Anda di halaman 1dari 12

Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.

2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

OPTIMALISASI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN


PEREMPUAN DAN ANAK DALAM MENANGANI KASUS KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA1
Ratna Herawati, Sekar Anggun Gading P*, Ayu Savitri Nurcahyani
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, S.H, Tembalang, Semarang
sekar.anggun.gp@gmail.com

Abstract

Domestic violence is the case which growing every year in Indonesia. Most of the victims are
women. To handle domestic violence cases, the government issued policies. Of the message from
the various policies, formed Integrated Service Center as an institution that serves as well as
accompanying battered women in each district or city. One of Integrated Service Centert as our
object of this research is P2TP2A Semanah in district of Magelang. This research used empirical
methods with data through interview and observation. Based on results, that the services
provided by P2TP2A Semanah is enough optimal in handling their case in Magelang, but they
have not safe house/shelter for the victims who need protection from threat of the perpetrator.

Keywords: Domestic Violence; Women; Integrated Service Center.

Abstrak

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan kasus yang jumlahnya terus bertambah
setiap tahunnya di Indonesia. Sebagian besar korban KDRT adalah perempuan. Untuk
menangani kasus KDRT, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Dari amanat berbagai
kebijakan tersebut, dibentuklah Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) sebagai lembaga yang melayani serta mendampingi perempuan korban kekerasan di
setiap pemerintah daerah. Salah satu P2TP2A yang menjadi obyek penelitian ini adalah P2TP2A
Semanah yang berada di Kabupaten Magelang. Adapun metode pendekatan yang digunakan
adalah yuridis empiris dengan data melalui wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil
penelitian, bahwa pelayanan yang diberikan oleh P2TP2A Semanah sudah cukup optimal dalam
menangani kasus KDRT, namun belum memiliki fasilitas rumah aman untuk para korban yang
membutuhkan perlindungan dari ancaman pelaku.

Kata Kunci: KDRT; Perempuan; Pusat Pelayanan Terpadu.

1
Penelitian ini adalah bagian dari Penelitian DIKTI dengan judul “Kajian Akademis Perlindungan Hukum dalam
Mengurangi Angka Kekerasan terhadap Perempuan sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Mental di Provinsi
Jawa Tengah”, yang bersumber pada pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat DIKTI tahun
2020.

131
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

A. Pendahuluan mendapatkan rasa aman dan bebas dari


segala bentuk kekerasan. Hal tersebut
Kasus kekerasan terhadap perempuan
sebagai upaya Indonesia pula untuk
merupakan salah satu permasalahan yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dari
tidak pernah surut. Kekerasan terhadap
berbagai kekerasan khususnya bagi para
perempuan menurut CEDAW (Deklarasi
perempuan dan anak yang dianggap sebagai
PBB Tahun 1993, dan Convention on the
makhluk yang lemah sehingga rentan untuk
Elimination of All Forms of Discrimination
terkena pelanggaran HAM.
Against Women, 1999) merupakan setiap
Kasus kekerasan yang terjadi kepada
tindakan yang memiliki akibat kesengsaraan
perempuan tersebut sebagian besar
maupun penderitaan kepada perempuan
didominasi oleh jenis Kekerasan Dalam
secara fisik, seksual atau psikologis,
Rumah Tangga (KDRT). KDRT yang
termasuk ancaman tindakan tertentu,
merupakan kasus kekerasan yang terjadi di
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
dalam rumah tangga yang sebagian besar
secara sewenang-wenang baik yang terjadi
korban KDRT tersebut adalah perempuan.
di depan umum maupun dalam lingkungan
Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU)
kehidupan pribadi. Kekerasan terhadap
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
perempuan tersebut dapat ditemukan hampir
Perempuan (Komnas Perempuan) bahwa
di seluruh penjuru dunia baik di negara
pada 6 Maret 2019, jumlah kekerasan
berkembang maupun negara maju. Bahkan,
terhadap perempuan paling tinggi yaitu
Sustainable Development Goals (SDG’s)
KDRT atau ranah personal yang mencapai
atau yang dikenal dengan tujuan
angka 71% atau 9.637 kasus, dimana yang
pengembangan dunia memiliki salah satu
paling menonjol adalah kekerasan fisik
tujuan yaitu untuk mengurangi kekerasan
mencapai 41% atau 3.927 kasus. Data lain
terhadap perempuan serta kesetaraan gender
yang menunjukkan mengenai angka
yang harus dicapai pada tahun 2030. Kasus
kekerasan terhadap perempuan yaitu Sistem
kekerasan perempuan yang tinggi tersebut
Informasi Online Perlindungan Perempuan
didukung pula oleh data yang diterbitkan
dan Anak (Simfoni) dari Kementerian
oleh WHO pada tahun 2018 yang
Pemberdayaan Perempuan dan Anak
menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 3 (35%)
(KEMENPPPA) per tahun 2020 terdapat
perempuan di seluruh dunia telah mengalami
total kasus kekerasan dengan korban
kekerasan pasangan intim baik fisik maupun
perempuan sebanyak 10.428 yang tersebar
seksual atau kekerasan non-seksual lainnya
di seluruh wilayah Indonesia. Kekerasan
(Fazraningtyas, Dini Rahmayani, Indana
terhadap perempuan tersebut sebagian besar
Fitriani Rahmah, 2020).
memang didominasi oleh kekerasan yang
Indonesia sebagai negara berkembang
dialami di rumah tangga (KDRT) dengan
memiliki jumlah kasus kekerasan terhadap
presentase sebesar 56,8% yang dialami oleh
perempuan yang semakin meningkat per
ibu rumah tangga dengan rentan usia paling
tahunnya dengan berbagai faktor
banyak sekitar 25 tahun hingga 44 tahun
penyebabnya, sehingga Indonesia telah
dengan presentase 30,6%.
memiliki kebijakan-kebijakan yang
Angka kekerasan yang begitu besar
mengatur dan melindungi mengenai
tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan
masih memerlukan upaya keras untuk
terhadap perempuan merupakan salah satu
menangani kasus KDRT. Upaya untuk
bentuk pelanggaran terhadap Hak Asasi
mengurangi jumlah KDRT tersebut tidak
Manusia (HAM), dimana di dalam konstitusi
cukup dari pihak pemerintah saja yang
Negara Republik Indonesia sendiri diatur
melakukan, tetapi juga membutuhkan peran
ketentuan mengenai Hak Asasi Manusia
masyarakat. KDRT tersebut semakin
yang tertuang dalam Pasal 28 A sampai
meningkat dikarenakan kasus tersebut tidak
dengan Pasal 28 J UUD NRI Tahun 1945.
terlepas dari nilai-nilai serta budaya yang
Setiap warga negara berhak untuk

