Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH KELOMPOK 10

PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

Teori Belajar Dan Pembelajaran


Drs. Sam Mukhtar Chan, M.Si

Di susun oleh :
Kezia Carla 1208622013
Isa Diennur Nasaka 1208622067
Zweta Priskila Siregar 1208622025
Heidi Ivana Christina T 1208622012

PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan kasih
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada
waktunya. Dibuat nya makalah bertujuan untuk memenuhi tugas serta tanggung jawab yang
sudah kami ambil dalam mata kuliah Teori Belajar Dan Pembelajaran
.
Kami berharap makalah ini dapat memberi pengetahuan dan berguna bagi para
pembaca dan kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyeselaikan
makalah kami. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik ataupun saran
dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan
terimakasih

2
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR……………………………………………… 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………. 4
1.2 Tujuan………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………... 5
2.1 Komponen Blended Learning……………………………….. 5
2.2 Manfaat Blended Learning………………………………….. 6
2.3 Desain Pembelajaran………………………………………… 6
2.4 Tantangan dan Solusi………………………………………… 7
2.5 Studi Kasus…………………………………………………… 7
BAB III KESIMPULAN……………………………………………... 8
3.1 Evaluasi dan Pengembangan………………………………… 9
3.2 Kesimpulan…………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blended learning adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara
mengkombinasikan antara pembelajran langsung (face to face) dengan pembelajaran
online. Factor-faktor yang mempengaruhi kelancaran blended learning adalah : guru
dan siswa harus memahami teknologi, jaringan internet harus stabil dan content atau
instrument pembelajaran harus ada. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi
madrasah yang ada di Desa Montong Sapah dalam pembelajaran online adalah:
pertama, guru dan siswa masih belum memahami tentang pembelajaran online,
keadaan jaringan internet yang kurang stabil. Adapun jeni-jenis pembelajran online
yang dapat digunakan oleh guru dan siswa adalah dengan menggunakan google
classroom dan whatshaap (WA) karena untuk menggunakan zoom atau google meet
masih belum memungkin dengan kondisi sinyal yang belum stabil dan kondisi
ekonomi siswa yang kurang mampu untuk membeli kuota internet.

1.2 Tujuan
Blended learning adalah salah satu inovasi yang diterapkan di dalam dunia
pendidikan. Model pembelajaran blended learning ini adalah metode pembelajaran
dengan cara menggabungkan antara pembelajaran tatap muka di dalam ruangan kelas
dan juga pembelajaran secara daring atau jarak jauh. Pembelajaran itu tidak hanya
yang bersifat formal, tetapi juga pelajaran yang bersifat informal.

Blended learning menjadi salah satu solusi yang banyak digunakan selama masa
pandemi Covid-19 di seluruh dunia. Pada awalnya memang pembelajaran dilakukan
hanya secara daring, tetapi setelah pandemi mereda pembelajaran secara bertahap
dilakukan blended learning.

Blended learning sebenarnya tidak hanya digunakan di dalam dunia pendidikan, tetapi
juga dimanfaatkan dalam pengembangan sumber daya manusia di dalam dunia kerja.
Pengembangan itu digunakan untuk meningkatkan kinerja secara individu maupun
secara tim. Konsepnya pun sama, yakni dengan tatap muka langsung dan melalui
daring.

Contoh blended learning yang kerap ditemui saat ini adalah dengan memanfaatkan
perangkat lunak Zoom Meeting atau Google Meet untuk melakukan pembelajaran.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komponen Blended Learning


• Live event
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous
dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat
berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran
langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran
langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai
kebutuhan. Pola ini, juga bisa saja mengkombinasikan teori behaviorisme,
kognitivism dan konstructivism sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna.

• Self-paced learning
Self-Paced Learning yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-
paced learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja
dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk
belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video,
animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar
tersebut, dalam konteks saat ini dapat didelivered secara online (via web maupun via
mobile device dalam bentuk streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun
offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).

• Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar
peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian,
perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi
antar teman sejawat atau kolaborasi antar peserta belajar dan pengajar melalui tool-
tool komunikasiyang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email,
website/webblog, listserv, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk
terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau
interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving,
project-based learning, dll.

• Assessment
Dalam pembelajaran blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi
jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat
otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Di samping
itu, juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk-bentuk assessmen online
dan assessmen offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta
belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut.

• Performance support materials


Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan
tatap muka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau

5
tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan
belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk
CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online. Atau, jika pembelajaran online dibantu
dengan suatu Learning/ Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa
aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya.

2.2 Manfaat Blended Learning


Blended learning lebih efektif karena siswa dapat mendapat keleluasaan untuk
mencari tahu sendiri sumber informasi yang bisa didiskusikan di saat kelas berlangsung.
Dengan itu siswa dapat mendapatkan pembelajaran dimanapun dan kapanpun sesuai
dengan kesepakatan yang telah terjalin.

