Anda di halaman 1dari 7

TADABUR SURAT AL-A’RAF AYAT 31-34

Ayat ke 31

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 31)

Israf = berbuat berlebihan..

Ayat ini menyangkut kebiasaan kaum musyrikin yang tawaf dengan telanjang.
Karena tidak mau pakai baju yang pernah dipakai berbuat maksiat.

‫ِزْيَنَتُك ْم‬
Ada dua tafsir..

1. Tutup aurat

2. Sesuatu yang hiasi tubuh, pakai minyak wangi, siwak.

Sebagian salaf punya baju bagus khusus untuk sholat.

Masjid ada dua maksudnya bangunan masjid atau tempat sholat yang lain.

Allah tidak sebutkan obyek yang dimakan dan diminum.


Artinya mutlak apa saja boleh dimakan kecuali ada larangan.

Yang penting jangan berlebihan dari sisi kadar (terlalu kenyang) atau terlalu mahal.

Jika seseorang bisa makan dengan tidak berlebih maka akan sehat.

Maka ada ulama yang menyatakan bahwa ilmu kedokteran ada pada setengah ayat ini.

Dalam hadits disebutkan adab makan, yaitu 1/3 untuk makan, 1/3 untuk minum dan 1/3
untuk nafas.

Pada beberapa penjelasan tafsir di atas, kita telah memahami pesan-pesan Allah Swt kepada
anak-anak Adam as, dimana Allah telah menjelaskan berbagai ayat-Nya sebagai berikut,
wahai anak Adam, pakaian yang menutup dan menghiasi tubuh kalian sewaktu kalian
melakukan tawaf di Masjidl Haram hendaknya tetap kalian kenakan. Namun janganlah
kalian bertawaf tanpa pakaian dan busana seperti para nenek moyang kalian di zaman
Jahiliyah. Bahkan tidak saja di saat kalian masuk ke dalam Masjidil Haram, tetapi juga ketika
kalian memasuki setiap masjid manapun. Kalian tetap harus menjaga kain penutup dan
busana yang menghiasi tubuh kalian, juga dengan menjunjung tata krama dan menghormati
tempat suci ini.

Dalam berbagai riwayat Islam justru ditekankan ketika seseorang hendak memasuki masjid
untuk menunaikan shalat memakai pakaian yang bagus, bersih dan mengenakan minyak
wangi. Karena para pemuka dan ulama Islam sedemikian rupa menjaga sopan santun dan
tata krama di tempat-tempat suci. Dalam lanjutan ayat di atas telah disinggung mengenai
masalah makan dan minum. Ayat ini mengatakan, "Makanlah dan minumlah dari berbagai
nikmat Allah yang telah dianugerahkan pada kalian, namun janganlah berlebih-lebihan".

Sebagaimana yang telah diketahui, pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dan Hawa adalah
memakan buah pohon terlarang yang mengakibatkan mereka berdua diusir dari taman
surga. Ayat ini menasehatkan kepada kita semua anak cucu Adam dan Hawa agar senantiasa
berhati-hati dan waspada supaya kita tidak terkena siksa dan balasan. Terkait
mengkonsumsi pelbagai nikmat ilahi, Allah Swt mengajak manusia agar menjaga segala
bentuk perintah-Nya. Yakni, agar kita tidak berlebih-lebihan sehingga kita melanggar
ketentuan kebenaran.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Masjid adalah rumah Allah dan sebuah tempat berkumpulnya hamba-hamba Allah.
Karena itu, hendaknya kita selalu menjaga kesopanan, bahkan kalau bisa kita harus
memberikan kaEbaikan yaitu dengan memakai pakaian yang bagus dan bersih juga wangi-
wangian.
2. Makanan ruh hendaknya kita dahulukan dari pada makanan tubuh kita, yaitu pertama
shalat, baru kemudian makan!
3. Pemanfaatan manusia dari anugerah alam hanya dibenarkan sampai pada batas
kebutuhan dan darurat, dan hal itu bukan berarti hak untuk israf dan tabdzir yakni berlebih-
lebihan.

Ayat ke 32
“Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik?”

Katakanlah, “Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan
khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu
untuk orang-orang yang mengetahui.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 32)

Ini pertanyaan yang tidak perlu dijawab yaitu untuk ingkari dan ejekan.

Allah sandarkan zinah (perhiasan) kepada Allah.

Allah keluarkan perkara-perkara indah tersebut untuk Hamba-Nya.


Allah sifati dengan hal-hal yang baik.

Ini semua menunjukkan bahwa Allah menghalalkan perhiasan (pakaian).

‫ِهّٰللا ِزْيَنَة‬

Mencakup umum ;

– makanan apapun yang lezat-lezat,

– minuman apapun termasuk yang lezat

– perhiasan apapun kecuali yang dilarang misal emas dan sutra

– kendaraan apapun yang indah

Syarat : tidak berlebihan dan tidak sombong.

