Anda di halaman 1dari 9

Nama : TRI THRUSTANTO

Nim : 857919197

1. Jika p = 5 membagi habis 21 dan q = 5 suatu bilangan prima, maka:

a. Pernyataan biimplikasi dari kedua pernyataan tersebut adalah “5 membagi habis 21 jika
dan hanya jika 5 suatu bilangan prima”

b. Nilai kebenaran dari biimplikasi p ⇔ q tersebut adalah salah.

c. Syarat yang dibutuhkan agar biimplikasi tersebut dapat ditentukan nilai kebenarannya
adalah pernyataan p dan q dapat ditentukan nilai kebenarannya, sehingga kita dapat
menentukan nilai kebenaran dari biimplikasi p ⇔ q, yaitu:

Penjelasan dengan langkah-langkah

Hubungan dua pernyataan dalam logika matematika ada 4 macam yaitu:

Konjungsi (p ∧ q dibaca “p dan q”)

Disjungsi (p ∨ q dibaca “p atau q”).

Implikasi (p ⇒ q dibaca “jika p maka q”).

Biimplikasi (p ⇔ q dibaca “p jika dan hanya jika q”).

Nilai kebenaran dari konjungsi.


Nilai kebenaran dari disjungsi.

Nilai kebenaran dari implikasi.

Nilai kebenaran dari biimplikasi.

Diketahui

p = 5 membagi habis 21

q = 5 suatu bilangan prima

Ditanyakan

a. Buatlah pernyataan biimplikasi menggunakan kedua pernyataan tersebut!

b. Tentukanlah nilai kebenarannya!

c. Apa syarat yang dibutuhkan agar biimplikasi tersebut dapat ditentukan nilai
kebenarannya?

Jawab

Langkah 1

Pernyataan biimplikasi dari pernyataan p dan q adalah:

p⇔q
dibaca: “5 membagi habis 21 jika dan hanya jika 5 suatu bilangan prima”

Langkah 2

“5 membagi habis 21” adalah pernyataan yang salah, karena 21 tidak habis dibagi 5

p=S

“5 suatu bilangan prima” adalah pernyataan yang benar, karena 5 hanya habis dibagi 1
dan bilangan itu sendiri yaitu 5, sehingga 5 adalah bilangan prima.

q=B

Pernyataan biimplikasi akan bernilai benar jika kedua pernyataan bernilai benar atau
kedua penyataan bernilai salah. Sedangkan pernyataan biimplikasi akan bernilai
salah jika salah satu pernyataan bernilai benar dan pernyataan yang lain bernilai salah.

Karena pernyataan p bernilai salah (p = S) dan pernyataan q bernilai benar (q = B),


maka pernyataan biimplikasi p ⇔ q adalah bernilai salah.

Langkah 3

Syarat agar pernyataan biimplikasi dapat ditentukan nilai kebenarannya adalah


pernyataan p dan q dapat ditentukan nilai kebenarannya, sehingga kita dapat
menentukan nilai kebenaran dari biimplikasi p ⇔ q, yaitu:

2. Contoh dua buah premis yang memenuhi ketentuan modus ponens.

Premis 1: Jika saya belajar, maka saya akan lulus ujian matematika.

Premis 2: Saya belajar

Berdasarkan modus ponens, kesimpulan dari kedua premis tersebut adalah:

Saya akan lulus ujian matematika.

Penjelasan dengan langkah-langkah

Penarikan kesimpulan dalam logika matematika terdiri dari:


Modus Ponens

p⇒q

∴ q

Modus Tollens

p⇒q

~q

∴ ~p

Silogisme

p⇒q

q⇒r

∴p⇒r

Contoh 1

Diketahui

Premis 1: Jika saya belajar, maka saya akan lulus ujian matematika.

Premis 2: Saya belajar.

Ditanyakan

Tentukan kesimpulan dari kedua premis tersebut!

Jawab

Langkah 1

Misal:

p = saya belajar.

q = saya akan lulus ujian matematika.

Langkah 2
Berdasarkan modus ponens, maka kedua premis tersebut dapat kita tulis:

Premis 1: p ⇒ q

Premis 2: p

∴ q

Jadi kesimpulannya adalah "Saya akan lulus ujian matematika".

Contoh 2

Diketahui

Premis 1: Hari ini tidak hujan atau tanah menjadi basah.

Premis 2: Hari ini hujan.

Ditanyakan

Tentukan kesimpulan dari kedua premis tersebut!

Jawab

Langkah 1

Berdasakan pernyataan ekuivalen yaitu:

p ⇒ q ≡ ~p ∨ q

maka pernyataan dari premis 1 yaitu:

“Hari ini tidak hujan atau tanah menjadi basah” ekuivalen dengan pernyataan “Jika hari
ini hujan, maka tanah menjadi basah”

Langkah 2

Berdasarkan langkah 1, diperoleh:

p = hari ini hujan.

q = tanah menjadi basah.

Sehingga bentuk kedua premis tersebut menjadi:

Premis 1: p ⇒ q

Premis 2: p
∴ q

Jadi kesimpulannya adalah “Tanah menjadi basah”.

3. Operasi yang mungkin dilakukan pada dua buah himpunan di atas yang saling beririsan
ialah tiga operasi. Operasi tersebut yakni irisan, gabungan, dan selisih
kedua himpunan.

Penjelasan dengan langkah langkah

Himpunan merupakan benda, objek, atau angka yang pendefinisiannya sudah


jelas. Himpunan pasangan berurutan merupakan setiap himpunan yang terdiri dari
anggota himpunan A dan B secara berurutan atau biasa dilambangkan (A, B) dengan x
∈ A, B ∈ P. Relasi himpunan merupakan hubungan himpunan A dengan himpunan B.

Diketahui

A = { x | x € bilangan prima kurang dari 10}

B = { x | x € bilangan ganjil kurang dari sepuluh}

Ditanya

Jumlah operasi yang mungkin dilakukan pada dua himpunan.

Dijawab

Sebelum menentukan berapa operasi yang dapat dilakukan pada


dua himpunan tersebut. Tentukan terlebih dahulu anggota masing masing
himpunannya.

A= {2, 3, 5, 7}.

B= {1, 3, 5, 7, 9}.

Tentukan irisan kedua himpunan

Irisan A ∩ B = {3, 5, 7}.

Tentukan gabungan kedua himpunan

Gabungan A U B = {1, 2, 3, 5, 7, 9}.

Tentukan selisih kedua himpunan


A - B = {2}.

B - A = {1, 9}.

Jadi, terdapat tiga buah operasi yang bisa dilakukan pada himpunan tersebut.

4.
5. a. Berikut adalah tabel penjumlahan bilangan basis 6

Penjelasan dengan langkah-langkah:

Basis bilangan adalah bilangan yang menjadi dasar terbentuknya bilangan lain dalam
suatu sistem bilangan. Bilangan basis 3 merupakan kelompok bilangan dengan
banyaknya anggota 5. Diketahui bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5. Bilangan tersebut merupakan
bilangan basis 6.

Contoh tabel penjumlahan bilangan basis 6

b. Contoh perkalian basis 6


6 = 6 + 0 = 1 × 6¹ + 0 × 6⁰ = 10
7 = 6 + 1 = 1 × 6¹ + 1 × 6⁰ = 11
8 = 6 + 2 = 1 × 6¹ + 2 × 6⁰ = 12
9 = 6 + 3 = 1 × 6¹ + 3 × 6⁰ = 13
10 = 6 + 4 = 1 × 6¹ + 4 × 6⁰ = 14
12 = 12 + 0 = 2 × 6¹ + 0 × 6⁰ = 20
15 = 12 + 3 = 2 × 6¹ + 3 × 6⁰ = 23
16 = 12 + 4 = 2 × 6¹ + 4 × 6⁰ = 24
20 = 18 + 2 = 3 × 6¹ + 2 × 6⁰ = 32
25 = 24 + 1 = 4 × 6¹ + 1 × 6⁰ = 41
c. Operasi penjumlahan bilangan basis 6 bersifat tertutup karena ketika 2 buah bilangan
bulat dijumlahkan, hasilnya juga merupakan bilangan bulat.
d. Operasi perkalian bilangan basis 6 bersifat tertutup karena ketika dua buah bilangan bulat
dikalikan, hasilnya juga merupakan bilangan bulat.
Penjelasan dengan langkah-langkah
Basis bilangan merupakan bilangan yang dijadikan sebagai dasar pembentukan
bilangan lain dalam sebuah sistem bilangan. Bilangan basis 6 merupakan bilangan yang
memiliki anggota 6 buah, taitu 0, 1, 2, 3, 4, dan 5.

Anda mungkin juga menyukai