Dengan memberi diri dibaptis, maka seseorang membuktikan bahwa kini ia telah menjadi pengikut Kristus. Baptisan air adalah bukti nyata bahwa seseorang telah benar-benar percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus memberi Amanat Agung kepada murid-muridNya untuk menjadikan semua bangsa muridNya. Dan Ia memerintahkan agar mereka juga dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19). Jadi orang-orang yang akan dijadikan muridNya, yakni yang telah percaya kepadaNya, harus dibaptis. Alkitab memberitahu kita bahwa orang-orang yang memberi diri dibaptis adalah orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus/kepada Injil yang diberitakan. Sebagai contoh, orang-orang Samaria yang memberi diri dibaptis setelah percaya kepada Tuhan Yesus yang diberitakan oleh Filipus, termasuk Simon tukang sihir (Kisah Para Rasul 8:12-13). Atau sida-sida Etiopia, yang dibaptis oleh Filipus setelah percaya kepada Tuhan Yesus yang diberitakannya (Kisah Para Rasul 8:36-38).
2. Sebagai bukti pertobatan seseorang
Baptisan air adalah bukti bahwa seseorang telah bertobat. Bertobat maksudnya adalah meninggalkan cara hidup yang berdosa. Jadi seseorang tidak cukup hanya percaya kepada Tuhan Yesus (poin 1 di atas), tetapi juga harus bertobat dari dosa-dosanya. Dengan demikian, Baptisan Air bukan hanya bukti bahwa seseorang telah percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi juga sebagai bukti bahwa dia telah bertobat dari dosa- dosanya. Ketika rasul Petrus berkhotbah di hadapan orang-orang Yahudi yang menghadiri hari raya Pentakosta di Yerusalem, maka mereka sangat terharu. Mereka bertanya kepada para rasul apa yang harus mereka perbuat. Maka Petrus menjawab agar mereka bertobat dan memberi diri dibaptis (Kisah Para Rasul 2:38). Hasilnya, ada 3000 orang Yahudi yang bertobat dan dibaptis pada saat itu.
3. Sebagai lambang hidup baru
Dalam Roma 6:3-4, rasul Paulus membandingkan kematian dan kebangkitan Yesus dengan “kematian” dan “kebangkitan” orang percaya melalui baptisan. Melalui baptisan, orang percaya telah “dikuburkan” bersama Kristus. Maksudnya, sebagaimana Kristus mati dan dikuburkan secara fisik, maka orang percaya juga telah “mati dan dikuburkan” secara kiasan. Dan sebagaimana dengan Kristus bangkit dari kematian, maka orang percaya juga telah “dibangkitkan” secara kiasan. Yang dimaksud rasul Paulus dengan “kematian” adalah kematian terhadap dosa. Dan yang dimaksud dengan “kebangkitan” adalah kehidupan yang baru, yang meninggalkan dosa dan hidup bagi Allah dalam Kristus (Roma 6:11-13). Lewat baptisan kita diingatkan bahwa kita telah memasuki suatu kehidupan yang baru. Jadi selain kita bertobat, meninggalkan dosa-dosa kita (poin 2 di atas), kita juga harus hidup dengan cara hidup yang baru, hidup seturut firman dan kehendak Allah, yakni hidup yang memuliakan Allah.
4. Sebagai bentuk permohonan akan hati nurani yang baik
Hal ini disampaikan oleh rasul Petrus tatkala ia membandingkan air bah pada zaman Nuh dengan baptisan air. Jika Nuh sekeluarga selamat dari air bah dengan memakai bahtera, maka orang percaya selamat dari hukuman kekal/neraka dengan baptisan. Tentu baptisan yang menyelamatkan bukan hanya sekedar baptisan, baptisan itu sendiri tidak menyelamatkan (lihat poin 7 di bawah). Baptisan yang menyelamatkan adalah baptisan yang disertai dengan iman kepada Tuhan Yesus (poin 1 di atas) dan pertobatan (poin 2 di atas). Rasul Petrus berkata bahwa baptisan air bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah (1 Petrus 3:21). Jadi dengan memberi diri dibaptis, maka seseorang sedang memohon hati nurani yang baik kepada Allah, yakni hati dan pikiran yang selaras dengan firman dan kehendak Allah.
5. Sebagai sunat rohani/penggenapan sunat jasmani di Perjanjian Lama
Di Perjanjian Lama, sunat adalah tanda perjanjian antara Allah dengan umatNya, bangsa Israel. Dan semua laki-laki Israel Tuhan perintahkan untuk disunat. Bagi umat Tuhan di Perjanjian Baru, aturan sunat tidak lagi mengikat. Sebab kematian Yesus di kayu salib telah menggenapi seluruh Hukum Taurat (Matius 5:17), termasuk sunat. Tetapi bukan hanya itu. Baptisan air juga telah menggenapi dan menggantikan sunat. Inilah sunat Kristus, yakni sunat rohani, bukan sunat jasmani. Sebagaimana sunat adalah penanggalan bagian tubuh tertentu, demikian juga baptisan air adalah penanggalan tubuh yang berdosa (Kolose 2:11-14). Jadi orang- orang Kristen adalah orang-orang yang bersunat, tetapi sunat secara rohani, sunat di hati, bukan sunat secara harfiah, sunat di badan.
6. Sebagai simbol penggabungan dengan tubuh Kristus
Alkitab menggambarkan kumpulan orang percaya atau gereja sebagai Tubuh Kristus. Dan masing- masing orang percaya adalah anggota Tubuh Kristus. Tubuh Kristus diikat oleh baptisan. Setiap anggota Tubuh Kristus adalah mereka yang telah dibaptis. Dan seseorang dapat menjadi anggota Tubuh Kristus jika ia sudah dibaptis. Alkitab berkata bahwa semua orang percaya telah dibaptis menjadi satu tubuh (1 Korintus 12:13). Jadi orang-orang percaya/gereja mempunyai hanya satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan (Efesus 4:5). Baptisan yang satu ini adalah baptisan yang diterima/dialami oleh semua orang percaya sebagai Tubuh Kristus. Baptisan ini disebut satu sebab sama-sama dilakukan di dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, dan dialami oleh orang Kristen ketika ia bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus.
7. Sebagai bentuk ketaatan pada kehendak Allah
Adalah kehendak Allah agar semua manusia bertobat dan dibaptis (Lukas 7:30). Karena itu kita harus bertobat dan memberi diri dibaptis. Tuhan Yesus sendiri, ketika datang ke dunia sebagai manusia, memberi diri dibaptis. Meski Ia tidak berdosa sehingga tidak butuh untuk bertobat, namun Ia memberi diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Sebab Ia ingin menggenapi kehendak Allah (Matius 3:13-15). Dalam hal ini Tuhan Yesus mengidentifikasi diriNya sebagai manusia, dan mensejajarkan diriNya dengan manusia berdosa (Ibrani 2:14). Ada hal yang menarik dalam perintah Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk (Markus 16:15-16). Tuhan Yesus berkata bahwa mereka “yang percaya dan dibaptis” akan selamat. Tetapi mereka “yang tidak percaya” akan dihukum. Di sini baptisan dilihat sangat penting, sebagai tambahan untuk “percaya” agar bisa selamat. Tetapi tidak diikutkan sebagai syarat untuk dihukum. Maksudnya adalah, kita harus memberi diri dibaptis, bukan hanya sekedar percaya dan bertobat. Tetapi, bagaimanapun, mereka yang tidak dibaptis, tetap dapat selamat walau tidak dibaptis. Seseorang dihukum bukan karena tidak dibaptis, tetapi karena tidak percaya. Dan seseorang selamat bukan karena dibaptis, tetapi karena percaya. Dalam kasus tertentu, misalnya karena tidak ada lagi kesempatan untuk dibaptis, seseorang bisa tetap selamat. Misalnya orang yang sudah sekarat, sakit keras dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, tetapi mau percaya kepada Tuhan Yesus, maka ia tetap selamat sekalipun tidak dibaptis. Penjahat yang di kayu salib pun Tuhan Yesus jamin selamat, masuk surga (firdaus), meski tidak dibaptis. Namun bagaimanapun, di luar kasus-kasus khusus seperti itu, kita harus memberi diri dibaptis. Sebab itulah kehendak Allah dan perintah Tuhan Yesus. Kita harus taat/menggenapi kehendak Allah, seperti Tuhan Yesus yang rela dibaptis walau tak berdosa dan tak perlu bertobat.
SETELAH DIBAPTIS, SELANJUTNYA APA? (Kolose 2:6-7)
1. Tetap di dalam Dia (Kristus) 2. Berakar dalam DIA dan dibangun di atas DIA Memiliki pengenalan pribadi yang dalam akan Tuhan Yesus Memiliki hubungan yang erat/akrab dengan Tuhan Yesus melalui saat teduh, doa, pujian, dan penyembahan yang menjadi gaya hidup.
Menghidupi Firman Tuhan (membaca, merenungkan, melakukan serta membagikannya).
3. Bertambah teguh dalam iman Percaya saja dan taat melakukan perintah Tuhan. Peduli apa kata Tuhan bukan apa kata orang. Berjalan bukan dengan melihat apa yang kelihatan mata tetapi berjalan sesuai dengan janji Tuhan. 4. Senantiasa mengucap syukur