Hasil belajar siswa dapat meningkat dengan adanya blended learning, karena kondisi
siswa pasti ada yang lebih mampu belajar secara daring, tetapi ada pula yang maksimal
secara tatap muka. Oleh sebab itu, blended learning ini dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran mereka.

Dengan adanya pembelajaran yang menyesuaikan dengan kebutuhan siswa, siswa


yang biasanya cenderung pasif di dalam kelas tatap muka langsung, berpotensi akan lebih
aktif di dalam kelas daring. Hal itu dikarenakan blended learning memang berprinsip
memberikan pembelajaran yang interaktif antara pengajar dan siswa. Siswa sudah tahu
apa yang harus dilakukan, sehingga ketika pembelajaran dilaksanakan mereka akan
merasa lebih puas dengan pencapaiannya nanti.

Pembelajaran tentunya akan terasa lebih menyenangkan bagi siswa karena pasti
pembelajaran akan didukung dengan media-media pembelajaran yang menarik. Tak
hanya dengan tulisan saja, tetapi juga bisa dengan audio visual yang terasa lebih menarik
bagi siswa.

2.3 Desain Pembelajaran


• upaya memfasilitasi pengalaman belajar sebagai esensi dari e-learning.
• optimalisasi empat standar proses pembelajaran dalam konteks e-learning.
• pemilihan dan penentuan strategi pembelajaran yang tepat.
• pemilihan dan penentuan teknologi dan tool TIK yang tepat dalam empat kuadran
seting belajar. In the era of instant communication, today, learning and instructional
process has changed.

2.4 Tantangan dan Solusi


Setahun lebih sudah berlalu, ketika WHO mengumumkan status pandemi
Covid-19 pada tanggal 11 Maret 2020. Beberapa regulasi untuk e-learning saat ini
juga masih terus digodok oleh pemerintah. Semua kementerian membatasi
kegiatannya. Tak terkeculi Kemendikbud yang mulai bulan Maret 2020 lalu
mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah dan meniadakan pembelajaran tatap muka

6
untuk membatasi penyebaran virus covid 19 di area pendidikan. Namun seiring
berjalannya waktu, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru pada awal tahun 2021
tentang prosedur pembelajaran tatap muka. Pemerintah melalui kemendikbud
membuka kemungkinan pembelajaran tatap muka mulai Januari 2021 dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Namun demikian, sepertinya untuk beralih dari model pembelajaran tatap


muka atau bertemu secara langsung, lalu berubah menjadi daring (on-line) itu sangat
membutuhkan effort dan biaya yang tidak sedikit. Yusep Rosmansyah, Ph.D. dari
Kelompok Keahlian Teknologi Informasi ITB punya pandangan tentang teknologi
pembelajaran. Beliau sempat memaparkan metode ajar dan dampak penggunaan
teknologi terhadap pendidikan dalam Kuliah Publik “Teknologi Pembelajaran Masa
Depan” pada Jumat (19/03/2021).

Menurut pendapat Yusep, teknologi diperlukan untuk menciptakan


pembelajaran yang menyenangkan, berbasis pengalaman, efektif, dan interaktif.
Bukan malah menghilangkan esensi dari pendidikan, melainkan melengkapi metode
pembelajaran konvensional. “Di sini pendidik tidak berperan secara absolut. Mereka
hanya memaparkan materi pembelajaran dari segi esensial dan filosofis,” ujar Yusep.
Untuk itu, konstruktivisme, behaviorisme, kognitivisme, dan sebagainya perlu
dikedepankan melalui Blended learning atau pembelajaran bauran.
Lebih lanjut, ungkap Yusep, faktanya organisasi pendidikan masih menemui
sejumlah tantangan. “Di antaranya permintaan teknologi yang melebihi ketersediaan,
perlunya pembekalan guru dan peserta didik terhadap teknologi, dan kurangnya
dukungan dari aspek teknologi,” tuturnya. Pada akhirnya, teknologi menjadi sebuah
keniscayaan dibidang pendidikan, terbukti dari eksistensi Blended learning.

2.5 Studi Kasus


Yusep Rosmansyah, Ph.D. dari Kelompok Keahlian Teknologi Informasi ITB punya
pandangan soal teknologi pembelajaran. Dia sempat memaparkan metode ajar dan
dampak penggunaan teknologi terhadap pendidikan dalam Kuliah Publik “Teknologi
Pembelajaran Masa Depan” pada Jumat (19/03/2021).

Menurut Yusep, teknologi diperlukan untuk menciptakan pembelajaran yang


menyenangkan, berbasis pengalaman, efektif, dan interaktif. Bukan malah menghilangkan
esensi dari pendidikan, melainkan melengkapi metode pembelajaran konvensional.

“Di sini pendidik tidak berperan secara absolut. Mereka hanya memaparkan materi
pembelajaran dari segi esensial dan filosofis,” ujar Yusep. Untuk itu, konstruktivisme,
behaviorisme, kognitivisme, dan sebagainya perlu dikedepankan melalui blended learning
atau pembelajaran bauran.

Lebih lanjut, Yusep mengatakan bahwa aktivitas dalam blended learning dilakukan
7
melalui pembelajaran dalam konteks tertentu, interaksi dengan guru dan konten ajar, serta
kolaborasi sesama pelajar. Pembelajaran ini diaktualisasikan melalui integrasi antara
luring dan daring, pengembangan kompetensi komputer dan kemampuan bersosial secara
beriringan, serta memadukan konsep eksperimental dan konseptual.

Kendati demikian, ungkap Yusep, faktanya organisasi pendidikan masih menemui


sejumlah tantangan. “Di antaranya permintaan teknologi yang melebihi ketersediaan,
perlunya pembekalan guru dan mahasiswa pengajar secara rutin, dan kurangnya
dukungan dari aspek teknologi,” tuturnya.

Pembelajar pun tidak kalah menghadapi rintangan selama menjalani blended learning,
seperti kesadaran diri, literasi dan kompetensi teknologi, pengisolasian diri, kurang
efektifnya teknologi, dan masih banyak lagi.

Pada akhirnya, teknologi menjadi sebuah keniscayaan di bidang pendidikan, terbukti dari
eksistensi blended learning. Meskipun metode pembelajaran satu ini masih menemui
sejumlah tantangan, seluruh pihak berkepentingan dapat memperoleh manfaat darinya.
Tinggal direalisasikan melalui kolaborasi untuk memajukan pendidikan dan
pembelajaran.

8
BAB IV
KESIMPULAN
3.1 Evaluasi dan Pengembangan
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
begitu juga dengan blended learning. Menurut Riyana (2009), beberapa kelebihan atau
keunggulan model pembelajaran blended learning adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity).
b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and
place flexibility).
c. Mampu menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a
global audience).
d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archvlable capabilities).

Adapun beberapa kekurangan atau kelemahan dalam pembelajaran blended learning adalah:

Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan
prasarana tidak mendukung.
Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.
Blended learning masih sulit digunakan dalam mata pelajaran eksakta.
Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet.

3.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan dengan
menggunakan pengujian-pengujian yang ditentukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. E-learning yang dikembangkan dalam penelitian ini diberi nama OnlinEdu.


Dikembangkan dengan menggunakan proses pengembangan R&D
(Research and Development). Bahasa pemprograman yang digunakan dalam pengembangan
e-learning adalah PHP. JavaScript, MySOL, dan CSS.
Diwali dengan tahap analisis dengan melakukan studi pustaka dan studi lapangan, disambung
dergan tahap desain atau perancangan, kemudian ke tahap pengembangan, tahap pengujian
dan sampa: Ke tahap penilaian.
Pengujian dilakukan oleh pakar pendidikan dan multimedia pembelajaran.
Penilaian dilakukan berdasarkan hail penggunaan -learning pada saat penelitian. Penggunaan
e-learning dalam pembelajaran, membuat hampir seluruh siswa terbantu karena -learning
menyediakan konten-konten pembelajaran yang lebih inovatif dan variatif serta akses
terhadap materi memudahkan siswa untuk belajar.

2. Terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan pemahaman konsep antara


kelompok (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya

9
menggunakan model Blended Learning (model pembelajaran Problem Based
Learning dengan E-learning) dan pembelajaran menggunakan model Blended
Learning (pembelajaran Konvensional dengan E-learning).

3. Terdapat pengaruh model Blended Learning (model pembelajaran Problem


Based Learning dengan E-learning) dan pembelajaran menggunakan model
Blended Learning (pembelajaran Konvensional dengan E-learning) terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman konsep siswa.

10
Daftar Pustaka

• Mosa, Elenena. 2006. A Blended E-Learning Model. Italia: Italian Journal of


Educational Technology.
• Thorne, K. 2003. Blended Learning, How to Integrate Online and Traditional
Learning. UK: Kogan Page.
• Graham, C.R. 2006. Blended Learning Systems: Definition, Current Trends, and
Future Directions. San Francisco: Bonk & Graham.
• Syarif, Izzudin. 2012. Pengaruh Penerapan Model Blended Learning terhadap
Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol.2, No.2.
• Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Dwiyogo, W.D. 2018. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Depok: Rajawali
Pers.
• Carman, J.M. 2005. Blended Learning Design: Five Key Ingredients. Online:
www.agilantlearning.edu.
• Brooke, Elizabeth. 2015. Four Keys To Success Using Blended Learning
Implementation Models. Online: www.lexialearning.com.
• Riyana, C. 2009. Blended Learning dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Pembelajaran. Bandung: UPI.

11

Anda mungkin juga menyukai