Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN NORMAL DI


RUANG KAMAR BERSALIN RSUD dr. ABDOER RAHEM
SITUBONDO

OLEH :
Widodo Hardianti, S.Kep
NIM 232311101113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1
KONSEP TEORI PERSALINAN NORMAL

A. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau bukan jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mutmainnah dkk,
2017).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin (Mutmainnah dkk, 2017). Asuhan Persalinan normal
adalah sebuah upayah untuk mengurangi angka kematian ibu dengan cara
pencegahan komplikasi setelah melahirkan terutama pendarahan,
hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir (Haryanti, 2018).
B. ETIOLOGI

Berdasarkan Kurniarum (2016) terdapat beberapa penyebabterjadinya


proses persalinan, diantaranya sebagai berikut:
1) Penurunan Kadar Progesteron: Progesterone membantu dalamrelaksasi
otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikankerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan
estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur
kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi
progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive
terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.

2) Teori Oxitosin: Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst


posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
oxitosin bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang
memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda- tanda persalinan.
3) Distensi Rahim, seperti halnya kandung kemih yang bila dindingnya
meregang karena isinya, demikian pula dengan rahim. Seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan maka otot- otot rahim akan semakin
meregang. Rahim yang membesar dan meregang menyebabkan iskemi
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter kemudian
timbullah kontraksi.
4) Keregangan Otot-otot: Otot rahim mempunyai kemampuan meregang
dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan
Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka
denganmajunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
5) Pengaruh Janin Hipofise dan kelenjar suprarenal janin : Hal tersebut juga
memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih
lama dari biasanya karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian
kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya)
persalinan.

6) Teori Prostaglandin : Kadar prostaglandin meningkat sejak umur


kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang
dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang
diberikan secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberianprostaglandin saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahimsehingga hasil konsepsi dapat keluar.
Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga
didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
C. PATOFISIOLOGIS

Usia kehamilan 36-42 minggu terjadi penurunan kadar progesterone


dan prostaglandin meningkat yang mengakibatkan timbulnya kontraksi
myometrium. Menurunnya kadar hormone ini terjadi 1-2 minggu sebelum
persalinan. Selanjutnya uterus membesar tegang sehingga iskmei otot
uterus, adanya tekanan pada ganglion servikale dari fleksus fankenhauser
di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi. Selanjutnya ketika
uterus berkontraksi menunggu ketuban pecah. Untuk menentukan ketuban
pecah digunakan kertas lakmus. Pemeriksaan pH dalam ketuban dilihat
apakah memang air ketuban keluar dari kanatis serviks dan terdapat bagian
yang pecah. Pengaruh terhadap ibu ketika jalan janin terbuka dapat terjadi
infeksi intraportal. Peritonitis dan dry lobur. Ibu akan merasa lelah, suhu
naik dan tampak gejala infeksi intra uterin lebih dahulu sebelum gejala
pada ibu dirasakan. Selanjutnya ketika pembukaan sudah lengkap,
ketuban pecah maka akan terjadi kontraksi tekanan pada otot dasar
panggul yang akan menyebabkan nyeri.
D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut (Pramono et al., 2013) tanda persalinan dibagi menjadi 3, antara


lain:

1) Show yaitu pengeluaran mukus tercampur darah yang dikeluarkan


pervagina menutupi saluran serviks.
2) Kontraksi yang dimulai dengan peregangan tetapi menjadi lebihlama dan
lebih kuat serta teratur saat persalinan berlanjut.
3) Ketuban pecah spontan tanpa intervensi.

Sedangkan tanda persalinan sudah dekat merupakan sebagai berikut:

1) Lightening yaitu beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibumerasa


bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
2) Pollikasuria yaitu pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan
kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering kencing yang disebut Pollakisuria.
3) False labor yaitu tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon
ibu diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanyamerupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. Hispendahuluan ini bersifat:
- Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah

- Tidak teratur

- Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunyawaktu dan


bila dibawa jalan malah sering berkurang
- Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cerviks

4) Perubahan cerviks yaitu pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cerviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang
lunak, kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapamenunjukkan telah
terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk
masingmasing ibu, misalnya pada multipara sudahterjadi pembukaan 2 cm
namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.

5) Energy Sport yaitu beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-
kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari
sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan makaibu
mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti
membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan
rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran
bayi, sehingga persalinan menjadi panjang dan sulit.
6) Gastrointestinal Upsets yaitu beberapa ibu mungkin akan mengalami
tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek
penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.
E. TAHAPAN DAN FISIOLOGIS PERSALINAN
1) Kala I

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat


hingga dilatasi/pembukaan serviks lengkap (10 cm). Proses pada kala I
terbagi menjadi 2 fase yang masing-masing tidak sama lama waktnya. Fase
laten berlangsung 8 jam, pada fase ini diperlukan waktu yang lama hanya
untuk mencapai 3 cm. Fase berikutnya merupakan fase akselerasi atau fase
aktif, pada fase ini pembukaan serviks dapat mencapai maksimal 10 cm.
Kala I biasanyaibu ingin segera mengeluarkan janin dan sering mencoba
untuk mengedan.
Respon fisiologi yang terjadi pada kala 1 dapat dilihat dari uterus dan
serviks. Kontraksi uterus dimulai dari fundus dan terus menyebarke depan
dan ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang
dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi dan relaksasi
memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik. Sedangkan pada
serviks terjadi beberapa perubahan fisiologis, diantaranya: Effacement
(penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan
penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah
– ubah (beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan
panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai menjadi pendek
(hanya beberapa mm). Servik yang sangat tipis ini disebut sebagai menipis
penuh
a) Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dariserviks. Untuk
mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter dengan
menggunakan jari tangan saat peeriksaan dalam. Serviks dianggap
membuka lengkap setelah mencapai diameter 10 cm
b) Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah
sedikit atau sedang dari serviks
Kala I dibagi 2 fase yakni diantaranya :

I. Fase laten

- Dimulai pada saat awal kontraksi disertai dengan penipisandan


pembukaan serviks secara bertahap
- Pembukaan serviks terjadi sangat lambat sampai denganpembukaan
mencapai ukuran 3 cm
- Biasanya berlangsung hingga 8 jam

II. Fase aktif: Fase ini terbag menjadi 3, yakni akselerasi, dilatasimaksimal,
dan deselerasi
- Fase Akselerasi, dalam fase ini dalam waktu 2 jam terjadi pembukaan
3 cm menjadi 4 cm
- Fase Dilatasi Maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari yang awalnya 4 cm sampai dengan 9 cm
- Fase Dilatasi, pembukaan menjadi lambat yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan berubah menjadi pembukaan lengkap.
Dalam fase aktif ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Biasanya dari
pembukaan 4cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi
kecepatan rata-rata yaitu 1 cm per jam untuk primigravida dan 2 cm untuk
multigravida.
2) Kala II
Dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm) sampai jalan lahir, proses
ini tergantung dengan proses multipara atau primipara. Lamanya kala II 1-
2 jam. Perlunya diantisipasi pada kala ini adalah ukuran jalan lahir dan
perbandingan dari janin terutama kepala janin. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya untuk dipantau adalah tenaga ibu untuk mengedan diperlukan
cara yang tepat, pemantauan janin meliputi presentasi penurunan janin dan
detak jantung janin setelah kontraksi, status kesehatan ibu tentang kebutuhan
cairan dan perilaku ibu. Dalam keadaan normal, pada saat crowning atau
setelah bahudepan lahir, disuntikkan oksitoksin intramuskular sebanyak 5
unit. Oksitoksin bekerja dalam waktu 2-3 menit sehingga penyuntikkan ini
dapat menurunkan risiko terjadinya pendarahan pasca persalinan. Bila
injeksi dilakukan maka sis proses persalinan selanjutnya akan berlangsung
tidak secara tergesa-gesa, oksitoksin akan menunjukkan efeknya saat
persalinan kala II berakhir sempurna. Respon fisiologi yang terjadi pada kala
II, diantaranya:

- His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya


tiap 2-3 menit

- Ketuban biasanya pecah secara mendadak pada kala iniditandai dengan


keluarnya cairan kekuning-kuningan dalamjumlah banyak
- Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi lengkap diikuti
dengan keinginan mengejan karena fleksus frankenhauser tertekan.
- Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka
- Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi
waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian
ini disebut “Kepala membuka pintu”
- Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga
tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan
subocciput ada di bawahsymphisis disebut “Kepala keluar pintu”
- Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun- ubun besar,
dahi dan mulut pada commissura posterior.Saat ini untuk primipara,
perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak
dapat menahan regangan yang kuat tersebut
- Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga
kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh
jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan
- Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul
seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir
- Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar
waktu ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah
Gambar 1.2 Kala II persalinan

3) Kala III

Proses ini dimulai dari setelah bayi lahir sampai pengeluaran plasenta,
lamanya proses ini harus kurang dari 30 menit. Kala IIIterjadi setelah
berakhirnya kala I dan II. Plasenta akan turun darisegmen bawah uterus
seperti bentuknya. Tinggi fundus uteri naikdiataspusat, mengeras. Setelah
plasenta lahir segmen bawah uterus kembali kosong, fundus uteri turun dan
mengeras karena mengalami kontraksi.

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Biasanya kala III juga disebut dengan
kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Tahap iniberlangsung tidak lebih
dari 30 menit. Peregangan tali pusat terkendali (PTT) dilanjutkan dengan
pemberian oksitosin kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan. Tanda-
tanda pelepasan plasenta adalah:

- Perubahan ukuran dan bentuk uterus

- Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karenaplasenta


terlepas dari segmen bawah Rahim
- Tali pusat memanjang

- Semburan darah tiba-tiba


Respon fisiologis pada kala III ialah segera setelah bayi lahir dan air
ketuban tidak lagi berada dalam uterus, kontraksi akan terus berlangsung
dan ukuran uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan
menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta.
Karena tempat melekatnya plasenta menjadi lebih kecil, maka plasenta akan
menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari uterus. Sebagian
dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas.
Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus seleruhnya
berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan semua pembuluh-pembuluh darah. Hal ini yang akan
menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.
Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360
cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa
sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya.

Gambar 1.3 Pelepasan plasenta secara fisiologis


4) Kala IV
Kala empat merupakan saat paling kritis pada pasca ibu melahirkanyaitu
pada masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mrncrgah
terjadinya kematian pada ibu akibat pendarhan. Kematian ibu pasca
persalinan biasanya terjadi dalam 6 jam postpartum. Selama kala IV,
pemantauan dilakuukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30
menit kedua setelah persalinan. Setelah plasenta lahir, diberikan tindakan
yang berupa:

- Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.


- Evaluasi fundus uteri dengan cara letakkan jari tangan secara melintang
antara tali pusat dan fundus uteri. Fundusuteri harus sejajar dengan
pusat atau dibawah pusat.
- Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan,
normalnya tidak melebihi 400-500 cc.
- Pemeriksaan perineum dari pendarahan aktif (apakahlaserasi atau luka
episiotomi).
- Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.

- Pendokumentasian.
Respon fisiologis kala IV ialah setelah plasenta lahir, tinggi
fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot-otot uterus
berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Tujuh langkah pemantauan yang dilakukan pada
Kala IV, diantaranya:

- Kontraksi rahim. Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah


plasenta lahir dilakukan masase uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah
mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang
normal adalahpada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak
terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan
uterus akan terjadi atonia uteri.
- Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa

- Kandung kemih harus kosong, karena kandung kemih yang penuh dapat
menekan uterus keatas dan menghalangi uterus untuk berkontraksi
sepenuhnya.
- Luka-luka: jahitan baik/tidak, ada perdarahan/tidak. Evaluasi laserasi
dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi
perineum. Derajat laserasi terbagi atas 4 yaitu:
(1) Derajat I : Meliputi mokosa vagina, fourchette posteriordan kulit perineum.
Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi
perdarahan.
(2) Derajat II : Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan
otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur.
(3) Derajat III : Meliputi mokosa vagina, fourchetteposterior, kulit perineum,
otot perineum dan otot spingter ani external
(4) Derajat IV : Derajat III ditambah dinding rectum anterior. Pada derajat III
dan IV dianjurkan untuk segera dilakukan rujukan karena laserasi ini
memerlukan teknik dan prosedur khusus
- Uri dan selaput ketuban harus lengkap

- Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit

(1) Keadaan Umun Ibu:

a) Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan setiap
30 menit pada jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu tidak stabil
pantau lebih sering
b) Apakah ibu membutuhkan minum

c) Apakah ibu akan memegang bayinya

(2) Pemeriksaan tanda vital.

(3) Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri: Rasakan apakah fundus uteri
berkontraksi kuat dan beradadibawah umbilicus. Periksa fundus :
a) 2-3 kali dalam 10 menit pertama

b) Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.

c) Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan

d) Masage fundus (jika perlu) untuk menimbulkan kontraksi

e) Bayi dalam keadaan baik.


F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Berdasarkan (Raehan & Irfan, 2022) terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi persalinan, diantaranya sebagai berikut:
1) Passage (Jalan Lahir): Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Bidang-bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk
menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala
melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher (VT), Adapun bidang hodge
sebagai berikut:
- Hodge I : Bidang yang setinggi dengan Pintu Atas Panggul (PAP)
- Hodge II : Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit
dengan PAP (Hodge I)
- Hodge III : Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP
(Hodge I)
- Hodge IV : Bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit dengan PAP
(Hodge I) sacrum, sedangkan ujung segitiga depan arkus pubis.
2) Passenger (Janin dan Plasenta): Passenger atau janin bergeraksepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus
melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari pasenger
yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kehamilan normal.
- Presentasi Janin: Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali
memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat
persalinan mencapai aterm. Bagian presentasi adalahbagian tubuh janin
yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan
pemeriksaan dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi
adalah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.
- Letak Janin Letak: Hubungan antara sumbu punggung janin dan
punggung ibu. Ada dua macam letak yaitu memanjang atau vertikal,
dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu panjang ibu, yang
kedua yaitu melintang atau horizontal, dimana sumbu panjang janin
membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat
berupa presentasi kepala atau presentasi sacrum (sungsang). Presentasi
ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.
- Sikap Janin: Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu
dengan bagian tubuh yang lain. Janin mempunyai postur yang khas
(sikap) saat berada dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat
pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap
bentuk rongga
- Rahim: Pada kondisi normal, punggung janin sangat fleksikepala fleksi
ke arah dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut. Sikap ini disebut fleksi
umum. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak
diantara lengan dan tungkai. Penyimpangan sikap normal dapat
menimbulkan kesulitan saatanak dilahirkan. Misalkan pada presentasi
kepala, kepala janin dapat berada dalam sikap ekstensi atau fleksi yang
menyebabkan diameter kepala berada dala posisi yang tidak
menguntungkan terhadap batas-batas pangul ibu. Diameter biparietal
adalah diameter lintang terbesar kepala janin. Dari semua diameter
anteroposterior, terlihat bahwa sikap ekstensi atau fleksi
memungkinkan bagian presentasi dengan ukuran diameter memasuki
panggul ibu. Kepala yang berada dalam sikap fleksi sempurna
memungkinkan diameter suboksipitobregmatika (diameter terkecil)
memasuki panggul dengan mudah.

- Posisi Janin: Posisi adalah hubungan antara bagian presentasi (oksiput,


sacrum, mentum/dagu, sinsiput/puncak kepala yang
defleksi/menengadah) terhadap empat kuadran panggul ibu.Yaitu posisi
oksipito Anterior Kanan (OAKa). Oksipitotranversa kanan (OTKa),
oksipito posterior kanan (OPKa), oksipito posterior kiri (OPKi),
oksipito tranversa kiri (OTKi), oksipito anterior kiri (OAKi).
Engagement menunjukkanbahwa diameter tranversa terbesar bagian
presentasi telah memasuki pintu atas panggul. Pada presentasi kepala
yang fleksi dengan benar, diameter biparietal meruakan diameter
terbesar
3) Kekuatan, terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksiinvolunter dan
volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari
uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai
dimulainya persalinan. Apabila serviksberdilatasi, usaha volunter dimulai
untuk mendorong, yang disebutkekuatan sekunder, dimana kekuatan ini
memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
4) Posisi Ibu: Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan yaitu mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki
sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
5) Psikologis, wanita bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya
jika ditanya. Perilaku dan penampilan wanitaserta pasangannya merupakan
petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya.
G. PENANGANAN

1) Kebutuhan oksigen: Pemenuhan kebutuhan oksigen perludiperhatikan pada


persalinan kala I dan II. Suplai oksigen yang tidak adekuat dapat menyebabkan
terhambatnya kemajuan proses persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan
janin. Oksigen yang adekuat perlu diupayakan untuk pengaturan sirkulasi udara
yang baik selama persalinan. Selain itu ventilasiudara pada ruang persalinan juga
perlu diperhatikan, apabila ruangan tertutup dan menggunakan AC, maka perlu
dipastikan untuk tidak terlalu banyak orang didalam ruangan. Indikasi
pemenuhankebutuhan oksigen adekuat adalah DJJ baik dan stabil.
2) Kebutuhan cairan dan nutrisi: Selama proses persalinan,kebutuhan cairan
dan nutrisi pada ibu harus dipenuhi dengan baik. Ibu hamil harus
mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup baik pada proses
persalinan kala I-IV. Asupanmakanan yang cukup merupakan sumber dari
glukosa darah yang merupakan sumber utama energi untuk selsel tubuh.
Apabila ibu kurang kadar gula darah maka akan mengakibatkan
hipoglikemia, dan apabila kurang cairan akan mengakibatkan dehidrasi.
Hipoglikemi dapat mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun
janin. Pada ibu akan mempengaruhi kontraksi atau his, dan pada bayi akan
mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.
3) Kebutuhan eliminasi, selama persalinan perlu difasilitasi untuk membantu
kemajuan pesalinan dan meningkatkan kenyamanan ibu bersalin. Ibu
dianjurkan untuk berkemih secara spontansesering mungkin minimal setiap
2 jam sekali selama persalinan. Kandung kemih yang penuh dapat
mengakibatkan:
- Menghambat proses penurunan bagian terendah janin kedalam rongga
panggul, terutama apabila berada diatas spinaisciadika
- Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his

- Meningkatnya rasa tidak nyaman karena bersama dengan munculnya


kontraksi uterus

- Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II

- Memperlambat kelahiran plasenta

- Mencetuskan perdarahan pasca persalinan

4) Kebutuhan Hygine. ibu bersallin perlu diperhatikan untuk membuat ibu


merasa aman dan rileks, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,
mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada
jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan personal
hygiene yang perlu dilakukan pada ibu bersalin antara lain: membersihkan
daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga
kebersihan badan dengan mandi
5) Kebutuhan Istirahat: Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan
istirahat ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan
kala I-IV yang dimaksud adalah dengan memberikan kesempatan pada ibu
untuk mencoba rileks tanpa adanya tekanan emosional fisik. Hal ini
dilakukan selama tidak ada his atau disela-sela his. Ibu dapat berhenti
sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, dan makan atau minum.
6) Posisi dan ambulasi: Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi
persalinan pada kala I dan posisi mengeran pada kala II. Ambulasi yang
dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I. Pada awal
persalinan, sambil menunggu pembukaan lengkap, ibu masih diperbolehkan
untuk melakukan mobilisasi/aktivitas. Hal ini tentunya disesuaikandengan
kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dapat membantu dalam
meningkatkan kemajuan persalinan, dapat juga mengurangi rasa jenuh dan
kecemasan yang dihadapi ibu menjelang kelahiran janin
7) Pengurangan rasa nyeri, nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif
tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan
penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respons fisiologis
terhadap nyeri meliputi: peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,
keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Rasa nyeri ini apabila tidak diatasi
dengan tepat, dapat meningkatkan rasakhawatir, tegang, takut dan stres, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama. Stimulasi yang dapat
dilakukan dalam mengurangi nyeri persalinan dapat berupa kontak fisik maupun
pijatan. Pijatan dapat berupa pijatan/massage di daerah lombosacral, pijatan ganda
pada pinggul, penekanan pada lutut, dan counterpressure. Cara lain yang dapat
dilakukan bidan diantaranya adalah: memberikan kompres hangat dan dingin,
mempersilahkan ibu untuk mandi atau berada di air (berendam)
8) Penjahitan perineum: Proses kelahiran bayi dan placenta dapat
menyebabkan berubahnya bentuk jalan lahir, terutama adalah perineum.
Pada ibu yang memiliki perineum yang tidak elastis, maka robekan
perineum seringkali terjadi. Robekan perineum yang tidak diperbaiki, akan
mempengaruhi fungsi dan estetika. Oleh karena itu, penjahitan perineum
merupakan salah satukebutuhan fisiologis ibu bersalin. Dalam melakukan
penjahitan perineum, bidan perlu memperhatikan prinsip sterilitas dan
asuhan sayang ibu. Berikanlah selalu anastesi sebelum dilakukan penjahitan.
Perhatikan juga posisi bidan saat melakukan penjahitan perineum. Posisikan
badan ibu dengan posisi litotomi/dorsal recumbent, tepat berada di depan
bidan. Hindari posisi bidan yang berada di sisi ibu saat menjahit,karena hal
ini dapat mengganggu kelancaran dan kenyamanan tindakan.
H. PATHWAY
BAB 2

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

A. PENGERTIAN
Asuhan persalinan normal adalah pemberian tindakan pada ibu yang
siap bersalin yaitu pada Kala II Inpartu, dimana tidak ada penyulit
kehamilanmaupun penyulit persalinan.