132
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

sudah melekat di masyarakat seperti masih Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan


adanya budaya patriarki yang melekat di Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 5
dalam masyarakat dimana budaya patriarki Tahun 2010 tentang Panduan Pembentukan
tersebut membuat adanya pelemahan dan Pengembangan Pusat Pelayanan
terhadap derajat perempuan dan menguatkan Terpadu. Peraturan tersebut mengatur bahwa
derajat laki-laki (Farid, 2019). Di dalam masing-masing daerah kabupaten/kota
budaya patriarki ini laki-laki yang memiliki mempunyai kewajiban membentuk Lembaga
dominasi lebih kuat dibanding perempuan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan dan
sehingga mengakibatkan perempuan Perlindungan Terhadap Perempuan dan
menjadi kaum marginal yang mudah untuk Anak (Rosnawati, 2018). Pusat pelayanan
dikuasai, dieksploitasi serta diperbudak oleh terpadu tersebut berfungsi untuk
kaum laki-laki (Mutmainah, Anisa, Santoso memberikan layanan gratis bagi korban
Tri Raharjo, Sahadi Humaedi, 2019). KDRT dalam segi medis, psikologis,
Budaya patriarki tersebut merupakan sebuah hukum, dan perlindungan social (Ni’mah,
budaya dari masa lalu yang menganggap 2012).
bahwa seorang perempuan hanya mengurus Pembentukan P2TP2A sebagai lembaga
urusan rumah tangga saja dan belum non-pemerintah tersebut merupakan respon
ditemukan adanya kesetaraan gender. Hal pemerintah untuk memberikan layanan
tersebut menempatkan perempuan sebagai kepada perempuan dan anak korban
subordinat laki-laki. Selain itu, di pihak kekerasan sehingga para korban tersebut
perempuan pun menganggap bahwa laki-laki dapat cepat terbantu dan tertangani dengan
atau suaminya tersebut merupakan baik, mengingat bahwa kekerasan terhadap
seseorang yang harus dipatuhi serta perempuan merupakan persoalan mendasar
seseorang yang tidak untuk dilawan. Dengan dalam kehidupan bermasyarakat dan
demikian ekstensi dan legitimasi praktik berbangsa yang akan mempengaruhi kualitas
patriarki dalam domain pribadi untuk aspek hidup dan masa depan perempuan dan anak
kehidupan publik bergantung pada yang menjadi korban kekerasan, dan untuk
kehidupan, hak dan kebebasan perempuan. itu harus ditangani secara komprehensif dan
(Imam & Bano, 2015) berkualitas dengan pendekatan yang
Pemerintah dalam menangani kasus berspektif korban (Komnas Perempuan dan
KDRT berdasarkan amanat UU Nomor 35 Forum Pengada Layanan (FPL), 2017).
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Namun, di dalam perkembangannya
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan tidak semua P2TP2A dapat menjalankan
Anak, UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang perannya secara optimal. Seringkali P2TP2A
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah memiliki permasalahan dalam hal koordinasi
Tangga, UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang di antara aparat penegak hukum dan badan
Perlindungan Saksi Korban dan UU Nomor lainnya sehingga tidak dapat secara optimal
21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan melindungi hak-hak korban kekerasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang dan (Herawati, Ani Purwanti, Sekar Anggun
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Gading Pinilih, 2019). Beberapa penelitian
Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor telah banyak dilakukan untuk mencari faktor
01 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan penyebab ketidakoptimalan Pusat Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Terpadu di dalam menjalankan tugasnya.
bagi Perempuan dan Anak Korban Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
Kekerasan untuk membentuk Pusat Penny Naluria Utami dengan judul
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan “Optimalisasi Pemenuhan Hak Korban
Perempuan dan Anak (P2TP2A) (Utami, Kekerasan Terhadap Perempuan Melalui
2016). Pusat Pelayanan Terpadu”, didapatkan hasil
Adapun dasar hukum mengenai bahwa ketidakoptimalan tersebut dapat
pembentukan P2TP2A tersebut adalah dipengaruhi oleh masih minimnya dukungan

