Anda di halaman 1dari 5

FARMASI BAHARI

ESSAY TUMBUHAN MANGROVE DAN TUMBUHAN PESISIR PANTAI

Disusun oleh :

Muahammad Dimas Arzy (K1A021084)

Dosen Pengampu :

apt. Anggit Listyacahyani Sunarwidhi, S.Farm., M.Sc., Ph.D.

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2023
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas
dengan Panjang 57.716 km. Banyak tumbuhan pantai yang tumbuh di pesisir pantai Indonesia
salah satunya adalah hutan mangrove (Imran dan Efendi, 2016). Ekosistem mangrove
merupakan suatu sistem yang terdiri organisme, yaitu hewan, tumbuhan dan mikroba yang
akan berinteraksi dengan dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove
(Ginantra et al., 2018). Ekosistem mangrove disebut juga sebagai ekoton atau daerah
peralihan dimana menghubungkan antara kehidupan biota laut dan daratan (Ginantra et al.,
2018). Selain itu, mengrove memiliki sifat cenderung membentuk kerapatan dan mempunyai
keragaman struktur tegakan yang berfungsi sebagai perangkap endapan dan perlindungan
terhadap erosi Pantai (Imran & Efendi, 2016).

Beraneka ragam jenis mangrove yang terdapat di dalam ekosistem hutan mangrove di
Indonesia serta merupakan negara dengan tingkatan tertinggi di dunia, dimana ditemukan
seluruhnya 89 jenis mangrove. Sebagian spesies yang ditemukan yaitu spesies tingkat pohon
seperti spesies bakau (Rhizophora), spesies api-api (Avicennia), Spesies Pedada (Sonneratia),
spesies Tanjang (Bruguiera), spesies Nyirih (Xylocarpus), spesies Tenger (Ceriops) dan
spesies Buta buta (Exoecaria). Terdiri dari 8 famili hutan mangrove yang tergolong pohon
dan semak, serta terdapat 12 genus tumbuhan mangrove yang berbunga yang meliputi
Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Conocarpus, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera,
Avicennie, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Laguncularia (Kartika et al., 2018 ; Karim et
al., 2023). Yang termasuk kedalam spesies api-api (Avicennia) meliputi Avicennia alba dan
Avicennia marina; spesies Tanjang, Bruguiera cylindrica dan Bruguiera gymnorrhiza; spesies
Tenger, Ceriops decandra; spesies Buta-buta, Excoecaria agallocha; speies bakau Rhizopora
apiculate, Rhizopora mucronate, Rhizopora stylosa; spesies pedada, Soneratia casseolaris;
spesies nyirih, Xylocarpus mollucensis keseluruhan jenis mangrove tersebut masuk ke dalam
jenis mangrove sejati (Martuti, 2013). Salah satu spesies yang dapat ditemukan di setiap
kecamatan yaitu spesies Rhizopora mucronate, hal tersebut dikarenakan pada kondisi
lingkungan berupa kondisi substrat yang baik, zona pasang surut air laut yang labil, salinitas
air serta kelimpahan nutrient yang memadai, memungkinkan spesies Rhizopora mucronate
dapat tumbuh dengan baik (Irawan, 2005 ; Karim et al., 2023).

Tumbuhan mangrove dapat tumbuh pada daerah yang memiliki tanah berlumpur,
berlempung, atau berpasir. Daerah tumbuhnya juga tergenang air laut secara berkakala,
menerima pasokan air tawar yang cukup melalui aliran air sungai serta dapat terlindungi dari
gelombang pantai yang besar dan arus pasang surut yang kuat (Arief, 2003 ; Rahmadhani et
al., 2003). Zonasi hutan mangrove dapat ditentukan oleh keadaan tanah, salinitas,
penggenangan, pasang surut, laju pengendapan dan pengikisan dimana daya adaptasi spesies
mangrove terhadap lingkungannya akan dapat menentukan komposisi dari spesies tersebut
(Rahim dan Baderan, 2017 ; Rahmadhani et al., 2003). Daerah tumbuhnya mangrove terbagi
dalam 4 zona yang meliputi, daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai
yang berair payau hingga air tawar, dan daerah kearah daratan yang memiliki air tawar. Pada
daerah terbuka merupakan habitat mangrove yang berhadapan dengan laut dimana
dipengaruhi akibat pasang surut air laut sehingga mampu hidup di daerah yang berpasir. Pada
daerah terbuka ini didominasi oleh mangrove dengan spesies Avicennia, Sonneratia.
Sedangkan daerah tengah terletak di belakang daerah terbuka, pada daerah ini didominasi
oleh spesies Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, dan
Bruguera. Sementara pada daerah perairan payau banyak terdapat spesies mangrove Nypa
fruticans, serta daerah daratan dimana berada diperairan payau mendekati tawar banyak
terdapat mangrove dengan spesies Acrostichum aurium, Cerbera mangas (Bei, 2021).

Khasiat tumbuhan mangrove banyak digunakan sebagai obat tradisional diantaranya


digunakan sebagai pengobatan penyakit kulit, rematik atritis, pendarahan, asma, infeksi
jamur, diabetes, hipertensi, serta gangguan pencernaan yang meliputi sembelit, diare, disentri,
dispepsia, hematuria, sakit perut (Gurib-Fakim dan Brendler, 2004 ; Pambudi dan Haryoto,
2022). Adapun kandungan fitokimia secara umum yang terkandung pada tumbuhan
mangrove yaitu alkaloid, karotenoid, alkohol alifatik, asam amino, asam lemak bebas,
karbohidrat, hidrokarbon, feromon, lipid, steroid, terpenoid, flavonoid, saponin, tanin dan
fenolik (Bandaranayake, 2002 ; Pambudi dan Haryoto, 2022). Salah satu spesies tumbuhan
mangrove yang sering digunakan sebagai racun ikan adalah spesies Aegiceras corniculatum,
dimana spesies ini memiliki kandungan metabolit sekunder yang terdiri dari alkaloid, tanin,
polyfenol, sterol, triterpenoid, saponin, flavonoid, hidroquinon, benzoquinon, sitostrerol,
stigmasterol, asam galat. Selain itu terdapat senyawa khas yang di isolasi dari spesies
Aegiceras corniculatum yaitu Embelin dan aegericin. Embelien memiliki banyak efek
farmakologis diantaranya sebagai antifertilitas, analgesik, anti-inflamasi, antioksidan,
antidiabetik, hepatoprotektif, antikonvulsan, ansiolitik, dan aktivitas antimikroba (Roome et
al., 2011 ; Pambudi dan Haryoto, 2022). Sementara pada spesise Avicennia yaitu Avicennia
alba, daun dan batangnya mengandung karbohidrat, tanin, steroid, terpenoid, saponin,
flavanoids, dan alkaloid (Thatoi et al., 2016 ; Pambudi dan Haryoto, 2022). Secara umum
spesies Avicennia memiliki khasiat pengobatan penyakit HIV, kanker, hepatitis diare,
diabetes, peradangan, penyakit terkait stres oksidatif dan lain sebagainya (Kar et al., 2015 ;
Pambudi dan Haryoto, 2022). Sedangkan pada spesies Rhizophora yaitu Rhizopora
mucronate memiliki kandungan senyawa golongan golongan fenol, tanin, flavonoid, saponin,
glukosida, terpenoid, dan alkaloid. Dimana seluruh bagian tumbuhan dari spesies ini
digunakan dalam pengobatan diabetes, diare, disentri, kaki gajah, hematoma, demam, angina,
hematuria, perdarahan, hepatitis, radang, luka dan bisul (Sur et al., 2015 ; Pambudi dan
Haryoto, 2022). Pada spesies Sonneratia yaitu Sonneratia alba diketahui memiliki
kandungan senyawa dari golongan alkaloid, flavonoid dan fenolik, saponin, steroid, serta
terpenoid/triterpenoid yang memiliki efek farmakologis sebagai antioksidan, antibakteri,
antidiabetik, antiinflamasi, antikolesterol, analgesik, antidepresan, inhibitor tirosinase, anti-
lipid peroksidase, serta toksisitas terhadap larva udang (Mairing dan Ariantari, 2022).

Kandungan senyawa pada tumbuhan mangrove yaitu tanin, dimana komponen utama
senyawa tanin adalah fenolik dalam bentuk polimerik fenol (Purwaningsih et al., 2013 ;
Puspitasari et al., 2018). Senyawa fenol dalam konsentrasi tinggi dapat bertindak sebagai
toksin bagi plasma untuk merusak sistem dinding sel dan untuk mengumpulkan protein dalam
sel (Ogata et al., 2005 ; Puspitasari et al., 2018). Sementara pada tumbuhan mangrove dengan
spesies S.alba yang termasuk ke dalam family Sonneratiaceae memiliki sifat toksik yang
berasal dari senyawa bioaktifnya seperti tanin (Puspitasari et al., 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Karim, M. F., Haruna, M. F., & Samaduri, A. (2023). Identifikasi Tumbuhan Mangrove di
Kawasan Pesisir Pantai Desa Pakowa Bunta Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. Jurnal
Biologi Babasal, 2(1).

Imran, A., & Efendi, I. (2016). Inventarisasi mangrove di pesisir pantai cemara Lombok
Barat. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala, 1(1), 105-112.

Ginantra, I. K., Darmadi, A. A. K., Suaskara, I. B. M., & Muksin, I. K. (2018).


Keanekaragaman jenis mangrove pesisir Lembongan dalam menunjang kegiatan wisata
mangrove tour. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (pp. 249-255).

Martuti, N. K. T. (2013). Keanekaragam Mangrove Di Wilayah Tapak, Tugurejo, Semarang.


Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences, 36(2).

Rahmadhani, T., Rahmawati, Y. F., Qalbi, R., HP, N. F., & Husna, S. N. (2021). Zonasi dan
formasi vegetasi hutan mangrove: Studi kasus di pantai baros, yogyakarta. Jurnal Sains
Dasar, 10(2), 69-73.

Pambudi, D. B., & Haryoto, H. (2022). Efektivitas Farmakologi Senyawa Aktif Tumbuhan
Mangrove Yang Hidup Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 15(1), 39-57.

Mairing, P. P., & Ariantari, N. P. (2022). Metabolit Sekunder dan Aktivitas Farmakologi
Tanaman Mangrove (Sonneratia alba). Jurnal Farmasi Udayana, 11(1).

Bei, A. (2021). Mengenal Mngrove. Balikpapan: Graha indah.

Puspitasari, E., Rozirwan., Hendri, M. (2018). Uji toksisitas dengan menggunakan metode
brine shrimp lethality test (BSLT) pada ekstrak mangrove (Avicennia marina, Rhizophora
mucronata, Sonneratia alba dan Xylocarpus granatum) yang berasal dari Banyuasin,
Sumatera Selatan. Jurnal Biologi Tropis, 18(1), 91-103.

Anda mungkin juga menyukai