Anda di halaman 1dari 4

Bernama dr.

Afiyah Rosalina, lahir pada tanggal 26


Mei 1997 di Kota Surabaya, Anak tunggal yang
dibesarkan di Kota Bogor, bersekolah di SD Taruna
Bangsa sejak usia 5 tahun, dan sekolah menengah
pertama di SMP Negeri 1 Bogor. Saat SMA dr. Afiyah
mengambil program Akselerasi, mejalani masa sekolah
selama 2 tahun di SMA Negeri 6 Bogor. Tahun 2013
Melanjutkan Kuliah Pendidikan Dokter di Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti pada usia 15 Tahun.
Selama berkuliah sangat aktif di organisasi, berhasil
menjadi lulusan termuda dan mendapat predikat
cumlaude. Saat Kuliah Hingga saat ini dr. Afiyah
menetap di Tebet, Jakarta Selatan dan menjalankan
profesi sebagai dokter , entrepreneur dan menjadi
pendiri Yayasan ZahratulHawra, Yayasan yang
menaungi 90 anak yatim piatu dan Dhuafa untuk
belajar Al-quran.
PENGUATAN PERAN PEMUDA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN DALAM MENCAPAI
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SDGs)

Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang diadopsi oleh seluruh negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015 memberikan penekanan pada keterlibatan semua
sektor masyarakat, terutama kalangan pemuda, dalam pelaksanaan program SDGs (Sustainable
Development Goals) . Agenda SDGs 2030 menyatakan bahwa pemuda merupakan agen perubahan
yang penting dan diharapkan dapat menemukan dan menyalurkan kapasitas tak terbatas mereka pada
kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Dalam menyikapi program SDGs, pemuda Indonesia telah menunjukkan kepedulian terhadap
realisasi program SDGs 2030, seperti terlihat pada Tabel 1 (ADB, 2018). Keterlibatan pemuda
Indonesia dalam realisasi program SDGs juga dilakukan melalui bentuk konsultasi di berbagai
tingkatan, terutama terkait isu seperti kesetaraan gender, perlindungan anak, dan pemberdayaan
pemuda. Program konsultasi yang telah dilakukan meliputi: Musrenbang Perempuan dan Anak
(Rapat Perencanaan Pembangunan Perempuan di tingkat Kabupaten); Musyawarah Desa dan Pokja
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak; Forum Anak Desa (FAD); serta Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa yang dipimpin oleh berbagai LSM, Organisasi yang dipimpin Pemuda, dan
Badan PBB (Yusof dan Ariffin, 2021).

Organisasi kepemudaan juga memberikan kontribusi terhadap kemajuan SDGs di Indonesia,


seperti membantu masyarakat yang terkena bencana dan mengirimkan 600 Pendidik Muda di bawah
program “Indonesia Mengajar” (PPN Bappenas, 2019). Banyak organisasi pemuda dan kelompok
pemuda penyandang disabilitas juga mensosialisasikan SDGs kepada rekannya di berbagai provinsi
di tanah air. Selain itu, untuk mengintensifkan peran universitas sebagai lembaga yang dapat
mempromosikan SDGs dan memenuhi konsep Education for Sustainable Development (ESD), Duta
Kampus SDGs ditunjuk untuk mengadvokasi SDGs kepada masyarakat di dalam kampus dan di luar
kampus (PPN Bappenas, 2021). Pemuda juga dilibatkan pada pengembangan teknologi prakiraan
cuaca maritim dan terestrial melalui aplikasi smartphone yang dikenal sebagai “Cuaca BMKG” (PPN
Bappenas, 2019).

Kesimpulannya, pemuda merupakan kunci penting sebagai agen perubahan untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Hal ini disebabkan penyelesaian permasalahan SDGs
bersifat sistemik yang melibatkan aspek ekonomi, sosiologi, dan politik; sehingga membutuhkan
pemikiran progresif yang melampaui zamannya. Berdasarkan berbagai inisiatif yang telah
dideskripiskan, pemuda Indonesia telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
ketercapaian program SDGs, sehingga diharapkan dapat memotivasi seluruh kalangan masyarakat
untuk turut andil dalam percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Tabel 1. Peran Pemuda dalam Mencapai Tujuan Pembanguan Berkelanjutan

No Program Peran Pemuda

1 Program Memperkuat ketahanan bencana melalui aksi berbasis masyarakat.


Pengurangan Program ini melibatkan pemuda, masyarakat, rumah tangga,
Risiko Bencana pemerintah daerah, dan nasional.
(PRB) Keterlibatan pemuda ditunjukkan oleh pemilihan Duta Muda yang
diberikan pelatihan ekstensif tentang PRB, cara memetakan risiko,
menyusun rencana kontinjensi, serta diharapkan untuk berinteraksi
dengan teman, keluarga, pejabat lokal, dan rumah tangga yang
berisiko perihal kesiapsiagaan, cara mengurangi risiko, serta
mengambil tindakan jika terjadi bencana lokal.

2 Program “I Do” Program ini bertujuan untuk mengakhiri pernikahan anak di bawah
umur, kehamilan remaja, dan wajib belajar 12 tahun.

Peran pemuda terutama identik dengan kontribusi dalam forum


perlindungan anak di tingkat desa, dimana pemuda bertindak
sebagai fasilitator sebaya untuk berinteraksi dan mendukung
kelompok dampak yang teridentifikasi (terutama pada pernikahan
anak dan kehamilan remaja) di tiga tujuan proyek: sekolah, rumah,
dan masyarakat.

3 Program Malala Merupakan program enam minggu yang bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan, mengajar,
dan memotivasi 75 anak (di tiga panti asuhan), serta melakukan
kampanye di sekolah dan tempat umum.

Peran pemuda adalah sebagai aggota dan relawan AIESEC


Indonesia yang dimobilisasi selama lima bulan untuk bekerja
bersama relawan internasional AIESEC.
DAFTAR PUSTAKA

ADB. (2018). What’s the Evidence? Youth Engagement and the Sustainable Development Goals.
Asian Development Bank and Plan International UK.

PPN Bappenas. (2019). Laporan Voluntary National Reviews. Kementerian Perencanaan


Pembangunan Nasional.

PPN Bappenas. (2021). Laporan Voluntary National Reviews. Kementerian Perencanaan


Pembangunan Nasional.

Yusof, M.I.M. dan Ariffin, M.M. (2021). Youth Engagement in the Implementation of the Sustainable
Development Goals (SDGs) in ASEAN Countries. International Journal of Academic Research
in Progressive Education and Development, 10(3), 953-971.

Anda mungkin juga menyukai