Anda di halaman 1dari 15

Bab IX ordo gelisols

A. Histels, hlm. 289

1. Folistels, hlm. 291


AA. Gelisols yang mempunyai bahan tanah organik yang memenuhi satu atau
lebih berikut:
1. Terdapat di atas bahan sinderi, fragmental, atau batuapung, dan/atau sebagai
pengisi celah-celahnya, dan langsung di bawahnya terdapat kontak densik, litik,
atau paralitik; atau
2. Apabila diperhitungkan dengan bahan sinderi, fragmental, atau batuapung di
bawahnya, bahan tanah organik mencapai ketebalan total 40 cm atau lebih di
antara permukaan tanah dan kedalaman 50 cm; atau
3. Mempunyai 80 persen atau lebih, berdasarkan volume, bahan tanah organik
dari permukaan tanah sampai kedalaman 50 cm, atau lapisan glasik, atau kontak
densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.
AAA. Histels yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif dalam tahun-
tahun normal (tidak didrainase).

Sub grub:
a. Lithic Folistels
AAAA. Folistels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan
tanah mineral.
b. Glacic Folistels
AAAB. Folistels lain yang mempunyai lapisan glasik 100 cm dari permukaan
tanah.
c. Typic Folistels
AAAC. Folistels yang lain.

2. Glacistels, hlm. 291


AAB. Histels lain yang jenuh air selama 30 hari kumulatif atau lebih dalam tahun-
tahun normal dan mempunyai kedua berikut:
1. Lapisan glasik yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah; dan
1. Sebesar kurang dari 3/4 bagian (berdasarkan volume) berupa serat Sphagnum
pada bahan tanah organik sampai kedalaman 50 cm atau sampai kontak densik,
litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.

Sub grub:
a. Hemic Glacistels
AABA. Glacistels yang mempunyai bahan hemik lebih tebal dari bahan tanah
organik yang lain pada 50 cm bagian atasnya.
b. Sapric Glacistels
AABB. Glacistels lain yang mempunyai bahan saprik lebih tebal daripada bahan
tanah organik lain pada 50 cm bagian atasnya.
c. Typic Glacistels
AABC. Glacistels yang lain.

3. Fibristels, hlm. 290


AAC. Histels lain yang mempunyai bahan tanah fibrik lebih tebal dari bahan
tanah organik yang lain hingga kedalaman 50 cm atau mencapai kontak densik,
litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.

Sub grub:
a. Lithic Fibristels
AACA. Fibristels yang mempunyai kontak litik di dalam 100 cm dari permukaan
tanah.
b. Terric Fibristels
AACB. Fibristels lain yang mempunyai lapisan mineral setebal 30 cm atau lebih
di dalam 100 cm dari permukaan tanah.
c. Fluvaquentic Fibristels
AACC. Fibristels lain yang memenuhi kedua persyaratan sebagai berikut:
1. Mempunyai bahan terendapkan yang dipengaruhi aktivitas manusia dengan
ketebalan total kurang dari 50 cm di horizon-horizon permukaan; dan
2. Di dalam bahan tanah organiknya mempunyai satu atau lebih lapisan bahan
tanah mineral setebal 5 cm atau lebih tebal, atau memiliki dua atau lebih lapisan
bahan tanah mineral setebal apapun di dalam 100 cm dari permukaan tanah.
d. Spaghnic Fibristels
AACD. Fibristels lain yang tiga perempat bagian atau lebih bahan fibriknya
tersusun dari Sphagnum hingga mencapai kedalaman 50 cm atau mencapai kontak
densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.
e. Typic Fibristels
AACE. Fibristels yang lain.

4. Hemistels, hlm. 291


AAD. Histels lain yang mempunyai bahan tanah hemik lebih tebal dari bahan
tanah organik yang lain hingga mencapai kedalaman 50 cm atau mencapai kontak
densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.

