Industri perjalanan wisata pasca pandemi covid-19 bergerak dengan cepat
kemudian berdampak pada munculnya berbagai atraksi wisata yang baru serta dengan sekejap menjadi sebuah destinasi wisata. Hal ini sejalan dengan munculnya berbgai produk wisata yang telah dikemas dan disesuiakan dengan apa yang menjadi minat dari wisatawan. Kebiasaan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata bukan lagi hanya sebatas keinginan saja melainkan sudah menjadi gaya hidup yang memiliki ketertarikan yang berbeda-beda mulai dari yang tertarik dengan wisata alam seperti pegunungan dan pantai, wisata budaya hingga pada wisata yang menantang (adventure). Sejalan dengan munculnya berbagai produk wisata, pengemasan pada produk tersebut juga semakin beragam sehingga wisatawan dapat memilih banyak paket wisata yang ditawarkan oleh Travel Agent (TA) atau pun pada Biro Perjalanan Wisata (BPW) dengan rute yang telah disusun dengan baik. Menurut Abdullah & Prihastuti, (2022) saat ini industri pariwisata sudah mulai melakukan peningkatan pada kualitas dalam memberikan pelayanan dengan mengidentifikasi lebih awal pada keinginan wisatawan sebelum dan sesudah mereka melakukan perjalanan. Dengan melakukan identifikasi pada aspek pergerkan wisatawan tentu saja akan lebih mudah untuk memenuhi keinginan maupun kebutuhan wisatawan khususnya dalam memilih produk wisata yang mereka inginkan. Karena pada prinsipnya wisatawan kerap melakukan perbandingan pada kualitas produk wisata yang mereka pilih tidak lain untuk memenuhi kepuasan yang mereka akan dapatkan (Munawar, 2022). Ada berbagai pilihan produk wisata yang dikemas dalam bentuk paket wisata yang memuat berbagai komponen mulai dari atraksi, fasilitas, aksesibilitas hingga pada pelayanan tambahan terutama pada wisatawan yang membeli paket wisata minat khusus. Menurut Aini et al., (2019) paket wisata yang telah dikemas serta diberikan harga akan lebih memudahkan para wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke tempat tujuan. Beragam pilihan destinasi wisata di Indonesia yang telah memiliki reputasi yang cukup tinggi dengan memadukan antara wisata alam dan budaya dengan aksesibilitas dan infrastruktur yang memadai. Tersedianya akomodasi, restoran hingga layanan penunjang dengan berbagai kemudahan untuk dapat di akses langsung oleh wisatawan. Tidak dapat dipungkiri, pasca pandemi covid-19 tren perjalanan secara simultan berubah dengan cepat dengan berbagai istilah yang baru seperti Healing, Staycation hingga Revenge Tourism (Wisata Balas Dendam) yang merupakan wujud dari keinginan wisatawan untuk melampiaskan hasrat perjalanan mereka yang tertahan (Sudjana et al., 2021). Sejalan dengan hal tersebut, fenomena dalam tren perjalanan wisata merujuk pada konsep alam, konservasi dan peningkatan kesejahteraan sebagaimana yang telah disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bapak Sandiaga Salahuddin Uno dalam Bisnis News.id bahwa ada 3P untuk mendukung pariwisata yang berbasis pada Alam (Planet) Orang (People) dan Kesejahteraan (Prosperity) (Helmi, 2021). Ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi pariwisata yang berbasis alam sangat besar terbukti dengan ingginya minat wisatawan melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang diketahui memiliki keindahan alam yang mengagumkan serta memiliki variasi kegiatan yang juga turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Terlibat dalam keidupan sosial, budaya, konservasi hingga pada pendidikan juga kerap dilakukan oleh wisatawan terutama pada destinasi wisata alam yang dinilai memiliki nilai untuk terus dijaga kelestariannya. Alam yang terdiri dari pegunungan, wilayah perairan serta garis pantai memiliki keindahan tersendiri bagi wisatawan terutama bagi mereka yang menyukai olahraga dan petualangan (Sport & Adventure). Hasmida & Sudhartono, (2020) berpendapat bahwa wisata alam cenderung dikategorikan pada petualangan didalam hutan (rimba), penelusuran gua hingga penyelaman di samudera (diving). Setiap kegitan tersebut memiliki pengemasan dalam bentuk paket wisata seperti jungle trekking dan paket wisata yang berbasis kemaritiman. Indonesia yang sejak dahulu diakui sebagai negara dengan gugusan pulau yang indah, keanekaragaman budaya serta kehidupan masyarakat yang majemuk ditambah sejarah terkait penjelajahan pelaut-pelaut dari suku bugis yang mengarungi samudera meninggalkan berbagai jejak kebangaan yang melekat di tanah nusanatara. Seperti halnya Sulawesi Selatan yang memiliki keindahan alam dan budaya tidak lekang dengan nilai-nilai kemaritiman yang sejak dahulu menjadi kebangaan oleh masyarakat dan terus dijaga melalui pelestarian kemaritiman dengan metode konservasi dan pemetaan sejarah terkait kemaritiman yang juga dikelompokkan pada destinasi wisata maritim atau destinasi wisata bahari. Potensi berkembangnya destinasi wisata bahari di Sulawesi Selatan memiliki peluang yang cukup besar apalagi tren perjalanan pasca pandemi covid-19 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebutuhan wisatawan untuk berlibur sekaligus memberikan kontribusi pada destinasi yang dikunjunginya. Salah satu tren dalam perjalanan saat ini yakni wisatawan banyak tertarik pada kegiatan-kegiatan wisata yang memiliki nilai tidak hanya pada kepuasan jasmani tetapi juga pada pemenuhan kepuasan rohani sehingga perjalanan wisata tidak perlu identik dengan kemewahan tetapi lebih kepada bagaimana pemenuhan hasrat didalam diri. Eksistensi wisata bahari memberikan harapan