1 PB
1 PB
Abstract
Domestic violence is the case which growing every year in Indonesia. Most of the victims are
women. To handle domestic violence cases, the government issued policies. Of the message from
the various policies, formed Integrated Service Center as an institution that serves as well as
accompanying battered women in each district or city. One of Integrated Service Centert as our
object of this research is P2TP2A Semanah in district of Magelang. This research used empirical
methods with data through interview and observation. Based on results, that the services
provided by P2TP2A Semanah is enough optimal in handling their case in Magelang, but they
have not safe house/shelter for the victims who need protection from threat of the perpetrator.
Abstrak
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan kasus yang jumlahnya terus bertambah
setiap tahunnya di Indonesia. Sebagian besar korban KDRT adalah perempuan. Untuk
menangani kasus KDRT, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Dari amanat berbagai
kebijakan tersebut, dibentuklah Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) sebagai lembaga yang melayani serta mendampingi perempuan korban kekerasan di
setiap pemerintah daerah. Salah satu P2TP2A yang menjadi obyek penelitian ini adalah P2TP2A
Semanah yang berada di Kabupaten Magelang. Adapun metode pendekatan yang digunakan
adalah yuridis empiris dengan data melalui wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil
penelitian, bahwa pelayanan yang diberikan oleh P2TP2A Semanah sudah cukup optimal dalam
menangani kasus KDRT, namun belum memiliki fasilitas rumah aman untuk para korban yang
membutuhkan perlindungan dari ancaman pelaku.
1
Penelitian ini adalah bagian dari Penelitian DIKTI dengan judul “Kajian Akademis Perlindungan Hukum dalam
Mengurangi Angka Kekerasan terhadap Perempuan sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Mental di Provinsi
Jawa Tengah”, yang bersumber pada pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat DIKTI tahun
2020.
131
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
132
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
133
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
134
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
yang hidup Bersama dengan korban atau Salah satu faktor lain yang cukup
mereka yang masih pernah tinggal Bersama mempengaruhi adalah tingkat pendidikan
(yang dimaksud dengan orang yang hidup yang rendah. Terdapat penelitian yang
Bersama adalah pasangan hidup Bersama dilakukan oleh ICRW bahwa wanita yang
atau beberapa orang tinggal Bersama dalam memiliki tingkat pendidikan rendah menikah
satu rumah untuk jangka waktu tertentu). pada usia muda. Survey penelitian yang
Faktor penyebab KDRT menurut hasil dilakukan oleh ICRW pada negara
Survei Pengalaman Hidup Perempuan berkembang seperti, Asia Tenggara, Afrika,
Nasional (SPHPN) tahun 2016 serta Amerika latin menyatakan bahwa lebih
mengungkapkan terdapat 4 (empat) faktor dari 50% wanita yang menikah muda
penyebab terjadinya kekerasan fisik dan/atau memiliki tingkat pendidikan yang rendah (0-
seksual terhadap perempuan yang dilakukan 3 tahun pendidikan), 40% lainnya memiliki
di antaranya, yaitu: (Amanda & Dian Puji tingkat pendidikan menengah (4-7 tahun
Simatupang, 2019) pendidikan) serta sisanya memiliki tingkat
a. Faktor Individu Perempuan pendidikan tinggi (>8 tahun pendidikan)
Pernikahan yang dilakukan secara (International Center For Research On
siri, kontrak, adat maupun lainnya Women, 2006). Hasil penelitian tersebut,
memiliki potensi 1,42 kali lebih besar menunjukkan adanya hubungan antara
kekerasan fisik dan/atau seksual tingkat pendidikan rendah dengan usia
dibandingkan perempuan yang menikah muda. Wanita yang menikah di usia muda
secara resmi diakui negara melalui masih memiliki kematangan emosi yang
catatan sipil atau KUA, serta adanya rendah (Hurlock, 1997). Menurut
faktor seringnya bertengkar dengan Sanderwitz dan Paxman, pernikahan muda
suami menyebabkan perempuan lebih sering terjadi disebabkan seseorang berpikir
berisiko 3,95 kali lebih tinggi secara emosional untuk melakukan
mengalami kekerasan fisik dan/atau pernikahan, mereka berpikir telah saling
seksual. mencintai dan siap untuk menikah (Eka,
b. Faktor Pasangan Khairani, Rahma, Putri, 2008). Padahal, di
Sebagian besar suami yang dalam suatu kehidupan rumah tangga
melakukan KDRT terhadap istrinya dibutuhkan suatu tingkat kematangan emosi
yaitu suami yang menganggur serta yang sudah cukup tinggi supaya dapat
memiliki pasangan lain dan mempunyai mengendalikan hakikat perkawinan dan
kebiasaan seperti mabuk. peran orang tua yang akan disandang
c. Faktor Ekonomi (Adhim, 2002).
Perempuan yang berasal dari rumah Wanita yang memiliki tingkat
tangga dengan tingkat ekonomi yang pendidikan yang rendah dapat dipengaruhi
semakin rendah cenderung memiliki pula oleh faktor budaya jaman dahulu yang
resiko yang lebih tinggi untuk mengatakan bahwa seorang wanita pada
mengalami kekerasan fisik dan/atau hakekatnya akan kembali kepada dapur dan
seksual oleh pasangan. sumur. Hal ini berkaitan pula dengan
d. Faktor Sosial Budaya ketidaksetaraan gender antara perempuan
Perempuan yang memiliki rasa dan laki-laki, dimana perempuan hanya
kekhawatiran akan bahaya kejahatan dianggap sebagai kaum marginal yang tidak
yang mengancam memiliki resiko 1,68 pernah memiliki posisi yang setara dengan
kali lebih besar mengalami kekerasan laki-laki. Pendidikan yang tinggi bukanlah
fisik dan/atau seksual oleh pasangan, suatu kewajiban yang harus dijalankan oleh
daripada mereka yang tidak merasa mereka. Oleh karena itu, baik mereka sendiri
khawatir. maupun orang tua mereka akan berfikir
bahwa keputusan menikah akan lebih
Selain faktor-faktor di atas terdapat
memberikan manfaat dibandingkan harus
faktor lain penyebab terjadinya KDRT.
135
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
136
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
137
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
suami. Hal menunjukkan bahwa kekerasan depresi yang dialami perempuan korban
terhadap perempuan atau istri muncul KDRT akan semakin berangsur membaik
sebagai salah satu bentuk manifestasi (Hitijahubessy, Yati Affiyanti & Tri Budiati,
ketidaksetaraan gender (Nainggolan, 2017), 2018).
sehingga menempatkan perempuan sebagai Berdasarkan pelayanan-pelayanan yang
kaum yang lebih rendah serta mudah untuk diberikan oleh P2TP2A Semanah tersebut,
dikuasai oleh laki-laki. Masyarakat dapat diketahui upaya-upaya yang telah
Kabupaten Magelang juga memiliki dilakukan oleh P2TP2A Semanah dapat
keagamaan yang cukup kuat sehingga dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
memandang bahwa suami merupakan a. Upaya Pencegahan
seseorang yang harus dipatuhi. Oleh karena Upaya pencegahan yang dilakukan
itu, kekerasan yang terjadi di dalam rumah P2TP2A Semanah yaitu
tangga tersebut merupakan hal yang tabu diselenggarakannya kegiatan sosialisasi.
untuk dilaporkan dan dianggap masalah Sosialisasi tersebut diselenggarakan di
pribadi dimana seharusnya orang luar tidak desa-desa, yang bertujuan untuk
ikut campur masalah tersebut, serta akan memberikan informasi serta
merendahkan harkat dan martabat suami dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dianggap sebagai hal yang akan bahwa kasus KDRT tersebut sudah
mempermalukan suami. bukan merupakan privasi dalam suatu
P2TP2A Semanah selain memberikan rumah tangga dan para korban tersebut
advokasi kepada suami, juga akan harus memiliki keberanian untuk
memenuhi keinginan perempuan korban melaporkannya demi mendapatkan hak-
KDRT dalam hal ingin memberikan efek hak mereka. Menurut P2TP2A Semanah
jera bagi suaminya atau dalam hal ini sendiri untuk meningkatkan kesadaran
melalui penegakan hukum. Apabila masyarakat mengenai kekerasan
perempuan tersebut menghendaki untuk terhadap perempuan tersebut
memberikan efek jera, maka pihak P2TP2A membutuhkan proses dan waktu yang
akan melakukan pendampingan untuk cukup lama ditambah dengan
korban dari proses pengadilan sampai masyarakat yang agamis yang
dengan pemulihan psikologi. menganggap bahwa suami merupakan
Untuk layanan terakhir, yaitu layanan seseorang yang harus dipatuhi.
pemulangan dan reintegrasi sosial, dimana b. Upaya Penanganan
layanan ini P2TP2A Semanah dapat bekerja Upaya penanganan tersebut dilakukan
sama dengan Dinas Sosial dalam rangka apabila terjadi suatu kekerasan. Upaya
memberikan pelayanan pemulihan kepada penanganan yang dilakukan oleh
korban. Pemerintah dalam hal ini P2TP2A Semanah ketika sudah terdapat
memberikan support kepada perempuan laporan kekerasan yang masuk,
korban KDRT dengan cara memberikan kemudian P2TP2A Semanah melakukan
pelatihan keterampilan yang sifatnya assessment pada korban serta mencari
sederhana dan dapat memberdayakan tahu apa saja kebutuhan korban.
perempuan tersebut nantinya. Pelatihan Termasuk memberikan pelayanan
keterampilan tersebut, juga dilakukan dalam medis, pelayanan psikologis, pelayanan
upaya untuk diterima kembali di kalangan hukum atau hanya sebatas konseling
masyarakat ataupun keberadaannya dapat sesuai dengan kebutuhan korban
diterima dengan baik oleh masyarakat (Rosnawati, 2018).
setempat. Dengan diterimanya kembali c. Upaya Pemulihan
korban KDRT dengan baik serta adanya Pemulihan korban KDRT tersebut
dukungan sosial yang didapat, maka hal dimaksudkan untuk memulihkan
tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi korban baik fisik maupun
perubahan kualitas hidup perempuan dan psikisnya, sehingga korban dapat
138
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Tabel 1.
Data Kasus Kekerasan Berbasis Gender
Tahun 2019
Tabel 2.
Data Kasus Kekerasan Berbasis Gender
Tahun 2018
139
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Jaminan Perlindungan 2
Penganiayaan 2 3 1
Perceraian 2
Perzinahan 1 1
Aborsi 1
Gono Gini
Persetubuhan
HIV
Jumlah 22 18 9 9
Jumlah Total : 58 kasus
140
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.2, April 2021, Halaman 131-142 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
142