Sub grub:
a. Lithic Hemistels
AADA. Hemistels yang mempunyai kontak litik di dalam 100 cm dari permukaan
tanah.
b. Terric Hemistels
AADB. Hemistels lain yang mempunyai lapisan mineral setebal 30 cm atau lebih
di dalam 100 cm dari permukaan tanah.
c. Fluvaquentic Hemistels
AADC. Hemistels lain yang memenuhi kedua persyaratan berikut:
1. Total ketebalan kurang dari 50 cm bahan terangkut manusia pada horizon
permukaan; dan
2. Di dalam bahan tanah organiknya mempunyai satu atau lebih lapisan bahan
tanah mineral setebal 5 cm atau lebih tebal, atau memiliki dua atau lebih lapisan
bahan tanah mineral setebal apapun di dalam 100 cm dari permukaan tanah.
d. Typic Hemistels
AADD. Hemistels yang lain.

5. Sapristels, hlm. 292


AAE. Histels yang lain.

Sub grub:
a. Lithic Sapristels
AAEA. Sapristels yang mempunyai kontak litik di dalam 100 cm dari permukaan
tanah.
b. Terric Sapristels
AAEB. Sapristels lain yang mempunyai lapisan mineral setebal 30 cm atau lebih
di dalam 100 cm dari permukaan tanah.
c. Fluvaquentic Sapristels
AAEC. Sapristels lain yang memenuhi kedua berikut:
1. Total ketebalan kurang dari 50 cm bahan terangkut manusia pada horizon
permukaan; dan
2. Di dalam bahan tanah organiknya mempunyai satu atau lebih lapisan bahan
tanah mineral setebal 5 cm atau lebih tebal, atau memiliki dua atau lebih lapisan
bahan tanah mineral setebal apapun di dalam 100 cm dari permukaan tanah.
d. Typic Sapristels
AAED. Sapristels yang lain.

B. Turbels, hlm. 301


1. Histoturbels, hlm. 304
AB. Gelisols lain yang mempunyai satu horizon atau lebih yang menunjukan
gejala kryoturbasi yang berupa batas horizon yang tidak teratur, terputus, atau
terdistorsi, involusi, akumulasi bahan organik pada batas atas permafros, es atau
endapan pasir berbentuk baji, dan fragmen batuan terorientasi.
ABA. Turbels yang pada 30 persen atau lebih pedonnya mempunyai bahan
organik lebih dari 40 persen berdasarkan volume, dari permukaan tanah sampai
kedalaman 50 cm yang memenuhi persyaratan kelembaban untuk epipedon histik.
Sub grub:
a. Lithic Histoturbels
ABAA. Histoturbels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari
permukaan tanah mineral.
b. Glacic Histoturbels
ABAB. Histoturbels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah.
c. Ruptic Histoturbels
ABAC. Histoturbels lain yang mempunyai bahan tanah organik sebesar lebih dari
40 persen, berdasarkan volume, menyebar dari permukaan tanah hingga
kedalaman 50 cm dalam 75 persen pedonnya atau kurang.
d. Typic Histoturbels
ABAD. Histoturbels yang lain.

2. Aquiturbels, hlm. 303


ABB. Turbels lain yang di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai deplesi redoks dengan kroma 2 atau kurang, dan memiliki juga
kondisi akuik dalam tahun-tahun normal (atau telah didrainase).

Sub grub:
a. Lithic Aquiturbels
ABBA. Aquiturbels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan
tanah mineral.
b. Glacic Aquiturbels
ABBB. Aquiturbels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Sulfuric Aquiturbels
ABBC. Aquiturbels lain yang mempunyai horizon sulfurik atau bahan sulfidik di
dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.
d. Ruptic-Histic Aquiturbels
ABBD. Aquiturbels lain yang mempunyai salah satu berikut:
1. Bahan tanah organik yang diskontinu di permukaan; atau
2. Bahan tanah organik permukaan yang ketebalannya berubah menjadi empat
kali lipat atau lebih di dalam suatu pedon.
e. Psammentic Aquiturbels
ABBE. Aquiturbels lain yang mempunyai fragmen batuan kurang dari 35 persen
(berdasarkan volume) dan kelas tekstur pasir halus berlempung atau yang lebih
kasar di seluruh lapisan di dalam penampang kontrol ukuran-besar butir.
f. Typic Aquiturbels
ABBF. Aquiturbels yang lain.