133
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

dari pemerintah daerah terkait, seperti pemberlakuan atau implementasi ketentuan


variasinya aturan daerah, pendanaan, sarana hukum normatif secara in action pada setiap
dan prasarana, dan sumber daya manusia. peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam
Belum semua daerah memiliki P2TP2A masyarakat. Penelitian ini disebut dengan
dikarenakan pula kurang respons dari penelitian lapangan yaitu penelitian yang
pemerintah daerah terkait untuk memenuhi meneliti peraturan-peraturan hukum
kebutuhan korban serta hak-haknya. Oleh kemudian setelah itu dicocokkan dengan
karena itu, penelitian ini mencoba untuk data dan perilaku yang hidup di tengah-
melihat lebih dalam lagi dan melihat dari sisi tengah masyarakat.
yang lain dibandingkan penelitian-penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam
sebelumnya yang telah dilakukan. penelitian ini tidak hanya berpegang pada
Berdasarkan catatan Komnas segi yuridisnya saja namun dengan bantuan
Perempuan, hanya pemerintah Provinsi Jawa ilmu sosial lainnya. Spesifikasi penelitian
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Jakarta yang baru dapat memberikan deskriptif analitis, sebab data yang diperoleh
dukungan memadai bagi pelaksanaan dari penelitian ini akan memberikan suatu
mandat P2TP2A, baik dari sisi anggaran penjelasan dengan memberikan suatu
maupun infrastrukturnya, sehingga P2TP2A gambaran mengenai optimalisasi P2TP2A
di daerah tersebut dapat memberikan dalam menangani asus KDRT di Kabupaten
perannya dalam melakukan pendampingan Magelang. Data yang digunakan adalah data
korban (Komnas Perempuan dan Forum primer melalui wawancara dan observasi,
Pengada Layanan (FPL), 2017). Salah satu dan data sekunder melalui studi pustaka.
P2TP2A yang berada di Provinsi Jawa
Tengah yaitu P2TP2A yang berada di C. Hasil dan Pembahasan
Kabupaten Magelang. Menurut data dari
1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya
Simfoni, bahwa Kabupaten Magelang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
merupakan salah satu kabupaten yang
memiliki jumlah kasus kekerasan KDRT sebagai kasus kekerasan yang
perempuan yang cukup tinggi. Tingginya terjadi di lingkup rumah tangga sebenarnya
jumlah kekerasan tersebut memberikan dapat terjadi kepada siapapun dalam lingkup
pertanyaan yang muncul apakah P2TP2A rumah tangga, tidak hanya perempuan saja
Kabupaten Magelang memiliki peran aktif yang menjadi korbannya. Namun,
dan responsif dalam mencari kasus dikarenakan belum tercapainya kesetaraan
kekerasan terhadap perempuan ataukah dari gender yang maksimal serta didukung
pihak masyarakatnya sendiri memang dengan budaya patriarki yang masih melekat
memiliki kesadaran yang tinggi untuk di masyarakat, maka KDRT seringkali
melaporkan, sehingga dari uraian tersebut, terjadi kepada kaum wanita di lingkup
akan dicari jawaban mengenai faktor-faktor rumah tangganya. Menurut Pasal 5 UU
penyebab terjadinya KDRT, dan dianalisis Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
apakah P2TP2A Kabupaten Magelang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, KDRT
dalam memberikan layanan bagi perempuan tersebut dapat berwujud: (a) Kekerasan fisik;
dan anak korban KDRT terhadap perempuan (b) Kekerasan psikis; (c) Kekerasan seksual;
sudah optimal atau belum dalam atau (d) Penelantaran rumah tangga.
menjalankan fungsinya tersebut. Termasuk lingkup rumah tangga adalah:
(Luhulima, 2000) a) Suami istri atau mantan
B. Metode Penelitian suami istri; b) Orang tua dan anak-anak; c)
Orang-orang yang mempunyai hubungan
Metode penelitian yang digunakan
darah; d) Orang yang bekerja membantu
dalam penelitian ini adalah metode yuridis
kehidupan rumah tangga orang-orang yang
empiris. Penelitian yuridis empiris
menetap di sebuah rumah tangga; e) Orang
merupakan penelitian hukum mengenai

