Anda di halaman 1dari 14

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya yang melimpah,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Pernikahan Menurut UUD No. 1 Tahun
1974". Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas akademik untuk memahami dan menggali lebih
dalam mengenai hukum pernikahan di Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1974.

Dalam makalah ini, kami berusaha menggali hukum pernikahan yang diatur oleh UUD No. 1 Tahun
1974, yang menjadi landasan hukum bagi institusi pernikahan di Indonesia. Kami mencoba merinci
prinsip-prinsip dasar, prosedur, serta hak dan kewajiban yang terkait dengan pernikahan menurut UUD
tersebut.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang ingin memahami lebih dalam mengenai hukum
pernikahan di Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi kecil dalam pemahaman dan
pengembangan hukum pernikahan di Indonesia.

Namlea,

15 Oktober 2024

Penyusun

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................(1)
Daftar isi ............................................................................(2)

BAB I PENDAHULUAN.......................................................
1.1 Latar belakang...........................................................(3)
1.2 Rumusan masalah.....................................................(4)
BAB II PEMBAHASAN.........................................................
2.1 Persyaratan pernikahan ...........................................(6)
2.2 Proses pernikahan.....................................................(7)
2.3 Hak dan kewajiban pasangan...................................(8)
2.4 Perceraian dan pembubaran pernikahan...............(10)
BAB III PENUTUP...............................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................(13)

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina
rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua
suami istri memikul amanah dan tanggung jawab. Pasal 1
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
merumuskan, bahwa Perkawinan, ialah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan di atas,
tampak bahwa suatu rumusan arti dan tujuan dari perkawinan.
Arti “Perkawinan” dimaksud adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri,
sedangkan “tujuan” perkawinan dimaksud adalah membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Makna dan arti dari perkawinan
menjadi lebih dalam, karena selain melibatkan kedua keluarga
juga lebih berarti untuk melanjutkan keturunan, keturunan

3
merupakan hal penting dari gagasan melaksanakan
perkawinan.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana Persyaratan Pernikahan Menurut UU Perkawinan
Indonesia dan Bagaimana Implikasinya terhadap Pasangan yang
Akan Menikah?
2. Bagaimana Proses Pernikahan Menurut UU No 1 Tahun 1974
dan Apa Saja Dokumen yang Diperlukan dalam Proses Ini?
3. Apa Saja Hak-hak dan Kewajiban Pasangan Menurut UU
Perkawinan Indonesia dan Bagaimana Pengaruhnya dalam
Kehidupan Rumah Tangga?
4. Bagaimana Pembagian Harta Bersama Dilakukan Menurut
UU Perkawinan Indonesia saat Terjadi Perceraian dan
Bagaimana Pengadilan Menilai Keadilan dalam Pembagian Ini?

4
PEMBAHASAN

2.1 Persyaratan Pernikahan


"Persyaratan pernikahan" menurut UU Perkawinan
Indonesia (UU No 1 Tahun 1974):
1. Batasan Usia: Calon pengantin pria harus berusia
minimal 19 tahun dan calon pengantin wanita harus
berusia minimal 16 tahun. Namun, jika calon pengantin
wanita berusia di bawah 19 tahun, maka persetujuan dari
orangtua atau wali harus diperoleh.
2. Status Kesehatan: Calon pengantin harus dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani. Beberapa kantor
catatan sipil mungkin mensyaratkan pemeriksaan
kesehatan tertentu sebelum mengeluarkan surat izin
nikah.
3. Persetujuan Orangtua atau Wali: Jika calon pengantin
wanita berusia di bawah 19 tahun, maka persetujuan
tertulis dari orangtua atau wali yang sah harus diperoleh
sebelum pernikahan dilangsungkan.

5
4. Tidak Ada Ikatan Pernikahan Lain: Calon pengantin
tidak boleh dalam ikatan perkawinan dengan orang lain.
Mereka harus menyatakan dengan jujur bahwa mereka
belum pernah menikah atau telah bercerai secara sah
jika pernah menikah sebelumnya.
5. Tidak Ada Hubungan Darah Dekat: Calon pengantin
tidak boleh memiliki hubungan darah dekat, seperti
saudara kandung, sepupu, atau saudara tiri, kecuali ada
izin khusus dari pihak berwenang.
6. Pendaftaran Pernikahan: Setelah memenuhi semua
persyaratan di atas, calon pengantin harus mendaftarkan
pernikahan mereka di kantor catatan sipil yang
berwenang. Proses pendaftaran ini melibatkan pengisian
formulir, penyampaian dokumen yang diperlukan, dan
pembayaran biaya administrasi.

2.2 Proses Pernikahan

6
"Proses pernikahan" menurut UU Perkawinan Indonesia
(UU No 1 Tahun 1974):
1. Pendaftaran Pernikahan: Proses pernikahan dimulai
dengan pendaftaran di kantor catatan sipil setempat.
Calon pengantin harus mengisi formulir pendaftaran
pernikahan dan menyertakan dokumen-dokumen yang
diperlukan, seperti kartu identitas, surat persetujuan
orangtua jika calon pengantin wanita di bawah 19 tahun,
serta surat keterangan cerai jika pernah menikah
sebelumnya.
2. Pemeriksaan Dokumen: Petugas kantor catatan sipil
akan memeriksa dokumen yang diajukan oleh calon
pengantin. Dokumen-dokumen ini akan diverifikasi untuk
memastikan bahwa semua persyaratan telah terpenuhi.
3. Penerbitan Surat Nikah: Setelah verifikasi dokumen
selesai dan semua persyaratan terpenuhi, kantor catatan
sipil akan mengeluarkan surat nikah resmi.

Surat ini adalah bukti sah bahwa pernikahan telah


dilangsungkan sesuai dengan hukum Indonesia.

7
4. Pelaksanaan Upacara Pernikahan: Setelah
mendapatkan surat nikah, calon pengantin dapat
melaksanakan upacara pernikahan sesuai dengan adat
dan agama yang dianut. Upacara pernikahan ini bisa
dilakukan di rumah, gereja, masjid, atau tempat ibadah
lainnya sesuai dengan keyakinan agama masing-masing
calon pengantin.
5. Pelaporan Pernikahan: Setelah pernikahan selesai
dilaksanakan, pihak yang menikahkan wajib melaporkan
pernikahan tersebut kembali ke kantor catatan sipil
dalam waktu tertentu, biasanya dalam beberapa hari
atau minggu setelah pernikahan. Pelaporan ini penting
untuk mencatat pernikahan secara resmi dalam registri
penduduk.
6. Pengakuan Hukum dan Hak-hak: Dengan memiliki
surat nikah yang sah, pasangan suami istri mendapatkan
pengakuan hukum dan hak-hak resmi, termasuk hak
untuk mendapatkan manfaat sosial, hak atas harta
bersama, dan hak-hak lainnya yang diakui oleh hukum.
2.3 Hak Dan Kewajiban Pasangan

8
"Hak dan Kewajiban Pasangan" menurut UU Perkawinan
Indonesia (UU No 1 Tahun 1974):
1. Hak-hak Pasangan:
- Hak Atas Harta Bersama: Pasangan suami istri
memiliki hak yang sama atas harta bersama yang
diperoleh selama perkawinan. Harta bersama ini meliputi
harta yang diperoleh baik sebelum maupun selama
perkawinan berlangsung.
- Hak Anak: Pasangan suami istri yang memiliki anak
memiliki hak dan kewajiban terhadap anak-anak mereka.
Ini termasuk hak untuk mendidik, mengasuh, dan
memberikan perlindungan kepada anak-anak mereka.
- Hak Kewarganegaraan: Jika salah satu pasangan adalah
warga negara Indonesia, maka pasangan tersebut
memiliki hak untuk memperoleh kewarganegaraan
Indonesia, asalkan memenuhi persyaratan yang berlaku.