Ini juga bantahan telak untuk kaum suffiyah, yang melarang makanan yang mahal.

Katakanlah, “Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan
khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat.

Artinya perkara-perkara yang halal tersebut murni untuk orang beriman.

‫اْلِقٰي َم ِة َّيْو َم ِلَص ًة َخ ا‬

Ada dua tafsir.


Orang-orang beriman tidak akan diadzab karena menikmati hal-hal yang halal, berbeda
dengan orang kafir, karena orang beriman digunakan untuk ketakwaan.

Mahfum muqolafahnya..

Berarti,
A. Orang kafir akan diadzab karena menikmati hal-hal tersebut (untuk kufur)
Demikian juga yang gunakan nikmat tersebut untuk maksiat.

B. Kenikmatan – kenikmatan tersebut (termasuk tempat tinggal yang mewah), berlanjut di


surga.
Berbeda dengan penghuni neraka.

Pada ayat sebelumnya Allah Swt telah menyampaikan pesan dan perintah soal
memanfaatkan berbagai anugerah dan nikmat ilahi. Ayat ini menegaskan dengan nada
celaan kepada orang-orang yang mengatakan haram terhadap penggunaan berbagai
pakaian yang merupakan anugerah dan nikmat Allah untuk keindahan dan menutup tubuh.
Padahal Allah Swt sendirilah yang menciptakan dan menganugerahkan berbagai kenikmatan
dan keindahan ini, sehingga hamba-hamba Allah yang saleh dengan imannya yang tulus
dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Bahkan pemanfaatan atas berbagai nikmat
tersebut bagi orang kafir pun tidak dilarang.

Pada Hari Kiamat orang-orang Kafir tidak akan bisa memanfaatkan anugerah Allah tersebut,
nikmat-nikmat itu hanya sepenuhnya diberikan kepada orang-orang Mukmin. Namun dalam
hal ini, dapat mengakibatkan manusia-manusia menjadi berlebih-lebihan atau kurang dalam
berbuat (ekstrim kanan dan kiri). Meskipun dapat mengakibatkan penggunaan sebagian
fasilitas dan nikmat yang dianugrahkan oleh Allah Swt, sedang kelompok lain memilih jalan
kependetaan yakni segala keperluan yang dibutuhkan oleh naluri dan instink manusia
diacuhkan. Al-Quran al-Karim pada ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya menyinggung adanya
pergolakan di antara dua kelompok ini. kepada kelompok pertama dikatakan, kenapa
berlebih-lebihan? Sedang kepada kelompok kedua dikatakan, kenapa kalian tidak mau
memanfaatkan dengan baik atas nikmat-nikmat Allah yang halal ini !

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagaimana tidak diperbolehkan menghalalkan hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah
Swt, mengharamkan hal-hal yang telah dihalalkan juga tidak dibenarkan.
2. Allah Swt justru mendorong orang-orang Mukmin untuk memanfaatkan segala bentuk
keindahan yang dihalalkan dalam rangka mensyiarkan norma-norma agama.
3. Pemanfaatan atas segala nikmat duniawi tidak ada bedanya antara orang-orang Mukmin
dan Kafir. Namun pada Hari Kiamat anugerah nikmat Allah akan dikhususkan kepada orang-
orang Mukmin saja.

Ayat ke 33

Artinya:
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui". (7: 33)

“Allah sebutkan 4 model dosa :*

1. Perbuatan yang memalukan secara fitrah, yang nampak maupun tersembunyi.

2. Perbuatan dosa terkait diri sendiri

3. Perbuatan dzalim terkait hak orang lain baik harta, darah maupun harga diri. Kesyirikan
(tidak adil) tanpa hujjah.

4. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu, terkait Asmaul Husna, sifat-sifat Allah, perbuatan-
perbuatan Allah, syariat Allah.

Keistimewaan empat perkara ini.

A. Disepakati oleh seluruh syariat para nabi (Ibnu Taimiyyah)

B. Diharamkan secara dzat nya, seluruh kondisi haram. (Ibnu Taimiyyah)

C. Inilah empat perkara yang justru dilakukan oleh kaum musyrikin (Thahir bin Azur).

Diantara bentuk fawahiz disebutkan Ibnu Taimiyyah adalah membuka aurat termasuk
melihat aurat orang

Berdoa di kuburan orang sholeh mudah dikabulkan adalah termasuk bicara tentang Allah
tanpa ilmu. Yang mereka yakini adalah hanya akal, mimpi, hikayat..
‫ُس ْلٰط ًنا‬
Hujjah (maksudnya).

Mereka bicara sifat-sifat Allah dalam Al-Qur’an sebagai kesyirikan, naudzubillah.

Sebagian ulama menyatakan 4 dosa ini sebagai urutan dan yang paling parah adalah
berbicara tentang Allah tanpa ilmu.
Sumber segala kerusakan adalah kesalahan ini.

Sebagian orang-orang Mukmin memang sederhana dalam memandang sesuatu. Mereka


bahkan menyangka bahwa jalan mendekatkan diri kepada Allah adalah ibadah dan
menyendiri (uzlah). Yakni menjauhkan diri dari masyarakat, zuhud dan menerima apa yang
telah ditetapkan oleh Allah Swt. Mereka bahkan menyangka bahwa takwa itu menjauhkan
diri dari dosa dan tidak suka kepada dunia, sedang segala upaya untuk memperoleh dunia
disebutnya sebagai suatu yang jelek dan tidak mengenakkan. Ayat ini merupakan jawaban
dari pemikiran yang tidak pada tempatnya itu.

Ayat ini mengatakan, Allah Swt justru menganggap perbuatan-perbuatan semacam itu
adalah haram dan tidak patut. Segala perbuatan yang masih berada pada norma-norma
Islam dan dianggap wajar itu dibolehkan. Allah Swt mengharamkan segala perbuatan yang
mengganggu orang-orang lain, dosa dan kekejian, terhadap segala perbuatan jelek dan
aniaya, syirik, riyak, bid'ah dan segala bentuk penyelewengan. Karena itu jauhilah
perbuatan-perbuatan di atas. Sedang segala sesuatu yang kalian inginkan, kalian bisa
memanfaatkan dari segala nikmat yang dianugerahkan oleh Allah Swt.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sesuatu yang dihalalkan sangat banyak sekali, sedang yang diharamkan sedikit sekali.
karena Allah Swt memberikan keleluasaan kepada umat manusia dan hanya sedikit sekali
Dia membatasi dan melarang beberapa hal.
2. Allah Swt hanya mengharamkan hal-hal yang jelek, dosa, jahat dan yang menjadikan jiwa
raga manusia teracuni, padahal hal-hal yang jelek itu telah dipahami oleh fitrah manusia.

3. Dosa adalah dosa. Sedang kejelekan baik dipahami oleh masyarakat ataupun tidak,
kejelekan itu berhubungan dengan orang tersebut. Karena itu kita tidak bisa mengatakan
apabila masyarakat menganggapnya jelek menjadi jelek, ataupun apabila mereka tidak
mengatakannya lalu hal itu tidak jelek.

Ayat ke 34
Ini adalah ayat peringatan. Dan adzab Allah tidak bisa ditunda.
Jakarta - Surah Al A'raf ayat 34 memiliki kandungan isi yang dapat menjadi pengingat bagi
umat muslim. Menurut tafsir dari Kementerian Agama (Kemenag), tiap manusia bahkan
masa kejayaan suatu bangsa dan peradaban sekalipun sudah ditentukan batas usianya
masing-masing oleh Allah SWT.

"Tiap-tiap umat atau bangsa itu ada ketentuan yang disebut ajalnya, yaitu batas waktu
tertentu untuk maju atau mundur, jaya atau hancur," tulis Kemenag.

Artinya: "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak
dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun,"

dalam Tafsir, Kemenag menafsirkan kata ajal pada surah Al A'raf ayat 34 sebagai azab.
Tepatnya, ketentuan waktu turunnya azab bagi umat atau bangsa yang telah durhaka, tidak
mau menerima kebenaran, berlaku sewenang-wenang sekehendak nafsunya, dan tidak
segan-segan mengerjakan yang keji dan mungkar.

Azab yang ditimpakan pada umat tersebut dapat berupa dua kategori kehancuran, seperti
kehancuran bangsa yang dapat memusnahkannya seperti kehancuran kaum Nuh, 'Ad,
Tsamud, Fir'aun, Luth, dan lainnya. Ataupun kehancuran umat dalam bentuk kemiskinan,
kebodohan, maupun kehilangan harga diri.

Sementara itu, menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar Jilid 4 berpendapat, kata ajal
tersebut merujuk pada janji, ketentuan, atau batas yang berhubungan dengan takdir. Hal ini
membuktikan kekuasaan Allah SWT dalam mengatur batas usia kejayaan bangsa atau suatu
individu tanpa terhalang oleh apapun.

Buya Hamka kemudian mengambil contoh dari penafsiran ayat ini pada kemerdekaan
bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pada saat itu, sudah ditetapkan takdir kejayaan
Indonesia telah datang atau pun saat Belanda yang sudah menduduki selama 350 tahun di
Indonesia harus mundur oleh Jepang hanya dalam waktu satu minggu saja.

Untuk itu, Buya Hamka mengingatkan dalam tafsir surah Al A'raf ayat 34 ini, agar umat
muslim memanfaatkan waktu kehidupan yang tersisa dengan sebaik-baiknya selama masih
diberi kesempatan. Khususnya dalam mengerjakan perintah dan menjauhi segala larangan
Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai