Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

“Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan”

Di Susun oleh :

Amelia Moniq Kampermase

Dosen Pengampuh : Drs. Alex A. Lepa, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengelolaan Sarana
dan Prasarana Pendidikan” dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya sebagai manusia biasa, bahwa dalam penyusunan makalah
ini tidak luput dari segala kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah yang penulis
kerjakan ini memiliki arti yang baik dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata saya selaku
penulis mengucapkan terima kasih.

Jayapura, 28 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 3
C. Tujuan...................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 5

A. Pengertian, Fungsi, dan Manfaat............................................................................. 5


B. Pengelolaan Laboratorium....................................................................................... 6
C. Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium......................................... 13
D. Budaya Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium................................. 14
E. Pengertian Bengkel....................................................................... ................. 15
F. Pengorganisasian Sarana dan Prasarana Bengkel Praktik.................................... 16
G. Pengawasan dan Perawatan Sarana dan Prasarana Praktik................................... 21
H. Pengertian Perpustakaan...........................................................................,...... 23
I. Jenis-Jenis Perpustakaan.............................................................................,.... 25
J. Fungsi Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar...................................,.... 26
K. Tujuan Diadakannya Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar................,.... 27
L. Pengelolaan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar......................................,...... 28
M. Strategi Pengembangan Perpustakaan Sekolah.............................................,...... 28
N. Perpustakaan Sekolah yang Ideal Sebagai Sumber Belajar...............................,... 29

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 30

A. Kesimpulan............................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam sistem pendidikan sekarang, peserta didik dipacu dan dilatih untuk mengembangkan
keterampilan ilmiah seperti mencari, mengumpulkan, mengamati, bereksperimen, dan
menyimpulkan data yang telah ada. Salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan adalah
laboratorium.
Laboratorium merupakan salah satu infrastruktur di sekolah dan Perguruan Tinggi yang
mendukung kegiatan belajar mengajar dan perkuliahan, seperti bidang ilmu bahasa dan ilmu
pengetahuan alam (fisika, biologi, dan kimia) di sekolah dan dalam bidang sains di Perguruan
Tinggi. Dengan adanya laboratorium kita bisa melakukan pembuktian antara teori yang
didapatkan dengan realita yang sebenarnya.
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalam proses belajar mengajar,
sebagai tempat belajar atau sebagai sumber belajar, laboratorium harus mempunyai sifat yang
nyaman dan aman. Laboratorium yang bersifat nyaman artinya selalu kebutuhan atau keperluan
untuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat yang semestinya atau mudah di akses bila
digunakan. Sedangkan laboratorium yang bersifat aman artinya segala penyimpanan material
berbahaya dan kegiatan berbahaya telah dipersiapkan keamanannya.
Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih, dengan
staf profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh
adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-hari.
Pengelolaan laboratorium akan berjalan dengan lebih efektif bilamana dalam struktur
organisasi laboratorium didukung oleh Board of Management yang berfungsi sebagai pengarah
dan penasehat. Board of Management terdiri atas para senior/profesor yang mempunyai
kompetensi dengan kegiatan laboratorium yang bersangkutan.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Keamanan laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya
keselamatan dalam melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium dengan tujuan
melindungi pekerja/praktikan dan orang disekitarnya dari resiko terkena
gangguan kesehatan yang ditimbulkan laboratorium.
Dalam dunia pendidikan tentunya tidak hanya mengajarkan mengenai teori saja, tetapi
peserta didik tentunya juga dibekali dengan praktik dari teori-teori yang telah diajarkan.
Khususnya dalam pendidikan menengah kejuruan yang mengutamakan praktik bagi peserta
didiknya agar peserta didik memiliki keterampilan sehingga siap untuk memasuki dunia industri
setelah menyelesaikan studinya.
Dalam pelaksanaan praktik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tentunya didukung
dengan adanya bengkel/laboratorium sebagai sarana belajar dan mengasah keterampilan.
Pembuatan bengkel memiliki standar tersendiri yang telah ditentukan oleh permendiknas nomor
40 tahun 2008. Sudah seharusnya diberlakukan pada seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
agar selalu bekerja sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedur).
Bengkel merupakan bagian dari sarana pendidikan, menjadi suatu yang sangat penting
terutama bagi sekolah yang berkaitan dengan bidang eksaka. Pengelolaan bengkel pendidikan
kejuruan merupakan petunjuk praktis bagi para pendidik di sekolah-sekolah kejuruan. Para
pendidik harus mengerti bagaimana tata cara dalam memanajemen bengkel dengan baik dan
benar. Dalam manajemen terdapat beberapa proses yaitu mulai dari perencanaan bengkel,
pengorganisasian bengkel, penggerakan bengkel, serta pengawasan.

Dalam rangka meningkatkan serta mendukung proses belajar mengajar yang lebih efektif
dan efesien berbagai usaha dilakukan oleh guru dan para pengelola pendidikan demi tercapainya
tujuan pendidikan di sekolah serta peningkatan kualitas dan hasil belajar siswa. Untuk
menemukan informasi-informasi yang ada di lingkungan sekitar maka setiap manusia akan
melalui tahap belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Salah satu bagian dari
layanan yang memberikan informasi adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah dapat
dijadikan sebagai bagian dari layanan dalam memenuhi minat baca siswa serta sebagai sumber
belajar bagi siswa dengan menyediakan bahan-bahan bacaan atau koleksi bahan pustaka serta
informasi lainnya teruama yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Perpustakaan bukan merupakan hal baru di kalangan masyarakat karena dimana-mana
telah disediakan segala jenis perpustakaan seperti di sekolah-sekolah, baik di sekolah umum
maupun sekolah kejuruan, baik sekolah dasar mauoun sekolah menengah, bahkan saat ini telah
digalakkan perpustakaan umum di tingkat kabupaten sampai dengan tingkat desa yang
memungkinkan siapa saja untuk mengunjunginya serta mencari informasi yang diperlukan.
Dengan adanya perpustakaan maka disediakan berbagai bahan pustaka yang secara individual
dapat dilihat oleh peminatnya masing- masing. Tersedianya beraneka bahan pustaka
memungkinkan tiap orang memilih apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya.
Keberadaan perpustakaan khususnya di lembaga pendidikan seperti sekolah akan sangat
dibutuhkan karena memudahkan siswa mencari referensi dari setiap materi kurikulum yang
diajarkan oleh guru untuk lebih memperluas wawasan pelajaran yang didapatkannya di sekolah.
Selain itu, dengan adanya perpustakaan, siswa akan lebih mudah mengumpulkan informasi-
informasi dari berbagai macam disiplin ilmu yang ada.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam makalah ini akan diuraikan beberapa hal yang
berkenaan dengan pengelolaan laboratorium dan keamanan dalam laboratorium, pengelolaan
bengkel sekolah, serta pengelolaan perpustakaan sekolah.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Laboratorium serta Fungsi dan Manfaat Laboratorium?
2. Bagaimana cara mengelola Laboratorium?
3. Bagaimanakah Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium ?
4. Bagaimanakah membentuk Budaya Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium?
5. Apa yang dimaksud dengan bengkel/laboratorium?
6. Bagaimana pengorganisasian sarana dan prasarana bengkel praktik?
7. Bagaimana pengawasan dan perawatan sarana dan prasarana praktik?
8. Apa pengertian perpustakaan?
9. Apa saja jenis-jenis perpustakaan?
10. Apa fungsi perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar?
11. Apa tujuan diadakannya perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar?
12. Bagaimana pengelolaan perpustakaan sebagai sumber belajar?
13. Bagaimana strategi pengembangan perpustakaan sekolah?
14. Bagaimana perpustakaan sekolah yang ideal yang berfungsi sebagai sumber belajar yang
memadai bagi siswa?

C. Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian Laboratorium serta Fungsi dan Manfaat Laboratorium


2. Untuk mengetahui cara mengelola Laboratorium
3. Mengetahui Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium.
4. Mengetahui cara membentuk budaya Keselamatan dan Keamanan Kerja di
Laboratorium.
5. Untuk mengetahui pengertian bengkel/laboratorium
6. Untuk mengetahui bagaimana pengorganisasian sarana dan prasarana bengkel praktik
7. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan dan perawatan sarana dan prasarana praktik
8. Untuk mengetahui pengertian dari perpustakaan
9. Untuk mengetahui jenis-jenis perpustakaan
10. Untuk mengetahui fungsi perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar
11. Untuk mengetahui tujuan diadakannya perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar.
12. Untuk mengetahui cara pengelolaan perpustakaan sekolah yang berfungsi sebagai sumber
belajar.
13. Untuk mengetahui strategi pengembangan perpustakaan sekolah.
14. Untuk mengetahui kriteria perpustakaan sekolah yang ideal yang berfungsi sebagai
sumber belajar yang memadai bagi siswa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Fungsi dan Manfaat Laboratorium
a. Pengertian Laboratorium
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran
ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim,
2007).
Sementara menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat
untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan
ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain.
Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana
dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan
suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.
Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk
melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika,
biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup,
kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.
b. Fungsi Laboratorium
Fungsi laboratorium yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode
pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah
dalam proses belajar mengajar.
Menurut Soejitno (1983) secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga
antara teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah. Keduanya
saling kaji- mengkaji dan saling mencari dasar.
b. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/siswa.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah
dari sesuatu obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan social.
d. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran.
e. Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/siswa sebagai modal sikap ilmiah
seorang calon ilmuwan.
c. Manfaat Laboratorium
Dalam proses belajar mengajar kegiatan laboratorium atau praktikum juga
memiliki peran penting yang bermanfaat dalam mencapai 3 tujuan pembelajaran, antara
lain:
1. Keterampilan kognitif, misalnya:
 Melatih agar teori dapat dimengerti.
 Agar teori dapat diterapkan pada keadaan problem nyata.
2. Keterampilan afektif, misalnya:
 Belajar bekerja sama.
 Belajar menghargai bidangnya.
 Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri.
3. Keterampilan psikomotorik, misalnya:
 Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan.
 Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu.

B. Pengelolaan Laboratorium
a. Pengertian, Kedudukan dan Fungsi
Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal
dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya.
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas
laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan
aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.
Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik
pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki
kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan
keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar
laboratorium selalu tetap berfungsi
sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk
selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium
dan penangannya bila terjadi kecelakaan.
b. Penanganan dan Penataan Laboratorium
1. Penanganan Laboratorium
Penanganan laboratorium secara umum adalah sebagai berikut:
 Mencampur zat-zat kimia
Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui sipat reaksinya. Jika tidak tahu
tanyakan pada orang yang mengetahuinya.
 Zat-zat baru atau kurang diketahui
Berkonsultasilah bagi keamanan laboratorium sebelum menggunakan zat-zat
kimia baru atau yang kurang diketahui. Harus dicheck secara teratur semua zat-
zat kimia yang digunakan, karena mungkin menimbulkan resiko.
 Membuang material-material yang berbahaya
Sebelum membuang material-material yang berbahaya harus diketahui resiko
yang mungkin terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara membuangnya tidak
menimbulkan bahaya. Jika tidak tahu tanyakan pada orang yang mengetahuinya.
Demikian juga terhadap air buangan dari Laboratorium. Apakah ada bak
penampung khusus atau dibuang begitu saja. Sebaiknya harus ada bak
penampung khusus, karena disitu telah banyak tercemar dengan bahan-bahan
kimia yang berbahaya. Bak ini juga harus ditreatment, agar dapat dinetralisasi.
 Tumpahan
Tumpahan asam diencerkan dahulu dengan air dan dinetralkan dengan CaC03
atau soda ash, dan untuk basa dengan air dan dinetraliser dengan asam encer.
Setelahnya dipel, dan pastikan kain-kain yang digunakan bebas dari asam atau
alkali. Tumbahan minyak, harus ditaburi dengan pasir, kemudian disapu dan
dimasukkan dalam tong yang terbuat dari logam dan ditutup rapat.
2. Penataan Laboratorium
Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan
peralatan di laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi
persyaratan untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung
makna yang sangat luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu laboratorium yang
layak operasi diperlukan penempatan perlatan yang tersusun yang rapi berdasar
kepada proses dan langkah-langkah penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang
diharapkan, begitu pula dengan daerah kerja harus memiliki luas yang
memungkinkan pengguna/pekerja/operator dapat bergerak bebas, aman dan
nyaman, di samping lalu lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke tempat
kerja dengan mudah dan lancar.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan
perabotan laboratorium adalah:
1. mudah dilihat
2. mudah dijangkau
3. aman untuk alat
4. aman untuk pemakai

c. Administrasi Laboratorium
Administrasi merupakan suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan
aktifitas laboratorium, supaya semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat
terorganisir dengan sistematis. Komponen laboratorium yang perlu dilakukan
administrasi meliputi:
1. Bangunan/Ruangan laboratorium
2. Fasilitas umum laboratorium
3. Peralatan dan bahan
4. Ketenagaan laboratorium
5. Kegiatan laboratorium

Adapun administrasi alat praktek IPA menurut sukarso (2005), terdiri dari
beberapa bagian antara lain :
1. Kartu stok adalah untuk mengetahui jumlah alat/bahan yang tersedia di
laboratorium dan tempat penyimpanannya
2. Buku inventaris, memuat catatan tentang jumlah semua macam barang yang
ada di laboratorium termasuk perabot laboratorium
3. Daftar alat/bahan sesuai LKS
4. Buku harian kegiatan laboratorium berguna untuk merekam semua kejadian
dalam kegiatan laboratorium
5. Label, memuat kode alat, nama alat dan jumlah alat dan keterangan
mengenai kondisi alat tersebut
6. Format permintaan alat/bahan, biasanya diisi oleh guru bila akan melaksanakan
kegiatan laboratorium dan diberikan kepada laboran sebelum kegiatan dilakukan
7. Jadwal kegiatan laboratorium.

d. Struktur Organisasi Laboratorium


Di Sekolah Menengah, pengelola laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala
Sekolah. Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi
laboratorium. Tugas teknisi laboratorium membantu penyiapan bahan-bahan / alat-alat
praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan
bahan.
Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Struktur organisasi laboratorium IPA SMA
1. Kepala Sekolah
a. Memberi tugas kepada penangung jawab laboratorium IPA, penanggung
jawab mata pelajaran (fisika, kimia, dan biologi), dan laboran.
b. Memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada petugas-
petugas laboratorium IPA.
c. Memberikan motivasi kepada guru-guru IPA dalam hal kegiatan laboratorium
IPA.
d. Menyediakan dana keperluan operasional laboratorium.
2. Wakasek Kurikulum
Membantu tugas kepala sekolah terkait kegiatan pembelajaran/praktikum di
laboratorium.
3. Wakasek Sarana dan Prasarana
Membantu tugas kepala sekolah dalam pengadaan dan pengelolaan sarana dan
prasarana laboratorium.
4. Penanggung Jawab Laboratorium
a. Mengkoordinir tenaga laboratorium dibawahnya (koordinator laboratorium dan
guru-guru IPA) dalam penggunaan laboratorium.
b. Mengusulkan dana untuk pengadaan alat dan bahan praktikum.
c. Mengatur penjadwalan penggunaan laboratorium.
d. Bertanggung jawab atas kelancaran semua kegiatan laboratorium.
e. Bertanggung jawab atas penyelidikan, pemeliharaan dan optimalisasi
laboratorium.
f. Menyusun tata tertib laboratorium, program kerja laboratorium, dan
jadwal pelaksanaan kegiatan praktikum.
g. Mengusulkan peningkatan sumber daya manusia di laboratorium pada kepala
sekolah.
5. Teknisi Laboratorium
a. Membantu tugas-tugas penangung jawab laboratorium.
b. Mengecek kelengkapan dan fungsi alat dan bahan lab serta mengawasi
pengelolaan laboratorium.
c. Bertanggung jawab atas perbaikan alat-alat yang rusak atau tidak berfungsi.
d. Melatih guru-guru IPA tentang alat-alat yang belum diketahui penggunaannya
oleh guru-guru tersebut.
e. Membantu penyiapan bahan-bahan atau alat-alat praktikum, pengecekan secara
periodik, kalibrasi serta pemeliharan alat dan bahan.
6. Koordinator Laboratorium
a.Mengkoordinir guru mata pelajaran (fisika, kimia, biologi) dalam penggunaan
laboratorium.
b.Mengusulkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk pengadaan
alat/bahan praktikum.
c.Bertanggung jawab tentang kebersihan, penyimpanan, perawatan, dan
perbaikan alat.
d.Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium.
e. Inventarisasi dan pengadministrasian peminjaman alat-alat laboratorium.
f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiaan laboratorium.
7. Guru Mata Pelajaran
a. Merencanakan dan mengatur pelaksanaan praktikum secara teratur
sesuai bidangnya (fisika, kimia atau biologi).
b. Membimbing kegiatan praktikum.
c. Memantau dan mengevaluasi kegiatan praktikum