2. Kewajiban Pasangan:
- Kewajiban Dalam Mendukung Keluarga: Pasangan
suami istri memiliki kewajiban untuk saling membantu

9
dan mendukung kehidupan keluarga mereka, termasuk
mencari nafkah dan menyumbangkan kepada kebutuhan
rumah tangga.
- Kewajiban Terhadap Anak: Pasangan suami istri
memiliki kewajiban moral, etika, dan hukum terhadap
anak-anak mereka. Mereka harus menyediakan
kebutuhan dasar anak, memberikan pendidikan, serta
melindungi anak-anak dari segala bentuk bahaya dan
pengabaian.
- Kewajiban dalam Rumah Tangga: Pasangan suami istri
memiliki kewajiban untuk menjaga keharmonisan rumah
tangga dan menciptakan lingkungan yang baik bagi
perkembangan anak-anak.

2.4 Perceraian dan pembubaran pernikahan

10
Perceraian dan pembubaran pernikahan adalah proses
hukum yang memungkinkan pasangan suami istri
mengakhiri hubungan pernikahan mereka. Di Indonesia,
prosedur ini diatur oleh UU Perkawinan Indonesia (UU
No 1 Tahun 1974). Berikut adalah penjelasan mengenai
perceraian dan pembubaran pernikahan:
1. Perceraian:
- Alasan Perceraian: UU Perkawinan Indonesia mengakui
beberapa alasan sah untuk perceraian, termasuk
persetujuan bersama pasangan, penghilangan satu
pasangan, keinginan yang keras dari satu pasangan yang
tidak didasarkan pada suatu alasan yang jelas, dan
perselingkuhan.
- Proses Perceraian: Proses ini biasanya dimulai dengan
pengajuan gugatan cerai oleh salah satu pasangan ke
pengadilan.
Setelah itu, proses persidangan dimulai, dan pengadilan
akan mempertimbangkan argumen dari kedua belah
pihak sebelum membuat keputusan mengenai
perceraian dan pembagian harta bersama.
2. Pembubaran Pernikahan:

11
- Pembatalan Pernikahan: Selain perceraian, UU
Perkawinan Indonesia juga mengakui pembatalan
pernikahan dalam beberapa kondisi tertentu, misalnya
jika salah satu pasangan terbukti telah menikah lagi
secara sah atau jika pernikahan dilakukan tanpa
persetujuan orangtua ketika dibutuhkan.
- Proses Pembatalan Pernikahan: Proses pembatalan
pernikahan melibatkan pengajuan permohonan ke
pengadilan dengan alasan yang jelas. Pengadilan
kemudian akan meninjau permohonan ini dan
memutuskan apakah pernikahan tersebut sah atau tidak.
Jika pembatalan pernikahan disetujui, maka pernikahan
dianggap tidak pernah terjadi secara hukum.

•Catatan Penting:
- Mediasi dan Konsiliasi: Sebelum mengajukan gugatan
cerai, pasangan diwajibkan mencoba mediasi dan
konsiliasi melalui Lembaga Konsiliasi Pembinaan Keluarga
(LKP2K) atau lembaga sejenis untuk mencari
penyelesaian damai terlebih dahulu.

12
- Perlindungan Hak-hak Anak: Dalam proses perceraian
atau pembubaran pernikahan, hak-hak anak-anak seperti
hak asuh, nafkah, dan pendidikan tetap dipertimbangkan
dan diatur oleh pengadilan.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pernikahan adalah institusi hukum yang diatur dengan
ketat, termasuk persyaratan usia, status kesehatan, dan
persetujuan orangtua. Proses pendaftaran pernikahan
melibatkan pengisian formulir, verifikasi dokumen, dan
penerbitan surat nikah.
2. Pasangan suami istri memiliki hak dan kewajiban yang
diakui oleh hukum, termasuk hak atas harta bersama,
hak terhadap anak-anak, dan kewajiban dalam
mendukung kehidupan rumah tangga dan pendidikan
anak-anak.
3. Perceraian adalah proses kompleks yang melibatkan
alasan yang jelas dan persetujuan pengadilan.
Pembatalan pernikahan juga mungkin dalam kondisi

13
tertentu. Dalam kedua kasus, hak-hak anak-anak tetap
diutamakan.
4. Proses hukum dalam perceraian dan pembubaran
pernikahan melibatkan pengadilan dan melibatkan
mediasi serta pertimbangan hak-hak anak-anak.

14

Anda mungkin juga menyukai