B. TUJUAN
Menolong persalinan dan memberikan asuhan mulai kala I - Kala IV
pada persalinan normal.

C. INDIKASI

Ibu bersalin dengan keadaan normal :

1) Persalinan terjadi saat usia kehamilan aterm

2) Tidak ada komplikasi

3) Proses persalinan tidak lebih dari 24 jam

4) Terdapat satu janin

5) Kontraksi uterus teratur dalam kemajuannya

6) Penipisan dan dilatasi serviks yang progresif

7) Kemajuan bagian presentasi

D. KONTRAINDIKASI

Persalinan patologi.

E. PERSIAPAN PASIEN

1) Pastikan identitas klien

2) Kaji kondisi klien

3) Jaga privacy pasien

4) Jelaskan maksud dan tujuan


F. PERSIAPAN ALAT

1) Troli persalinan / meja kerja

2) Partus set :

- Benang tali pusat

- 2 klem arteri

- gunting tali pusat

- ½ kocher

- gunting episiotomy

3) sarung tangan DTT

4) duk steril

5) kassa steril

6) Sarung tangan DTT

7) Sputi

8) Obat uterotonika (oksitosin 10 mg)

9) Celemek

10) Kapas steril dalam kom

11) Baskom berisi larutan klorin 0,5%

12) Funandoskop

13) Handuk

14) Kain bersih

15) Tempat sampah kering

16) Gendok (tempat plasenta)

17) Bengkok

18) Baju ibu dan celana dalam


19) Pembalut

20) Waslap dan baskom

21) Kapas alkohol pada tempatnya

G. PERSIAPAN PERAWAT

1) Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan medis

2) Rumuskan diagnosa terkait

3) Buat perencanaan tindakan (intervensi)

4) Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain membantu jika


perlu

5) Cuci tangan dan siapkan alat

H. CARA KERJA

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk


mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali
pakai 2½ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan


degansabun dan air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah).
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
(pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan


kembalikelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6


cm,memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada
perut ibu.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi


luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untukmenyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tanganatas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang
tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua
lutut janin).
25) Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat
dan atau bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak
aktif ?
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10


unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira- kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu)dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut.
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm
dari vulva.
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangankanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-
hati ke arah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 –
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasentaterlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan)


pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam
kantong plastik yang tersedia.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,
lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam
larutan klorin 0,5 % selama sepuluh menit. Cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir,keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering. Kemudian pakai
sarung tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibupaling sedikit 1 jam.
45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg
intramaskuler di paha kiri anterolateral.
46) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
47) Celupkan tangan dilarutan klorin 0,5% ,dan lepaskan secara
terbalik dan rendam, kemudian cuci tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir, keringkan dengan handuk bersih dan
pakai sarung tangan.
48) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.

49) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan


menilai kontraksi.
50) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

51) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15


menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
52) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik.
53) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.
Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai memakai pakaian bersih dan kering.
56) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%


melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnyadalam larutan klorin 0,5%.
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

60) Melengkapi partograf.


BAB 3

PARTOGRAF

A. PENGERTIAN

Alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik ibu dalam
proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil keputusan
klinik khususnya pada persalinan kala satu, dan mendeteksi apakah proses
persalinan berjalan secara normal.
B. TUJUAN

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai


pembukaan serviks dengan periksa dalam

2) Medeteksi apakah proses persalinan berjalan normal

3) Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi


bayi,grafik kemajuan proses persalinan
C. INDIKASI

1) Untuk semua ibu dalam kala I fase aktif (fase laten tidak dicatat di
partograftetapi di tempat terpisah seperti di KMS ibu hamil atau rekam
medik)
2) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (spesialis obgyn,
bidan,dokter umum, residen swasta, rumah sakit, dll)
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhankepada ibu selama persalinan dan kelahiran.
Kondisi ibu dan bayi yang dicatat dalam partograph :

- DJJ tiap 30 menit

- Frekuensi dan durasi kontraksi tiap 30 menit

- Nadi tiap 30 menit

- Pembukaan serviks tiap 4 jam

- Penurunan bagian terbawah janin tiap 4 jam


- Tekanan darah dan temperatur tubuh tiap 4 jam

- Urin, aseton dan protein tiap 2-4 jam

D. KONTRAINDIKASI

1) Wanita pendek, tinggi kurang dari 145 cm

2) Perdarahan antepartum

3) Pre-eklampsia – eklampsia

4) Persalinan prematur

5) Bekas sectio sesarea

6) Kehamilan ganda

7) Kelainan letak janin

8) Fetal distress

9) Dugaan distosia karena panggul sempit

10) Kehamilan dengan hidramnion

11) Ketuban pecah dini

12) Persalinan dengan induksi

E. PROSEDUR
Kala Persalinan :
1. Kala I adalah saat mulainya persalinan sesungguhnya sampai
pembukaanlengkap
2. Kala II adalah saat dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi

3. Kala III adalah saat lahirnya bayi sampai keluarnya plasenta

4. Kala IV adalah saat keluarnya plasenta sampai keadaan ibu post


partummenjadi stabil

Fase-Fase dalam Kala I Persalinan


- Fase laten persalinan: pembukaan serviks kurang dari 4 cm

- Fase aktif persalinan: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm


Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam atau dicatat secara
terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju
Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap
kali membuat catatanselama fase laten persalinan. Kondisi ibu dan
janin juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :

• Denyut jantung janin: setiap ½ jam

• Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam

• Nadi: setiap ½ jam

• Pembukaan serviks: setiap 4 jam

• Penurunan: setiap 4 jam

• Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam

• Produksi urin, aseton dan protein: setiap


2-4 jamPencatatan kondisi ibu dan janin
meliputi :
1. Informasi tentang ibu : Nama, umur, gravida, para, abortus, nomor
catatan medis/nomor puskesmas , tanggal dan waktu mulai dirawat
(atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai
merawat ibu)
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai
“jam”) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten
persalinan. Tidak kalah penting, catat waktu terjadinya pecah
ketuban.
2. Kondisi bayi : Kolom pertama adalah digunakan untuk mengamati
kondisi janin. Yang diamati dari kondisi bayi adalah DJJ, air
ketuban danpenyusupan (kepala janin) :
a. DJJ, menilai dan mencatat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30
menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Tiap kotak
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom
paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda
titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan
DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya
dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ 110-160
x/menit.
b. Warna dan adanya air ketuban, menilai air ketuban dilakukan
bersamaan dengan periksa dalam. Warna air ketuban hanya bisa
dinilai jika selaput ketuban telah pecah. Lambang untuk
menggambarkan ketuban atau airnya:
U : selaput ketuban utuh (belum pecah)

J : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih

M : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur


mekonium

D : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur darah

K : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban kering (tidak


mengalirlagi)
Mekonium dalam air ketuban tidak selalu berarti gawat janin.
Merupakan indikasi gawat janin jika juga disertai DJJ di luar
rentang nilai normal.
c. Penyusupan (molase) tulang kepala merupakan indikasi penting
seberapa jauh janin dapat menyesuaikan dengan tulang panggul
ibu. Semakin besar penyusupan semakin besar kemungkinan
disporposi kepal panggul. Lambang yang digunakan:
0: tulang –tulang kepala janin terpisah, sutura mudah
dipalpasi 1: tulang-tulang kepa janin sudah saling
bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih
bisadipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak
dapatdipisahkan
3. Kemajuan persalinan : Kolom kedua untuk mengawasi kemajuan
persalinan yang meliputi: pembukaan serviks, penurunan bagian
terbawah janin, garis waspada dan garis bertindak dan waktu.
Pembukaan serviks

Angka pada kolom kiri 0-10 menggambarkan pembukaan serviks.


Menggunakan tanda X pada titik silang antara angka yang sesuai
dengan temuan pertama pembukaan serviks pada fase aktif dengan
garis waspada. Hubungan tanda X dengan garis lurus tidak
terputus.
Penurunan bagian terbawah Janin

Tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5 pada
sisi yangsama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda
“●” pada waktu yang sesuai dan hubungkan dengan garis lurus.
Contoh:

Jam 17.00 penurunan kepala 3/5Jam 21.00 penurunan kepala 1/5


Kemudian hubungkan kedua tanda “●” dengan garis tidak terputus
Garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan
garis waspada, maka waspadai kemungkinan adanya penyulit
persalianan. Jika persalinan telah berada di sebelah kanan garis
bertindak yang sejajar dengan garis waspada maka perlu segera
dilakukan tindakan penyelesaian persalianan. Siapkan untuk
dirujuk.
Jam dan Waktu

Waktu berada dibagian bawah kolom terdiri atas waktu mulainya


fase aktif persalinan dan waktu aktuall saat pemeriksaan. Waktu
mulainyafase aktif persalinan diberi angka 1-16, setiap kotak: 1
jam yang digunakan untuk menentukan lamanya proses persalinan
telah berlangsung. Waktu aktual saat pemeriksaan merupakan
kotak kosong di bawahnya yang harus diisi dengan waktu yang
sebenarnya saat kita melakukan pemeriksaan.
4. Kontraksi Uterus
Terdapat lima kotak mendatar untuk kontraksi. Pemeriksaan
dilakukan setiap 30 menit, raba dan catat jumlah dan durasi
kontaksi dalam 10 menit. Misal jika dalam 10 menit ada 3 kontraksi
yang lamanya 20 setik maka arsirlah angka tiga kebawah dengan
warna arsiran yang sesuaiuntuk menggambarkan kontraksi 20
detik (arsiran paling muda warnanya).
5. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Catat obat dan cairan yang diberikan di kolom yang sesuai. Untuk
oksitosin dicantumkan jumlah tetesan dan unit yang diberikan.
6. Kondisi Ibu

Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik pada kolom yang
sesuai. Ukur tekanan darah ibu tiap 10 menit dan beri tanda ↕ pada
kolomyang sesuai. Temperatur dinilai setiap dua jam dan catat di
tempat yang sesuai.
7. Volume urine, protein dan aseton, lakukan tiap 2 jam jika
memungkinkan.
8. Data lain yang darus dilengkapi dari partograf adalah:

- Data atau informasi umum

- Kala I

- Kala II

- Kala III

- Kala IV

- bayi baru lahir


Diisi dengan tanda centang ( √ ) dan diisi titik yang disediakan.
Lihatcontoh pengisian partograf.
BAB 4

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Kala I
1) Keluhan Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya
dapat berupa keluar darah bercampur lendir (bloody show), keluar
air–air dari kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur
(Karjatin, 2016).
2) Pengkajian riwayat penyakit dahulu Kaji riwayat penyakit ibu,
apakah pernah mebgalami diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan
lainnya.
3) Pengkajian riwayat ANC Tanyakan apakah ibu melakukan
pemeriksaanAntenatal Care saat trimester 1, 2, dan 3 beserta hasil
pemeriksaannya (lihatbuku KIA).
4) Pengkajian riwayat obstetrik Kaji riwayat kehamilan masa lalu, jenis
persalinan lalu, penolong persalinan lalu, kondisi bayi saat lahir.
Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah melahirkan, pemberian ASI
dan kontrasepsi.
5) Pengkajian riwayat psikososial Tanyakan terkait psikososial ibu
melipti Apakah kehamilan ini direncanakan atau tidak, apakah
keluarga mendukungibu selama kehamilan dan lainnya.
6) Pemeriksaan fisik

i. Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi


tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan
ii. Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir,
sejak kapan dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi
yang meningkat, waktu keluarnya cairan dari kemaluan, jernih
atau keruh, warna, dan jumlahnya
iii. Kaji TFU (Tinggi Fundus Uterus)
iv. Pemeriksaan Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut
ibu untukmenentukan posisi dan letak janin dengan melakukan
palpasi abdomen. Terdapat 4 tahapan pemeriksaan leopold:

1. Leopold I: Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan usia


kehamilan, dan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat di
fundus uteri. Pelaksanaan leopold I adalah dengan meletakkan
keduatangan di bagian atas perut ibu, apabila teraba keras dan
bulat, maka kemungkinan bagian teratas janin adalah kepala,
namun bila teraba lembut dan lunak, maka kemungkinan bagian
teratas janin adalah bokong.
2. Leopold II: Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan
bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada janin
dengan posisi lintang, pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan posisi kepala janin. Pelaksanaan leopold II adalah
dengan meletakkan kedua tangan pada sisi perut ibu kemudian
melakukan tekanan lembut namun dalam, apabila teraba bagian
keras dan lebar di sisi kiri dan teraba lunak dan tak beraturan di
sisi kanan, maka kemungkinan posisi janin mengahadap ke kiri,
namun apabila bagian keras dan lebar teraba di sisi kanan dan di
sisi kiri teraba lunak dan tak beraturan maka kemungkinan posisi
janin menghadap ke kanan.
3. Leopold III: Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan
bagian janin yang terdapat pada bagian bawah perut ibu, serta
untuk mengetahui apakah janin telah memasuki pintu panggul
atas (PAP). Pelaksanaan leopold III adalah dengan meraba bagian
bawah perut dengan menggunakan jempol dan jari dari salah satu
tangan.
4. Leopold IV: Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengkonfirmasi
ulalng bagian janin yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta
untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah
memasuki pintu atas panggul (PAP) ibu. Pelaksanaan leopold IV
adalah denganmeraba bagian bawah perut dengan kedua telapak
tangan. Apabila kepala bayi telah masuk penuh hingga rongga
panggul, maka seharusnya kepala janinakan sulit atau tidak bisa
lagi diraba.
v. Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui derajat dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks,
apakah selaput ketuban masih utuh atau tidak, posisi terendah
janin.

vi. Auskultasi DJJ.


