Anda di halaman 1dari 19

PEKERJAAN LAPANGAN II

1. PROSES PEKERJAAN LAPANGAN


Jadi, audit internal pada pekerjaan lapangan II biasanya melibatkan pemeriksaan mendalam
terhadap kegiatan lapangan atau operasional tertentu dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Audit ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan lapangan tersebut dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan, prosedur, dan standar yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah dalam audit internal pekerjaan lapangan II mungkin mencakup:
1) Penetapan Tujuan Audit.
Menetapkan dengan jelas apa yang akan diperiksa dan tujuan dari audit tersebut. Misalnya,
apakah fokusnya adalah efisiensi operasional, kepatuhan terhadap regulasi, atau mitigasi
risiko?
2) Pemahaman Proses.
Memahami secara mendalam proses atau kegiatan lapangan yang akan diaudit. Ini
mencakup mengidentifikasi risiko potensial dan area yang memerlukan perhatian khusus.
3) Pengumpulan Data.
Mengumpulkan data terkait kegiatan lapangan tersebut, termasuk dokumentasi, catatan
operasional, dan informasi lainnya yang relevan.
4) Evaluasi Kepatuhan.
Memeriksa apakah kegiatan lapangan tersebut sesuai dengan kebijakan internal, peraturan
pemerintah, dan standar industri yang berlaku.
5) Evaluasi Efisiensi dan Efektivitas:
Menilai sejauh mana kegiatan lapangan tersebut efisien dan efektif dalam mencapai
tujuannya. Ini melibatkan penilaian terhadap penggunaan sumber daya, kualitas output, dan
pencapaian tujuan.
6) Identifikasi Temuan dan Rekomendasi.
Jika ada ketidaksesuaian atau peluang perbaikan, auditor internal akan mengidentifikasinya
dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau peningkatan.
7) Pelaporan Hasil.
Menyusun laporan audit yang merinci temuan, rekomendasi, dan hasil evaluasi kepada
pihak terkait dalam perusahaan.
Audit internal pekerjaan lapangan II ini membantu memastikan bahwa operasional di
lapangan berjalan sesuai dengan standar perusahaan dan memberikan wawasan berharga untuk
terus meningkatkan efisiensi dan kepatuhan.
Adapun Proses Pekerjaan Lapanagan lapangan II pada audit internal yaitu :
1) Perencanaan Audit.
 Identifikasi dan definisikan ruang lingkup pekerjaan lapangan II dengan jelas.
 Tetapkan tujuan spesifik yang ingin dicapai melalui audit ini.
 Rencanakan sumber daya yang dibutuhkan, termasuk personel, alat, dan waktu.
2) Pemahaman Kegiatan Lapangan.
Pelajari secara mendalam kegiatan lapangan yang akan diaudit. Pahami prosesnya,
risikonya, dan tujuan operasionalnya.

1
3) Penetapan Risiko dan Kontrol.
 Identifikasi risiko-risiko yang terkait dengan kegiatan lapangan.
 Tentukan kontrol atau langkah-langkah yang ada untuk mengatasi risiko-risiko tersebut.
4) Pengembangan Program Audit.
Susun program audit yang mencakup langkah-langkah pemeriksaan spesifik yang akan
diambil selama pekerjaan lapangan.
5) Pelaksanaan Audit di Lapangan.
 Lakukan pemeriksaan lapangan sesuai dengan program audit yang telah disusun.
 Kumpulkan data dan informasi yang relevan dari kegiatan lapangan.
6) Evaluasi Kepatuhan dan Efektivitas.
 Tinjau kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur, dan standar yang berlaku.
 Evaluasi efektivitas operasional kegiatan lapangan dan identifikasi area yang
memerlukan perbaikan.
7) Wawancara dan Komunikasi.
 Berkomunikasi dengan personel lapangan untuk mendapatkan wawasan tambahan dan
klarifikasi.
 Lakukan wawancara dengan personel terkait untuk memahami lebih lanjut tentang
proses dan kebijakan.
8) Analisis Data.
Analisis data yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi tren, anomali, atau
ketidaksesuaian.
9) Penyusunan Laporan Audit.
 Buat laporan audit yang mencakup temuan, rekomendasi, dan hasil evaluasi.
 Sertakan dokumentasi yang mendukung, seperti data dan catatan temuan lapangan.
10) Pemberian Rekomendasi.
Berikan rekomendasi spesifik untuk perbaikan atau perubahan yang diperlukan
berdasarkan temuan audit.
11) Pemantauan Implementasi Rekomendasi.
Pantau implementasi rekomendasi yang diajukan untuk memastikan tindakan perbaikan
dilaksanakan.

2. TUJUAN PEKERJAAN LAPANGAN


Tujuan dari pekerjaan lapangan II pada audit internal dapat bervariasi tergantung pada
konteks dan sasaran audit yang spesifik. Namun, beberapa tujuan umum dari pekerjaan
lapangan II dalam audit internal melibatkan :
1) Evaluasi Kepatuhan.
Memastikan bahwa kegiatan lapangan atau operasional sesuai dengan kebijakan internal,
peraturan pemerintah, dan standar industri yang berlaku.
2) Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas.
 Menilai sejauh mana kegiatan lapangan tersebut efisien dalam menggunakan sumber
daya yang tersedia.
 Mengevaluasi efektivitas kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2
3) Identifikasi Risiko dan Pengendalian.
 Mengidentifikasi risiko-risiko potensial yang terkait dengan kegiatan lapangan.
 Mengevaluasi efektivitas poin-poin pengendalian yang telah diterapkan untuk
mengelola risiko tersebut.
4) Pemantauan Kinerja.
 Melakukan pemantauan terhadap kinerja operasional di lapangan.
 Mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian atau perbaikan.
5) Temuan dan Rekomendasi.
 Mengidentifikasi temuan atau ketidaksesuaian selama audit.
 Menyusun rekomendasi untuk perbaikan atau peningkatan.
6) Transparansi dan Akuntabilitas.
 Menciptakan transparansi dalam pelaksanaan kegiatan lapangan.
 Membangun akuntabilitas dalam hal pengelolaan sumber daya dan pencapaian tujuan.
7) Peningkatan Proses.
 Memberikan wawasan yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses operasional
di lapangan.
 Merancang strategi perbaikan atau pengembangan.
8) Kepuasan Pelanggan atau Pihak Terkait.
 Mengevaluasi sejauh mana kegiatan lapangan memenuhi harapan pelanggan atau
pihak terkait.
 Mengidentifikasi area di mana perbaikan dapat dilakukan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Pekerjaan lapangan II bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang bagaimana kegiatan operasional di lapangan berjalan dan sejauh mana sesuai dengan
standar dan tujuan yang telah ditetapkan. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan, perbaikan proses, dan penguatan pengendalian internal.