134
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

yang hidup Bersama dengan korban atau Salah satu faktor lain yang cukup
mereka yang masih pernah tinggal Bersama mempengaruhi adalah tingkat pendidikan
(yang dimaksud dengan orang yang hidup yang rendah. Terdapat penelitian yang
Bersama adalah pasangan hidup Bersama dilakukan oleh ICRW bahwa wanita yang
atau beberapa orang tinggal Bersama dalam memiliki tingkat pendidikan rendah menikah
satu rumah untuk jangka waktu tertentu). pada usia muda. Survey penelitian yang
Faktor penyebab KDRT menurut hasil dilakukan oleh ICRW pada negara
Survei Pengalaman Hidup Perempuan berkembang seperti, Asia Tenggara, Afrika,
Nasional (SPHPN) tahun 2016 serta Amerika latin menyatakan bahwa lebih
mengungkapkan terdapat 4 (empat) faktor dari 50% wanita yang menikah muda
penyebab terjadinya kekerasan fisik dan/atau memiliki tingkat pendidikan yang rendah (0-
seksual terhadap perempuan yang dilakukan 3 tahun pendidikan), 40% lainnya memiliki
di antaranya, yaitu: (Amanda & Dian Puji tingkat pendidikan menengah (4-7 tahun
Simatupang, 2019) pendidikan) serta sisanya memiliki tingkat
a. Faktor Individu Perempuan pendidikan tinggi (>8 tahun pendidikan)
Pernikahan yang dilakukan secara (International Center For Research On
siri, kontrak, adat maupun lainnya Women, 2006). Hasil penelitian tersebut,
memiliki potensi 1,42 kali lebih besar menunjukkan adanya hubungan antara
kekerasan fisik dan/atau seksual tingkat pendidikan rendah dengan usia
dibandingkan perempuan yang menikah muda. Wanita yang menikah di usia muda
secara resmi diakui negara melalui masih memiliki kematangan emosi yang
catatan sipil atau KUA, serta adanya rendah (Hurlock, 1997). Menurut
faktor seringnya bertengkar dengan Sanderwitz dan Paxman, pernikahan muda
suami menyebabkan perempuan lebih sering terjadi disebabkan seseorang berpikir
berisiko 3,95 kali lebih tinggi secara emosional untuk melakukan
mengalami kekerasan fisik dan/atau pernikahan, mereka berpikir telah saling
seksual. mencintai dan siap untuk menikah (Eka,
b. Faktor Pasangan Khairani, Rahma, Putri, 2008). Padahal, di
Sebagian besar suami yang dalam suatu kehidupan rumah tangga
melakukan KDRT terhadap istrinya dibutuhkan suatu tingkat kematangan emosi
yaitu suami yang menganggur serta yang sudah cukup tinggi supaya dapat
memiliki pasangan lain dan mempunyai mengendalikan hakikat perkawinan dan
kebiasaan seperti mabuk. peran orang tua yang akan disandang
c. Faktor Ekonomi (Adhim, 2002).
Perempuan yang berasal dari rumah Wanita yang memiliki tingkat
tangga dengan tingkat ekonomi yang pendidikan yang rendah dapat dipengaruhi
semakin rendah cenderung memiliki pula oleh faktor budaya jaman dahulu yang
resiko yang lebih tinggi untuk mengatakan bahwa seorang wanita pada
mengalami kekerasan fisik dan/atau hakekatnya akan kembali kepada dapur dan
seksual oleh pasangan. sumur. Hal ini berkaitan pula dengan
d. Faktor Sosial Budaya ketidaksetaraan gender antara perempuan
Perempuan yang memiliki rasa dan laki-laki, dimana perempuan hanya
kekhawatiran akan bahaya kejahatan dianggap sebagai kaum marginal yang tidak
yang mengancam memiliki resiko 1,68 pernah memiliki posisi yang setara dengan
kali lebih besar mengalami kekerasan laki-laki. Pendidikan yang tinggi bukanlah
fisik dan/atau seksual oleh pasangan, suatu kewajiban yang harus dijalankan oleh
daripada mereka yang tidak merasa mereka. Oleh karena itu, baik mereka sendiri
khawatir. maupun orang tua mereka akan berfikir
bahwa keputusan menikah akan lebih
Selain faktor-faktor di atas terdapat
memberikan manfaat dibandingkan harus
faktor lain penyebab terjadinya KDRT.

135
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

menempuh tingkat pendidikan yang tinggi. layanan pengaduan, layanan kesehatan,


Pendidikan yang rendah tersebut akan rehabilitasi sosial, penegakan dan bantuan
mempengaruhi kualitas rumah tangga hukum serta pemulangan dan reintegrasi
seseorang wanita tersebut. Dengan sosial. Namun, kelima jenis layanan tersebut
menempuh pendidikan yang tinggi akan juga disesuaikan dengan ketersedaan
memberikan pola pemikiran wanita yang keahlian, sumber daya manusia dan fasilitas
cukup matang dalam mengambil keputusan yang ada (Utami, 2016).
serta akan memberikan kualitas kehidupan Untuk P2TP2A Semanah sendiri
rumah tangga yang lebih baik karena wanita terdapat bidang Perlindungan Perempuan
dengan pendidikan tinggi akan mampu dan Anak (PPA) untuk mengurusi
untuk membantu perekonomian di dalam perempuan dan anak korban kekerasan. Di
rumah tangganya tersebut, sehingga wanita dalam P2TP2A Semanah ini sendiri
dengan pendidikan rendah yang menikah di memiliki kasus kekerasan perempuan paling
usia muda tersebut cenderung rentan untuk banyak adalah KDRT dari tahun ke tahun.
terjadi perceraian di dalam rumah Data kasus kekerasan berbasis gender
tangganya. P2TP2A Semanah pada tahun 2019 dapat
dilihat pada Tabel 1. Adapun data kasus
2. Layanan bagi Perempuan dan Anak kekerasan berbasis gender P2TP2A
Korban KDRT oleh P2TP2A Semanah pada tahun 2018 dapat dilihat pada
Kabupaten Magelang. Tabel 2.
Berdasarkan Standar Pelayanan
P2TP2A hadir sebagai lembaga layanan
Minimal (SPM) bidang Layanan Terpadu
yang melakukan pendampingan terhadap
bagi Perempuan dan Anak Korban
perempuan dan anak korban kekerasan yang
Kekerasan. Layanan pengaduan di dalam
berspektif gender, serta sebagai layanan
P2TP2A Semanah ini dapat dilakukan secara
untuk memberikan pemenuhan hak kepada
langsung maupun melewati media sosial.
perempuan korban kekerasan mengingat
Pelapor yang melapor secara langsung
kasus kekerasan terhadap perempuan
biasanya diterima oleh pihak P2TP2A
khususnya KDRT merupakan kasus yang
Semanah dengan cara mengisi form
tidak pernah mereda, kekerasan yang
pengaduan secara tertulis dan ditanda
menimpa perempuan dapat menimbulkan
tangani, pelaporan secara langsung tersebut
berbagai macam persoalan psikologis,
tidak hanya korban saja yang dapat melapor
keadilan hukum dan pengabaian hak-hak
tetapi laporan dapat dilakukan pula oleh
kemanusiaan (Arbaiyah Prantiasih, Yuhdi
orang lain seperti kerabat, keluarga maupun
dan Siti Awalliyah, 2015).
pendamping yang lainnya. Untuk pelaporan
P2TP2A di Kabupaten Magelang atau
yang dilakukan melewati sosial media itu
yang disebut dengan P2TP2A Semanah
sendiri, setelah diterimanya informasi dari
merupakan bagian dari Dinas Sosial,
media maka hal pertama yang dilakukan
Pengendalian Penduduk dan Keluarga
oleh pihak P2TP2A Semanah adalah
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
melakukan penggalian dan pengembangan
Perlindungan Anak Kabupaten Magelang.
informasi (crosscheck) terlebih dahulu untuk
Apabila mengacu kepada Peraturan Menteri
mendapatkan informasi yang sebenarnya.
Negara Pemberdayaan Perempuan dan
P2TP2A Semanah hanya memiliki 1 (satu)
Perlindungan Anak RI Nomor 01 Tahun
orang fulltimer. Namun, P2TP2A Semanah
2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
memiliki kader-kader pada setiap kecamatan
(SPM) Bidang Layanan Terpadu bagi
atau desa yang berada di Kabupaten
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan
Magelang. Dimana, setiap kecamatan atau
tersebut pada Pasal 1 bahwa kinerja Unit
desa tersebut memiliki fasilitator yang
Pelayanan Terpadu dalam pemenuhan hak
bertugas untuk menampung laporan
bagi perempuan dan anak korban kekerasan
kekerasan yang terjadi dan nantinya akan
meliputi 5 (lima) jenis layanan yakni:

136
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

berkoordinasi dengan pihak P2TP2A Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 4


Semanah. Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan
Selain layanan pengaduan kekerasan Kerja Sama Pemulihan Korban Kekerasan
terhadap perempuan dan anak yang dimiliki Dalam Rumah Tangga bahwa
oleh P2TP2A Semanah, sejak masa pandemi penyelenggaraan pemulihan terhadap korban
Covid-19 ini, terdapat strategi “jemput bola” dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan
yang disarankan oleh Kementerian pemerintah daerah serta lembaga sosial
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan dengan salah satu fasilitasnya adalah rumah
Anak (KEMENPPPA) dengan tujuan untuk aman.
meningkatkan penanganan KDRT. Strategi Rumah aman diperlukan supaya
“jemput bola” tersebut merupakan dorongan perempuan korban kekerasan mendapatkan
kepada P2TP2A untuk lebih pro aktif dalam akses ke lingkungan yang bebas dari
mencari dan menangani kasus KDRT di ketakutan dan memberikan kesempatan
wilayah mereka masing-masing. Pandemi kepada perempuan korban kekerasan untuk
Covid-19 ini dapat meningkatkan jumlah menerobos siklus kekerasan (Kim & Yang,
KDRT, dikarenakan Covid-19 menyebabkan 2016), memperbaiki kembali hubungan
perekonomian semakin menurun sehingga mereka dengan pasangannya, dan
berdampak dengan timbulnya KDRT yang mempersiapkan transisi jangka panjang,
dialami oleh perempuan. bahkan rumah aman membuat perempuan
Untuk layanan kesehatan bagi korban yang dilecehkan dapat menghadapi
dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana perpisahan perkawinan dan masalah
P2TP2A Semanah bermitra dengan Dinas keuangan mereka setelah berpisah
Kesehatan Kabupaten Magelang, Rumah (Herawati, Sekar Anggun Gading Pinilih,
Sakit Jiwa serta RSUD Kabupaten 2020). Rumah aman tersebut akan
Magelang. Mengingat, korban kekerasan digunakan sebagai tempat pelayanan serta
ataupun KDRT dapat memberikan rasa pendampingan korban yang membutuhkan
trauma baik fisik, psikologis (mental) dan tempat aman dari gangguan-gangguan yang
psikososial antara lain: (Dadang, 2009) mengancamnya tersebut. Pendamping
a. Fisik berupa luka fisik, kerusakan kekerasan dalam rumah tangga sering
syaraf, pingsan, cacat permanen, gugur dihadapkan kesulitan pada saat mereka
kandungan, kehamilan, gangguan organ membantu korban untuk menemukan tempat
reproduksi (infeksi), penyakit kelamin yang aman (Sullivan & Olsen, 2016).
dan kematian. Dengan demikian dikarenakan belum
b. Psikologis/mental berupa kehilangan memiliki rumah aman, maka apabila
nfsu makan, gangguan tidur (insomnia, terdapat korban yang membutuhkan rumah
mimpi buruk), cemas, takut, tidak aman biasanya akan dirujuk ke provinsi.
percaya diri, hilang inisiatif/tidak Untuk layanan bantuan dan penegakan
berdaya, tidak percaya dengan apa yang hukum, P2TP2A Semanah melakukannya
terjadi, mudah curiga/paranoid, dengan 2 (dua) cara yaitu memberikan
kehilangan akal sehat, depresi berat. mediasi dengan cara memberikan advokasi
kepada suami serta yang kedua yaitu melalui
Seringkali perempuan korban KDRT
penegakan hukum. Untuk cara yang pertama
mengalami depresi akibat kekerasan yang
yaitu memberikan advokasi kepada laki-laki
dilakukan oleh suaminya. Untuk ini,
atau suami korban, dengan cara advokasi
P2TP2A Semanah memiliki psikolog,
mengenai UU Nomor 23 Tahun 2004
dimana mekanismenya nanti korban akan
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
didatangkan langsung ke rumah sakit. Hal
Rumah Tangga bahwa perempuan atau istri
ini dilakukan oleh P2TP2A Semanah dalam
tersebut bukanlah sebagai obyek kekerasan
rangka pengobatan dan pemulihan kesehatan
serta menegaskan pula bahwa sang istri
korban. Untuk rehabilitasi sosial, P2TP2A
memiliki kedudukan yang setara dengan
Semanah belum memiliki rumah aman.

137
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

suami. Hal menunjukkan bahwa kekerasan depresi yang dialami perempuan korban
terhadap perempuan atau istri muncul KDRT akan semakin berangsur membaik
sebagai salah satu bentuk manifestasi (Hitijahubessy, Yati Affiyanti & Tri Budiati,
ketidaksetaraan gender (Nainggolan, 2017), 2018).
sehingga menempatkan perempuan sebagai Berdasarkan pelayanan-pelayanan yang
kaum yang lebih rendah serta mudah untuk diberikan oleh P2TP2A Semanah tersebut,
dikuasai oleh laki-laki. Masyarakat dapat diketahui upaya-upaya yang telah
Kabupaten Magelang juga memiliki dilakukan oleh P2TP2A Semanah dapat
keagamaan yang cukup kuat sehingga dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
memandang bahwa suami merupakan a. Upaya Pencegahan
seseorang yang harus dipatuhi. Oleh karena Upaya pencegahan yang dilakukan
itu, kekerasan yang terjadi di dalam rumah P2TP2A Semanah yaitu
tangga tersebut merupakan hal yang tabu diselenggarakannya kegiatan sosialisasi.
untuk dilaporkan dan dianggap masalah Sosialisasi tersebut diselenggarakan di
pribadi dimana seharusnya orang luar tidak desa-desa, yang bertujuan untuk
ikut campur masalah tersebut, serta akan memberikan informasi serta
merendahkan harkat dan martabat suami dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dianggap sebagai hal yang akan bahwa kasus KDRT tersebut sudah
mempermalukan suami. bukan merupakan privasi dalam suatu
P2TP2A Semanah selain memberikan rumah tangga dan para korban tersebut
advokasi kepada suami, juga akan harus memiliki keberanian untuk
memenuhi keinginan perempuan korban melaporkannya demi mendapatkan hak-
KDRT dalam hal ingin memberikan efek hak mereka. Menurut P2TP2A Semanah
jera bagi suaminya atau dalam hal ini sendiri untuk meningkatkan kesadaran
melalui penegakan hukum. Apabila masyarakat mengenai kekerasan
perempuan tersebut menghendaki untuk terhadap perempuan tersebut
memberikan efek jera, maka pihak P2TP2A membutuhkan proses dan waktu yang
akan melakukan pendampingan untuk cukup lama ditambah dengan
korban dari proses pengadilan sampai masyarakat yang agamis yang
dengan pemulihan psikologi. menganggap bahwa suami merupakan
Untuk layanan terakhir, yaitu layanan seseorang yang harus dipatuhi.
pemulangan dan reintegrasi sosial, dimana b. Upaya Penanganan
layanan ini P2TP2A Semanah dapat bekerja Upaya penanganan tersebut dilakukan
sama dengan Dinas Sosial dalam rangka apabila terjadi suatu kekerasan. Upaya
memberikan pelayanan pemulihan kepada penanganan yang dilakukan oleh
korban. Pemerintah dalam hal ini P2TP2A Semanah ketika sudah terdapat
memberikan support kepada perempuan laporan kekerasan yang masuk,
korban KDRT dengan cara memberikan kemudian P2TP2A Semanah melakukan
pelatihan keterampilan yang sifatnya assessment pada korban serta mencari
sederhana dan dapat memberdayakan tahu apa saja kebutuhan korban.
perempuan tersebut nantinya. Pelatihan Termasuk memberikan pelayanan
keterampilan tersebut, juga dilakukan dalam medis, pelayanan psikologis, pelayanan
upaya untuk diterima kembali di kalangan hukum atau hanya sebatas konseling
masyarakat ataupun keberadaannya dapat sesuai dengan kebutuhan korban
diterima dengan baik oleh masyarakat (Rosnawati, 2018).
setempat. Dengan diterimanya kembali c. Upaya Pemulihan
korban KDRT dengan baik serta adanya Pemulihan korban KDRT tersebut
dukungan sosial yang didapat, maka hal dimaksudkan untuk memulihkan
tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi korban baik fisik maupun
perubahan kualitas hidup perempuan dan psikisnya, sehingga korban dapat

