Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pembelajaran Terbalik Atau Flipped Classroom

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


ICT dan Inovasi pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. HERY SETIYO NUGROHO, M.AP. SE., MAP., CHRMP

Oleh:
Kelompok 8

Antoni : 20216013106
Erifal : 20216013093
Firman Saputra : 20216013097
Sulastri : 20216013094

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya walaupun dalam bentuk yang
masih terdapat kekurangan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam bentuk tugas yang
diberikan oleh dosen dalam mata kuliah ICT dan Inovasi Pendidikan.
Kami menyadari bahwa materi ini masih jauh dari sempurna. Harapan kami tentunya
ada masukan bagi rekan rekan mahasiswa dan dosen pembimbing, agar makalah ini dapat
lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih pihak pihak yang terkait serta kepada
Dosen Pengampu Mata Kuliah ICT dan Inovasi Pendidikan yang telah berpartisipasi atas
tersusunnya makalah ini.

Palembang, 22 November 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Pembelajaran Flipped Classroom......................................................................... 3

2.2 Empat Pillar Dalam Pembelajaran Model Flipped Classroom ............................................ 6

2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Flipped Classroom ......................................................... 7

2.4 Keunggulan Pembelajaran Flipped Classroom .................................................................... 10

BAB III............................................................................................................................................... 11

PENUTUP ........................................................................................................................................ 11

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 11

3.2 Saran........................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Revolusi digital memiliki pengaruh penting di bidang pendidikan seperti di
banyak bidang lainnya. Pengaruh ini juga menyebabkan perubahan radikal di bidang
pendidikan, seperti dalam hal pendekatan pengajaran dan pembelajaran. Para peserta
didik di zaman ini memiliki karakteristik yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan
masa lalu, oleh karena itu cukup sulit untuk menarik minat dan keingintahuan siswa hari
ini untuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan pengajaran tradisional. Selain itu,
tidak mudah untuk mengatasi beberapa masalah terkait mengajar dan belajar dengan
pendekatan yang sudah ketinggalan.
Tetapi, diluar masalah kurangnya minat dan keingintahuan siswa soal belajar
terdapat masalah lain yang mengganggu dalam pembelajaran bagi guru dan siswa itu
sendiri. Permasalahan itu adalah permasalahan absensi siswa di kelas. Terkadang
dalam sebuah kelas seorang siswa tidak hanya mengerjakan pekerjaan sekolahnya
saja. Tetapi ada pula yang bekerja dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
terkadang ketika mereka terpilih untuk mengikuti sebuah perlombaan di luar sekolah
memaksa mereka untuk tidak dapat hadir. Dengan ketidakhadiran mereka di kelas
mengakibatkan ketertinggalan materi yang seharusnya jika mereka mengikutinya
mereka akan sama dalam hal pengetahuan dengan siswa lainnya. Selain permasalahan
adanya siswa yang berkegiatan di luar sehingga tidak dapat hadir di kelas. Terdapat
masalah-masalah lainnya lagi, seperti adanya siswa yang dalam pemahaman materi
masih lambat (Slow Learner), siswa yang bosan terhadap model pembelajaran dengan
ceramah dan siswa yang malas mencatat atau mendengarkan penjelasan dari guru
mereka. Dan untuk menanggulangi ini maka para pendidik saat ini menunjukkan minat
yang sangat besar pada model pembelajaran inovatif yang menjawab kebutuhan
zaman.
Salah satu model pembelajaran yang inovatif tersebut adalah model flipped
classroom. Flipped classroom merupakan suatu strategi pembelajaran yang tergolong
baru. Strategi pembelajaran ini semakin berkembang dengan kemajuan teknologi,
seperti akses internet serta software yang pendukung lainnya. Pada pembelajaran
tradisional pendidik menyampaikan materi, lalu untuk menambah pemahaman materi
tersebut maka siswa akan mengerjakan tugas di sekolah dan diberikan pekerjaan

1
rumah. Pada flip classroom, peserta didik berpartisipasi dalam mempersiapkan
pembelajaran melalui tontonan video, memahami powerpoint dan mengakses sumber
belajar yang disediakan oleh pendidik baik melalui e-learning atau cara lainnya.
Setelah memiliki persiapan yang lengkap di rumah, maka di kelas peserta didik akan
mampu untuk menyelesaikan masalah (problem solving), menganalisis serta
memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Terdapat dua komponen
dalam flipped classroom yaitu “memindahkan pendidikan ke luar kelas” biasanya
pembelajaran dihantarkan melalui media elektronik dan memindahkan praktek berupa
tugas dan pekerjaan rumah ke dalam kelas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian pembelajaran Flipped Classroom?
2. Apa saja pilar dalam pembelajaran Flipped Classroom?
3. Apa saja langkah-langkah pembelajaran Flipped Classroom?
4. Apa keunggulan pembelajaran Flipped Classroom?

1.3 Tujuan
Adapun tujuna dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran Flipped Classroom.
2. Untuk mengetahui pilar-pilar dalam pembelajaran Flipped Classroom.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran Flipped Classroom.
4. Untuk mengetahui keunggulan pembelajaran Flipped Classroom.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Flipped Classroom


Pembelajaran virtual didefinisikan sebagai pembelajaran di mana siswa dan guru
dipisahkan oleh waktu atau ruang, atau keduanya, dan guru menggunakan Learning
Management System (LMS) seperti Moodle/Blackboard untuk memberikan instruksi.
Melalui salah satu sistem ini, guru dapat menawarkan instruksi terpadu (instruksi tatap muka
yang mencakup akses ke materi pada LMS). Guru juga dapat menggunakan alat lain (Wikis,
Blog) dan Video Conferencing untuk berkomunikasi dengan siswa. Inilah yang disebut
dengan blended learning atau pembelajaran campuran atau kombinasi. Pada moda
kombinasi ini, peserta melakukan interaksi belajar secara daring dan tatap muka. Interaksi
belajar daring dilakukan secara mandiri dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
pembelajaran yang telah disiapkan secara elektronik, dan dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja. Thorne (2003), mengartikan blended learning adalah perpaduan dari teknologi
multimedia, CD ROM, video streaming, kelas virtual, voicemail, email dan telpon
conference, animasi teks online dan video-streaming. Semua ini dikombinasi dengan bentuk
tradisional pelatihan di kelas. Blended learning menjadi solusi yang paling tepat untuk
proses pembelajaran yang sesuai tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi
juga gaya si pembelajar.
Salah satu model blended learning adalah flipped classroom (pembelajaran terbalik).
Ruang kelas terbalik adalah pengaturan di mana siswa diperkenalkan dengan konsep yang
sudah direkam sebelumnya (melalui internet, video, atau penulis rekaman audio-visual) di
luar ruang instruksional tradisional (di rumah, di perpustakaan, atau di mana pun bahan ajar
dapat diakses) (Bergmann & Sams, 2012). Setelah siswa menyaksikan materi, mereka
diharapkan untuk datang ke kelas, biasanya pertemuan kelas berikutnya dan berkolaborasi
dengan teman-teman mereka dan guru tentang materi pembelajaran yang telah ditentukan
(Saunders, 2014). Siswa pada kelas terbalik juga diharapkan untuk menyelesaikan
pekerjaan rumah di kelas dan mendiskusikan, menjelaskan, serta memperluas konsep yang
mereka pelajari dari materi online selama pembelajaran. Jadi, apa yang secara tradisional
dilakukan siswa di rumah menjadi apa yang siswa lakukan di kelas, dan sebaliknya.
Pembelajaran online, menjadikan informasi dapat dilakukan dengan berbagai
multimedia yaitu dengan menggabungkan teks, diagram, dan gambar dengan video dan
suara sangat menunjang kemampuan mentransmisikan informasi yang bermakna dan
bersifat maya (virtual). Keunggulan virtual class adalah untuk: 1) memberikan kesempatan

3
belajar yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan menghemat waktu dan
biaya, 2) meningkatkan keterampilan penggunaan teknologi informasi siswa sehingga siswa
lebih kreatif dan menambah minat siswa untuk belajar, 3) memaksimalkan kemampuan
masing-masing siswa dengan belajar diluar kelas tatap muka/kelas langsung.
Peran guru sebagai seorang pendidik harus dipikirkan kembali, dan berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa apabila pembelajaran lebih banyak didominasi guru akan
memberikan hasil belajar yang kurang menggembirakan dibandingkan melibatkan siswa
aktif. Pembelajaran yang memposisikan guru sebagai fasilitator adalah pilihan terbaik di
ruang kelas bagi keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran terbalik merupakan perwujudan
dari active learning dan dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang konstruktivis, dimana
guru mengharuskan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran mereka daripada
menerima informasi secara pasif.
Menentukan pembelajaran dengan model flipped classroom, harus didasarkan pada
kebutuhan untuk: a) membantu siswa menguasai konsep atau pengetahuan tertentu yang
rumit dan tidak dikuasai secara memadai melalui metode pembelajaran saat ini; b)
melibatkan siswa dengan materi yang mungkin telah dianggap 'membosankan' atau 'tidak
menarik' oleh kelompok masa lalu; dan/atau, c) memfasilitasi pengembangan keterampilan
yang menggunakan pengetahuan atau konsep baru.
Belajar mandiri merupakan salah satu komponen dalam model pembelajaran flipped
classroom, karena dalam online learning didalamnya terjadi proses belajar mandiri. Menurut
Wedemeyer (1973) dalam Chaeruman (2007) belajar mandiri sebagai pembelajaran yang
merubah perilaku, dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pebelajar dalam
tempat dan waktu berbeda serta lingkungan belajar yang berbeda dengan sekolah. Peserta
didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus
menghadiri pelajaran yang diberikan pengajarnya di kelas. Peserta didik mempunyai
otonomi yang luas dalam belajar.
Menurut Bergman & Sams ( 2012), menyatakan flipped classroom memiliki konsep
dasar bahwa semua yang dilakukan di kelas pada pembelajaran konvensional menjadi
dilakukan di rumah dan semua yang dilakukan sebagai pekerjaan rumah pada
pembelajaran konvensional menjadi dilakukan di kelas. Definisi model pembelajaran flipped
classroom (Knewton, 2011) dapat diilustrasikan dalam gambar 1 berikut.

4
Gambar 1. Model Pembelajaran Flipped Classroom
Berdasarkan definisinya, flipped classroom adalah konstruktivis yang mengharuskan
siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran mereka daripada menerima informasi secara
pasif. Fokusnya adalah beralih dari guru ke pelajar, dan tantangan yang melekat dalam
pembelajaran ini perlu menjadi perhatian, karena pembelajaran berbeda dengan selama ini
yang dilakukan. Desain flipped classroom beserta elemennya digambarkan dalam bagan
berikut ini (Reidsema, et.all., 2017).

Gambar 2. Elemen Desain Flipped Classroom


Desain flipped classroom, terdapat interkoneksi antar elemen seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2. Penomoran setiap elemen pada gambar terutama untuk
identifikasi dan tidak ditafsirkan sebagai urutan wajib atau linear. Pengurutan elemen
desain, bagaimanapun, menekankan pentingnya fokus pada kedua hal, yaitu context
(internal) dan drivers (eksternal) sebagai dasar untuk memutuskan kelayakan flipping atau
tidak. Analisis situasi dari context dan drivers terjadi bersamaan dengan serangkaian hasil
yang ingin dicapai. Seperti halnya diagram proses desain, interkoneksi adalah karakteristik
mendasar, terlebih lagi setelah keputusan untuk membalik atau flip (Elemen 3) telah dibuat.
Juga perlu diperhatikan bahwa melihat context (Elemen 1) kemungkinan besar akan terjadi
bersamaan dengan pengetahuan dasar tentang hasil studi atau outcomes (Elemen 4). Juga
harus ada analisis komparatif berkelanjutan yang terjadi sehubungan dengan perbedaan
antara praktik saat ini dan yang terbaik.
5
2.2 Empat Pillar Dalam Pembelajaran Model Flipped Classroom
Flipped classroom sendiri pada dasarnya bukan hanya memiliki arti “terbalik”. Dalam
sebuah artikel yang diterbitkan pada tahun 2014 yang berjudul “The Definition Of Flip
Learning” dijelaskan bahwa flip sendiri terdiri dari 4 huruf yang dimana, huruf itu sendiri
berdiri membentuk sebuah pilar. Berikut pengertian “flip” sebagai sebuah pilar dalam
metode pembelajaran terbalik.
1) Pilar 1: F (Flexible Environment/ Lingkungan Belajar yang Fleksibel)
Flexible Environment berarti menunjukan penyediaan waktu dan fleksibilitas tempat.
Pada pembelajaran terbalik ini fleksibel di sini memungkinkan guru menciptakan
berbagai mode pembelajaran yang sering dilakukan oleh pendidik lainnya secara fisik,
seperti: satu, mengatur ruang belajar para siswa sekaligus untuk mengakomodasi
pelajaran yang diajarkan. Dua, untuk mendukung kerja kelompok atau belajar mandiri.
Para guru di sini ingin menciptakan ruang di mana siswa memilih kapan dan di mana
mereka akan belajar. Selanjutnya, pendidik yang melakukan “flip” pada kelas mereka
memiliki harapan akan jadwal siswa belajar dan dapat menilai mereka saat
pembelajaran berlangsung.
2) Pilar 2: L (Learning Culture/ Budaya Belajar)
Learning Culture di sini berarti dalam pendekatan kelas secara tradisional kegiatan
belajar berpusat pada guru dan pada pendekatan kelas flipped classroom terdapat
transisi dari yang belajar berupusat hanya pada guru menjadi berpusat pada siswa.
Dengan adanya perubahan budaya belajar ini siswa diharapkan dapat merubah budaya
dan cara belajar mereka. Guru sebagai pendidik juga berharap akan adanya perubahan
dalam diri siswa menjadi lebih aktif. Aktif di sini bisa berarti siswa mau bergerak untuk
belajar setiap saat sebelum memasuki kelas.
3) Pilar 3: I (Intentional Content/ Konten yang Disengaja)
Pendidik pada kelas terbalik diharapkan mampu memberikan perkembangan kognitif
pada siswa. Pada kelas terbalik ini pendidik juga harus belajar terus menerus dan
berpikir tentang bagaimana mereka harus menggunakan kelas “flip” dalam membantu
siswa mengembangkan pemahaman konseptual peserta didik. Pendidik juga diharapkan
memaksimalkan waktu di kelas yang ada untuk belajar dalam menciptakan
pembelajaran yang aktif, berpusat pada siswa dan disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan mereka.
4) Pilar 4: P (Profesional Educator/ Pendidik Profesional)
Guru sebagai pendidik bukan hanya menggunakan pendekatan tradisional dalam setiap
pengajarannya di kelas. Tetapi, juga wajib memberikan umpan balik dan mengevaluasi
6
pekerjaan mereka. Selain dari, umpan balik dan evaluasi, mereka juga diwajibkan untuk
melihat perkembangan para peserta didik. Baik dari cara mereka berpikir menanggapi
setiap permasalahan yang ada dan juga mengkritisi hal-hal yang dianggap perlu untuk
dikritisi. (Flipped Learning Network, 2014).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kata “flip” dalam model
pembelajaran flip classroom mengambil inti bahwa di dalam kelas, pendidik diharuskan
secara professional dapat menciptakan sefleksibel mungkin pembelajaran dengan
mengarahkan kognitif siswa untuk lebih berkembang, menciptakan pembelajaran yang aktif
dan mengembangkan pola pikir mereka dengan menyesuaikan tingkatan pendidikan
mereka.

2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Flipped Classroom


Model flipped classroom terbagi dalam beberapa tipe, beberapa di antaranya adalah
traditional flipped classroom dan peer instruction flipped (Steele, 2013). Model pembelajaran
traditional flipped sering digunakan oleh guru yang belum pernah menggunakan model
flipped classroom sebelumnya. Pada model pembelajaran traditional flipped siswa diminta
untuk menonton video pembelajaran atau media lainnya di rumah pada pembelajaran
sebelumnya. Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran di kelas dengan
belajar terlebih dahulu di rumah. Langkah selanjutnya adalah siswa datang ke kelas untuk
melakukan kegiatan dan mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Di kelas siswa menerapkan kemampuan dalam proyek ataupun simulasi lainnya. Kegiatan
yang berlangsung di kelas dapat dipandu menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS).
Tugas yang berkaitan juga diberikan dalam LKS. Kegiatan selanjutnya adalah mengukur
pemahaman siswa dengan mengadakan kuis di akhir pembelajaran. Langkah-langkah
pembelajaran traditional flipped menurut Steele (2013) sebagaimana digambarkan dalam
gambar 3 berikut.

7
Mengukur
pemahaman Siswa menonton
siswa yang video
dilakukan di kelas pembelajaran di
saat akhir bab rumah
materi pelajaran

Menerapkan Datang ke kelas


kemampuan siswa untuk melakukan
dalam proyek dan kegiatan dan
simulasi lain di mengerjakan tugas
dalam kelas yang berkaitan

Gambar 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Traditional Flipped


Model pembelajaran peer instruction flipped dilakukan dengan menggunakan siswa
yang lebih pandai membantu siswa yang masih kurang dalam belajarnya, jadi seperti
pembelajaran tutor sebaya. Sedangkan pada model pembelajaran peer instruction flipped
siswa diminta untuk menonton video pembelajaran di rumah. Pada saat di kelas, guru
memberikan tes soal pertama secara individu. Siswa saling beradu pendapat terkait
jawaban mereka dan menerapkan pembelajaran untuk menguatkan konsep. Apabila siswa
telah selesai dengan tes soal pertama maka dilanjutkan dengan tes soal kedua dan
seterusnya sampai waktu pembelajaran selesai. Di akhir pembelajaran guru melakukan
pengukuran pemahaman siswa melalui kuis. Langkah-langkah pembelajaran peer
instruction flipped menurut Steele (2013) digambarkan dalam gambar 4 berikut.

8
Pengukuran
pemahaman Siswa menonton
siswa yang video
dilakukan di kelas pembelajaran di
saat akhir bab rumah
mata pelajaran

Tes soal kedua Tes soal


yang pertama yang
mengajarkan mengajarkan
konsep konsep

Siswa saling
beradu pendapat
terkait jawaban tes
soal mereka dan
menerapkan
pembelajaran
untuk menguatkan
konsep

Gambar 4. Langkah-langkah Pembelajaran Peer Instruction Flipped


Dalam pembelajaran baik traditional flipped classroom dan peer instruction flipped
siswa menggunakan media internet dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru dengan mengunggahnya sesuai jadwal waktu yang ditentukan. Tugas yang diberikan
adalah tugas kelompok untuk ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai materi yang sedang
dibahas.

Gambar 5. Konsep pelaksanaan Flipped Classroom (sumber: literasidigital.com)

9
2.4 Keunggulan Pembelajaran Flipped Classroom
Avgerinou (2008) menjelaskan tiga alasan penting kenapa seorang pengajar lebih
memilih mengimplementasikan flipped classroom dibandingkan pembelajaran online
maupun klasikal, yaitu: pembelajaran yang lebih baik, meningkatnya akses dan fleksibilitas,
serta meningkatnya biaya-manfaat. Pendekatan yang berpusat pada siswa untuk mengajar
mengalihkan fokus dari kebutuhan guru kepada siswa. Dan inilah yang didukung oleh model
flipped classroom. Berbagai penelitian membuktikan bahwa model pembelajaran flipped
classroom terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan keaktifan
siswa pada sebuah proses pembelajaran dan memberikan hasil belajar yang lebih baik pula.
Model pembelajaran ini juga sangat bermanfaat untuk guru dan siswa, karena :
a. Siswa dapat mengerjakan tugas mereka dengan didampingi oleh gurunya.
b. Sebelum lanjut ke materi berikutnya, guru dapat memastikan bahwa setiap siswa telah
memahami konsep-konsep/materi yang harus dikuasai.
c. Motivasi belajar siswa meningkat dalam berkolaborasi, mengemukakan pendapat dan
mengerjakan tugas bersama temannya.
d. Siswa dapat mempelajari kembali atau belajar secara mandiri apabila tidak dapat hadir
di kelas, sedangkan guru dapat lebih leluasa meninjau dan meng-update rencana
pembelajaran yang telah dilakukan.
e. Komunikasi antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik.
Enfield (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran kelas terbalik dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas, berinteraksi secara
intensif sehingga terbentuk kemandirian belajar. Model ini efektif membantu siswa
mempelajari materi dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah secara mandiri.
Interaksi di kelas dapat terjadi secara intensif, setiap kesulitan belajar dapat segera teratasi,
sehingga terbentuk kemandirian dan motivasi belajar yang pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut gambaran umum yang telah dijabarkan model pembelajaran flipped
classroom dapat membuat waktu pembelajaran di kelas lebih efektif dan efisien. Hal ini
dikarenakan pada model pembelajaran konvensional pada umumnya menyita banyak waktu
belajar siswa dengan mendengarkan ceramah dari pendidik. Pada model pembelajaran
flipped classroom, alokasi waktu ceramah diganti dengan pendampingan pendidik kepada
siswa yang tergolong slow learner. Sejalan dengan itu, pendidik juga memberika enrichment
kepada siswa yang tergolong fast learner.
Blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan
berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai
macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning
adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara
konvensional, dimana antara pelajar dan pengajar saling berinteraksi secara langsung,
masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pengajaran), belajar
mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara
online. Penerapan blended learning tidak terjadi begitu saja. Tapi, terlebih dulu harus ada
pertimbangan karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktifitas pembelajaran
yang relevan serta memilih dan menentukan aktifitas mana yang relevan dengan
konvensional dan aktifitas mana yang relevan untuk online learning. Salah satu model
terbaik dari blended learning adalah flipped classroom.
Menurut Maolidah, dkk (2017), flipped classroom adalah salah satu upaya untuk
memberi solusi permasalahan berpikir kritis yang dapat diterapkan dalam menghadapi
pendidikan abad 21 ini. Pada dasarnya, konsep model pembelajaran flipped classroom yaitu
siswa di rumah mengerjakan apa yang dilakukan di kelas yaitu belajar dengan memahami
materi yang telah diberikan oleh guru, dan di kelas siswa mengerjakan apa yang biasanya
dikerjakan siswa di rumah yaitu mngerjakan soal dan menyelesaikan masalah. Menurut
Johnson (2013) flipped classroom merupakan suatu cara dalam proses pembelajaran yang
mengurangi kapasitas kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan memaksimalkan
interaksi satu sama lain yaitu guru, siswa dan lingkungannya. Model pembelajaran flipped
classroom ini memanfaatkan media pembelajaran yang dapat diakses secara online oleh
siswa yang mampu mendukung materi pembelajarannya. Model ini lebih menekankan

11
bagaimana memanfaatkan waktu di kelas agar pembelajaran lebih bermutu dan bisa
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis siswa.

3.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dibuat maka dapat dibuat saran sebagai berikut:
1) Pendidik hendaknya selalu berinovasi dalam menerapkan model pembelajaran
flipped classroom karena model pembelajaran dapat mempengaruhi minat siswa
dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2) Pendidik hendaknya selalu berinovasi menemukan metode yang sesuai guna
mengatasi permasalahan yang diatasi siswa didik yang tergolong slow learner
3) Pendidik hendaknya berkreasi dengan metode enrichment yang akan diberikan
kepada siswa yang tergolong fast learner.

12
DAFTAR PUSTAKA

Diakses dari https://repositori.kemdikbud.go.id/18000/3/Makalah-


Flipped%20Classroom%2C%20Pembelajaran%20Generasi%20Milenial.pdf
tanggal 22 November 2022.

Pradita, Denis Willy. 2020. Teori dan Praktik Penerapan Model Pembelajaran Flipped
Classroom. Tugas Akhir. FKIP Universitas Sanata Dharma : Yogyakarta.

Wulandari, Mega. 2020. Konsep Dasar Metode Flipped Classroom. Diakses dari
https://www.usd.ac.id/pusat/ppip/2020/05/04/konsep-dasar-metode-flipped-
classroom/ tanggal 22 November 2022.

13

Anda mungkin juga menyukai