Anda di halaman 1dari 23

 BERITA
 DINAMIKA PERSYARIKATAN
 EDITORIAL
 KHAZANAH
 WAWASAN
 TANYA JAWAB
 KHUTBAH
MUCHLAS ABROR

KH Ahmad Badawi Sang Penyelamat (1)


Thursday 23-06-2016, 11:00 WIB
0SHARES
0

SUARA MUHAMMADIYAH, KH Ahmad Badawi lahir di Kauman, Yogyakarta tanggal 5


Februari 1902. Ia dari keluarga yang taat beragama. Kampung kelahirannya pun oleh masyarakat
sudah dikenal sebagai kampung santri, kampung Islam. Karena di kampung ini telah sekian lama
tegak berdiri Masjid Agung atau Masjid Kasultanan Kraton Yogyakarta. Ia tujuh orang
bersaudara. Ayah mereka bernama KH Muhammad Faqih, seorang alim yang dalam ilmu
pengetahuan agamanya, sesuai dengan namanya.
Pada masa kanak-kanak, Ahmad Badawi mendapat pendidikan agama langsung dari
orangtuanya. Sesuai dengan zamannya, ia tidak mengikuti pendidikan di sekolah formal. Tapi, ia
bersama dengan teman-teman sebayanya masuk Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur.
Tremas menjadi tempat pilihan untuk menuntut ilmu dan mempelajari Islam. Maka banyak
orangtua mengirimkan anak-anaknya ke Tremas. Sekitar tahun 1970, penulis pernah diajak para
ulama Muhammadiyah ke Tremas untuk menghadiri Reuni Alumni Pondok Tremas. Antara lain
hadir KRH Hadjid dan Prof Dr HA Mukti Ali, sebelum menjadi Menteri Agama.
Ahmad Badawi tulisannya bagus. Tulisan Arab dan khathnya indah dan rapi. Demikian pula
tulisan Latinnya. Ia ahli fiqh dan lebih khusus lagi faraidh (hukum waris). Karena itu, ia sering
dimintai tolong oleh masyarakat, baik kerabat maupun tetangga, untuk penyelesaian urusan
warisan. Ia pun giat melakukan kajian dan memberi pengajian. Keahlian lainnya lagi, ia ahli
falak atau hisab. Pantas, ia pernah menjadi Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Dalam membangun hidup berkeluarga, KH Ahmad Badawi menikah dengan Hj Siti Zayinah,
adik HM Yunus Anis. Bagi warga Muhammadiyah, nama HM Yunus Anis tentu sudah tidak
asing lagi. Sebab, ia pernah menjadi Ketua PP Muhammadiyah periode 1959 – 1962. KH Ahmad
Badawi dikaruniai keturunan 11 anak. Salah seorang menantunya, H Bidron Hadi, adalah pakar
dalam ilmu hisab atau falak, aktif di Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Di antara anaknya ialah
HM Djaldan Badawi yang pernah menjadi Sekretaris III PP Muhammadiyah (1959–1962) dan
Kepala Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta sampai akhir hayat.
Anak KH Ahmad Badawi yang masih hidup bernama Drs Ibban Badawi. Kini ia menjadi
Sekretaris Umum PP Tapak Suci Putera Muhammadiyah. “Bagaimana kesan anda terhadap dan
pesan ayah (almarhum) kepada anda yang tidak dapat dilupakan hingga sekarang?,” tanya penulis
kepada mas Ibban. “Ketika ditinggalkan Bapak, saya masih kecil. Kesan saya, Bapak itu bersih,
tertib, dan rapi. Bapak selalu menggerakkan anak-anaknya untuk rajin datang dan berjamaah
shalat di masjid. Ketika Bapak sedang tidak ada acara keluar, sesudah Maghrib atau Isya’ seluruh
keluarga harus berkumpul, berjamaah makan bersama di rumah. Itu beberapa kesan dan pesan
Bapak yang tetap saya ingat sampai sekarang,” katanya menjelaskan
Pada awalnya, Ahmad Badawi tidak sepaham dengan KH Ahmad Dahlan. Bahkan, ia
mengordinir teman-temannya bila pendiri Muhammadiyah lewat di kampung Kauman diledek
dan dicemoohkan. Tapi, ledekan dan cemoohan itu oleh Kiai Dahlan dibiarkan dan tidak
ditanggapi. Beliau tetap sabar dan istiqamah. Demikian mas Ibban menceriterakan kepada penulis
apa yang didengar sendiri dari ibunya tentang Bapaknya yang sering mengganggu sebelum
masuk Muhammadiyah. Ceritera itu menguatkan tulisan Ahmad Adabi Darban dalam bukunya
Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah yang menyebutkan, “Pernah
terjadi, ketika KH Ahmad Dahlan dan KH Ibrahim berjalan di kampung Kauman, mereka
dikepung oleh para santri yang dipimpin oleh Badawi. Dalam pengepungan tersebut, KH Ahmad
Dahlan diejek dan diterbangi. Ia berjalan terus diikuti dengan terbangan dan ejekan.”
Pencerahan yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan, sebagai Sang Pencerah, akhirnya sampai
juga kepada Ahmad Badawi. Setelah menjadi santri dan berguru kepada KH Ahmad Dahlan, pada
diri pemuda itu terjadi perubahan total. Ia kemudian masuk Muhammadiyah dan menjadi kader
yang teguh dan tangguh dalam segala keadaan. Tentu setelah ia memahami Muhammadiyah.
Karena itu, ia pun memiliki kemampuan memahamkan Muhammadiyah kepada siapa pun.
Melalui Muhammadiyah, ia berjuang dengan sungguh-sungguh. Semangat juangnya membawa
Islam yang berkemajuan tak pernah redup dan surut sampai akhir hayat.• BERSAMBUNG

0SHARES
0

Menandaiislam berkemajuan KH Ahmad Badawimuhammadiyah

Yang mungkin Anda sukai

KOLOM MUCHLAS ABROR

Bekal Menjadi Muslim Pencerah


Sunday 19-02-2017, 12:00 WIB
MUCHLAS ABROR

KH Ahmad Badawi Sang Penyelamat (2)


Saturday 13-08-2016, 11:35 WIB

MUCHLAS ABROR

Dinamika Majelis Tarjih


Friday 01-07-2016, 10:07 WIB
1 Komentar
Klik disini untuk memberikan komentar
 KH Ahmad Badawi, Sang Penyelamat Muhammadiyah | Darussalam Centre
Monday 02-10-2017, 11:41 at 11:41
[…] ini sebelumnya dimuat di Suara Muhammadiyah, berseri sebanyak dua tulisan, bagian
pertama dan bagian kedua. Pemberian sub judul dilakukan oleh tim darussalamcentre untuk
memudahkan […]
REPLY
Edisi Baru


 Most Viewed

 Most Commented

 Kapan Idul Adha Tahun Ini dan Bagaimana Kalau Beda dengan
Saudi?

 Khutbah Idul Fitri 1439: Puasa Membentuk Keadaban Ihsan

 Khutbah Idul Adha 1439 H: Ibadah Qurban Membangun Insan


Bertauhid
 Islam Dan NKRI Dalam Bingkai Ketakwaan

 Zohri Bantu Korban Gempa Melalui Wakil Ketua PWM NTB

 Pemerintah Victoria Sambut Positif Pendirian Muhammadiyah


Australia College

 3 Etika Bekerja Islami

 Diskusikan Kebangsaan dan Keumatan, Mahfud MD Temui Haedar


Nashir
 Urgensi Menegakkan Kebenaran

 Saling Toleransi

 Pandangan Majelis Tarjih tentang Gerhana Bulan Total pada Sabtu,


28 Juli 2018

 Hikmah Pengulangan Dalam Surat Ar-Rahman



Kolom

‘Kepada Siapa Kita Bertanya’


Keteladanan

109 Tahun Kiprah Gerakan Muhammadiyah

Muhammadiyah Istiqamah Berdakwah Pencerahan

Milad 57 IPM: Karya Nyata untuk Pelajar Indonesia

Memilih Teman

Dinamika Majelis Tarjih

KOMENTAR



 BERITA
 DINAMIKA PERSYARIKATAN
 EDITORIAL
 KHAZANAH
 WAWASAN
 TANYA JAWAB
 KHUTBAH
MUCHLAS ABROR

KH Ahmad Badawi Sang Penyelamat (2)


Saturday 13-08-2016, 11:35 WIB
Halaman 1 dari 2

0SHARES
0

Oleh; M Muchlas Abror

SUARA MUHAMMADIYAH, Ketika Yogyakarta menjadi ibu kota Negara Republik


Indonesia. Setelah kemerdekaan, antara tahun 1945 – 1950, dua kali terjadi Clash. Tentara
Belanda menyerbu dan banyak menduduki kota, termasuk Yogyakarta. Perang gerilya
digerakkan, digiatkan, dan dipimpin oleh Jenderal Sudirman, putera Muhammadiyah, untuk
melawan penjajah. Ulama Muhammadiyah bermusyawarah karena merasa berkewajiban
membela dan mempertahankan kemerdekaan negara. Musyawarah yang dipimpin oleh Ki Bagus
Hadikusumo, di Masjid Taqwa Suronatan, Yogyakarta, berhasil membentuk Angkatan Perang
Sabil (APS) APS. KRH Hajid dan KH Ahmad Badawi disepakati oleh musyawarah menjadi
Ketua dan Wakil Ketua Pimpinan APS. Ki Bagus bersama KH Ahmad Badawi kemudian
menghadap Sultan Hamengku Buwono IX melaporkan maksud pembentukan APS itu. Sultan pun
merestui. Jenderal Sudirman juga menyambut baik dan menyanggupi mengirim pelatih.
Berdirinya APS mendapat sambutan masyarakat.
KH Ahmad Badawi masuk menjadi PP Muhammadiyah sebagai Wakil Ketua dalam usia muda
(35 tahun) dalam periode kepemimpinan KH Mas Mansur (1937–1942). Kemudian berturut-turut
menduduki jabatan yang sama pada periode kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo (1942 –1953),
Buya AR Sutan Mansur (1953–1959), HM Yunus Anis (1959– 1962). Setelah itu, melalui
Muktamar ke-35 atau Muktamar Setengah Abad di Jakarta (1962) dan Muktamar ke-36 di
Bandung (1965), KH Ahmad Badawi terpilih menjadi Ketua PP Muhammadiyah (1962–1968).
KH Ahmad Badawi menjadi Ketua PP Muhammadiyah dalam situasi zaman yang sulit. Setelah
Masyumi bubar, Muhammadiyah dari luar mendapat tekanan berat. Warganya digolongkan bekas
anggota partai terlarang. Dicurigai, diawasi, disingkirkan dari segala kegiatan, dan dicap kontra
revolusi. Geraknya ditekan, diintimidasi, dan disertai berbagai fitnah. Banyak pemimpin dan
muballighnya ditahan. Sementara dari dalam, antar sesama mudah salah paham. Jika tidak hati-
hati, gampang termakan issu dan berselisih. Ukhuwwah hampir terputus oleh selisih yang
berpangkal pada perbedaan visi politik. Mereka sebenarnya tetap sayang dan menyayangi
Muhammadiyah, menurut pandangan politiknya masing-masing.
Kekesalan hati warga dan kelesuan aktivitas dalam Muhammadiyah sangat terasa dan tampak
pada awal kepemimpinan KH Ahmad Badawi. Tentu hal tersebut tidak boleh dibiarkan tanpa
solusi dan penyelesaian. Sebab, jika tidak cepat diatasi, hal itu berakibat Muhammadiyah akan
mengalami kemunduran dan kemerosotan. Padahal, waktu itu PKI hampir menguasai seluruh lini
pemerintahan dan masyarakat. PKI selalu mendekati Presiden Sukarno untuk mempengaruhi dan
membisikkan sesuatu kepadanya untuk kepentingan partainya. PKI suka mengadu domba
golongan lain dengan pribadi Presiden, melemahkan peran partai-partai lain, dan menghabisi
parpol lain yang menjadi lawan politiknya yang tangguh, misal, Masyumi.
Kepemimpinan KH Ahmad Badawi mulai melangkah membina kembali Muhammadiyah,
sebagai Gerakan Dakwah dan Tajdid. Itu sudah merupakan kebulatan pendapat PP
Muhammadiyah. Maka hal positif agar diambil manfaatnya. Pidato Presiden pada penutupan
Muktamar ke-35 di Jakarta yang berjudul “Makin Lama Makin Cinta” tentu menjadi tamparan
telak terhadap siapa pun yang tidak suka kepada Muhammadiyah. Apalagi pidato itu bersama
hasil Muktamar Setengah Abad kemudian dibukukan, dicetak, dan disiarkan oleh Menteri
Penerangan Ruslan Abdulgani dengan judul “Makin Lama Makin Cinta”. Keputusan Muktamar
ke-35 tentang “Kepribadian Muhammadiyah” harus menjadi pegangan dan landasan perjuangan
Muhammadiyah. PP Muhammadiyah juga perlu melakukan pendekatan kepada Pemerintah,
terutama Presiden. Usaha ke arah itulah yang diistilahkan mencari lampu hijau.
Selain itu, PP Muhammadiyah menggiatkan tourne atau meningkatkan kunjungan ke banyak
Wilayah dan Daerah. Biaya tourne tentulah besar. Padahal keuangan PP Muhammadiyah waktu
itu masih tipis. Tapi tugas harus dijalani dengan ikhlas. Bagi pimpinan Muhammadiyah sudah
terbiasa kerja keras. Apalagi dalam keadaan tertekan dan kekurangan. Mereka dalam melakukan
kunjungan sering hanya naik Kereta Api kelas III. Bahkan, Ketua PP Muhammadiyah pun dalam
tourne sering naik gerbong barang dan di lokomotif. Terkadang naik bus atau truk. Tekadnya
hanya satu asal sampai ke tempat tujuan untuk menggerakkan kembali Muhammadiyah dan
membesarkan hati warga dalam ber-Muhammadiyah.• Bersambung
Kepemimpinan KH Ahmad Badawi membuahkan hasil. Meskipun fitnahan dan tuduhan miring
kepada Muhammadiyah masih terus terdengar, tapi warga Muhammadiyah sudah berani
menjawab dengan lantang tidak. Salah satu buktinya, Muktamar Muhammadiyah ke-36 di
Bandung (1965). Muktamar Bandung memperlihatkan kebesaran potensi Muhammadiyah yang
harus diperhitungkan. Presiden Sukarno pun hadir dan memberi sambutan pada pembukaan
Muktamar. Pawai Muktamar itu jauh lebih panjang, indah, dan teratur daripada pawai KIAA
yang diselenggarakan di kota yang sama tahun 1964.
KH Ahmad Badawi mendapat amanah dan terpilih kembali menjadi Ketua PP Muhammadiyah
periode 1965 – 1968 dalam Muktamar ke-35. Ini berarti kepemimpinannya pada periode 1962 –
1965 berhasil. Dalam dua periode kepemimpinannya (1962 – 1968), ia sering berada di Jakarta.
Karena situasi menghendaki demikian. Tentu untuk keselamatan Muhammadiyah dan ia mesti
tetap berpegang teguh pada keputusan Persyarikatan. Apalagi untuk memudahkan sewaktu-waktu
bertemu Presiden. Presiden hormat kepadanya dan ia pun tetap santun dan menghormati Presiden.
Jika ia memiliki kepentingan tertentu, ia menulis pada selembar kertas dari rumah secara baik,
rapi, dan tertib. Nah, ketika ia bertemu Presiden, surat yang telah disiapkan itu lalu dimasukkan
ke saku baju Presiden. Terhadap apa yang dilakukan oleh orang dihormatinya itu Presiden sudah
paham. Baru kemudian, ketika sendirian, surat itu dibuka dan dibaca. Cara demikian justru
banyak membuahkan hasil. Keberadaannya di Jakarta itu juga untuk mencermati apa yang sedang
dan akan dilakukan oleh PKI.
Kepemimpinan KH Ahmad Badawi bukan hanya memikirkan Muhammadiyah dan
keselamatannya. Tapi juga menolong lainnya agar selamat pula dari fitnah dan ancaman
pembubaran, misal, HMI. Dalam sidang DPA (Dewan Pertimbangan Agung), PKI melalui
anggota DPA bernama Utrecht memfitnah HMI dan mempengaruhi Presiden untuk
membubarkannya. Dapat diduga rencana berikutnya akan mempengaruhi Presiden untuk
membubarkan Muhammadiyah. Kemudian tanggal 17 September 1965, Dahlan Ranuwiharjo, SH
dan dr. Sulastomo, mereka mewakili PB HMI menemui KH Ahmad Badawi. Mereka melaporkan
bahwa kedudukan HMI dalam bahaya. Apa yang dikeluhkan oleh PB HMI itu telah
diperjuangkan oleh PP Muhammadiyah, ketika KH Ahmad Badawi bertemu Presiden dan
berhasil.
Pada tanggal 30 September 1965, KH Ahmad Badawi dan H Djarnawi Hadikusumo, mewakili PP
Muhammadiyah, di Jakarta memperjuangkan keselamatan GKBI. Sebab, Menteri Transkop
Achadi telah mengobrak-abrik GKBI. Perjuangan PP Muhammadiyah akhirnya berhasil, meski
tidak seketika. GKBI kembali seperti semula, seperti dimaksudkan PP Muhammadiyah, yakni
mendudukkan GKBI dalam proporsi koperasi yang sebenarnya. Pada dini hari lepas tengah
malam, tanggal 1 Oktober 1965, ketika KH Ahmad Badawi dalam perjalanan pulang ke
Yogyakarta dengan mobil, baru sampai setelah Semarang, terjadilah peristiwa Coup
Gestapu/PKI. Sampai di Kauman, Yogyakarta telah dikuasai Dewan Revolusi.
Meletusnya Gestapu/PKI dan kegagalannya menambah kebangkitan Muhammadiyah.
Perkembangan Muhammadiyah tambah meluas dan meningkat. PP Muhammadiyah tanggal 6
Oktober 1965 menyatakan, “Gestapu/PKI adalah bencana nasional”. Kiyai Badawi dan Pak H
Djarnawi mewakili PP Muhammadiyah, sebagai ormas pertama, yang berteguh janji dengan
Mayjen Suharto, tengah malam tanggal 27 Oktober 1965 di Gedung Kostrad, untuk saling
membantu menumpas sisa Gestapu/PKI. Muhammadiyah organisasi pertama pula yang
mengadakan Konperensi Kilat tanggal 9 – 11 Nopember 1965 menuntut bubarnya PKI. Tuntutan
tersebut sebagai dukungan kepada tuntutan Ketua PP Muhammadiyah kepada Presiden untuk
segera membubarkan PKI dan Ormas-ormasnya, yang tindakan pembubaran itu suatu ibadah.
Tuntutan itu dikemukakan oleh KH Ahmad Badawi kepada Presiden di Istana Merdeka tanggal
27 Oktober 1965. Kemudian Angkatan Muda Muhammadiyah pun membentuk KOKAM.
Pada masa kepemimpinannya, KH Ahmad Badawi juga tetap dapat menjaga dan kokoh
mempertahankan Muhammadiyah tidak menjadi parpol. Meskipun ada kesempatan dan peluang.
Deras dan kuat pula tarikan dari kanan – kiri. KH Ahmad Badawi menjadi Ketua PP
Muhammadiyah selama dua periode (1962 – 1968) di zaman banyak kesulitan dan kesukaran.
Tantangan, baik dari luar maupun dalam, demikian kuat dan hebat. Salah melangkah,
Muhammadiyah bisa pecah. Alhamdulillah, Muhammadiyah tetap utuh, bersatu, selamat, dan
terus berkembang.
Itulah KH Ahmad Badawi, Sang Penyelamat Muhammadiyah. Pada masa kepemimpinan nya
banyaklah pengorbanan yang diberikan secara tulus dan hanya mengharapkan keridhaan Allah
semata. Segenap ibadah, amal, dan pengorbanannya dalam perjuangan yang panjang dalam
Muhammadiyah akan mengantarkan dan menyertainya dalam kembali menghadap kehadirat
Allah. Kini ia telah tiada, wafat di RSU Muhammadiyah Yogyakarta tanggal 25 April 1969
dalam usia 67 tahun dan dimakamkan di Karangkajen, dekat makam KH Ahmad Dahlan.

0SHARES
0

Halaman 1 dari 2
Menandaiislam berkemajuan KH Ahmad Badawimuhammadiyah

Yang mungkin Anda sukai

KOLOM MUCHLAS ABROR

Bekal Menjadi Muslim Pencerah


Sunday 19-02-2017, 12:00 WIB
MUCHLAS ABROR

Dinamika Majelis Tarjih


Friday 01-07-2016, 10:07 WIB

MUCHLAS ABROR

KH Ahmad Badawi Sang Penyelamat (1)


Thursday 23-06-2016, 11:00 WIB
Tambah Komentar
Klik disini untuk memberikan komentar
Edisi Baru


 Most Viewed

 Most Commented

 Kapan Idul Adha Tahun Ini dan Bagaimana Kalau Beda dengan
Saudi?

 Khutbah Idul Fitri 1439: Puasa Membentuk Keadaban Ihsan

 Khutbah Idul Adha 1439 H: Ibadah Qurban Membangun Insan


Bertauhid
 Islam Dan NKRI Dalam Bingkai Ketakwaan

 Zohri Bantu Korban Gempa Melalui Wakil Ketua PWM NTB

 Pemerintah Victoria Sambut Positif Pendirian Muhammadiyah


Australia College

 3 Etika Bekerja Islami

 Diskusikan Kebangsaan dan Keumatan, Mahfud MD Temui Haedar


Nashir
 Urgensi Menegakkan Kebenaran

 Saling Toleransi

 Pandangan Majelis Tarjih tentang Gerhana Bulan Total pada Sabtu,


28 Juli 2018

 Hikmah Pengulangan Dalam Surat Ar-Rahman



Kolom

‘Kepada Siapa Kita Bertanya’


Keteladanan

109 Tahun Kiprah Gerakan Muhammadiyah

Muhammadiyah Istiqamah Berdakwah Pencerahan

Milad 57 IPM: Karya Nyata untuk Pelajar Indonesia

Dinamika Majelis Tarjih

Bekal Menjadi Muslim Pencerah

KOMENTAR


Anda mungkin juga menyukai