138
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

menjalankan aktifitasnya sehari-hari dan dapat memberdayakan korban.


dapat diterima di tengah masyarakat Pelatihan keterampilan tersebut seperti
seperti semula dalam menjalankan keterampilan menjahit maupun
kehidupannya (Rosnawati, 2018). memasak yang nantinya diharapkan
Upaya pemulihan yang dilakukan oleh akan memberikan modal usaha agar
P2TP2A Semanah tersebut seperti keterampilan yang diberikan tidak sia-
memberikan pelatihan keterampilan sia.
kepada korban yang bertujuan untuk

Tabel 1.
Data Kasus Kekerasan Berbasis Gender
Tahun 2019

Jenis Kasus Jumlah Kasus


Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Kekerasan Fisik / KDRT 4 7 2
Kekerasan Psikis / KDRT 5 7 2
Kekerasan Seksual / KDRT
Penelantaran / KDRT 1 4
Pelecehan Seksual
Perkosaan/Pemaksaan Hubungan 1 1
Kekerasan Dalam Pacaran 1 1 2
Jaminan Perlindungan 1
Penganiayaan 1 1
Perceraian 1
Perzinahan 1
Aborsi 1
Gono Gini
Persetubuhan 1
Hak Asuh Anak 1 1 2
Asusila (Pasal 281 KUHP) 1 1 1
TPPO 1
HIV 1
Jumlah 15 3 23 13
Jumlah Total : 54 kasus

Tabel 2.
Data Kasus Kekerasan Berbasis Gender
Tahun 2018

Jenis Kasus Jumlah Kasus


Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Kekerasan Dalam Rumah Tangga 17 11 4 6


Penelantaran 1 1 2
Pelecehan Seksual
Kekerasan Dalam Pacaran 1 1 1

139
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

Jenis Kasus Jumlah Kasus


Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Jaminan Perlindungan 2
Penganiayaan 2 3 1
Perceraian 2
Perzinahan 1 1
Aborsi 1
Gono Gini
Persetubuhan
HIV
Jumlah 22 18 9 9
Jumlah Total : 58 kasus

D. Simpulan dan Saran pemerintah memberikan dukungan untuk


membangun rumah aman untuk P2TP2A
P2TP2A Semanah memiliki kasus
Semanah sehingga pelayanan yang diberikan
kekerasan terhadap perempuan dengan kasus
untuk korban kekerasan semakin optimal.
yang paling mendominasi adalah KDRT
P2TP2A Semanah sudah melakukan
setiap tahunnya. P2TP2A Semanah
upaya untuk meningkatkan kesadaran
Kabupaten Magelang menangani KDRT
masyarakat mengenai kasus kekerasan
melalui pelayanan-pelayanan serta
terhadap perempuan ataupun KDRT. Hal ini
pendampingan yang diberikannya.
untuk menunjukkan bahwa kasus KDRT
Pelayanan yang diberikan oleh P2TP2A
bukan merupakan ranah privasi lagi bagi
Semanah tersebut antara lain layanan
rumah tangga seseorang serta seorang
pengaduan, layanan kesehatan, layanan
perempuan harus berani untuk
rehabilitasi sosial, layanan penegakan dan
memperjuangkan haknya. Hal ini dilakukan
bantuan hukum, serta layanan pemulangan
pula untuk mengoptimalkan kesetaraan
dan reintegrasi sosial. P2TP2A Semanah
gender bagi kaum laki-laki dan perempuan
dalam menangani kasus KDRT tersebut
untuk menunjukkan bahwa posisi
sudah cukup komunikatif dan responsif
perempuan tersebut adalah setara dengan
ditunjukkan dengan banyaknya jejaring yang
laki-laki. Masyarakat harus sadar bahwa
dimiliki P2TP2A Semanah di kecamatan dan
perempuan bukan untuk menjadi obyek
desa di Kabupaten Magelang. Serta, mitra-
kekerasan serta perempuan harus memiliki
mitra yang dimiliki oleh P2TP2A Semanah
pendidikan yang tinggi untuk melepaskan
dalam hal menangani kasus KDRT pun
stigma masyarakat bahwa kaum perempuan
sudah cukup baik. Namun, untuk fasilitas
adalah kaum marginal yang mudah untuk
rumah aman sendiri belum dimiliki oleh
dikuasai oleh laki-laki.
P2TP2A Semanah dimana korban yang
dirasa memerlukan rumah aman harus
dirujuk ke provinsi terlebih dahulu. DAFTAR PUSTAKA
Upaya yang dilakukan oleh P2TP2A
Adhim, M. . (2002). Indahnya Pernikahan
Semanah untuk menangani kasus kekerasan
Dini. Jakarta: Gema Insani Press.
terhadap perempuan yang cukup tinggi
sudah cukup optimal ditunjukkan dengan Amanda & Dian Puji Simatupang, S. (2019).
pelayanan-pelayanan yang diberikannya. Perlindungan Hukum Terhadap
Namun, untuk mendukung kelengkapan Perempuan Korban KDRT di
fasilitas rumah aman bagi penanganan Tangerang Selatan. Indonesian
korban kekerasan tersebut ada baiknya Constitutional Law Jurnal Staatsrecht,

140
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

3(1). Korban Kekerasan Dalam Rumah


Tangga. JKT, 9(1), 27.
Arbaiyah Prantiasih, Yuhdi dan Siti
Awalliyah, M. (2015). Model Hurlock, E. . (1997). Psikologi
Perlindungan Hak Perempuan Korban Perkembangan (5th ed.; I. dan
Tindak Kekerasan Dalam Rumah Soedjarwo, Ed.). Jakarta: Erlangga.
Tangga. Jurnal Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan, 28(1), 16. Imam, Z., & Bano, S. (2015). Patriarchy,
Community Rights and Institutions for
Dadang, H. (2009). Penyiksaan Fisik dan Education: Counter-discourse and
Mental Dalam Rumah Tangga. Jakarta: Negotiation for Rights. Indian Journal
Balai Penerbit FKUI. of Gender Studies, 22(2), 282–299.
https://doi.org/10.1177/0971521515574
Eka, Khairani, Rahma, Putri, D. (2008). 608
Kematangan Emosi Pada Pria Dan
Wanita Yang Menikah Muda. Depok: International Center For Research On
Fakultas Psikologi Universitas Women. Child Marriage and
Gunadarma. Education. , (2006).
Farid, M. R. A. (2019). Kekerasan Terhadap Kim, G., & Yang, S. (2016). An
Perempuan dalam Ketimpangan Relasi Ethnographic Study of a Shelter for
Kuasa: Studi Kasus di Rifka Annisa Victims of Domestic Violence in Korea.
Women’s Crisis Center. SAWWA: Indian Journal of Gender Studies,
Jurnal Studi Gender, 14(2), 180. 23(3), 376–392.
https://doi.org/10.1177/0971521516656
Fazraningtyas, Dini Rahmayani, Indana 076
Fitriani Rahmah, Wi. A. (2020).
Kejadian Kekerasan Pada Perempuan Komnas Perempuan dan Forum Pengada
Selama Masa Pandemi Covid-19. Layanan (FPL). (2017). Keterpaduan
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Layanan yang Memberdayakan: Hasil
Dan Keperawatan, 11(1), 363. Asesmen P2TP2A di 16 Provinsi.
Retrieved from
Herawati, Ani Purwanti, Sekar Anggun http://komnasperempuan.go.id/file/pdf_
Gading Pinilih, R. (2019). The file/2018/Publikasi/Keterpaduan
Implementation of Recovery Policy Layanan Yang Memberdayakan. Hasil
towards Women Victims of Marital asesme
Violence as to Mental Care in Central
Java, Indonesia. 6th International Luhulima, A. S. (2000). Pemahaman
Conference on Community Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan
Development (ICCD 2019), 436. Terhadap Perempuan dan Alternatif
Atlantis Press. Pemecahannya. Bandung: PT Alumni.
Herawati, Sekar Anggun Gading Pinilih, R. Mutmainah, Anisa, Santoso Tri Raharjo,
(2020). Prevention of Violence Against Sahadi Humaedi, E. T. (2019). Upaya
Women Through Improving the Quality Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
of Life of Women in Indonesia. Tangga Melalui Program Corporate
Proceedings of the International Social Responsibility. Prosiding
Conference on Community Penelitian & Pengabdian Kepada
Development (ICCD 2020), 611. Masyarakat, 260.
Atlantis Press.
Nainggolan, T. (2017). Kekerasan terhadap
Hitijahubessy, Yati Affiyanti & Tri Budiati, Istri dalam Perspektif Gender. Sosio
C. N. M. (2018). Dukungan Sosial dan Konsepsia: Jurnal Penelitian Dan
Kualitas Hidup Fisik Perempuan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
141
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

14(3), 213. Sullivan, C. M., & Olsen, L. (2016).


Common ground, complementary
Ni’mah, Z. (2012). Efektivitas Penegakan approaches: adapting the Housing First
Hukum Penghapusan Kekerasan Dalam model for domestic violence survivors.
Rumah Tangga. Mimbar Hukum - Housing and Society, 43(3), 182–194.
Fakultas Hukum Universitas Gadjah https://doi.org/10.1080/08882746.2017.
Mada, 24(1), 55–68. 1323305
https://doi.org/10.22146/jmh.16141
Utami, P. N. (2016). Optimalisasi
Rosnawati, E. (2018). Peran Pusat Pemenuhan Hak Korban Kekerasan
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Terhadap Perempuan Melalui Pusat
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Pelayanan Terpadu. Jurnal Hak Asasi
Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Manusia, 7(1), 60.
Tangga. Jurnal Kosmik Hukum, 18(1),
93.

142

Anda mungkin juga menyukai