Pengkajian Kala II

1) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan


kala II dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda
persalinan kala II (dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum
menonjol, dan vulva membuka).
2) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan
serviks,status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan
presentasi ke rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi
frekuensi, relaksasi).
3) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).respon perilaku (tingkat
kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan mengedan, sikap ibu
saat masuk kala II, intensitas nyeri).
Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan
diulang pada menit kelima. A (appearance/warna kulit), P
(Pulse/denyut jantung), G (Grimace/respon refleks), A
(Activity/tonus otot), R (respiration/pernapasan). Nilai kelima
variable tersebut dijumlahkan. Interpretasi hasil yang diperoleh:
- Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap
normal.
- Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi
memerlukan tindakan medis segera seperti pengisapan lendir
dengan suction atau pemberian oksigen untuk membantubernafas.
Pengkajian Kala III

1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),

2) Kaji waktu pengeluaran plasenta,

3) Kondisi selaput amnion,

4) Kotiledon lengkap atau tidak.

5) Kaji kontraksi/HIS,

6) Kaji perilaku terhadap nyeri,

7) Skala nyeri,

8) Tingkat kelelahan,

9) Keinginan untuk bonding attachment,

10) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Pengkajian Kala IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir.
Pada satu jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan
jam kedua ibu dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang
dimonitoring adalah, tekanan darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika
urinaria, jumlah perdarahan pervagina, intake cairan.

b. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada ibu dengan


persalinannormal sesuai dengan SDKI yaitu:
1) Nyeri melahirkan (D.0079) b.d dilatasi serviks, pengeluaran janin
d.d. mengeluh nyeri, perineum terasa tertekan, uterus membulat
(Kala I, II)
2) Hipovolemia (D.0023) b.d kehilangan cairan aktif d.d merasa
lemah,turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit meningkat (Kala III)
3) Keletihan (D.0057) b.d kondisi fisiologis (persalinan normal) d.d
mengeluh lelah, merasa kurang tenaga dan tampak lesu (Kala IV)
4) Ansietas (D.0080) b.d kurang terpapar informasi d.d merasa
bingung, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah (Kala I)
5) Resiko infeksi (D.0142) d.d efek prosedur invasif (Persalinan
c. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. Nyeri melahirkan (D.0079) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri
b.d dilatasi serviks, proses persalinan diharapkan masalah
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pengeluaran janin d.d. keperawatan teratasi dengan kriteria hasil:
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
mengeluh nyeri, perineum 1. Keluhan nyeri skala 2
2. Identifikasi skala nyeri
terasa tertekan, uterus ditingkatkan ke skala 5
3. Control lingkuungan yang dapat
membulat (Kala I, II) 2. Meringis nyeri skala 2
memperberat nyeri
ditingkatkan ke skala 5
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Dilatasi serviks nyeri skala 2
ditingkatkan ke skala 5 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Perdarahan pervagina nyeri skala 2
6. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
ditingkatkan ke skala 5
mengatasi nyeri
5. Frekuensi kontraksi uterus nyeri skala 2
7. Kolaborasi pemberian analgesic jika
ditingkatkan ke skala 5
perlu
Pengaturan posisi
8. Atur posisi tidur yang disukai jika tidak
kontraindikasi
Terapi relaksasi

9. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa


gagguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
10. Gunakan pakaian longgar
11. Jelaskan tujuan, manfaat, bataan, dan jenis
relaksasi yang tersedia (Nafasdalam)
12. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
13. Anjurkan sering mengulangi teknik nafas
dalam
2. Keletihan Setelah dilakukan asuhan keperawatanselama 24 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
jam diharapkan masalah keperawatan teratasi
2. Sediakan lingkungan dan rendah
dengan kriteria hasil:
stimulus
1. Tenaga nyeri skala 2
3. Berikan aktivitas distraksi yang
ditingkatkan ke skala 5 menyenangkan
2. Pola napas skala 2 ditingkatkan ke skala Anjurkan melakukan aktivitas secara
5 bertahap
3. Verbalusasi lelah nyeri skala 2 5. Ajarkanstrategikoping ntuk
ditingkatkan ke skala 5 mengurangi keletihan
4. Gelisah nyeri skala 2
ditingkatkan ke skala 5
3. Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatanselama 24 1. Monitor tanda – tanda ansietas
jam diharapkan masalah keperawatan teratasi
2. Temani pasien untuk mengurangikecemasan
dengan kriteria hasil:
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
4. Memberi edukasi pencegahan covid 19
dihadapi nyeri skala 2 ditingkatkan ke
skala 5 5. Memberi edukasi peningkatan imunitas fisik
2. Perilaku tegang nyeri skala 2ditingkatkan dan imunitas jiwa
ke skala 5 6. Motivasi mengidentifikasi situasi
3. Perilaku gelisah nyeri skala 2 yangmemicu kecemasan
ditingkatkan ke skala 5 7. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang
8. Anjurkan kelarga untuk tetap bersama pasien
9. Latih teknik relaksasi nafas dalam
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Monitor tanda gejala infeksi local
24 jam diharapkan masalah keperawatan dansistemik
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
1. Kemerahan nyeri skala 2ditingkatkan ke kontakdengan pasien
skala 5 3. Pertahankan teknik aseptic pada
2. Nyeri nyeri skala 2 ditingkatkankeskala 5 pasienberisikotinggi
3. Bengkak nyeri skala 2 ditingkatkan ke 4. Jelaskan tanda gejala infeksi
skala 5
5. Ajarkan cara cuci tangan yang benar
4. Sel darah putih memburuk nyeriskala 2
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
ditingkatkan ke skala 5
5. Risiko Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
jam diharapkan masalah risiko perdarahan
2. Monitor nilai haemoglobin sebelum dan
teratasi dengan kriteria hasil:
setelahkehilangan darah
1. Tekanan darah skala 3 ditingkatkan ke
3. Pertahankan bedrest selama perdarahan
skala 5
4. Anjurkan peningkatan asupan cairan
2. Kelembapan membrane mukosaskala 3
Untuk menghindari konstipasi
ditikatkan ke skala 5
5. Anjurkan segera melapor jika ada
perdarahan

6. Kolaborasi pemberian produk darah


DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas.

Jakarta: Trans Info Media

Fauziah, S. 2017. Keperawatan Maternitas. Jakarta: Aditya Andrebina


Agung. Haryanti, F. &\Amartani. (2018). Analisis Kejadian Rupture
Perineum Persalinan Normal pada Ibu Primigravida di RSUD Ade
Muhammad Djoen Sintang Tahun 2018. Prosiding Seminar Nasional
Unimus, 1(0), 250–255.
http://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/article/view/128
Karjatin, A. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta Selatan: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kurniarum, A. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.