3. Anhyturbels, hlm. 302


ABC. Turbels lain yang mempunyai kondisi anhidrus.

Sub grub:
a. Lithic Anhyturbels
ABCA. Anhyturbels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari
permukaan tanah mineral.
b. Glacic Anhyturbels
ABCB. Anhyturbels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Petrogypsic Anhyturbels
ABCC. Anhyturbels lain yang mempunyai horizon petrogipsik di dalam 100 cm
dari permukaan tanah mineral.
d. Gypsic Anhyturbels
ABCD. Anhyturbels lain yang mempunyai horizon gipsik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
e. Nitric Anhyturbels
ABCE. Anhyturbels lain yang mempunyai kedua berikut:
1. Mempunyai suatu horizon setebal 15 cm atau lebih yang mempunyai
konsentrasi nitrat sebesar 118 mmol(-)/L atau lebih dalam suatu ekstrak dengan
perbandingan antara tanah:air 1:5; dan
2. Hasil perkalian antara ketebalan (dalam cm) dengan konsentrasi nitratnya
[dalam mmol(-)/L] adalah 3.500 atau lebih.

f. Salic Anhyturbels
ABCF. Anhyturbels lain yang mempunyai horizon salik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
g. Calcic Anhyturbels
ABCG. Anhyturbels lain yang mempunyai horizon kalsik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
h. Typic Anhyturbels
ABCH. Anhyturbels yang lain.

4. Molliturbels, hlm. 304


ABD. Turbels lain yang mempunyai epipedon molik.

Sub grub:
a. Lithic Molliturbels
ABDA. Molliturbels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari
permukaan tanah mineral.
b. Glacic Molliturbels
ABDB. Molliturbels lain yang mempunyai lapisan glasik yang batas atasnya di
dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.
c. Vertic Molliturbels
ABDC. Molliturbels lain yang mempunyai satu atau kedua berikut:
1. Rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm
atau lebih, mencapai ketebalan 30 cm atau lebih, selama beberapa waktu dalam
tahun-tahun normal, dan bidangkilir atau agregat berbentuk baji di dalam lapisan
setebal 15 cm atau lebih yang batas atasnya di dalam 125 cm dari permukaan
tanah mineral; atau
2. Pemuaian linier sebesar 6,0 cm atau lebih di antara permukaan tanah mineral
dan kedalaman 100 cm, atau di antara permukaan tanah mineral dan kontak
densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.
d. Andic Molliturbels
ABDD. Molliturbels lain yang pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan
ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai fraksi tanah-halus dengan berat isi 1,0 g/cm³ atau kurang, diukur pada
retensi air 33 kPa dan jumlah persentase Al dan ½ Fe (dengan amonium oksalat)
sebesar lebih dari 1,0.
e. Vitrandic Molliturbels
ABDE. Molliturbels lain yang pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan
ketebalan total 18 cm atau lebih, di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai satu atau kedua berikut:
1. Lebih dari 35 persen(berdasarkan volume) partikel berdiameter 2,0 mm lebih
besar, dimana lebih dari 66 persen partikel tersebut berupa sinder, batuapung, dan
fragmen serupa batuapung; atau
2. Pada fraksi tanah-halus mengandung 30 persen atau lebih partikel berdiameter
0,02 sampai 2,0 mm, dan:
a. Pada fraksi 0,02-2,0 mm, terdapat 5 persen atau lebih gelas volkan; dan
b. Jumlah dari [persentase (Al ditambah ½ Fe, hasil ekstraksi dengan amonium
oksalat) dikalikan 60] ditambah gelas volkan (persen) sama dengan 30 persen atau
lebih.

f. Folistic Molliturbels
ABDF. Molliturbels lain yang mempunyai epipedon folistik.
g. Cumulic Molliturbels
ABDG. Molliturbels lain yang mempunyai:
1. Epipedon molik setebal 40 cm atau lebih dengan tekstur lebih halus dari pasir
halus berlempung; dan
2. Lereng kurang dari 25 persen.
h. Aquic Molliturbels
ABDH. Molliturbels lain yang, pada satu horizon atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral, mempunyai kon-sentrasi redoks yang jelas atau nyata,
dan juga kondisi akuik selama beberapa waktu dalam tahun-tahun normal (atau
telah didrainase).
i. Typic Molliturbels
ABDI. Molliturbels yang lain.

5. Umbriturbels, hlm. 306


ABE. Turbels lain yang mempunyai epipedon umbrik.

Sub grub:
a. Lithic Umbriturbels
ABEA. Umbriturbels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari
permukaan tanah mineral.
b. Glacic Umbriturbels
ABEB. Umbriturbels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Vertic Umbriturbels
ABEC. Umbriturbels lain yang mempunyai satu atau kedua berikut:
1. Rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm
atau lebih, mencapai ketebalan 30 cm atau lebih, selama beberapa waktu dalam
tahun-tahun normal, dan bidangkilir atau agregat berbentuk baji di dalam lapisan
setebal 15 cm atau lebih yang batas atasnya di dalam 125 cm dari permukaan
tanah mineral; atau
2. Pemuaian linier sebesar 6,0 cm atau lebih di antara permukaan tanah mineral
dan kedalaman 100 cm, atau di antara permukaan tanah mineral dan kontak
densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.
d. Andic Umbriturbels
ABED. Umbriturbels lain yang, pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan
ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai fraksi tanah-halus dengan berat isi 1,0 g/cm³ atau kurang, diukur pada
retensi air 33 kPa dan jumlah persentase Al dan ½ Fe (dengan amonium oksalat)
sebesar lebih dari 1,0.
e. Vitrandic Umbriturbels
ABEE. Umbriturbels lain yang, pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan
ketebalan total 18 cm atau lebih, di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai salah satu atau kedua berikut:
1. Lebih dari 35 persen(berdasarkan volume) partikel berdiameter 2,0 mm lebih
besar, dimana lebih dari 66 persen partikel tersebut berupa sinder, batuapung, dan
fragmen serupa batuapung; atau
2. Pada fraksi tanah-halus mengandung 30 persen atau lebih partikel berdiameter
0,02 sampai 2,0 mm, dan:
a. Pada fraksi 0,02-2,0 mm, terdapat 5 persen atau lebih gelas volkan; dan
b. Jumlah [persentase (Al ditambah ½ Fe, hasil ekstraksi dengan amonium
oksalat) dikalikan 60] ditambah gelas volkan (persen) sama dengan 30 persen atau
lebih.
f. Folistic Molliturbels

ABEF. Umbriturbels lain yang mempunyai epipedon folistik.


g. Cumulic Umbriturbels
ABEG. Umbriturbels lain yang mempunyai:
1. Epipedon umbrik setebal 40 cm atau lebih dengan tekstur lebih halus dari pasir
halus berlempung; dan
2. Lereng kurang dari 25 persen.