3. STRATEGI PEKERJAAN LAPANGAN


Strategi pekerjaan lapangan II dalam audit internal perlu dirancang dengan hati-hati untuk
memastikan pengumpulan informasi yang akurat dan analisis yang mendalam. Berikut adalah
beberapa strategi yang dapat diterapkan :
1) Perencanaan yang Teliti.
 Identifikasi dengan jelas ruang lingkup pekerjaan lapangan II.
 Rencanakan dengan detail langkah-langkah audit, termasuk jenis data yang akan
dikumpulkan, metode pengumpulan data, dan jadwal pelaksanaan.
2) Komunikasi yang Efektif.
 Jalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak terkait di lapangan, termasuk tim
operasional dan manajemen.
 Jelaskan tujuan dan manfaat dari pekerjaan lapangan II kepada pihak terkait.
3) Penggunaan Teknologi.

3
Manfaatkan teknologi untuk mempermudah pengumpulan dan analisis data.
Contohnya, penggunaan perangkat lunak audit atau alat pemantauan yang dapat
meningkatkan efisiensi.
4) Observasi Langsung.
 Melakukan observasi langsung terhadap kegiatan lapangan untuk mendapatkan
wawasan yang lebih mendalam.
 Catat kondisi fisik dan operasional yang dapat memengaruhi hasil audit.
5) Wawancara.
Lakukan wawancara dengan personel lapangan untuk memahami proses operasional
dan mendapatkan perspektif dari mereka yang terlibat langsung.
6) Pengumpulan Bukti yang Valid.
 Pastikan bahwa bukti-bukti yang dikumpulkan relevan, akurat, dan dapat dipercaya.
 Gunakan kombinasi berbagai metode pengumpulan data untuk memvalidasi temuan.
7) Analisis Data.
 Terapkan analisis data yang mendalam untuk mengidentifikasi tren, pola, atau
anomali.
 Gunakan alat analisis statistik atau teknik analisis data lainnya untuk mendukung
temuan.
8) Koordinasi Tim.
 Jika audit melibatkan tim auditor, pastikan koordinasi yang baik antar anggota tim.
 Tetapkan peran dan tanggung jawab masing-masing anggota tim.
9) Pemantauan Risiko.
 Identifikasi dan evaluasi risiko-risiko yang mungkin timbul selama pekerjaan lapangan
II.
 Rencanakan strategi mitigasi risiko.
10) Pendekatan Terpadu.
 Integrasikan hasil pekerjaan lapangan II dengan hasil audit internal keseluruhan.
 Lihat bagaimana temuan di lapangan dapat berkontribusi pada pemahaman
keseluruhan tentang efisiensi dan kepatuhan perusahaan.
Strategi ini dapat membantu memastikan bahwa pekerjaan lapangan II dilakukan secara
efektif, menghasilkan informasi yang bernilai, dan memberikan kontribusi positif terhadap
tujuan audit internal secara keseluruhan.

4. METODE PELAKSAAN PEKERJAAN LAPANGAN

Metode pelaksanaan pekerjaan lapangan pada Audit Internal umumnya melibatkan


langkah-langkah seperti :

1) Perencanaan
 Menetapkan tujuan audit dan cakupan pemeriksaan.
 Mengidentifikasi risiko dan area fokus.
 Menentukan jadwal dan sumber daya yang diperlukan.
2) Pengumpulan Data

4
 Mengumpulkan dokumen dan informasi terkait.
 Melakukan wawancara dengan karyawan terkait.
 Meninjau kebijakan, prosedur, dan bukti-bukti transaksi.
3) Pemeriksaan Fisik
 Memeriksa secara langsung aset atau fasilitas fisik jika diperlukan.
 Memastikan keberadaan dan kondisi sesuai dengan catatan.
4) Analisis Data
 Menganalisis data keuangan, operasional, atau lainnya.
 Membandingkan kinerja dengan standar atau benchmark.
5) Evaluasi Kepatuhan.
 Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur diikuti dengan benar.
 Mengidentifikasi potensi pelanggaran atau ketidaksesuaian.
6) Identifikasi Temuan
 Menentukan apakah ada temuan atau ketidaksesuaian.
 Mengukur dampak dan menilai tingkat risiko.
7) Pelaporan
 Menyusun laporan audit internal dengan temuan dan rekomendasi.
 Berkomunikasi dengan manajemen untuk pembahasan hasil.
8) Tindak Lanjut
 Memantau implementasi tindakan perbaikan.
 Memastikan bahwa rekomendasi diambil tindakan yang sesuai.
9) Dokumentasi
 Membuat catatan audit yang lengkap dan akurat.
 Menyimpan dokumen pendukung dengan baik.

Penting untuk memastikan bahwa proses ini dijalankan dengan integritas, objektivitas, dan
kepatuhan terhadap standar audit yang berlaku.

5. BAGIAN PEKERJAAN LAPANGAN


Pada pekerjaan lapangan dalam audit internal tahap kedua, beberapa bagian kunci yang
perlu diperhatikan melibatkan:

1. Pengumpulan Data
 Lakukan wawancara dengan personel terkait untuk mendapatkan informasi.
 Periksa dokumen dan rekaman yang relevan terkait proses atau kegiatan yang diaudit.
2. Pengamatan Langsung
Amati kegiatan operasional secara langsung untuk memastikan kesesuaian dengan
kebijakan dan prosedur yang ada.
3. Pemantauan Proses
Pantau jalannya proses-proses kunci dan identifikasi potensi risiko atau ketidaksesuaian.
4. Pengujian
Lakukan pengujian terhadap kontrol internal yang diterapkan untuk memastikan
efektivitasnya.