dalam penguatan sosial serta peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama pada masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau yang ada di beberapa daerah di Sulawsi Selatan. Potensi wisata bahari yang tersebar hampir di setiap kabupaten /kota di Sulawsi Selatan memiliki ciri khas tersendiri baik dari struktur pulau hingga pada ragam budaya masyarakatnya. Setiap daerah yang memilki gugusan pulau dengan keindahan bawah laut serta cerita dari kehidupan masyarakat diyakini menggugah semangat wisatawan untuk menjelajahi setiap sudut keindahan alam bahari Sulawesi Selatan. Acmad Gani (2020) dalam penelitianya terkait kepuasan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata bahari mendapat hasil yang maksimal dengan kepuasan dari wisatan terutama wisata bahari. Penelitian tersebut dilakukan di Kota Makassar dengan beberapa sampel wisatawan secara acak. Selain penelitian yang dilakukan oleh Achmad Gani (2020) penelitian terkait wisata bahari juga telah banyak di publikasikan dengan berbagai model dan pendekatan yang sebahagian besar mengacu pada pengembangan pariwisata secara fisikal (Andian & Aida, 2023; Handayani, 2021; Rote & Timur, 2020). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meneliti terkait model perencanaan sebuah produk wisata bahari yang akan fokus pada destinasi wisata bahari di Sulawesi Selatan meskipun penelitian terkait produk wisata juga telah banyak diteliti (Ariadi et al., 2018; Arya Astina & Muliadiasa, 2018; Juliana & Sitorus, 2022; Sasongko et al., 2020). Akan tetapi, fokus pada penelitian ini yakni merencanakan model produk wisata bahari yang mengacu pada konsep N.E.W.A (Nature. Eco.Wellness. Adventure). Pendekatan dengan konsep N.E.W.A (Nature. Eco.Wellness. Adventure) diayakini dapat memberikan sebuah nuansa baru pada produk wisata bahari yang ada di Sulawesi Selatan mengingat bahwa potensi kekayaan maritim yang dimilki sangat besar. Konsep N.E.W.A (Nature. Eco.Wellness. Adventure) ini pertama kali di kampanyekan memalui arahan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bapak Sandiaga Salahuddin Uno dalam wawancara ekslusif yang dilansir oleh Kompasiana.com. Beliau mengatakan bahwa konsep ini tidak lain untuk menjaga keberlanjutan dan keseimbangan alam (Fadhilah, 2021). Sejatinya konsep ini sudah diterapkan di berbagai destinasi di Indonesia sejak di kampanyekannya di tahun 2021. Akan tetapi konsep ini hanya terbatas pada hotel dan resort saja belum diterpakan secara menyeluruh pada aspek produk wisata yang nantinya akan dikemas menjadi sebuah informasi dan pola perjalanan wisata, bahari di Sulawesi. Sehingga harapan dari hasil penelitian ini nantinya dapat menciptakan produk wisata bahari yang mengususng tema N.E.W.A (Nature. Eco.Wellness. Adventure) di Sulawesi Selatan dan menjadi penciri yang berbeda dari destinasi wisata yang ada di daerah yang lain. 1.2 Rumusan Masalah Fenomena pada latar belakang menemukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola perjalanan wisata saat ini di Sulawesi Selatan ? 2. Bagaimana potensi pengembangan pola perjalanan wisata di Sulawesi Selatan ? 3. Bagiamana model perencanaan produk wisata bahari dengan pendekatan N.E.W.A (Nature. Eco.Wellness. Adventure) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun secara terperinci tujuan penelitian dijabarkan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi pola perjalan yang selama ini dibuat Biro Perjalanan dalam paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. 2. Memetakan potensi pengembangan pola perjalanan wisata pada gugusan kepulauan Spermonde di Kabupaten Pangkajene Kepulauan. 3. Merencanakan model produk wisata bahari sesuai dengan pendekatan N.E.W.A ( Nature. Eco.Wellness. Adventure)
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) dalam memperkenalkan potensi pariwisata baharinya di sepanjang gugusan kepulauan Spermonde. 2. Industri Biro Perjalanan Wisata di Sulawesi Selatan dalam mengembangkan produk paket wisata yang lebih bervariasi memiliki kebaharuan. 3. Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan khususnya Dinas Pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sulawesi Selatan. 4. Pengembangan ilmu pengetahuan pariwisata, khususnya bagi program studi Usaha Perjalanan Wisata dalam meningkatkan perannya sebagai lembaga pendidikan yang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. 1.5. Definisi Istilah 1. Paket wisata adalah suatu rancangan perjalanan wisata yang sudah tersusun secara tetap, dengan harga tertentu yang di dalamnya termasuk biaya-biaya untuk akomodasi, pengangkutan, dan lain sebagainya. Namun pada penelitian ini perencanaan paket wisata hanya sampai pada tahap penyusunan itinerary. 2. Pola perjalanan adalah struktur, kerangka dan alur perjalanan wisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang saling terkait, berisi informasi tentang fasilitas, aktifitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai pilihan perjalanan. 3. N.E.W.A kepanjangan dari Nature (alam), Ecotourism (ekowisata), Wellness (kesehatan) dan Adventure (petualangan) adalah sebuah strategi yang digunakan pada jasa hotel dan resort pada masa pandemik. Penelitian ini mencoba mengimlementasikan strategi tersebut pada produk paket wisata 4. Potensi adalah kemampuan atau kualitas yang dimiliki seseorang atau sesuatu dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada penelitian yang dimaksudkan adalah potensi daya tarik wisata di Kabupaten Pangkep.