h. Aquic Umbriturbels
ABEH. Umbriturbels lain yang, pada satu horizon atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral, mempunyai konsentrasi redoks yang jelas atau nyata,
dan juga kondisi akuik selama beberapa waktu selama tahun-tahun normal (atau
telah didrainase).
i. Typic Umbriturbels
ABEI. Umbriturbels yang lain
.
6. Psammoturbels, hlm. 306
ABF. Turbels lain yang mempunyai fragmen batuan kurang dari 35 persen
(berdasarkan volume) dan kelas tekstur pasir halus berlempung atau yang lebih
kasar di seluruh lapisan di dalam penampang kontrol ukuran-besar butir.
Sub grub:
a. Lithic Psammoturbels
ABFA. Psammoturbels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari
permukaan tanah mineral.
b. Glacic Psammoturbels
ABFB. Psammoturbels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Spodic Psammoturbels
ABFC. Psammoturbels lain yang mempunyai suatu horizon setebal 5 cm atau
lebih yang memenuhi satu atau lebih berikut:
1. Pada 25 persen atau lebih setiap pedonnya, tersementasi oleh bahan organik
dan aluminium disertai atau tanpa besi; atau
2. Jumlah persentasi Al dan ½ Fe (dengan amonium oksalat) sebesar 0,25 atau
lebih, dan sebesar setengah dari nilai tersebut atau kurang terdapat pada horizon
di atasnya; atau
3. Nilai ODOE sebesar 0,12 atau lebih, dan sebesar setengah dari nilai tersebut
atau kurang terdapat pada horizon di atasnya.
d. Typic Psammoturbels
ABFD. Psammoturbels yang lain.

7. Haploturbels, hlm. 303


ABG. Turbels yang lain.
Sub grub:
a. Lithic Haploturbels
ABGA. Haploturbels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari
permukaan tanah mineral.
b. Glacic Haploturbels
ABGB. Haploturbels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Folistic Haploturbels
ABGC. Haploturbels lain yang mempunyai epipedon folistik
d. Aquic Haploturbels
ABGD. Haploturbels lain yang, pada satu horizon atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral, mempunyai konsentrasi redoks yang jelas atau nyata,
dan juga kondisi akuik selama beberapa waktu selama tahun-tahun normal (atau
telah didrainase).
e. Typic Haploturbels
ABGE. Haploturbels yang lain.

C. Orthels, hlm. 292


AC. Gelisols yang lain.

1. Historthelts, hlm. 297


ACA. Orthelts yang mempunyai epipedon histik
Sub grub:
.
2. Aquorthels, hlm. 294
ACB. Orthels lain yang di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral
mempunyai deplesi redoks dengan kroma 2 atau kurang, dan memiliki juga
kondisi akuik dalam tahun-tahun normal (atau telah didrainase).

Sub grub:
a. Lithic Historthels
ACAA. Historthels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan
tanah mineral.
b. Glacic Historthels
ACAB. Historthels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Fluvaquentic Historthels
ACAC. Historthels lain yang mempunyai semua berikut:
1. Lereng kurang dari 25 persen; dan
2. Total ketebalan kurang dari 50 cm bahan terangkut manusia pada horizon
permukaan; dan
3. Pada satu horizon atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral
yang mempunyai deplesi redoks dengan kroma 2 atau kurang dan juga kondisi
akuik selama beberapa waktu dalam tahun-tahun normal (atau telah didrainase).
4. Satu atau kedua berikut:
a. Karbon organik (berumur Holosen) 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125
cm di bawah permukaan tanah mineral dan tidak ada kontak densik, litik, atau
paralitik pada kedalaman tersebut; atau
b. Penurunan kandungan karbon organik (berumur Holosen) secara tidak teratur
antara kedalaman 25 cm dan 125 cm atau kontak densik, litik, atau paralitik, mana
saja yang lebih dangkal.
d. Fluventic Historthels
ACAD. Historthels lain yang mempunyai semua berikut:
1. Lereng kurang dari 25 persen; dan
2. Total ketebalan kurang dari 50 cm bahan terangkut manusia pada horizon
permukaan; dan
3. Satu atau kedua berikut:
a. Karbon organik (berumur Holosen) 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125
cm di bawah permukaan tanah mineral dan tidak ada kontak densik, litik, atau
paralitik pada kedalaman tersebut; atau
b. Penurunan kandungan karbon organik (berumur Holosen) secara tidak teratur
antara kedalaman 25 cm dan 125 cm atau kontak densik, litik, atau paralitik, mana
saja yang lebih dangkal.
e. Ruptic Historthels
ACAE. Historthels lain yang mempunyai bahan tanah organik sebesar lebih dari
40 persen, berdasarkan volume, menyebar dari permukaan tanah hingga
kedalaman 50 cm dalam 75 persen pedonnya atau kurang.
f. Typic Historthels
ACAF. Historthels yang lain.

3. Anhyorthels, hlm. 293


ACC. Orthels lain yang mempunyai kondisi anhidrus.
Sub grub:
a. Lithic Anhyorthels

ACCA. Anhyorthels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari


permukaan tanah mineral.
b. Glacic Anhyorthels
ACCB. Anhyorthels lain yang mempunyai lapisan glasik a di dalam 100 cm dari
permukaan tanah.
c. Petrogypsic Anhyorthels
ACCC. Anhyorthels lain yang mempunyai horizon petrogipsik di dalam 100 cm
dari permukaan tanah mineral.
d. Gypsic Anhyorthels
ACCD. Anhyorthels lain yang mempunyai horizon gipsik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
e. Nitric Anhyorthels
ACCE. Anhyorthels lain yang mempunyai kedua berikut:
1. Mempunyai suatu horizon setebal 15 cm atau lebih yang mempunyai
konsentrasi nitrat sebesar 118 mmol(-)/L atau lebih dalam suatu ekstrak dengan
perbandingan antara tanah:air 1:5; dan
2. Hasil perkalian antara ketebalan (dalam cm) dengan konsentrasi nitratnya
[dalam mmol(-)/L] adalah 3.500 atau lebih.
f. Salic Anhyorthels
ACCF. Anhyorthels lain yang mempunyai horizon salik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
g. Calcic Anhyorthels
ACCG. Anhyorthels lain yang mempunyai horizon kalsik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
h. Typic Anhyorthels
ACCH. Anhyorthels yang lain.

4. Mollorthels, hlm. 298


ACD. Orthels lain yang mempunyai epipedon molik.

Sub grub:
a. Lithic Mollorthels
ACDA. Mollorthels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan
tanah mineral.
b. Glacic Mollorthels
ACDB. Mollorthels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Vertic Mollorthels
ACDC. Mollorthels lain yang mempunyai satu atau kedua berikut:
1. Rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm
atau lebih, mencapai ketebalan 30 cm atau lebih, selama beberapa waktu dalam
tahun-tahun normal, dan bidangkilir atau agregat berbentuk baji di dalam lapisan
setebal 15 cm atau lebih yang batas atasnya di dalam 125 cm dari permukaan
tanah mineral; atau
2. Pemuaian linier sebesar 6,0 cm atau lebih di antara permukaan tanah mineral
dan kedalaman 100 cm, atau di antara permukaan tanah mineral dan kontak
densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.
d. Andic Mollorthels
ACDD. Mollorthels lain yang, pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan
ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai fraksi tanah-halus dengan berat isi 1,0 g/cm³ atau kurang, diukur pada
retensi air 33 kPa dan jumlah persentase Al dan ½ Fe (dengan amonium oksalat)
sebesar lebih dari 1,0.
e. Vitrandic Mollorthels
ACDE. Mollorthels lain yang, pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan
ketebalan total 18 cm atau lebih, di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai salah satu atau kedua berikut:
1. Lebih dari 35 persen(berdasarkan volume) partikel berdiameter 2,0 mm lebih
besar, dimana lebih dari 66 persen partikel tersebut berupa sinder, batuapung, dan
fragmen serupa batuapung; atau

2. Pada fraksi tanah halus yang mengandung 30 persen atau lebih butiran
berdiameter 0,02 sampai 2,0 mm, dan:
a. Pada fraksi 0,02-2,0 mm, terdapat 5 persen atau lebih gelas volkan; dan
b. Jumlah dari [persentase (Al ditambah ½ Fe, hasil ekstraksi dengan amonium
oksalat) dikalikan 60] ditambah gelas volkan (persen) sama dengan 30 persen atau
lebih.
f. Folistic Mollorthels
ACDF. Mollorthels lain yang mempunyai epipedon folistik.
g. Cumulic Mollorthels
ACDG. Mollorthels lain yang mempunyai kedua berikut:
1. Epipedon molik setebal 40 cm atau lebih dengan tekstur lebih halus dari pasir
halus berlempung; dan
2. Lereng kurang dari 25 persen.
h. Aquic Mollorthels
ACDH. Mollorthels lain yang, pada satu horizon atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral, mempunyai konsentrasi redoks yang jelas atau nyata,
dan juga kondisi akuik selama beberapa waktu selama tahun-tahun normal (atau
telah didrainase).
i. Typic Mollorthels
ACDI. Mollorthels yang lain.

5. Umbrorthels, hlm. 300


ACE. Orthels lain yang mempunyai epipedon umbrik.
Sub grub:
a. Lithic Umbrorthels
ACEA. Umbrorthels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari
permukaan tanah mineral.
b. Glacic Umbrorthels
ACEB. Umbrorthels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Vertic Umbrorthels
ACEC. Umbrorthels lain yang mempunyai satu atau kedua berikut:
1. Rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm
atau lebih, mencapai ketebalan 30 cm atau lebih, selama beberapa waktu dalam
tahun-tahun normal, dan bidang kilir atau agregat berbentuk baji di dalam lapisan
setebal 15 cm atau lebih yang batas atasnya di dalam 125 cm dari permukaan
tanah mineral; atau
2. Pemuaian linier sebesar 6,0 cm atau lebih di antara permukaan tanah mineral
dan kedalaman 100 cm, atau di antara permukaan tanah mineral dan kontak
densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.
d. Andic Umbrorthels
ACED. Umbrorthels lain yang pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan
ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai fraksi tanah-halus dengan berat isi 1,0 g/cm³ atau kurang, diukur pada
retensi air 33 kPa dan jumlah persentase Al dan ½ Fe (dengan amonium oksalat)
sebesar lebih dari 1,0.
e. Vitrandic Umbrorthels
ACEE. Umbrorthels lain yang pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan
ketebalan total 18 cm atau lebih, di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral,
mempunyai salah satu atau kedua berikut:
1. Lebih dari 35 persen(berdasarkan volume) partikel berdiameter 2,0 mm lebih
besar, dimana lebih dari 66 persen partikel tersebut berupa sinder, batuapung, dan
fragmen serupa batuapung; atau
2. Berupa fraksi tanah halus yang mengandung 30 persen atau lebih partikel
berdiameter 0,02 sampai 2,0 mm, dan:
a. Pada fraksi 0,02-2,0 mm, terdapat 5 persen atau lebih gelas volkan; dan

b. Jumlah dari [persentase (Al ditambah ½ Fe, hasil ekstraksi dengan amonium
oksalat) dikalikan 60] ditambah gelas volkan (persen) sama dengan 30 persen atau
lebih.
f. Folistic Mollorthels
ACEF. Mollorthels lain yang mempunyai epipedon folistik.
g. Cumulic Umbrorthels
ACEG. Umbrorthels lain yang mempunyai kedua berikut:
1. Epipedon umbrik setebal 40 cm atau lebih dengan tekstur lebih halus dari pasir
halus berlempung; dan
2. Lereng kurang dari 25 persen.
h. Aquic Umbrorthels
ACEH. Umbrorthels lain yang, pada satu horizon atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral, mempunyai konsentrasi redoks yang jelas atau nyata,
dan juga kondisi akuik selama beberapa waktu selama tahun-tahun normal (atau
telah didrainase).
i. Typic Umbrorthels
ACEI. Umbrorthels yang lain.

6. Argiorthels, hlm. 295


ACF. Orthels lain yang mempunyai horizon argilik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah.

Sub grub:
a. Lithic Argiorthels
ACFA. Argiorthels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan
tanah mineral.
b. Glacic Argiorthels
ACFB. Argiorthels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Natric Argiorthels
ACFC. Argiorthels lain yang mempunyai horizon natrik.
d. Typic Argiorthels
ACFD. Argiorthels yang lain.

7. Psammorthels. hlm. 299


ACG. Orthels lain yang berada di bawah horizon Ap atau di bawah kedalaman 25
cm, mana saja yang lebih dalam, mempunyai fragmen batuan kurang dari 35
persen (berdasarkan volume) dan bertekstur pasir halus berlempung atau lebih
kasar di seluruh lapisan dalam penampang kontrol ukuran butir.

Sub grub:
a. Lithic Psammorthels
ACGA. Psammorthels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari
permukaan tanah mineral.
b. Glacic Psammorthels
ACGB. Psammorthels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Spodic Psammorthels
ACGC. Psammorthels lain yang mempunyai suatu horizon setebal 5 cm atau lebih
yang memenuhi satu atau lebih berikut:
1. Pada 25 persen atau lebih setiap pedonnya, tersementasi oleh bahan organik
dan aluminium disertai atau tanpa besi; atau
2. Jumlah persentasi Al dan ½ Fe (dengan amonium oksalat) sebesar 0,25 atau
lebih, dan sebesar setengah dari nilai tersebut atau kurang terdapat pada horizon di
atasnya; atau
3. Nilai ODOE sebesar 0,12 atau lebih, dan sebesar setengah dari nilai tersebut
atau kurang terdapat pada horizon di atasnya.
d. Typic Psammorthels
ACGD. Psammorthels yang lain.

8. Haplorthels, hlm. 296


ACH. Orthels yang lain.
Sub grub:
a. Lithic Haplorthels
ACHA. Haplorthels yang mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan
tanah mineral.
b. Glacic Haplorthels
ACHB. Haplorthels lain yang mempunyai lapisan glasik di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral.
c. Fluvaquentic Haplorthels
ACHC. Haplorthels lain yang mempunyai semua berikut:
1. Lereng kurang dari 25 persen; dan
2. Total ketebalan kurang dari 50 cm bahan terangkut manusia pada horizon
permukaan; dan
3. Pada satu horizon atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral
yang mempunyai deplesi redoks dengan kroma 2 atau kurang dan juga kondisi
akuik selama beberapa waktu dalam tahun-tahun normal (atau telah didrainase).
4. Satu atau kedua berikut:
a. Karbon organik (berumur Holosen) 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125
cm di bawah permukaan tanah mineral dan tidak ada kontak densik, litik, atau
paralitik pada kedalaman tersebut; atau
b. Penurunan kandungan karbon organik (berumur Holosen) secara tidak teratur
antara kedalaman 25 cm dan 125 cm atau kontak densik, litik, atau paralitik, mana
saja yang lebih dangkal.
d. Folistic Haplorthels
ACHD. Haplorthels lain yang mempunyai epipedon folistik.
e. Aquic Haplorthels
ACHE. Haplorthels lain, pada satu horizon atau lebih di dalam 75 cm dari
permukaan tanah mineral, yang mempunyai deplesi redoks dengan kroma 2 atau
kurang, dan juga kondisi akuik selama beberapa waktu dalam tahun-tahun normal
(atau telah didrainase).
f. Fluventic Haplorthels
ACHF. Haplorthels lain yang mempunyai semua berikut:
1. Lereng kurang dari 25 persen; dan
2. Total ketebalan kurang dari 50 cm bahan terangkut manusia pada horizon
permukaan; dan
3. Satu atau kedua berikut:
a. Karbon organik (berumur Holosen) 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125
cm di bawah permukaan tanah mineral dan tidak ada kontak densik, litik, atau
paralitik pada kedalaman tersebut; atau
b. Penurunan kandungan karbon organik (berumur Holosen) secara tidak teratur
antara kedalaman 25 cm dan 125 cm atau kontak densik, litik, atau paralitik, mana
saja yang lebih dangkal.
g. Typic Haplorthels
ACHG. Haplorthels yang lain.

Anda mungkin juga menyukai