5
5. Verifikasi Dokumen
Pastikan bahwa dokumen dan catatan yang ada sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang berlaku.
6. Audit Fisik
Jika relevan, lakukan audit fisik untuk memastikan keberadaan dan kondisi aset atau
barang.
7. Pemantauan Kinerja
Tinjau kinerja operasional dan bandingkan dengan target atau standar yang ditetapkan.
8. Komunikasi dengan Personel Terkait
Tetap terhubung dengan personel yang terlibat untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik dan memperoleh informasi tambahan.
9. Pengumpulan Bukti
Pastikan mengumpulkan bukti yang memadai untuk mendukung temuan dan evaluasi.
10. Penilaian Risiko
Lakukan penilaian risiko berkelanjutan selama pekerjaan lapangan untuk
mengidentifikasi potensi risiko baru atau perubahan kondisi.
11. Pelaporan Hasil
Siapkan laporan hasil audit yang mencakup temuan, rekomendasi, dan catatan
pendukungnya.

Perhatikan bahwa pekerjaan lapangan harus dilakukan secara sistematis dan


terdokumentasi dengan baik untuk memastikan kredibilitas dan validitas audit internal.

6. AUDIT SMART
Audit smart pada pekerjaan lapangan dalam konteks audit internal dapat merujuk pada
penggunaan teknologi dan pendekatan cerdas untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan nilai
tambah dalam proses audit. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat diambil dalam
mempertimbangkan audit smart pada pekerjaan lapangan dalam audit internal:
1) Penggunaan Teknologi Audit.
 Manfaatkan perangkat lunak audit yang canggih untuk menganalisis dan
menginterpretasikan data secara otomatis.
 Gunakan alat analisis data yang dapat membantu mengidentifikasi anomali, pola, dan
tren penting.
 Pertimbangkan penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membantu dalam
analisis risiko dan pemahaman tren.
2) Automasi Proses.
 Identifikasi proses audit yang dapat diotomatisasi untuk menghemat waktu dan
sumber daya.
 Gunakan otomatisasi untuk mengumpulkan data secara efisien, seperti melalui
ekstraksi data otomatis dari dokumen elektronik.
3) Pemantauan Real-time.

6
 Implementasikan sistem pemantauan real-time untuk mengidentifikasi potensi risiko
atau masalah sejak dini.
 Gunakan teknologi untuk memonitor transaksi dan kejadian penting secara langsung.
4) Analisis Big Data.
Manfaatkan kemampuan analisis big data untuk mengevaluasi volume besar data
transaksi dan mendeteksi pola yang mungkin tidak terlihat dengan metode tradisional.
5) Penggunaan Aplikasi Mobile.
Pertimbangkan penggunaan aplikasi mobile untuk mengumpulkan data lapangan
secara langsung dan mengirimkannya ke pusat pengolahan data.
6) Keamanan Informasi.
 Pastikan bahwa tindakan keamanan informasi yang tepat diterapkan dalam semua
aspek penggunaan teknologi.
 Gunakan enkripsi dan tindakan keamanan lainnya untuk melindungi data sensitif.
7) Pendidikan dan Pelatihan.
 Pelatihan kepada tim audit internal untuk memahami dan menggunakan alat dan
teknologi terkini.
 Pastikan pemahaman yang mendalam tentang risiko keamanan dan etika dalam
menggunakan teknologi.
8) Integrasi Sistem.
Pastikan bahwa sistem yang digunakan untuk audit smart terintegrasi dengan sistem
lain yang digunakan dalam organisasi.
9) Analisis Predictive.
Gunakan analisis prediktif untuk memproyeksikan potensi masalah atau tren di masa
depan berdasarkan data historis.
10) Monitoring Kinerja.
Terapkan metrik kinerja untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari implementasi
audit smart.

Melalui pendekatan ini, audit internal dapat menjadi lebih responsif, efisien, dan dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam kepada manajemen organisasi tentang potensi
risiko dan peluang. Penting untuk selalu memastikan bahwa implementasi teknologi dan
pendekatan cerdas tersebut sesuai dengan kebijakan dan standar audit yang berlaku.

7. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja pekerja pada pekerjaan lapangan dalam konteks audit internal
merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa audit dilakukan dengan efektif dan
efisien. Berikut beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pekerja pada
pekerjaan lapangan dalam audit internal :
1) Kelengkapan dan Akurasi Dokumentasi.
Sejauh mana pekerja lapangan dapat menyusun dan mengumpulkan dokumen yang
diperlukan dengan lengkap dan akurat?
2) Kepatuhan Terhadap Prosedur Audit.

7
Sejauh mana pekerja mengikuti prosedur audit yang telah ditetapkan dengan benar?
3) Waktu yang Diperlukan.
Evaluasi seberapa efisien pekerja dalam menyelesaikan tugas lapangan, tanpa
mengorbankan kualitas.
4) Kemampuan Analisis.
Bagaimana pekerja lapangan menganalisis informasi dan data lapangan? Sejauh mana
mereka dapat mengidentifikasi potensi risiko atau temuan penting?
5) Pemahaman Risiko.
Seberapa baik pekerja lapangan memahami risiko yang terkait dengan area atau proses
yang sedang diaudit?
6) Komunikasi.
Sejauh mana pekerja lapangan dapat berkomunikasi dengan baik dengan rekan tim,
manajemen, dan pihak yang terlibat dalam proses audit?
7) Kepatuhan Etika Profesional.
Bagaimana pekerja lapangan menjaga integritas dan etika profesional dalam
melaksanakan tugasnya?
8) Kemampuan Pemecahan Masalah.
Seberapa baik pekerja lapangan dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah atau
hambatan yang muncul selama pekerjaan lapangan?
9) Hasil Temuan dan Rekomendasi.
Evaluasi keberhasilan pekerja lapangan dalam menemukan masalah potensial dan
memberikan rekomendasi yang bermanfaat.
10) Kepuasan Klien/Internal Stakeholder.
Dapatkan umpan balik dari klien atau stakeholder internal terkait kepuasan mereka
dengan pekerjaan lapangan yang telah dilakukan.
11) Peningkatan Diri.
Bagaimana pekerja lapangan berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan dan
pengetahuannya melalui pelatihan dan pengembangan diri?
12) Tingkat Pemahaman Bisnis
- Sejauh mana pekerja lapangan memahami konteks bisnis dan tujuan organisasi dalam
kaitannya dengan pekerjaan audit yang dilakukan?
13) Kemampuan Manajemen Waktu.
Bagaimana pekerja lapangan mengelola waktu mereka selama pekerjaan lapangan,
termasuk manajemen prioritas?
14) Tingkat Kerjasama Tim.
Sejauh mana pekerja lapangan dapat bekerja sama dalam tim dan berkontribusi positif
terhadap pencapaian tujuan audit?
15) Kemampuan Adaptasi.
Bagaimana pekerja lapangan mengatasi perubahan situasi atau kondisi lapangan yang
mungkin terjadi?

8
Pengukuran kinerja pekerja pada pekerjaan lapangan dapat dilakukan melalui evaluasi
periodik, umpan balik, dan analisis hasil audit yang telah dilakukan. Hal ini membantu
memastikan bahwa pekerja lapangan tidak hanya menjalankan tugas secara mekanis, tetapi
juga memberikan nilai tambah yang signifikan dalam mencapai tujuan audit internal.

8. PENGEMBANGAN STANDAR
Pengembangan standar pada pekerjaan lapangan dalam audit internal sangat penting untuk
memastikan konsistensi, kualitas, dan efektivitas proses audit. Berikut adalah langkah-langkah
yang dapat diambil dalam pengembangan standar untuk pekerjaan lapangan dalam audit
internal :
1) Pemahaman Tujuan dan Ruang Lingkup.
Tentukan dengan jelas tujuan dan ruang lingkup dari pekerjaan lapangan. Hal ini
mencakup pemahaman terhadap risiko-risiko yang relevan dan area-area fokus.
2) Dokumentasi Prosedur.
Buat dokumentasi yang rinci tentang prosedur-prosedur audit lapangan, termasuk
langkah-langkah yang harus diambil, alat yang digunakan, dan format dokumentasi yang
diperlukan.
3) Penetapan Kriteria dan Standar Kualitas.
Tetapkan kriteria dan standar kualitas yang harus dipenuhi dalam setiap tahap
pekerjaan lapangan. Ini bisa termasuk standar untuk kelengkapan dokumen, akurasi, dan
pemahaman risiko.
4) Pelatihan dan Pemahaman.
Pastikan tim audit lapangan memahami sepenuhnya standar yang telah ditetapkan.
Sediakan pelatihan yang diperlukan dan pertimbangkan untuk melakukan sesi pembahasan
reguler.
5) Konsistensi dalam Pendekatan.
Dorong konsistensi dalam pendekatan audit lapangan. Pastikan bahwa semua anggota
tim mengikuti pedoman yang sama untuk menghasilkan hasil audit yang sebanding.
6) Pemantauan Kualitas.
Implementasikan mekanisme pemantauan kualitas untuk menilai sejauh mana standar
dan kriteria dipenuhi dalam setiap audit lapangan.
7) Penggunaan Teknologi dan Alat.
Tentukan standar untuk penggunaan teknologi dan alat dalam pekerjaan lapangan.
Pastikan bahwa semua anggota tim dapat menggunakan alat-alat tersebut secara efektif.
8) Komunikasi dan Kolaborasi.
Tetapkan standar untuk komunikasi dan kolaborasi di antara anggota tim audit
lapangan. Hal ini mencakup komunikasi internal dan eksternal selama pekerjaan lapangan.
9) Evaluasi Risiko Tambahan.
Tentukan standar untuk evaluasi risiko tambahan yang mungkin muncul selama
pekerjaan lapangan. Sediakan panduan tentang tindakan yang harus diambil dalam
menghadapi risiko tersebut.
10) Evaluasi Kepuasan Klien.

9
Sertakan standar untuk menilai kepuasan klien terkait dengan pekerjaan lapangan.
Umpan balik klien dapat menjadi alat penting untuk peningkatan terus-menerus.
11) Pembaruan Periodik.
Lakukan pembaruan periodik terhadap standar pekerjaan lapangan sesuai dengan
perubahan lingkungan bisnis, peraturan, atau persyaratan audit internal.
12) Pengukuran Kinerja.
Sertakan metrik kinerja yang dapat digunakan untuk menilai kinerja tim audit lapangan
dan efektivitas dari standar yang telah ditetapkan.
13) Revisi dan Perbaikan.
Adopsi siklus revisi dan perbaikan terhadap standar. Evaluasi secara berkala dan
perbaiki standar berdasarkan pengalaman audit sebelumnya.

Dengan mengembangkan dan mematuhi standar yang ketat, audit internal dapat
meningkatkan kualitas pekerjaan lapangan, meminimalkan risiko, dan memberikan hasil audit
yang lebih konsisten dan berarti.

9. PENGGUNAAN TOLAK UKUR


Penggunaan tolak ukur (key performance indicators/KPIs) dalam pekerjaan lapangan audit
internal membantu mengukur kinerja dan keberhasilan tim audit. Berikut adalah beberapa KPI
yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam pekerjaan lapangan II audit internal:
1) Kelengkapan Dokumentasi.
 KPI: Persentase kelengkapan dokumen yang dihasilkan selama pekerjaan lapangan.
 Mengukur sejauh mana tim audit dapat menyusun dan mengumpulkan dokumen yang
diperlukan dengan benar.
2) Akurasi Temuan.
 KPI: Persentase temuan atau kesalahan yang diidentifikasi yang akhirnya terbukti
benar.
 Menunjukkan akurasi dan keakuratan analisis yang dilakukan oleh tim audit lapangan.
3) Efisiensi Waktu.
 KPI: Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan lapangan dibandingkan
dengan perkiraan waktu yang ditetapkan.
 Menilai efisiensi tim audit dalam menjalankan tugas lapangan tanpa mengorbankan
kualitas.
4) Tingkat Kepatuhan Terhadap Prosedur.
 KPI: Persentase kepatuhan tim audit terhadap prosedur audit yang telah ditetapkan.
 Mengukur sejauh mana tim mengikuti langkah-langkah dan pedoman yang telah
ditentukan.
5) Kualitas Komunikasi.
 KPI: Umpan balik dari klien atau pihak terkait tentang kualitas komunikasi tim audit
lapangan.
 Menilai sejauh mana tim mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
6) Tingkat Pemahaman Risiko.

10
 KPI: Evaluasi seberapa baik tim audit lapangan memahami dan mengidentifikasi risiko
dalam area yang diaudit.
 Menilai kemampuan tim dalam merencanakan dan menjalankan audit dengan fokus
pada risiko yang relevan.
7) Penerapan Rekomendasi.
 KPI: Persentase rekomendasi yang diimplementasikan oleh unit bisnis setelah audit
selesai.
 Menunjukkan dampak nyata dari pekerjaan lapangan dalam perbaikan dan perubahan.
8) Kepuasan Klien/Internal Stakeholder.
 KPI: Skor kepuasan klien atau pemilik proses terhadap pekerjaan tim audit lapangan.
 Memberikan gambaran tentang bagaimana tim audit lapangan memenuhi harapan
pemangku kepentingan.
9) Penggunaan Alat dan Teknologi.
 KPI: Tingkat pemanfaatan alat dan teknologi dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan.
 Menilai sejauh mana tim audit menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi
dan akurasi.
10) Peningkatan Diri dan Pengembangan.
 KPI: Partisipasi tim dalam pelatihan dan pengembangan yang relevan.
 Menilai tingkat kesediaan tim untuk terus meningkatkan kemampuan dan
pengetahuannya.
11) Kemampuan Manajemen Waktu.
 KPI: Efektivitas pengelolaan waktu oleh tim audit lapangan.
 Menunjukkan sejauh mana tim dapat mengelola jadwal audit dengan baik.
12) Integrasi Sistem.
 KPI: Kemampuan tim dalam mengintegrasikan hasil audit dengan sistem manajemen
risiko dan pelaporan.
 Menilai sejauh mana audit lapangan terhubung dengan inisiatif dan sistem organisasi.

Pengukuran KPI ini memberikan pandangan holistik terhadap kinerja tim audit lapangan
dan membantu dalam evaluasi serta perbaikan berkelanjutan dalam proses audit internal. Tolak
ukur ini membantu tidak hanya dalam mengukur kinerja tim audit internal tetapi juga
memberikan informasi berharga untuk meningkatkan proses audit secara keseluruhan. Penting
untuk memastikan bahwa KPI yang digunakan relevan dengan tujuan audit, dan evaluasi
dilakukan secara teratur untuk menyesuaikan atau meningkatkan standar dan prosedur sesuai
kebutuhan dan perubahan dalam lingkungan bisnis.

10. EVALUASI
Evaluasi pekerjaan lapangan dalam audit internal merupakan langkah penting untuk
memastikan bahwa tujuan audit tercapai, temuan signifikan diidentifikasi, dan proses audit
berjalan efektif. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam evaluasi pekerjaan
lapangan II audit internal:ss
1) Reviu Dokumentasi.

11
Periksa kelengkapan dan akurasi dokumen yang dihasilkan selama pekerjaan lapangan,
termasuk catatan kerja dan laporan audit.
2) Analisis Temuan dan Rekomendasi.
Evaluasi sejauh mana temuan dan rekomendasi yang dihasilkan selama pekerjaan
lapangan relevan, signifikan, dan dapat diimplementasikan.
3) Kepatuhan Terhadap Standar dan Pedoman.
Tinjau kepatuhan tim audit terhadap standar dan pedoman audit internal yang telah
ditetapkan.
4) Efisiensi Penggunaan Sumber Daya.
Evaluasi efisiensi penggunaan sumber daya, termasuk waktu dan biaya, dalam
melaksanakan pekerjaan lapangan.
5) Kepatuhan Terhadap Jadwal.
Tinjau kepatuhan terhadap jadwal yang telah ditetapkan untuk pekerjaan lapangan.
6) Analisis Risiko.
Tinjau kemampuan tim audit dalam mengidentifikasi dan menilai risiko-risiko yang
terkait dengan area atau proses yang diaudit.
7) Tingkat Pemahaman Bisnis.
Evaluasi sejauh mana tim audit memahami konteks bisnis dan tujuan organisasi yang
terkait dengan pekerjaan lapangan.
8) Pemenuhan Terhadap Tujuan Audit.
Tinjau apakah tujuan audit yang telah ditetapkan awalnya telah tercapai atau tidak.
9) Penerapan Rekomendasi.
Evaluasi sejauh mana rekomendasi audit yang dihasilkan telah diimplementasikan atau
direspons oleh manajemen
10) Tingkat Keterlibatan Pemilik Proses.
Tinjau tingkat keterlibatan dan kerjasama pemilik proses atau unit bisnis yang diaudit
selama pekerjaan lapangan.
11) puasan Klien dan Pihak Terkait.
Dapatkan umpan balik dari klien dan pihak terkait terkait kepuasan mereka terhadap
pekerjaan lapangan yang dilakukan.
12) Inovasi dan Peningkatan Proses.
Tinjau apakah pekerjaan lapangan telah menghasilkan ide inovatif atau rekomendasi
untuk perbaikan proses.
13) Pelaporan dan Komunikasi Hasil.
Evaluasi cara hasil audit lapangan dilaporkan dan dikomunikasikan kepada pihak yang
berkepentingan, serta sejauh mana informasi disampaikan dengan jelas.
14) Keterbukaan terhadap Perubahan.
Tinjau sejauh mana tim audit terbuka terhadap perubahan dan adaptasi terhadap kondisi
atau temuan yang mungkin muncul selama pekerjaan lapangan.
15) Pembelajaran dan Pengembangan.
Evaluasi langkah-langkah yang diambil tim audit untuk pembelajaran dan
pengembangan, termasuk pelatihan dan peningkatan pengetahuan.

12
Evaluasi pekerjaan lapangan memainkan peran kunci dalam meningkatkan kualitas audit
internal dan memberikan wawasan berharga untuk pengembangan tim audit. Feedback dari
evaluasi ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan proses audit dan memastikan bahwa
audit internal terus beradaptasi dengan perubahan dalam organisasi dan lingkungan bisnis.

11. ASPEK- ASPEK OPERASI


Aspek operasional dalam pekerjaan lapangan II audit internal mencakup berbagai elemen
yang memastikan bahwa audit dilakukan dengan efisien, efektif, dan sesuai dengan tujuan
organisasi. Berikut adalah beberapa aspek operasional yang relevan dalam konteks pekerjaan
lapangan II audit internal :

1) Perencanaan Audit.
 Pengembangan rencana audit yang menyeluruh, mencakup tujuan, ruang lingkup, dan
strategi pemeriksaan lapangan.
 Penetapan prioritas area yang akan diaudit dan alokasi sumber daya yang sesuai.
2) Pengumpulan Data.
 Penggunaan metode pengumpulan data yang efektif dan efisien, termasuk penggunaan
teknologi untuk ekstraksi data.
 Validasi data yang dikumpulkan untuk memastikan akurasi dan keandalan.
3) Analisis Risiko.
 Identifikasi dan evaluasi risiko-risiko yang terkait dengan area atau proses yang diaudit.
 Penggunaan analisis risiko untuk membimbing fokus audit dan pengembangan
prosedur audit.
4) Komunikasi dan Koordinasi.
 Komunikasi yang efektif dengan pemilik proses, manajemen, dan anggota tim audit
internal.
 Koordinasi yang baik antara tim audit dan pihak yang terlibat dalam pekerjaan
lapangan.
5) Penggunaan Teknologi.
 Pemanfaatan perangkat lunak audit, analisis data, dan alat teknologi lainnya untuk
meningkatkan efisiensi pekerjaan lapangan.
 Integrasi teknologi untuk mempercepat pengumpulan data dan analisis.
6) Pemeriksaan Fisik.
 Jika relevan, pelaksanaan pemeriksaan fisik terhadap aset atau proses fisik yang
diaudit.
 Penetapan langkah-langkah keselamatan dan keamanan yang sesuai selama
pemeriksaan fisik.
7) Pemantauan Real-time.
 Pemantauan real-time atas transaksi dan kejadian penting yang terjadi selama pekerjaan
lapangan.
 Penggunaan dashboard atau alat pemantauan untuk mendeteksi potensi masalah dengan
cepat.

13
8) Dokumentasi Catatan Kerja.
 Penyusunan catatan kerja yang rapi, lengkap, dan mudah dimengerti.
 Penggunaan template atau pedoman untuk memastikan konsistensi dalam
dokumentasi.
9) Penerapan Pedoman Etika dan Profesionalisme.
 Pemastian bahwa anggota tim audit mematuhi pedoman etika dan standar profesional
selama pekerjaan lapangan.
 Kesadaran terhadap konflik kepentingan dan aspek etika lainnya.
10) Evaluasi Hasil Audit.
 Penilaian hasil audit untuk memastikan kepatuhan terhadap tujuan audit.
 Identifikasi temuan dan rekomendasi yang signifikan dan berdampak.
11) Pelaporan dan Komunikasi Hasil.
 Penyusunan laporan audit yang jelas, ringkas, dan informatif.
 Komunikasi hasil audit kepada manajemen dan pemilik proses dengan cara yang
efektif.
12) Pengelolaan Perubahan.
 Kesediaan untuk mengelola perubahan dalam rencana audit jika diperlukan.
 Reaksi cepat terhadap perubahan kondisi lapangan.
13) Keamanan Informasi.
 Penerapan langkah-langkah keamanan informasi untuk melindungi data sensitif selama
pekerjaan lapangan.
 Penggunaan enkripsi dan tindakan keamanan lainnya.
14) Pelatihan dan Pengembangan.
 Pelatihan reguler untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan anggota tim audit
lapangan.
 Pengembangan keahlian dalam menggunakan teknologi audit terbaru.
15) Evaluasi Kinerja Tim.
 Evaluasi kinerja tim audit untuk memastikan kolaborasi yang efektif dan pencapaian
tujuan audit.
 Penggunaan umpan balik untuk terus meningkatkan kinerja tim.

Memastikan bahwa semua aspek operasional ini dikelola dengan baik akan membantu
dalam mencapai hasil audit internal yang optimal dan memberikan nilai tambah yang
signifikan bagi organisasi.

12. PENGUJIAN
Pengujian pekerjaan lapangan dalam audit internal melibatkan serangkaian langkah dan
metode untuk memastikan bahwa proses audit berjalan dengan baik, data yang dihasilkan
akurat, dan temuan yang ditemukan relevan. Berikut adalah beberapa jenis pengujian yang
umumnya dilakukan dalam pekerjaan lapangan II audit internal :
1) Pengujian Substansi.

14
Melibatkan pemeriksaan bukti konkret untuk mendukung klaim atau informasi yang
ada. Contoh: Pemeriksaan dokumen, konfirmasi saldo, verifikasi fisik aset.
2) Pengujian Analitis.
Menggunakan analisis statistik atau perbandingan data untuk mengidentifikasi anomali
atau pola yang tidak biasa. Contoh: Analisis tren, rasio keuangan, pembandingan dengan
periode sebelumnya.
3) Pengujian Kepatuhan.
Menilai apakah proses atau kegiatan yang diaudit sesuai dengan standar, kebijakan,
atau peraturan yang berlaku. Contoh: Pemeriksaan kepatuhan terhadap kebijakan internal
atau peraturan pemerintah.
4) Pengujian Pemisahan Tugas.
Memeriksa apakah tugas dan tanggung jawab di dalam suatu proses terpisah dengan
baik untuk mencegah potensi penipuan atau kekeliruan. Contoh: Verifikasi pemisahan
tugas dalam siklus pengeluaran.
5) Pengujian Keandalan Sistem Informasi.
Menilai keamanan dan keandalan sistem informasi yang digunakan dalam proses bisnis
atau audit. Contoh: Pengujian penetrasi, pemeriksaan kontrol akses.
6) Pengujian Detil Transaksi.
Pemeriksaan secara mendalam atas transaksi individual untuk memastikan keakuratan
dan kepatuhan. Contoh: Pengujian pembelian individu, pemeriksaan dokumen pendukung.
7) Pengujian Hak Akses.
Menilai apakah hak akses ke sistem dan data sesuai dengan tingkat kewenangan yang
diperlukan. Contoh: Pemeriksaan daftar kontrol akses, evaluasi hak pengguna.
8) Pengujian Keberlanjutan Bisnis.
Memeriksa rencana keberlanjutan bisnis untuk memastikan bahwa organisasi dapat
beroperasi dalam situasi darurat. Contoh: Pengujian rencana keberlanjutan bisnis,
pemantauan kesiapan darurat.
9) Pengujian Konfirmasi.
Mengonfirmasi informasi dengan pihak eksternal yang independen. Contoh:
Konfirmasi saldo dengan pihak ketiga, konfirmasi persetujuan kontrak.
10) Pengujian Sampel.
Pemilihan dan pemeriksaan sejumlah sampel data atau transaksi untuk mengukur
keandalan dan kepatuhan keseluruhan. Contoh: Pengujian sampel faktur, pemeriksaan
sampel stok fisik.
11) Pengujian Kompleksitas Transaksi.
Melibatkan pengujian pada transaksi yang kompleks atau memiliki risiko tinggi.
Contoh: Pemeriksaan transaksi mergers and acquisitions, pengujian transaksi dengan
hukum dan regulasi yang kompleks.
12) Pengujian Validitas Proyeksi.
Memeriksa keabsahan dan dasar dari proyeksi atau estimasi yang digunakan dalam
laporan keuangan. Contoh: Pemeriksaan asumsi dalam proyeksi keuangan, analisis
proyeksi dengan data aktual.

15
Pengujian ini penting untuk memastikan keandalan temuan audit, dan hasilnya dapat
digunakan untuk memberikan keyakinan pada pernyataan yang dibuat dalam laporan audit
internal. Selain itu, pengujian juga membantu mengidentifikasi area yang memerlukan
perhatian lebih lanjut atau perbaikan.

13. TUJUAN KHUSUS PENGUJIAN


Tujuan khusus pengujian pekerjaan lapangan dalam audit internal dapat bervariasi
tergantung pada sifat dan konteks audit yang sedang dilakukan. Namun, di antara tujuan
umum, berikut adalah beberapa tujuan khusus yang dapat diidentifikasi :
1) Verifikasi Kepatuhan.
Memastikan bahwa kegiatan atau proses yang diaudit sesuai dengan standar, kebijakan,
dan peraturan yang berlaku. Contoh: Pengujian kepatuhan terhadap kebijakan internal
perusahaan atau regulasi industri.
2) Konfirmasi Fakta dan Data.
Mengonfirmasi kebenaran dan keakuratan data yang digunakan dalam proses bisnis
atau laporan keuangan. Contoh: Pengujian konfirmasi saldo rekening, kebenaran data
pelanggan.
3) Identifikasi Risiko.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko yang mungkin muncul dalam area
atau proses yang diaudit. Contoh: Pengujian risiko terkait dengan proses pengendalian stok,
identifikasi risiko keamanan data.
4) Pemeriksaan Dokumen Pendukung.
Menilai keakuratan dan keberlanjutan dokumen pendukung yang mendukung transaksi
atau kegiatan bisnis. Contoh: Pengujian dokumen faktur, kontrak, atau bukti pembayaran.
5) Penilaian Efektivitas Kontrol Internal.
Mengukur dan mengevaluasi sejauh mana kontrol internal yang ada efektif dalam
mengelola risiko. Contoh: Pengujian efektivitas prosedur kontrol dalam siklus pembelian.
6) Evaluasi Pemisahan Tugas.
Memastikan pemisahan tugas yang memadai untuk mencegah potensi kekeliruan atau
penipuan. Contoh: Pengujian pemisahan tugas dalam siklus pendapatan.
7) Pengujian Hak Akses.
Menilai apakah hak akses ke sistem dan data sesuai dengan tingkat kewenangan yang
diperlukan. Contoh: Pengujian kontrol akses terhadap sistem informasi keuangan.
8) Evaluasi Keandalan Sistem Informasi.
Menilai keamanan dan keandalan sistem informasi yang digunakan dalam proses bisnis
atau audit. Contoh: Pengujian keamanan sistem basis data, pemeriksaan keberlanjutan
backup data.
9) Pengujian Performa Transaksi.
Mengevaluasi performa transaksi dalam siklus bisnis untuk memastikan kinerja yang
efisien dan efektif. Contoh: Pengujian performa transaksi dalam sistem penjualan online.
10) Pengujian Hak Kontrak.

16
Memastikan bahwa perjanjian dan kontrak yang ada sesuai dengan persyaratan dan
kewajiban yang telah ditetapkan. Contoh: Pengujian keberlanjutan kontrak dengan pihak
pemasok.
11) Pemeriksaan Bahan Pelatihan dan Kesadaran.
Memastikan bahwa karyawan atau personel terlibat dalam kegiatan yang diaudit telah
menerima pelatihan dan memiliki kesadaran yang cukup. Contoh: Pengujian bahan
pelatihan keamanan karyawan, pemeriksaan pemahaman prosedur kerja.
12) Pengujian Keberlanjutan Bisnis.
Mengevaluasi rencana keberlanjutan bisnis dan memastikan kesiapan organisasi dalam
menghadapi situasi darurat. Contoh: Pengujian keberlanjutan bisnis dalam skenario
bencana.
13) Evaluasi Penerapan Rekomendasi Sebelumnya.
Memastikan bahwa rekomendasi dari audit sebelumnya telah diimplementasikan atau
mendapat respons yang memadai. Contoh: Pengujian implementasi rekomendasi audit
sebelumnya.
14) Penilaian Pemahaman Risiko Bisnis.
Menilai sejauh mana tim audit memahami risiko-risiko yang terkait dengan bisnis
secara keseluruhan. Contoh: Pengujian pemahaman risiko bisnis dan rencana mitigasinya.
15) Pengujian Pemenuhan Kriteria Kinerja.
Mengukur kinerja operasional dan bisnis terhadap kriteria kinerja yang ditetapkan.
Contoh: Pengujian pemenuhan target produktivitas atau efisiensi yang telah ditetapkan.

Tujuan pengujian ini dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan khusus dari
audit internal yang sedang dilakukan. Dengan menetapkan tujuan yang jelas, auditor dapat
memastikan bahwa pekerjaan lapangan dilakukan dengan fokus pada aspek-aspek yang paling
penting dan relevan dalam mencapai tujuan audit.

14. MERENCANAKAN PENGUJIAN


Merencanakan pengujian pekerjaan lapangan II dalam audit internal adalah langkah
penting untuk memastikan bahwa audit dilaksanakan secara efektif dan tujuan audit tercapai.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil dalam merencanakan pengujian
pekerjaan lapangan II :
1) Pemahaman Terperinci tentang Proses dan Tujuan Audit.
 Pahami dengan baik tujuan audit dan ruang lingkup pekerjaan lapangan yang akan
dilakukan.
 Identifikasi area-area kritis atau risiko yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
2) Penyusunan Rencana Audit Lapangan.
 Rencanakan langkah-langkah yang akan diambil selama pekerjaan lapangan.
 Tetapkan prioritas berdasarkan urgensi dan dampak potensial.
3) Identifikasi Sumber Daya yang Diperlukan.

17
 Tentukan sumber daya manusia, teknologi, dan perangkat yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan lapangan dengan baik.
 Pastikan tim audit memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.
4) Pengembangan Checklist atau Program Pengujian.
 Buat checklist atau program pengujian yang mencakup item-item yang perlu diuji
selama pekerjaan lapangan.
 Pastikan checklist mencakup tujuan audit, prosedur audit, dan standar yang berlaku.
5) Pengelompokan Pekerjaan Lapangan.
 Bagi pekerjaan lapangan menjadi tugas-tugas terpisah yang dapat dikerjakan oleh
anggota tim audit.
 Tentukan tanggung jawab masing-masing anggota tim.
6) Pertimbangkan Penggunaan Alat dan Teknologi.
 Evaluasi apakah alat atau teknologi tertentu dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pekerjaan lapangan.
 Pertimbangkan penggunaan perangkat lunak audit, analisis data, atau aplikasi mobile.
7) Tentukan Metode Pengumpulan Data.
 Tentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan, seperti pemeriksaan fisik,
analisis dokumen, atau wawancara.
 Pastikan metode yang dipilih sesuai dengan tujuan pengujian.
8) Penetapan Jadwal dan Waktu Pelaksanaan.
 Tetapkan jadwal yang memadai untuk pelaksanaan pekerjaan lapangan.
 Tentukan batas waktu yang harus dipatuhi oleh anggota tim audit.
9) Penentuan Ukuran Sampel.
 Jika diperlukan, tentukan ukuran sampel yang akan diuji selama pekerjaan lapangan.
 Gunakan pertimbangan statistik jika diperlukan untuk menentukan sampel yang
representatif.
10) Pengujian Khusus atau Uji Detil.
 Identifikasi area atau transaksi yang memerlukan pengujian khusus atau uji detil.
 Pastikan bahwa pengujian ini mendukung tujuan audit dan area risiko.
11) Perencanaan Komunikasi dan Pelaporan.
 Rencanakan cara komunikasi antara anggota tim audit dan dengan manajemen atau
pemilik proses yang diaudit.
 Tetapkan format dan struktur pelaporan hasil pekerjaan lapangan.
12) Pemikiran Kesiapan dan Keselamatan.
 Pastikan bahwa tim audit siap secara fisik dan mental untuk pekerjaan lapangan.
 Pertimbangkan faktor-faktor keselamatan dan kesehatan yang perlu dipertimbangkan
selama pekerjaan lapangan.
13) Pengujian Terhadap Keberlanjutan dan Perubahan.
 Rencanakan pengujian untuk mengidentifikasi keberlanjutan dan dampak perubahan
dalam area yang diaudit.
 Pertimbangkan cara untuk mengatasi tantangan yang mungkin muncul.
14) Revisi dan Pembaruan Rencana.

18
 Revisi rencana audit lapangan secara berkala sesuai dengan perkembangan atau
perubahan dalam situasi atau keadaan.
 Pastikan rencana tetap relevan dan sesuai dengan tujuan audit.
15) Pertimbangkan Umpan Balik dan Pembelajaran.
 Persiapkan untuk menerima umpan balik dari anggota tim audit dan pihak terkait
setelah pelaksanaan pekerjaan lapangan.
 Gunakan umpan balik ini untuk pembelajaran dan perbaikan di masa mendatang.

Merencanakan pengujian pekerjaan lapangan II dengan cermat adalah kunci untuk


menjalankan audit internal yang efektif dan efisien. Sebuah rencana yang baik memberikan
landasan yang solid untuk melibatkan anggota tim audit, mengoptimalkan sumber daya, dan
mencapai tujuan audit yang ditetapkan.

19

Anda mungkin juga menyukai