JakartaSelatan: Pusdik SDM Kesehatan Kemenkes RI.


Moorhead, Sue., M. Johnson, M. L. Maas. dan E. Swanson. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes
Fifth Edition Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan Tumanggor, R.D. 2016.
United States: Mosby Elsevier.

Mutmainnah, A. U., H. Johan, dan S. S. Llyod. 2017. Asuhan Persalinan


Normal Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Andi.

Pramono, J. S., Patty, F. I., & Purba, T. O. (2013). Hubungan Pengetahuan


tentang Deteksi Dini Tanda Gejala Persalinan pada Gravida Trimester
III dengan Kesiapan Persalinan. Jurnal Husada Mahakam, III(5), 232–
239.

Raehan, R., & Irfan, I. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam
Pemilihan Tempat Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sendana I. J-
HEST Journal of Health Education Economics Science and Technology,
2(1), 46–51. https://doi.org/10.36339/jhest.v2i1.36

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat
Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional
Indonesia.

Yongky, Judha, M., Rodiyah, Sudarti. 2012. Asuhan Pertumbuhan


Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha
Medika.
KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat : Jl.Kalimantan No 37, Kampus Tegalboto, Jember

F.Kep Standard Operational Prosedure


Universitas (SOP)
Jember Asuhan Persalinan Normal

Prosedur No No Revisi :- Halaman


Tetap Dokumen :

Tanggal Ditetapkan Oleh


Terbit:
April
2018

1 Pengertian Asuhan persalinan normal adalah pemberian tindakan


pada ibu yang siap bersalin yaitu pada Kala II Inpartu,
dimana tidak ada penyulit kehamilan maupun penyulit
persalinan.

2 Tujuan Menolong persalinan dan memberikan asuhan mulai kala


I - Kala IV pada persalinan normal

3 Indikasi Ibu bersalin dengan keadaan normal:


1. Persalinan terjadi saat usia kehamilan aterm
2. Tidak ada komplikasi
3. Proses persalinan tidak lebih dari 24 jam
4. Terdapat satu janin
5. Kontraksi uterus teratur dalam kemajuannya
6. Penipisan dan dilatasi serviks yang progresif
7. Kemajuan bagian presentasi

4 Kontra Persalinan patologi


Indikasi

5 Persiapan a. Pastikan identitas klien


Pasien b. Kaji kondisi klien
c. Jaga privacy pasien
d. Jelaskan maksud dan tujuan

6 Persiapan a. Troli persalinan / meja kerja


Alat b. Partus set:
1) Benang tali pusat
2) 2 klem arteri
3) gunting tali pusat
4) ½ kocher
5) gunting episiotomi

c. sarung tangan DTT


d. duk steril
6 kassa steril
7 Sarung tangan DTT
8 Sputi
9 Obat uterotonika (oksitosin 10 iu)
10 Celemek
11 Kapas steril dalam kom
12 Baskom berisi larutan klorin 0,5%
13 Funandoskop
14 Handuk
15 Kain bersih
16 Tempat sampah kering
17 Gendok (tempat plasenta)
18 Bengkok
19 Baju ibu dan celana dalam
20 Pembalut
21 Waslap dan baskom
22 Kapas alkohol pada tempatnya

7 Persiapan a. Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan


Perawat medis
b. Rumuskan diagnosa terkait
c. Buat perencanaan tindakan (intervensi)
d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain
membantu jika perlu
e. Cuci tangan dan siapkan alat

8 Cara Kerja I Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1 Mendengar dan melihat Tanda dan gejala kala


dua
a. Ibu Mempunyai Keinginan Mengeran
b. Ibu merasakan tekanan pada rektum dan
vagina meningkat
c. Perineum menonjol
d. Vulva - vagina dan spingter ani membuka

II Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2 Memastikan perlengkapan alat, bahan/obat essensial
siap digunakan. Menyiapkan spuit steril dalam
pasrtus park, mematahkan ampul oksitoxin

3 Mengenakan celemek plastik yang bersih

4 Melepaskan semua perhiasan, mencuci kedua


tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan dengan handuk
bersih sekali pakai

5 Memakai sarus tangan DTT (Tangan kanan dahulu)

6 Menghisap oksitoxin 10 unit ke dalam spuit (


dengan sarung tangan DTT)

III Memastikan Pembukaan Lengkap dan


Keadaan janin baik

7 Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT,


dengan membersihkan dari arah depan ke
belakang

8 Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan


pembukaan lengkap, kedudukan bagian terendah
janin di dasar panggul (UUK di jam berapa?)
Bila ketuban belum pecah, dan bagian terendah
janin sudah di dasar panggul maka LAKUKAN
AMNIOTOMI

9 Mendekontaminasi sarung tangan dalam larutan


klorin 0,5%, cuci tangan

10 Memeriksa DJJ saat perut tidak kontraksi,


untuk memastikan keadaan janin baik
* Mengambil tindakan yang sesuai bila DJJ tidak
normal, mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada
lembar partograph

IV Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk


Membantu Proses Pimpinan Meneran

11 Memberitahu ibu dan keluarga pembukaan


sudah lengkap dan keadaan janin baik
a. membantu ibu dalam posisi yang nyaman
dan aman bagi janin
b. Jelaskan pada keluarga bagaimana cara
mendukung dan memberi semangat pada
ibu

12 Meminta keluarga / pendamping untuk membantu


ibu dalam posisi mengeran
* pilihan posisi : ½ duduk, jongkok, merangkak , dll

13 Melakukan pimpinan mengeran saat ibu ada


dorongan kuat untuk meneran
a. Membimbing ibu cara meneran yang benar,
saat ada dorongan
b. Memberi semangat atas usaha ibu dalam upaya
meneran (beri pujian)
c. Anjurkan ibu istirahat / relaksasi ketika tidak
ada kontraksi
d. Anjurkan pendamping memberikan semangat
saat meneran
e. Anjurkan pendamping memberikan asupan
oral ketika tidka ada kontraksi
f. Menilai DJJ tiap 5 menit
Perhatian :
a. Ibu primi dipimpin meneran maksimal 2 jam,
bayi harus lahir (bila tidak rujuk segera)
b. Ibu multi dipimpin meneran maksimal 1 jam,
bayi harus lahir (bila tidak rujuk segera)
Catatan :
Jika tidak ada kontraksi / tidak ada
keinginan meneran, CEK DJJ

14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau


mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk mengeran dalam selang
wakti 60 menit

V Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15 Jika kepala janin membuka vulva dengan diameter 5


- 6 cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi, alas bokong.
* siapkan meja untuk antisipasi terjadinya asfiksia
bayi, beri 2 alas kain, 1 handuk dan lampu sorot 60
watt (jarak lampu ke tubuh bayi 60 cm)

16 Meletakkan kain bersih yang sudah dilipat 1/3


bagian, di bawah bokong ibu

17 Membuka partus set

18 Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan


VI Menolong Kalahiran

LAHIRNYA KEPALA

19 Meletakkan tangan kanan di bawah lipatan kain 1/3


bag untuk melindungi perieneum ibu dan meletakkan
tangan kiri di bagian oksiput kepala bayi, serta
memberikan tekanan ringan agar lahirnya kepala
tidak terlalu cepat Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan saat ada kontraksi sampai kepala lahir (nafas
pendek)

20 Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil


tindakan yang sesuai bila ada lilitan
* Bila lilitan longgar lepaskan lewat bagian atas
kepala * Bila lilitan terlalu kuat lakukan klem di dua
tempat dan memotongnya

21 Menunggu kepala bayi melakukan putar paksi


luar secara spontan

LAHIRNYA BAYI

22 Setelah kepala bayi putar paksi luar, letakkan kedua


tangan secara biparietal. Anjurkan ibu meneran saat
ada kontraksi, dengan lembut menarik kearahbawah
dan distal sampai bahu anterior lahir, kemudian
menarik kearaj atas dan distal sampai bahu posterior
lahir.

LAHIRNYA BADAN DAN TUNGKAI

23 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah


perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku bawah. Gunakan tangan atas untuk menelurusi
dan memegang lengan dan siku atas bayi.
24 Setelah tubuh dan lengan lahir, tangan kiri terus
menelusur punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kaki dan pengang masing-masing mata kaki dengan
ibu jari dan jari lainnya)

VII Penanganan Bayi Baru Lahir

25 Lakukan penilaian (Selintas) :


a. Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa
kesulitan ?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif


Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas / megap
megap, lakukan langkah resusitasi ( lanjutkan
langkah ke resusitasi pada asfiksia BBL)

26 Segera mengeringkan bayi, menutupi kepala dan


badan bayi.
* Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya, kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk kering, biarkan bayi di atas perut
ibu

27 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada


lagi bayi dalam uterus (fundus)

28 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitoxin


agar uterus berkontraksi baik

29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,


suntikkan oksitoxin 10 unit IM di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitoxin)
30 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klaim 3 cm dari pusat bayi, mendorong isi
tali pusat ke arah ibu dan jepit kembali tali pusat 2
cm dari klem pertama

31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat


*dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara dua klem tersebut
*ikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi,
kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
*lepaskan klem dan masukkan dalam wadah dalam
yang
telah disediakan . sedangkan tangan kanan
menegangkan tali pusat didepan vulva

32 Letakkan bayi agar ada kontak kulit bayi dan kulit


ibu. Letakkan bayi tengkuran di dada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga menempel didada dan perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
putting payudara ibu Selimut ibu dan bayi dengan
kain hangat dan pasang topi dikepala bayi

VII Penatalaksanaan Bayi Aktif Kala Tiga

33 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -


10 cm dari vulva

34 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu,


ditepi atas sympisis untuk mendeteksi tangan lain
menegangkan tali pusat
35 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke
arah bawah sambil tangan lain mendorong uterus ke
arah belakang atas (dorso kranial) secara hati-hati.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 - 40 detik hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di


atas *Jika uterus tidak segera kontraksi,
minta
suami/keluarga untuk melakukan stimulasi putting
susu

36 Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial


hingga plasenta lepas minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
, kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso kranial)
*Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan
klem berjarak 5 - 10 meter dari vulva dan lahirkan
plasenta * Jika plasenta tidak lepas setelah 15
menit
menegangkan tali pusat maka :
a. Beri dosis ulangan oksitoxin 10 unit IM
b. Lakukan kateterisasi (asptik, jika kandung
kemih penuh)
c. Minta keluarga menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir, atau bial terjadi
perdarajan segera lakukan plasenta manual
37 Saat plasenta muncul diintroitus vagina,
lahirkan plasenta dengan kedua tangan, pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada tempat yang disediakan.
*jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
DTT untuk eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari - jari tangan /klem DTT untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

RANGSANGAN TAKTIL

38 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,


lakukan masase uterus. Letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakkan
melingkar dengan lembut, hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
*lakukan tindakan yang diperlukan, jika uterus
tidak berkontraksi setelah 15 detik masase

IX Menilai Perdarahan

39 Evalausi kemungkinan laserasi pada vagina dan


perineum.lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
*bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif segera lakukan penjahitan

40 Periksa kedua sisi plsenta baik bagian ibu maupun


bayi. Pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus

X Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

41 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan


tidak terjadi perdarahan pervaginam
42 Pastikan kandung kemih kosong , jika penuh
lakukan katerisasi

Evaluasi

43 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan


kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan
cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung
tangan kemudian keringkan dengan tissue atau handuk
yang bersih dan kering

44 Ajarkan pada ibu / keluarga cara melakukan masase


uterus dan menilai kontraksi

45 Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik

46 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

47 Pantau keadaan bayi, pastikan bahwa bayi bernafas


dengan baik (40-60x/mnit)
∙ Jika sulit bernafas, merintih atau retraksi,
diresusitasi dan segera merujuk ke RS
∙ Jika nafas cepat dan sesak segera rujuk ke rs
rujukan
∙ Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Lakukan kembali kontak kulit ibu bayi dan
hangatkan ibu dalam satu selimut

Kebersihan dan Keamanan

48 Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan


sisa cairan ketuban, lendir, darah. Bantu ibu memakai
pakaian bersih dan kering. Bantu ibu memakai pakaian
dalam yang bersih dan kering
49 Pastikan ibu merasa nyaman dan bantu ibu memberikan
ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman
dan makanan yang diinginkan

50 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan


klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Kemudian
cuci dan bilas peralatan

51 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi di tempat


sampah yang sesuai

52 Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan


klorin 0,5%

53 Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin


0,5 % dan balik bagian dalam diluar, dan rendam dalam
laritan klorin selama 10 menit

54 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir,


kemudian keringkan dengan lap satu kali pakai

55 Pakai sarung tangan bersih / DTT untuk pemberian Vit


K1 (1 mg) IM di paha kiri bawah lateral dan salep mata
profilaksis infeksi dalam 1 jam pertama kelahiran.

56 Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam


kelahiran bayi) . Pastikan kondisi bayi tetap baik ( nafas
40 -60x/menit dan temperatur tubuh normal 36,5 –
37,5⁰C)setiap 15 menit.

57 Setelah 1 jam pemberian Vit K berikan , berikan


suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan antero
lateral. Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu
waktu dapar disusukan.

58 Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik


dan rendam di dalam larutan klorin
59 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalot,
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.

Dokumentasi

60 Lengkapi partograp (halaman depan dan belakang)


periksa tanda vital ibu dan lanjutkan asuhan kala
IV

Evaluas 1. Evaluasi respon klien


i 2. Berikan Reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya 4.
Akhiri pertemuan dengan cara yang baik

Dokum 1. Catat tindakan yang sudah dilakukan,tanggal dan jam


entasi pelaksanaan pada catatan keperawatan.
2. Catat respon klien dan hasil pemeriksaan
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP

Anda mungkin juga menyukai