Struktur Organisasi Laboratorium Ipa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Kepala

Wakasek Wakasek
Kurikum Sarana & Prasarana

Teknisi

Penanggung Jawab Laboratorium

Koordinator Koordinator Koordinator


Lab. Biologi Lab. Fisika Lab. Kimia

Guru Biologi Guru Fisika Guru Kimia

Laboran Laboran Laboran

Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
e. Standar Design Laboratorium
Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan
laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada
seorang arsitektur bangunan. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-
faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.
Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin
yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak berdekatan atau dibangun
pada lokasi sumber air. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan
lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan
memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus
dapat menjangkau bangunan laboratorium. Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan
pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sain umumnya terdiri
dari ruang utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang utama adalah ruangan tempat para
siswa atau mahasiswa melakukan praktikum. Ruang pelengkap umumnya terdiri dari
ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan
alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai praktikum atau percobaan baik untuk siswa
maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk
menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang
penggunaannya tidak setiap saat (jarang). Selain ruangan-ruangan tersebut, mungkin juga
sebuah laboratorium memiliki ruang gelap (dark room), ruangan spesimen, ruangan
khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruang adminitrasi / staf . Hal ini
didasarkan atas pertimbangan keamanan berbagai peralatan laboratorium dan kenyamanan
para pengguna laboratorium. Penyimpanan alat-alat di dalam gudang tidak boleh
disatukan dengan bahan kimia. Demikian pula penyimpanan alat-alat gelas tidak boleh
disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari logam.
Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang persiapan dan ruang
penyimpanan. Contoh apabila luas lantai untuk sebuah bangunan laboratorium 100m2, 70
– 80 m2 diguanakan untuk ruang utama tempat praktikum. Ruang penyimpanan harus
dapat ditempati lemari yang akan digunakan untuk menyimpan alat-alat atau bahan
Demikian juga ruang persiapan, harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk
keperluan penyiapan bahan-bahan atau alat-alat untuk percobaan. Contoh tata letak
ruangan-ruangan laboratorium beserta ukurannya dapat dilihat pada gambar berikut:

Contoh Design Standar Laboratorium

C. Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium


Sebagian besar bahan kimia yang saat ini dihasilkan dan digunakan adalah bahan
yang bermanfaat, tetapi sebagian juga berpotensi merusak kesehatan manusia,
lingkungan, dan sikap masyarakat terhadap perusahaan kimia. Lembaga harus
menyadari potensi penyalahgunaan secara tidak sengaja dan sengaja seperti terorisme
atau perdagangan obatobatan ilegal. Laboratorium menghadapi sejumlah ancaman,
termasuk pencurian informasi sensitif, peralatan bernilai tinggi, dan bahan kimia dengan
“penggunaan ganda” yang mungkin digunakan sebagai senjata. Penyelamatan dan
pengamanan bahan kimia bisa mengurangi risiko-risiko ini. Budaya baru yang berisi
kesadaran keselamatan dan keamanan, akuntabilitas, penataan, dan pendidikan telah
berkembang di seluruh dunia di laboratorium milik industri kimia, pemerintah, dan
lembaga pendidikan. Laboratorium telah mengembangkan prosedur dan peralatan
khusus untuk menangani dan mengelola bahan kimia secara selamat dan aman.
Pengembangan “budaya keselamatan dan keamanan” menghasilkan laboratorium yang
aman dan sehat bagi lingkungan tempat kita mengajar, belajar, dan bekerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu aspek penting yang harus
diperhatikan oleh seluruh personel yang bekerja di laboratorium, baik sebagai pengelola,
penguji, laboran, petugas gudang reagen/media, maupun petugas kebersihan. Bekerja di
laboratorium dengan nyaman dan aman akan mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja.
Untuk itu kita sedapat mungkin harus menghindari terjadinya kecelakaan kerja, karena
kecelakaan kerja di laboratorium dapat menimbulkan kerugian materi dan korban
manusia. Kecelakaan kerja di laboratorium memang bukanlah kejadian yang disengaja,
tetapi terjadi akibat kelalaian diri sendiri dan orang lain. Artinya, semua pihak sangat
berperan dalam menerapkan budaya keselamatan kerja.
D. Budaya Keselamatan dan Keamanan Kerja Laboratorium
Terbentuknya budaya keselamatan dan keamanan bergantung pada pemahaman
bahwa kesejahteraan dan keamanan tiap orang tergantung pada kerjasama tim dan
tanggung jawab masing-masing anggota. Budaya keselamatan dan keamanan harus
dimiliki setiap orang, tidak hanya harapan dari luar yang didorong oleh peraturan
lembaga. Laboratorium akademik dan pengajaran memiliki tanggung jawab unik untuk
menanamkan sikap kesadaran keselamatan dan keamanan dan praktik laboratorium
yang bijak sepanjang hayat. Praktik yang aman harus dijadikan prioritas utama
pengajaran di laboratorium akademik. Memupuk kebiasaan dasar berperilaku bijak
adalah komponen yang sangat penting dari pendidikan kimia di setiap level dan tetap
penting sepanjang karier kimiawan. Dengan mempromosikan keselamatan selama
bertahun-tahun mengajar di tingkat sarjana dan pasca sarjana, staf pengajar tidak hanya
memberi pengaruh pada siswa, tetapi juga setiap orang yang akan bekerja di lingkungan
yang sama di masa mendatang. Program keselamatan dan keamanan yang sukses
memerlukan komitmen dari semua orang yang bekerja di lembaga setiap hari. Semua
orang di semua tingkat harus memahami pentingnya meniadakan risiko di laboratorium
dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan ini. Pimpinan lembaga memiliki kekuatan
dan kewenangan terbesar, sehingga paling bertanggung jawab untuk mengembangkan
budaya keselamatan dan keamanan.
Keselamatan dan keamanan laboratorium mensyaratkan adanya peraturan dan
program wajib, komitmen terhadap keduanya, dan adanya konsekuensi jika aturan-
aturan dan harapan itu tidak dipenuhi. Lembaga memerlukan struktur administrasi dan
dukungan yang terbangun kokoh yang tidak hanya berasal dari laboratorium, tetapi juga
lembaga itu sendiri. Tanggung jawab keselamatan dan keamanan sepenuhnya
bergantung pada kepala lembaga dan satuan pelaksananya. Pegawai lain yang
bertanggung jawab memelihara lingkungan laboratorium yang selamat dan aman antara
lain:
1. Kantor Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan
Kantor ini mestinya dijalankan oleh staf pakar bidang keamanan kimia, teknik,
kedokteran kerja, pengamanan kebakaran, toksikologi, atau bidang lain. Kantor
kesehatan, keselamatan dan lingkungan ini paling efektif jika saling bermitra dengan
semua kepala atau direktur departemen, kepala investigator atau manajer, dan pegawai
laboratorium. Kantor ini seharusnya membantu merancang program keselamatan dan
keamanan yang memberikan panduan teknis dan dukungan pelatihan yang sesuai
dengan kerja laboratorium, yang mudah dilaksanakan, dan sesuai dengan undang-
undang serta standar dasar keselamatan dan keamanan.
2. Petugas Keselamatan dan Keamanan Kimia (CSSO)
CSSO menetapkan upaya bersama untuk manajemen keselamatan dan keamanan
dan memberikan panduan kepada semua orang di semua tingkat pada lembaga. CSSO harus
dibekali pengetahuan, tanggung jawab, dan kewenangan untuk mengembangkan dan
menegakkan sistem manajemen keselamatan dan keamanan yang efektif.
3. Manajer, Supervisor, dan Asisten Praktikum
Selain CSSO, tanggungjawab langsung manajemen program keselamatan
laboratorium biasanya berada pada manajer laboratorium. Dalam praktikum, instruktur
laboratorium bertanggung jawab secara langsung atas segala tindakan yang dilakukan
para siswanya. Instruktur harus mendorong budaya keselamatan dan keamanan dan
mengajarkan kemampuan yang diperlukan oleh siswa dan pegawai lain tentang cara
menangani bahan kimia dengan aman.
4. Siswa dan Staff Laboratorium
Meskipun mereka dipandu oleh pimpinan lembaga, siswa dan pegawai
laboratorium lainnya bertanggung jawab secara langsung untuk bekerja dengan aman
dan menjaga bahan kimia yang mereka gunakan. Semua orang yang bekerja di
laboratorium, siswa atau pegawai, harus mematuhi semua protokol keselamatan dan
keamanan untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain.
E. PENGERTIAN DAN FUNGSI BENGKEL/LABORATORIUM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan bengkel
adalah suatu tempat untuk orang bekerja, dan atau tempat untuk berlatih, sedangkan
laboratorium adalah suatu tempat atau kamar tertentu yang dilengkapi dengan peralatan
untuk mengadakan suatu percobaan atau penyelidikan.
Sedangkan menurut konsorsium ilmu pendidikan (dalam Yoto 1999) menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan laboratorium adalah sarana, prasarana dan mekanisme
kerja yang :
1. Menunjang secara unik melalui pengalaman dalam membentuk keterampilan,
pemahaman, dan wawasan dalam pendidikan dan pengajaran serta dalam
pengembangan ilmu dan teknologi
2. Faktor-faktor serta aspek-aspeknya pada dasarnya dapat dikendalikan oleh
pengajar.
Laboratorium tidak berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk
percobaan ilmiah misalnya dalam bidang science: biologi, kimia, fisika dan sebagainya,
melainkan juga termasuk aktifitas ilmiahnya sendiri, baik berupa eksperimen, riset,
observasi, demonstrasi yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari segi
kerjanya laboratorium merupakan tempat dimana dilakukan kegiatan untuk menghasilkan
sesuatu.
Dilihat dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian antara
bengkel dan laboratorium jika dilihat dari segi aktifitas yang dilakukan oleh guru dan
siswa memiliki makna yang sama.
Secara umum, fungsi laboratorium menurut Yoto(1999:23) antara lain:
1. Memberi kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara
teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah melainkan dua sisi dari
satu mata uang.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa
3. Menambah keterampilan dalam mempergunakan alat media yang tersedia untuk
mencari dan menemukan kebenaran
4. Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan yang
diperolah, penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja laboratorium
5. Membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional
Menurut Sumaryono (dalam Yoto, 1999) penggunaan bengkel antara lain adalah sebagai
berikut (1) Perawatan dan perbaikan (2) Pelatihan (3)Proses produksi (4) Penelitian
F. PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PRAKTIK
1. Pengorganisasian Peralatan/Mesin-mesin
a. Tata Letak (Layout) Peralatan/Mesin-mesin
Menurut Oetomo dan Taddjo (dalam Yoto, 1999) perencanaan tata letak adalah
merupakan suatu perencanaan lantai, guna menentukan serta menyusun alat dan
peralatan yang diperlukan. Perencanaan tata letak erat sekali hubungannya dengan
bahan, alat dan perlengkapan yang terdapat dalam bengkel.
Setelah jenis dan jumlah peralatan/mesin ditentukan, dan agar proses kegiatan
belajar/berlatih didalam bengkel dengan menggunakan peralatan/mesin-mesin tersebut
lancar, maka letak peralatan/mesin-mesin serta pembagian ruangan didalam bengkel
harus diatur sebaik-baiknya. Untuk pengaturan peralatan/mesin-mesin yang digunakan
didalam bengkel menurut Sumaryono (dalam Yoto, 1999) ada dua pedoman yang
dapat dipergunakan yaitu:
1) Tata letak berdasarkan fungsi (fungsional layout)
Perencanaan tata letak berdasarkan fungsi, peralatan/mesin-mesin yang
sejenis dikelompokkan dalam satu ruangan/bagian yang sama. Dengan demikian
maka pada bengkel mesin produksi akan ada beberapa unit bengkel berdasarkan
jenis mesinnya, misalkan unit bubut, unit frais, unit gerinda, unit pemotongan, dsb.
2) Tata letak berdasarkan produk (product layout)
Perencanaan tata letak berdasarkan produk, peralatan/mesin-mesin di dalam
bengkel dikelompokkan menurut kebutuhan untuk menghasilkan suatu jenis
produk. Misalnya suatu produk dibuat melalui tahapan pengerjaan dibubut, dibor,
dan kemudian dikerjakan dengan mesin gerinda, maka ketiga jenis mesin tersebut
dikelompokkan atau berada dalam satu ruangan.
b. Tujuan Perencanaan Tata Letak Peralatan/Mesin-mesin
Tujuan pembuatan tata letak peralatan/mesin-mesin menurut Sumaryono (dalam
Yoto, 1999) adalah:
1) Menciptakan ruang gerak yang aman di sekeliling suatu peralatan/mesin sehingga
mencegah resiko kecelakaan kerja
2) Mempermudah melakukan perawatan dan perbaikan peralatan/mesin
3) Menciptakan kenyamanan kerja karena keteraturan bengkel
4) Memanfaatkan ruang bengkel agar secara lebih efisien
5) Melaksanakan mengawasan bengkel lebih mudah
6) Mempercepat proses produksi (bagi bengkel produksi) karena aliran kerja yang
baik
Perencanaan tata letak memegang peranan penting didalam perencanaan
bengkel, sebab apabila tata letak kurang tepat, maka dapat mengganggu siswa sewaktu
bekerja serta keamanan selama bekerja kurang terjamin. Oleh karena itu suatu tata
letak yang baik akan dapat menciptakan sistem kerja yang baik serta cara kerja yang
terjamin.
c. Tipe dan Penyimpanan Peralatan
Peralatan praktek permesinan menurut Oetomo dan Tadjo (dalam Yoto, 1999)
dapat digolongkan atas alat tangan, alat ukur, dan alat-alat berat, seperti dongkrak,
mesin bor, mesin bubut, mesin skrap, dan lain sebagainya. Untuk menyimpan
peralatan di dalam bengkel ada beberapa syarat yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1) Aman dari pengaruh unsur kimia
2) Aman terhadap orang yang melayaninya
3) Mudah dilihat dan dikontrol
4) Mudah diambil bila akan digunakan
5) Tidak menghalangi orang bekerja
6) Rapi bila dilihat
Sedangkan untuk tipe penyimpanan alat menurut Oetomo dan Tadjo (dalam
Yoto, 1999) pada dasarnya diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: (1) tipe
penyimpanan tertutup, seperti misalnya gudang, lemari penyimpanan alat dan bangku
kerja (2) sistem penyimpanan terbuka, seperti misalnya penyimpanan alat pada panel
atau papan yang dasarnya diberi damber sesuai dengan alat yang dipasang.
Menurut Yoto (1999:36) keuntungan penyimpanan alat secara terbuka adalah
alat-alat mudah dikontrol kalau ada yang hilang, menghemat waktu dalam segi
pengambilan dan pengembalian sehingga efisiensi kerja meningkat, menghemat
biaya/tempat ditinjau dari segi pemakaian bahan karena dinding yang kosong dapat
dimanfaatkan untuk memasang panel alat secara permanen, dan dapat meningkatkan
suasana keindahan. Sedangkan kerugian alat secara terbuka adalah faktor
keamanannya tidak dapat dijamin.
2. Pengorganisasian Ruangan
a. Susunan Ruang Bengkel
Storm (dalam Yoto,1999) menjelaskan bahwa dalam merencanakan fasilitas
untuk pendidikan kerja, pertimbangan utamanya adalah menyediakan tempat yang
cukup untuk kelompok, individu, dan pengajaran bengkel. Kecukupan tempat pada
tempat kerja di bengkel merupakan unsur penting untuk kondisi kerja yang diinginkan.
Jika tempat kerja memerlukan pengoperasian perlengkapan besar yang tak dapat
bergerak, perlu adanya ruang tambahan yang berjajar untuk perawatan perlengkapan.
Tempat tambahan juga diperlukan untuk operasi-operasi khusus dan tempat
penyimpanan perlengkapan(gudang).
Robert (dalam Yoto, 1999) menjelaskan bahwa kondisi-kondisi dalam
pendidikan kejuruan harus dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang ada pada dunia
kerja/industri. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah menyangkut penataan dalam
bengkel kerja dan bentuk praktik yang dilaksanakan oleh sekolah kejuruan. Oleh
karena itu, untuk menunjang kelancaran kegiatan praktik di bengkel, maka di dalam
bengkel menurut Storm(dalam Yoto,1999) minimal harus tersedia ruangan-ruangan
antara lain: (1) Ruang kepala bengkel (2) Ruang guru instruktur (3) Ruang laboran
(4)Ruang kerja/proses (5) Ruang perlengkapan/penyimpanan alat (6) Ruang
penyimpanan bahan (material) (7) Ruang PPPK (8) Ruang administrasi.
Pada suatu SMK selain bangunan bengkel, maka terdapat pula bangunan-
bangunan yang lain. Tata letak bangunan sekeliling menurut Rizal (dalam Yoto,1999)
dapat diatur sebagai berikut:
1) Ruang belajar ditempatkan dibagian paling tenang jauh dari segala sumber
kebisingan
2) Ruang bengkel ditempatkan jauh dari ruang teori
3) Ruang administrasi sekolah harus dapat dicapai dengan mudah tanpa sesuatu yang
mengganggu kebisingan sekolah
4) Antara ruang satu dengan ruang lainnya dapat terjadi komunikasi dengan lancar
5) Pengelompokan ruang secara fungsional
6) Orientasi ruang sesuai dengan fungsinya
7) Letak dan jarak peraltan/mesin antara satu dengan yang lainnya harus
diperhitungkan, sehingga terjadi aliran bahan baku dan barang/hasil lebih efektif
dan efisien.
b. Penerangan Ruangan
Penerangan atau pencahayaan pada bengkel merupakan kebutuhan yang utama
untuk kelancaran dan keamanan dalam bekerja. Menurut Yoto (1999:41) sumber
penerangan dalam ruangan ada dua macam, yaitu penerangan dengan cahaya alam
(matahari), dan penerangan dengan cahaya buatan (listrik). Penerangan yang baik akan
dapat mengurangi ketegangan otot mata, memudahkan penglihatan dan mengusahakan
kebersihan, meningkatkan semangat dan gairah kerja, dan mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja.
c. Ventilasi, Suhu dan Kelembaban Udara
Yoto (1999:45) menjelaskan bahwa suhu dan kelembaban tinggi adalah musuh
utama ketahanan kerja manusia. Kekurangan udara segar akan segera menyebabkan
lemas dan kelembaban yang tinggi akan menghalangi kelancaran pelepasan suhu dari
permukaan kulit sehingga tubuh merasa sangat tidak nyaman. Ketidaknyamanan udara
akan menyebabkan lesu sehingga produktivitas kerja menurun demikian pula
kewaspadaannya. Oleh karena itu, dalam merancang sistem ventilasi atau penghawaan
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu (1) jumlah manusia per unit volume
ruang (2) jenis kegiatan dan tingkat gerak (3) kinerja mesin (4) suhu dilokasi
bengkel/industri (5) kualitas udara di lingkungan sekitar bengkel/industri (6)
persyaratan suhu kerja proses.
Menurut Yoto (1999:45) peranan ventilasi dalam suatu bangunan adalah sebagai
sirkulator udara dalam suatu ruangan bila penempatannya menurut ketentuan yang
benar, membantu penerangan dalam suatu ruangan. Dengan pemasangan ventilasi
yang baik akan menghasilkan jumlah dan kualitas udara yang segar keseluruh ruangan
yang dapat berfungsi mengurangi dan membebaskan udara dari gangguan bau maupun
udara yang beracun. Udara yang tidak baik dalam suatu ruangan dapat menyebabkan
gangguan terhadap paru-paru, darah, kulit, mata, selaput lendir, dan lain-lain.
d. Pengaturan Warna
Yoto (1999:50) menjelaskan bahwa penggunaan warna tertentu dapat mengubah
penampakan ruangan. Warna terang menyebabkan obyek atau ruangan tampak besar,
warna gelap menyebabkan obyek atau ruangan tampak kecil. Warna-warna panas
mempengaruhi emosi manusia, sedangkan warna dingin mengendalikan emosi
seseorang. Penataan yang berimbang warna-warna laboratorium dapat meningkatkan
keuntungan untuk tujuan belajar.
Robert B.Lytle (dalam Yoto,1999:50) berpendapat bahwa penggunaan prinsip-
prinsip warna merupakan hal yang penting untuk situasi belajar, warna menunjukkan
identitas, intensitas menunjukkan jangkauan pandang, variasi memperkecil monotoni,
dan penggunaan warna mempengaruhi perhatian.
Penggunaan warna pada tempat kerja/bengkel menurut Rizal (dalam
Yoto,1999:50-51), yaitu (1) warna hijau berarti aman digunakan pada alat-alat PPPK
(2) warna kuning berarti hati-hati digunakan pada tempat/bagian yang membahayakan
(3) warna oranye digunakan pada bagian-bagian perlengkapan berbahaya yang dapat
mematahkan, menghancurkan, mengejutkan dan melukai, seperti: aliranlistrik yang
berbahaya, bagian mesin yang berputar, bagian dalam kotak sekring, dan sebagainya
(4) warna merah digunakan untuk tanda letak peralatan pemadam kebakaran, pintu
masuk darurat, saklar listrik untuk menghidupkan dan mematikan (5) warna biru
berarti “perhatian terhadap”: mesin yang bergerak berlawanan, mesin yang sedang
diperbaikai, jalan antara mesin-mesin/peralatan, jalan tikungan, tempat mencuci
peralatan, dan sekitar tempat sampah (6) warna hitam, putih atau kombinasi hitam
putih berarti tanda-tanda lalu lintas dan tanda-tanda (urusan) rumah tangga (7) warna
putih untuk langit langit.
e. Kebisingan
Rizal (dalam Yoto, 1999:51) memberikan ketentuan-ketentuan untuk
mengurangi kebisingan antara lain (1) menempatkan tempat duduk siswa paling
belakang dekat dengan dinding penyekat lebih besar 2m (2) mengurangi
kegaduhan/kebisingan dengan jalan:membuka dinding cukup lebar, mengatur letak
antara mesin agar terhindar terjadinya frekuensi amplitudo tinggi (3) menempatkan
ruang belajar lebih dari: 60m dengan jalan raya, 23m dengan tempat bermain anak,
dan 300m dengan bengkel mesin.
Menurut Yoto (1999:52) penanganan bunyi sebaiknya dimulai dari sumbernya.
Sehingga, apabila sebuah mesin mengeluarkan bunyi bising sedapat mungkin diberi
pelindung atau peredam bunyi. Penanganan peredam bunyi cukup sulit, karena bunyi
dapat merambat melalui struktur bangunan dan mneggetarkan elemen lain dan
kemudian elemen ini menjadi sumber bunyi sekunder. Dengan demikian layout ruang
harus dikelompokkan secara jelas area bising dan area yang tenang.
3. Pengorganisasian Bahan Praktik (Material)
a. Penyimpanan Bahan Praktek
Hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan penyimpanan material adalah
adanya inventarisasi bahan dalam bentuk himpunan catatan data material. Yoto
(1999:55) menjelaskan bahwa inventarisasi disusun dengan tujuan untuk menertibkan
administrasi material, memperoleh data untuk menghitung kekayaan sekolah, dan
mempermudah pengendalian dan pengawasan. Selain itu, inventarisasi juga
bermanfaat untuk mengetahui jumlah material yang ada, mengidentifikasi setiap jenis
material, mendeteksi keadaan material dalam setiap kurun waktu tertentu, dan
merencanakan besarnya biaya operasional.
b. Pengeluaran Bahan Praktek
Menurut Yoto (1999:56-58) pengeluaran bahan dari gudang harus selalu dicatat
dalam buku catatan pengeluaran barang. Pencatatan ini harus lengkap mengenai
spesifikasi bahan yang keluar, jumlah, hari, tanggal, digunakan untuk apa, siapa yang
menggunakan, dan sebagainya. Pencatatan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
berapa jumlah bahan yang keluar dalam satu semester atau dalam satu tahun, sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengadaan bahan dan penyusunan
anggaran pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu dengan mencatat barang/alat/bahan
yang keluar dapat dijadikan alat kontrol pada periode tertentu apabila diadakan
penegcekan pada barang/alat/bahan tersebut. Dengan demikian antara barang yang sisa
ditambah barang yang keluar harus sama dengan barang yang mula-mula disediakan.
G. PENGAWASAN DAN PERAWATAN SARANA DAN PRASARANA PRATIK
1. Maksud dan Tujuan dari Pengawasan dan Perawatan
Dalam Yoto (1999:59) menjelaskan bahwa guru pembimbing praktik/instruktur
harus senantiasa melakukan pengawasan dan bimbingan kepada siswa yang sedang
berlatih. Selain melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan siswa dalam
melaksanakan praktik, guru hendaknya sebagai manajer kelas dan sekaligus manajer
bengkel harus juga melaksanakan pengawasan terhadap penggunaan material yang
digunakan untuk praktik/latihan. Dalam hal ini, pengwasan tidak terbatas pada
pemantauan kerja mesin dan pemantauan kondisi bengkel atau sarana dan prasarana
yang lain, tetapi juga terkait dengan adanya perawatan dan perbaikan.
Menurut Sumaryono (dalam Yoto,1999:60) yang dimaksud dengan perawatan
adalah usaha sadar yang dilakukan terhadap mesin/peraltan agar selalu siap digunakan.
Perwatan dimaksudkan agar laju kerusakan dapat ditahan serta kerusakan fatal dapat
dihindari. Perawatan pada mesin dapat dilakukan setiap hari atau secara periodik.
Perawatan harian dapat ditangani oleh siswa dibawah koordinasi guru, meliputi
tindakan-tindakan: pembersihan mesin, pembersihan beram-beram/total, dan
pemberian oli/stempet pada bagian yang bergerak. Sedangkan perawatan periodik
dilaksanakan oleh pegawai perawatan dan perbaikan dengan tugas: pengecekan mesin
secara berkesinambungan, perbaikan kerusakan kecil, penggantian oli secara periodik,
dan perbaikan besar.
Sumantri (dalam Yoto, 1999:61 – 62) menjelaskan bahwa penggunaan sistem
perawatan pada dasarnya mempunyai tujuan, antara lain untuk merawat
peralatan/mesin sehingga peralatan/mesin akan selalu dalam kondisi optimal
produktifitasnya dan dapat dipercaya kualitas produksinya, mencegah hal-hal yang
tidak diharapkan seperti kerusakan yang tiba-tiba terhadap peralatan atau mesin pada
saat beroperasi, menaikkan produktifitas dengan melakukan beberapa perubahan guna
memperoleh efisiensi.
Jumlah peralatan/mesin-mesin yang ada dalam bengkel cukup banyak dan
bermacam-macam jenisnya, serta setiap peralatan mesin memerlukan waktu dan cara
perawatan yang berbeda, maka perlu dibuat jadwal perawatan. Dibuatnya jadwal
perawatan yang baik menurut Sumantri(dalam Yoto,1999:62) mempunyai maksud,
antara lain untuk menyebarkan/membagi beban perawatan sehingga beban perawatan
dapat merata sepanjang tahun, sesuai dengan skala prioritas, untuk meyakinkan bahwa
tidak ada fasilitas dan peralatan yang tidak dirawat, untuk meyakinkan bahwa tidak
ada fasilitas dan peralatan yang tidak dirawat, untuk meyakinkan bahwa seemua jenis
peralatan dan fasilitas pendukung produksi telah dilakukan perawatannya secara
periodik dengan frekuensi perawatan yang tertentu. Mengkoordinasikan pekerjaan
perwatan dengan bagian produksi, sehingga tidak akan terjadi kerusakan pada mesin
atau tidak ada peralatan yang tidak dapat digunakan untuk produksi, memberikan
gambaran mengenai seluruh pekerjaan perawatan yang dilakukan saat ini sampai masa
yang akan datang, agar dapat membuat formulasi pekerjaan perawatan
mingguan/perawatan rutin, mengatur waktu yang tersedia dengan bagian produksi
sehingga semua peralatan dapat dirawat tanpa mengurangi produktifitasnya, mengatur
atau memeriksa tersedianya tenaga perawatan dan suku cadang, membantu
perencanaan dimasa mendatang, permintaan suku cadang, kebutuhan tenaga yang
diperlukan, dan biaya perawatan.
2. Macam-macam Perawatan
a. Perawatan Terhadap Peralatan
Yoto (1999:64) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan kegiatan perawatan
dan atau perbaikan, memerlukan suatu keterampilan dan pengetahuan serta
pengalaman yang cukup tinggi. Sehingga dengan adanya bagian perawatan tersebut,
suatu bengkel diharapkan dapat dimanfaatkan seecara optimal tanpa gangguan
sehingga mencapai efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Dalam melaksanakan
perawatan dan atau perbaikan pada setiap peralatan mesin, maka perlu diadakan
pencatatan. Kartu perawatan (service) ini ditempel pada peraltan/mesin dan tertulis
data seperti:
Nama alat/mesin :
Tanggal pembelian :
Tanggal mulai dipakai :
Tanggal diservice :
Yang menservice :
Komponen yang diganti :
b. Perawatan Bangunan Bengkel
Selain perawatan pada peralatan, dilakukan juga perawatan pada bangunan
bengkel yang juga merupakan bagian yang sangat penting. Oleh sebab itu, perawatan
gedung juga harus diprogram sedemikian rupa sehingga tetap memenuhi syarat
kekuatan, kebersihan, dan keindahan. Yoto (1999:65) menjelaskan bahwa untuk
keperluan perawatan tersebut, maka perlu adanya penjadwalan yang jelas kapan
gedung tersebut harus dicat, atau diadakan rehabilitasi. Rehabilitasi disini dapat berupa
perbaikan pada ruang-ruang tertentu, ataupun rehabilitasi secara besar-besaran dalam
arti untuk perluasan atau perubahan bentuk bangunan.
H. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu elemen penting dan merupakan faktor
pendukung dari kesuksesan pendidikan. Melalui perpustakaan siswa dapat belajar secara
aktif dan mandiri guna mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dimilikinya. Perpustakaan sebagai salah satu sarana pendidikan yang menunjang proses
kegiatan belajar mengajar serta memegang peranan penting dalam memacu tercapainya
tujuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang dicantumkan dalam UU Nomor 43
tahun 2007 pasal 23 mengenai perpustakaan sekolah yaitu bahwa setiap setiap sekolah
ataupun madrasah menyelenggarakan peerpustakaan yang memenuhi standar nasinal
perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan.
Dari hal tersebut tentu saja bersesuaian sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa perpustakaan
sebagai wahana pengembangan potensi manusia agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokrasi dan bertanggung jawab dalam
mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional. Menurut Sutarno (2006: 11),
perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti buku. Setelah mendapat awalan
“per” dan akhiran “an” menjadi “perpustakaan”, yang berarti kitab, kitab perimbon, atau
kumpulan buku-buku yang kemudian disebut koleksi bahan pustaka.

Menurut Darmono (2004: 2), perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa
tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan
pustaka secara sistemats untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi
sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan. Sependapat dengan Ibrahim
Bafadal (2014: 3) yang mengemukakan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja
dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan puustaka baik
berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara
sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi
oleh setiap pemakainya.
Pendapat lain diutarakan oleh Rahayuningsih (2007: 1) yang mendeskripsikan lebih
detail mengenai perpustakaan yaitu sebagai suatu kesatuan unit kerja yang terdiri dari
beberapa bagian, yaitu bagian pengembangan koleksi, bagian pengolahan koleksi,
bagian pelayanan pengguna dan bagian pemeliharaan sarana prasarana.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah
sumber belajar dan sumber informasi bagi penggunanya. Perpustakaan diartikan pula
sebagai tempat kumpulan buku-buku yang menyediakan banyak referensi dari berbagai
buku dengan segala macam pokok dan topik bahasan yang mendukung program
pendidikan dan proses pengajaran bagi guru maupun bagi siswa dalam suatu lingkup
sekolah. Dengan adanya perpustakaan maka dapat pendukung pelaksanaan pendidikan
dan proses pengajaran dimana siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung dengan
menemukan berbagai informasi dan ilmu pengetahuan melalui proses belajar disamping
penetahuan yang di dapatnya dari guru.
I. Jenis-jenis Perpustakaan
Beberapa jenis perpustakaan menurut Rahayuningsih (2007: 3), antara lain:
1. Perpustakaan Nasional
Berdasarkan keputusan RI No. 11 Tahun 1989, perpustakaan nasional RI untuk
melestarikan bahan pustaka sebagai salah satu hasil budaya bangsa dan menjadi sumber
informasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Perpustakaan
nasional diselenggarakan oleh pemerintah pusat di Ibukota Negara yang mengoleksi
semua bahan pustaka dari dalam maupun luar negeri dan dilayankan untuk masyarakat
nasional maupun internasional.
2. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang bersifat terbuka untuk umum dan
melayani semua masyarakat yang memerlukan jasa informasi dari perpustakaan.
Perpustakaan umum berada di 3 tingkatan pemerintahan yaitu kabupaten dan kota,
kecamatan dan desa/kelurahan.
3. Perpustakaan Khusus/Kedinasan
Perpustakaan khusus berada pada suatu instansi atau lembaga tertentu yang
menyediakan sumber informasi dalam subjek bidang tertentu sesuia dengan tugas
lembaga yang bersangkutan, seperti bidang hukum, bidang musik, bidang agama, dan
sebagainya.
4. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan seklah dengan cara
menyediakan koleksi pustaka untuk diguanakan oleh siswa, guru, maupun karyawan
dari sekolah tersebut. Perpustakan sekolah digunakan untuk menunjang proses
pendidikan dengan menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan tingkatan kurikulum
sekolah yang digunakan serta ilmu pengetahuan tambahan lainnya.
5. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan yang didirikan dalam rangka melayani mahasiswa, dosen, dan karyawan
suatu perguruan tinggi yang mencakup universitas, penguruan tinggi, institute, dan
akademi dengan tujuan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan
pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
6. Perpustakaan kelembagaan
Perpustakaan ini dikelola oleh lembaga-lembaga maupun organisasi tertentu yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lembaga seperti perpustakaan masjid,
perpustakaan gereja, perpustakaan bank, dan sebagainya.

7. Perpustakaan Pribadi
Dalam pengelolaan bahan pustakanya perpustakaan ini tidak terkait dengan suatu sistem
yang baku karena dimiliki dan dikelola oleh suatu latar belakang, dan hobi dari
perorangan atau keluarga pemiliknya.
J. Fungsi Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar
Menurut Ibrahim Bafadal (2014: 6), fungsi perpustakaan ada 5 yaitu:
1. Fungsi Edukatif
Perpustakaan sekolah menyediakan buku fiksi maupun non fiksi yang dapat
membiasakan siswa belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik secara individual
maupun berkelompok.
2. Fungsi Informatif
Perpustakaan yang menyediakan bahan-bahan buku dan bukan buku seperti majalah,
bulletin, surat kabar, kliping, peta, bahan-bahan cetak, CD, dan kaset.
3. Fungsi Tanggungjawab Administratif
Fungsi yang tampak pada kegiatan seharu-hari perpustakaan meliputi pengelolaan
koleksi, sirkulasi, keangotaan dan sebagainya dimana setiap peminjaman dan
pengembalian buku dicatat oleh petugas perpustakaan.
4. Fungsi Riset
Perpustakaan yang menyediakan bahan pustaka yang lengkap sehingga siswa dan guru
dapat mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan.
5. Fungsi rekreatif
Perpustakaan sekolah dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang seperti paada
waktu istirahat dengan membaca buku-buku, novel, roman, majalah, surat kabar, dan
sebagainya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Septoyanto (Rahayuningsih, 2007: 6), menjelaskan
fungsi dari perpustakaan, antara lain:

Sebagai sumber kegiatan belajar mengajar, adalah perpstakaan dapat menjadi tempat
bagi anak untuk mengembangkan kemampuan menggunakan informasi, dan bagi guru
dapat membantu dalam mengajar dan menambah pengetahuan.
1. Membantu siswa untuk memperjelas dan memperluas pengetahuannya
pada setiap bidang studi, yakni dengan menjadikan perpustakaan sebagai
semacam laboratorium yang sesuai dengan tujuan yang terdapat di dalam
kurikulum.
2. Mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan
mandiri dengan cara menambah kelemngkapan koleksi pustaka.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan bakat, minat, dan
kegemarannya.
4. Membiasakan siswa untuk mencari informasi di perpustakaan bisa
dilakukan dengan pemberian tugas dari guru.
5. Merupakan tempat untuk mendapatkan bahan rekreasi sehat melalui
bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan umur dan tingkat kecerdasan
siswa.
6. Memperluas kesempatan belajar bagi siswa di luar kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas.
Sedangkan menurut Sumantri (2008: 3), perpustakaan sekolah sebagai
sumber belajar yang sangat penting mempunyai fungsi, sebagai berikut;
1. Perpustakaan sekolah dapat berfungsi sebagai sumber informasi untuk
memperjelas dan memperluas pengetahuan teknologi dan penunjang
pembelajaran serta tempat mengadakan penelitian sederhana bagi peserta
didik dan guru.
2. Bagi guru, perpustakaan sekolah merupakan tempat mencari sumber
informasi pengetahuan dan rujukan bagi kepentingannya dalam
mengajar.
3. tempat pengembangan minat membaca akan pengetahuan bagi peserta
didik secara mandiri.

K. Tujuan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar


Menurut Yusuf dan Suhendar (2007: 3), tujuan perpustakaan sekolah yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat di lingkungan sekolah yang
bersangkutan, khususnya para guru dan murid.
2. Sebagai media dan sarana untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar di
tingkat sekolah.
3. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.
4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan
kurikulum.
5. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa
dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan
teknologi yang disediakan oleh perpustakaan.
L. Pengelolaan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar
Menurut Ibrahim Bafadal (2014: 9), pengelolaan perpustakaan sekolah berarti segenap
usaha pengkoordinasian segala kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan
perpustakaan sekolah. Usaha pengkoordinasian tersebut biasanya diwadahi dalam suatu
struktur organiasasi yang disebut struktur organisasi perpustakaan sekolah. Setiap unit
kerja perpustakaan memiliki tugas-tugas pelayanan teknis dan pelayanan pembaca
adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan teknis, meliputi:
a. Pengadaan bahan-bahan pustaka
b. Inventarisasi bahan-bahan pustaka
c. Klasifikasi bahan-bahan pustaka mmenurut sistek klasifikasi tertentu
d. Katalogisasi bahan-bahan pustaka
e. Pembuatan label buku atau “call number”
f. Pembuatan kartu buku
g. Pembuatan kantong buku
h. Pembuatan slip tanggal
i. Penyusunan buku-buku di lemmari atau rak buku yang tersedia
2 Pelayanan pembaca, meliputi:
a. Melayani pemin1aman buku-buku
b. Mellayani pengembalian buku-buku
c. Pemberian bimbingan membaca bagi murid-murid
d. Pembinaan minat baca bagi murid-murid
e. Bantuan informasi kepada semua pihak yang memerlukannya,
khususnya warga sekolah.
M. Strategi Pengembangan Perpustakaan Sekolah
Dilihat dari fungsi perpustakaan yang sedemikian penting serta kenyataan dan fakta
bahwa pengelolaan perpustakaan sekolah belum berjalan dengan baik, maka diperlukan
strategi pengembanagn perpustakaan sekolah dengan baik. Adapun pengembanagn
perpustakaan sekolah meliputi hal-hal, sebagai berikut:
1. Status organisasi, perlu adanya pemantapan status organisasi atau kelembagaan
perpustakaan sekolah.
2. Pembiayaan, perlu adanya anggaran yang memadai yang dapat digunakan untuk
operasional perpustakaan sekolah.
3. Gedung dan atau ruang perpustakaan, perlu ada ruangan yang representatif
sehingga keberadaan perpustakaan sekolah mampu menunjnag kegiatan KBM di
sekolah.
4. Koleksi bahan pustaka, koleksi bahan pustaka perlu disesuaikan dengan
kebutuhan minimum sehingga sekolah yang mengacu padakurikuum dan
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
5. Peralatan dan perlengkapan, perlu disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan
sekolah sehingga perpustakaan dapat berjalan dengan baik.
6. Tenaga Perpustakaan, mempunyai kualifikasi yang memadai untuk pengelolaan
perpustakaan sekolah.
7. Layanan perpustakaan, disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jika mungkin ada
layanan di luar jam-jam belajar siswa sehingga dapat memanfaatkan
perpustakaan dengan baik.
8. Promosi, perlu dilakukan dengan berbagai cara agar perpustakaan menarik bagi
siswa.

N. Perpustakaan Sekolah yang Ideal sebagai Sumber Belajar


Beberapa kriteria perpustakaan sekolah yang ideal yang dapat berfungsi sebagai sumber
belajar yang memadai bagi siswa, sebagai berikut:
1 Adanya status kelembagaan yang kuat dari perpustakaan.
2 Struktur organisasi perpustakaan jelas dan berjalan dengan baik.
3 Memiliki ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, bersih, dan
penyinarannya cukup.
4 Memiliki tempat baca yang memadai.
5 memiliki perabot perpustakaan secara memadai.
6 Partisipasi pemakainya (siswa dan guru) baik dan aktif.
7 Jenis koleksinya mencerminkan komposisi yang baik antara buku teks dengan buku
fiksi, yaitu 40% untuk buku teks, 30% buku pengayaan, dan 30% buku fiksi serta
judul buku yang dimiliki bervariasi.
8 Koleksi yang dimilki sesuai dengan kebutuhan kurikulum sekolah.
9 Memiliki tenaga pemgelola dengan kompetensi yang memadai.
10 Pengorganisasian koleksinya teratur.
11 Didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi.
12 Administrasi perpustakaan tertib yang meliputi: administrasi keanggotaan,
administrasi inventaris buku dan perabot, peminjaman, penyusutan, penambahan
buku, statistik peminjaman.
13 Memiliki sarana penelusuran informasi yang baik.
14 Memiliki peraturan perpustakaan.
15 Memiliki program pengembangan secara jelas dan terarah.
16 Memiliki program keberaksaraan informasi (literasi informasi).
17 Memiliki program pengembangan minat membaca di kalangan siswa.
18 Memiliki program mitra perpustakaan.
19 Melakukan kegiatan promos dan pemasyarakatan perpustakaan.
20 Kegaiatan perpustakaan terintegrasi dengan kurikulum dan kegiatan belajar.
21 Memiliki anggaran perpustakaan secara tetap.
22 Adanya kerjasama dengan sekolah lain.
23 Pelayananya menyenangkan.
24 Ada jam Perpustakaan sekolah yang teri ntegrasi dalam kurikulum.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada dasarnya pengelola laboratorium merupakan tanggung jawab bersama
milik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat
harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur memelihara,
dan mengusahakan keselamatan kerja. Pengelolaan dan penggunaan peralatan
Lab merupakan hal yang harus diketahui dengan pasti oleh setiap petugas Lab
yang akan mengoperasikan alat tersebut. Setiap alat yang akan dioperasikan itu
harus benar-benar dalam kondisi siap untuk dipakai(Ready for use), bersih,
berkalibrasi, tidak rusak, beroperasi dengan baik.
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu aspek penting yang
harus diperhatikan oleh seluruh personel yang bekerja di laboratorium, baik
sebagai pengelola, penguji, laboran, petugas gudang reagen/media, maupun
petugas kebersihan.
3. Budaya keselamatan dan keamanan harus dimiliki setiap orang, yang
bertanggungjawab meliputi, Kantor Kesehatan dan Keamanan Kerja, CSSO,
Manajer, supervisor, asisten, dan praktikan.
4. Bengkel merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan bengkel. Bengkel/laboratorium harus direncanakan dengan tepat
mulai dari perencanaan jadwal, perencanaan kebutuhan peralatan/mesin, dan
perencanaan kebutuhan bahan praktik. Pengorganisasian bengkel/laboratorium
terdiri dari pengorganisasian peralatan/mesin-mesin, pengorganisasian
ruangan,dan pengorganisasian bahan praktik. Selain itu sarana dan prasarana
bengkel/laboratorium juga harus diawasi agar semua rencana dapat terealisasikan
sebagaimana mestinya dan organisasi bengkel berjalan dengan baik. Bengkel juga
perlu dilakuan perawatan agar peralatan/mesin-mesin tetap dalam kondisi baik
untuk digunakan dan tetap memenuhi standar keamanan.

5. Keberadaan perpustakaan bukan hanya sebagai sarana prasarana pelengkap di


sekolah namun dapat dipergunakan sebagai sumber belajar bagi berbagai pihak di
sekolah seperti siswa, guru, dan karyawan sekolah. Setiap sekolah harus
memberikan pelayanan terbaik dalam pengelolaan perpustakaan. Sebagai sumber
belajar perpustakaan sekolah dalam pengelolaan dapat menjalin hubungan dengan
semua pihak atau guru dengan melakukan kerja sama yang saling menguntungkan
untuk meningkatkan dan mengembangkan perpustakaan. Membuat hubungan
dengan siswa yang ada di sekitar perpustakaan sekolah tersebut. Sehingga
perpusatakaan sekolah bisa dimanfaatkan dengan baik oleh siswa.
6. Dari pembahasan di atas juga disebutkan bahwa fungsi Perpustakaan yaitu untuk
penelitian, pendidikan, rekreasi, informasi. Jenis-jenis Perpustakaan diantaranya
yaitu: Perpustakaan negara, Perpustakaan awam, Perpustakaan akademik,
Perpustakaan sekolah dan perpustakaan khhusus, dan sebagainya. Selain itu,
peranan perpustakaan yakni sebagai pusat sumber informasi, Sebagai Pusat inovasi
dan Sebagai pusat sumber belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Moran, dkk. 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia. Washington : The
National Academies Press.
Amien, M. 1988. Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA
Umumi. Jakarta : Dirjen Dikti
Arikunto, S. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S.1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Hasibuan, S.P. 1990. Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah. Jakarta: Haji Mas
Agung
Oetomo, S. & Tadjo, J. 1989. Manajemen Bengkel. Bandung: P3GT.
Robbins, S.P. 1987. Management Concept and Application. New Jersey: Printice Hall
Terry, G.R. & Rull, L.W. 1982. Principles of Management. (4th ed). Illions: Dow Jones-
Irwin.
Terry, G.R. 1986. Asas-Asas Manajemen. Terjemah oleh Winardi. Bandung: Alumni.
Yoto. 1999. Manajemen Begkel. Malang: Universitas Negeri Malang.
Bafadal, Ibrahim. (2014). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Darmono. (2004). Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta:


Grasindo.

Darmono. April 2007. Pengembangan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar.


http://digilib.um.ac.id/images/gbjps/art01dar.pdf
Rahayuningsih, F. (2007). Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumantri, MT. (2008). Panduan Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutarno, NS. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: CV Sagung Seto. Yusuf,

Pawit M., dan Yaya Suhendar. (2007). Pedoman Penyelenggaraan


Perpustakaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai