA USIA DEWASA 35-49
TAHUN

Jurnal Jurnal Ners Universitas Pahlawan

Volume & Halaman Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 Halaman 20 - 27

Tahun 2021

Penulis Ririn Fitriani, Lira Mufti Azzahri, M. Nurman, M. Nizar Syarif


Hamidi
Perubahan taraf hidup masyarakat menyebabkan
Pendahuluan
perubahan gaya hidup dan pola makan seseorang. Perubahan ini
menjadi sumber masalah yang menjadikan meningkatnya
penyakit degeneratif. Contoh penyakit degeneratif yang sering
dialami masyarakat adalah penyakit yang menyerang sistem
saraf, otot dan tulang, serta pembuluh darah. Salah satu penyakit
yang berhubungan dengan ketiga sistem tersebut yaitu asam urat.
Hal ini disebabkan pola makan yang tidak teratur, kebiasaan
merokok, lingkungan tidak sehat, dan ekosistem pekerjaan yang
membuat stress (Setiabudi, 2012). WHO menyebutkan angka
prevalensi asam urat di dunia pada tahun 2017 sebesar 34,2%.
Sedangkan menurut data Riskesdas menyebutkan bahwa
prevalensi asam urat di Indonesia pada tahun 2018 mengalami
peningkatan yaitu sebesar 7,3%. Survey badan kesehatan dunia
tersebut menunjukkan rincian bahwa Indonesia penyakit asam
urat 35% terjadi pada pria usia 35 tahun ke atas (Detik.com,
2017).
Masyarakat Indonesia, suku Minahasa dan Tapanuli
berpeluang menderita penyakit gout lebih tinggi dibandingkan
dengan suku-suku yang lainnya (Junaidi, 2013). Penduduk
daerah Minahasa memiliki prevalensi tinggi untuk mendapatkan
penyakit asam urat karena erat hubungannya dengan budaya dan
pola makan yang gemar mengkonsumsi makanan laut
(Wurangian, Kepel & Manampiring, 2013). Penyakit asam urat
adalah penyakit yang disebabkan oleh tumpukan asam urat atau
kristal pada jaringan,terutama pada jaringan sendi. Asam urat
berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang
memicu peningkatan asam urat dalam darah (hiperurisemia),
yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl
(Junaidi, 2012).
Asam urat merupakan bentuk hasil akhir metabolisme
dari purin. Penyakit asam urat adalah penyakit yang disebabkan
oleh tumpukan asam urat atau kristal pada jaringan,terutama
pada jaringan sendi. Kejadian asam urat baik di negara maju atau
pun negara berkembang semakin meningkat terutama pada pria
usia 40-50 tahun. Kadar asam urat pada pria meningkat sejalan
dengan peningkatan usia seseorang. Hal ini terjadi karena pria
tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu
membuang asam urat sedangkan perempuan memiliki hormon
estrogen yang ikut membantu membuang asam urat lewat purin
(Damayanti, 2012).
Belakangan ini terjadi perubahan trend terhadap usia
penderita asam urat. Hal tersebut diakibatkan oleh kebiasaan
pola makan dan pola hidup yang tidak sehat, saat ini banyak
anak muda berumur 20 tahunan terkena asam urat (Savitri,
2017). Sosial budaya menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kadar asam urat, kegemaran makan enak dan
tinggi purin sangat memicu terjadinya peningkatan asam urat
karena makanan enak biasanya memiliki kadar lemak yang
tinggi (Hardjono, 2010). Dampak peningkatan asam urat bagi
kesehatan adalah mengakibatkan pada gangguan fungsi ginjal,
menurunkan rentang gerak tubuh dan nyeri pada gerakan.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan pola makan
dengan kadar asam urat (gout artritis) pada usia dewasa 35-49
tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun
2020.

Metode Penelitian Jenis metode penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional Penelitian ini telah
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota
dilakukan pada Mei - Juni 2020. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner pola makan tentang Food Frequency.
Untuk menguji hubungan pola makan dengan kejadian penyakit
asam urat (gout artritis) menggunakan uji Chi-square.
Populasi Sampel Populasi pada penelitian ini adalah orang dewasa berusia 35- 49
tahun di Puskesmas Bangkinang Kota yaitu sebanyak 110 orang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling.
accidental sampling dengan jumlah sampel 52 Orang.

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 31


responden yang pola makan tidak baik terdapat 8 responden
(25,8%) yang kadar asam urat normal, sedangkan dari 21
responden yang pola makan baik, terdapat 6 responden (28,6%)
yang kadar asam urat tidak normal. Berdasarkan uji statistik
diperoleh nilai p value= 0,003 (p < 0,05), dengan derajat
kemaknaan (α = 0,05). Ini berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara pola makan dengan kejadian asam urat.

Menurut asumsi peneliti responden yang pola makan


baik tetapi mengalami asam urat disebabkan karena adanya
riwayat penyakit, kelebihan berat badan (obesitas) dan kurang
berolahraga sehingga penumpukan lemak menjadi faktor tunggal
pengacau sistem pengaturan asam urat di lemak di dalam tubuh
khususnya bagian perut mendesak ginjal sehingga mengganggu
kinerja untuk mengekresikan kelebihan asam urat, sedangkan
responden yang pola makan tidak baik tetapi tidak mengalami
kejadian gout arthritis (asam urat) disebabkan karena responden
selalu mengontrol kesehatan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang


dilakukan oleh (Anggraini, 2012) yang didapatkan ada hubungan
antara pola makan dengan kejadian peningkatan kadar asam urat
darah pada pasien rawat jalan usia dewasa di Puskesmas
Tompaso Kabupaten Minahasa dengan p value 0,002.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ida Untari dan


TitinWijayanti berdasarkan uji statistik dengan uji hipotesis
dengan kendala tau diperoleh nilai korelasi 0,483 menunjukkan
hubungan yang cukup signifikan dan nilai p sebesar 0,049 maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang cukup signifikan antara
pola makan dengan penyakit gout di dusun Pondok Kecamatan
Mantingan Sragen.
Kesimpulan Hasil penelitian tentang hubungan pola makan dengan kejadian
asam urat pada yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangkinang Kota diperoleh hasil sebagai berikut: Sebagian besar
responden pola makannya tidak baik. Sebagian besar kadar asam
uratnya tidak normal dan Terdapat hubungan pola makan dengan
kejadian asam urat di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota
dengan p value 0,003.
DAFTAR PUSTAKA
Rosdiana, D.S., Khomsan, A. and Dwiriani, C.M., 2018. Pengetahuan Asam Urat, Asupan Purin Dan
Status Gizi Terhadap Kejadian Hiperurisemia Pada Masyarakat Perdesaan. Media Pendidikan, Gizi,
dan Kuliner, 7(2).
“Diet Gout Artritis.” Primaya Hospital, https://primayahospital.com/p/diet-gout-artritis/. Accessed

September 2023.

Anda mungkin juga menyukai