Anda di halaman 1dari 20

PSIKOLOGI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

CIRI-CIRI KEPRIBADIAN PELATIH

Dosen Pengampu :

Dr. Eko Hariyanto,S. Pd. M.Pd.

Oleh Kelompok 4 :

Aline Fahma Hamida 210611609287

Ananda Permata Sagita 210611609266

Vizel Sembada Krista Wardhana 210611609320

DEPARTEMEN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI

MALANG 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Kami ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Ciri-Ciri Kepribadian
Pelatih” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada mahasiswa atau pembaca agar
mengetahui lebih dalam mengenai pembelajaran ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Eko selaku dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang telah memberikan tugas ini sehingga
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Serta
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu membagi pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik, dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempuraan makalah ini.

Malang, 18 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Permasalahan...............................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
2.1 Psikologi Olahraga......................................................................................................3

2.2 Psikologi Kepribadian Dalam Olahraga......................................................................3

2.3. Peran Pelatih................................................................................................................4

2.4 Landasan Kepimpinan pada pelatih.............................................................................5

2.5 Gaya Kepemimpinan...................................................................................................6

2.6 Peran Pendidikan Jasmani...........................................................................................8

2.7 Azas Pada Guru Pendidikan Jasmani..........................................................................8

2.8 Domain......................................................................................................................10

2.9 Pendekatan.................................................................................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................13


3.1 Kesimpulan................................................................................................................13

3.2 Saran..........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga di Indonesia menjadi salah satu hiburan yang sangat disukai oleh
masyarakat. Salah satunya yaitu olahraga sepak bola pada pertandingan SEA GAMES
KAMBOJA 2023, Indonesia berhasil mengalahkan Thailand. Perolehan mendali emas
yang diraih oleh atlet Indonesia ini akhirnya menjadi kemenangan yang ditunggu-
tunggu seluruh rakyat Indonesia selama 32 tahun. Dibalik kemenangan yang diraih
oleh atlet, terdapat pembinaan olahraga seperti bantuan pelatih, tim strategi, tim
menejemen, tim kesehatan, dan lain-lain. Dalam pembinaan olahraga dilakukan
dengan baik, berjenjang, berkesinambungan dalam suatu program dengan melibatkan
pihak saling mendukung dan kerjasama (Sugiarto, 2022).
Diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia no 3 tahun 2005 Tentang
Sistem Keolahragaan Nasional menjelaskan olahraga prestasi adalah olahraga yang
membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan
berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Menurut Ita, dkk (2022) menjelaskan pada
saat situasi pertandingan atau kompetisi memiliki tekanan secara fisik dan mental
(psikologis). Oleh karena itu, dalam program latihan yang diberikan tidak berfokus
pada strategi, teknik, kekuatan tetapi pembelajaran psikologi juga sangat penting bagi
atlet dan pelatih. Permana,dkk (2021:3) menjelaskan psikologi olahraga memiliki
tujuan untuk membantu mengembangkan bakat diri seseorang tanpa hambatan.
Dengan kata lain, tujuan psikologi olahraga adalah membantu seseorang mendapatkan
prestasi setingginya yang lebih sebelumnya.
Menurut Sugiarto (2022) menjelaskan atlet yang memiliki bakat namun tidak
diasah kemampuannya di tangan pelatih yang tidak tepat akan mempengaruhi hasil
prestasi yang didapatkan. Program latihan yang baik menjadi tahapan utama atlet
mendapatkan prestasi setinggi-tingginya, sehingga program latihan menjadi yang
diberikan oleh pelatih dapat mempengaruhi kemampuan atlit. Selain itu, Faktor
kemampuan lainya bisa dari dukungan diri sendiri (internal), keluarga, dan
lingkungan.

1
Faktor dari diri sendiri (internal) inilah yang akan berhubungan dengan psikologi yang
akan berdampak pada performance atlet.

1.2 Rumusan Permasalahan


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang diambil antara lain:

1. Bagaimana peran pelatih dalam psikologi olahraga?


2. Apakah peran pelatih dalam psikologi olahraga sudah dilaksanakan di
Indonesia?
3. Bagaimana kepribadian pelatih dalam olahraga?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran pelatih dalam psikologi olahraga


2. Untuk mengetahui kepribadian pelatih dalam olahraga
3. Untuk mengetahui pelatih di Indonesia sudah menerapkan psikologi olahraga

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Psikologi Olahraga

Permana (2021:3) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Olahraga;


pengembangan diri dan prestasi menjelaskan psikologi olahraga sebagai ilmu yang
memahami, menjelaskan, memprediksi, pengendalian sikap dari perilaku yang
muncul. Menurut Cox, et.al (2002), yang ditulis oleh Permana (2021) menyatakan
psikologi olahraga adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan prinsip-prinsip
psikologi didalam lingkungan olahraga, dengan tujuan meningkatkan performan
seseorang dalam suatu kegiatan olahraga. Sebagian besar kehidupan seseorang dapat
mencerminkan kepribadian, mestipun demikian pengalaman atau pengetahuan
mengenai kepribadian dengan konteks olahraga menjadi sangat kontras apabila
memiliki informasi dalam literatur yang lebih luas (Jackson, et al., 2011). Pengaruh
psikologi olahraga bertujuan dalam menangkap kepribadian seseorang dalam sehari-
hari dengan menjadikan proses, permasalahan, dan bagaimana cara menyikapinya.
Selain itu, dalam psikologi olahraga juga berusaha untuk mengaplikasikan fakta,
prinsip pembelajran, penampilan dan perilaku manusia terkait olahraga. Contohnya
seorang pelatih harus menaruh perhatian terhadap faktor emosi dan sosial seseorang
atlit, bukan hanya fisik saja yang dipedulikan (Fuoss, et al., 1981 dalam Permana,
(2021).

2.2 Psikologi Kepribadian Dalam Olahraga


Menurut Permana (2023:62), menjelaskan psikologi kepribadian adalah
bidang yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan, yang berkaitan dengan perkembangan dan sosial, karena kepribadian
adalah hasil perkembangan individu sedari kecil hingga dewasa dengan interaksi
sosial, lingkungannya. Hal ini dipertegas dengan teori kepribadian menurut Pervin &
John (2005) dalam buku yang ditulis Permana hal 64 yang menjelaskan “There are
four areas that a personality theory should cover: structure process, grow and
development. Psycopathologi and behavior change” yang artinya ada empat bidang
yang harus dicakup oleh teori kepribadian: proses struktur, pertumbuhan dan
perkembangan. Psikopatologi dan perubahan perilaku.
3
Hal ini dibuktikan pada tahun 1977, Shurr dan timnya menunjukan hubungan
antara keterlibatan mereka dalam olahraga, pilihan disiplin, dan tingkat kinerja atletik
serta ciri-ciri kepribadian yang diikuti 1.500 siswa Amerika. Hasil yang diperoleh
berupa adanya perbedaan antara atlit dan non atlit, yaitu atlit lebih mandiri dan
obyektif, serta menunjukan sedikit kecemasan. Atlit yang tangguh dapat berperstasi
dengan baik dalam olahraga seperti triathlon, penthatlon memiliki motivasi tinggi,
mandiri, mendominasi dan mudah menghindar dari bahaya (Clingman & Hiliard,
1987 dalam Piepiora, 2020).

2.3. Peran Pelatih

Psikologi olahraga adalah ilmu yang mengakaji perilaku manusia dan


bagaimana interaksi dari atlet, pelatih, dan lingkungan berpengaruh terhadap
prestasi. Hal itu ditunjukan pada gambar segitiga (Anshel, et al.,1990, dalam
Permana,(2021:4)):

Gambar 2. 1 Interaksi Atlet, Pelatih, dan Lingkungan Terhadap Prestasi

Dari segitiga tersebut menjelaskan bahwa interaksi atlet, pelatih dan


lingkungan sangat mempengaruhi prestasi atlet. Dalam segitiga diatas, gambaran
pelatih ditengah sebagai observasi, diskripsikan dan pengaruh terhadap performa
atlet berdasarkan perilaku dan sikap yang akan ditunjukan, baik sebelum, selama,
sesudah, dan proses latihan yang dijalani (Hoedaya, 2007 yang di tulis oleh Permana
(2021:4)). Menurut Permana, (2021:14), peran psikologi olahraga secara spesifik
yang dapat membantu peran pelatih yaitu:

1. Membantu para profesional dalam membantu atlet mencapai prestasi puncak.

4
2. Membantu anak-anak, penderita cacat dan orang tua untuk bisa hidup lebih
bugar.
3. Meneliti faktor psikologis dalam kegiatan latihan dan olahraga

Selain itu menurut Fenanlampir, (2020:5) dalam buku yang berjudul Ilmu
Kepelatihan Olahraga menjelaskan pelatih yang baik adalah pelatih yang memahami
falsafah dan memegang teguh falsafah, oleh karena itu pelatih perlu menyadari
bahwa:

a. Prestasi adalah hasil usaha keras dan jujur mencapai potensi optimal atlit
dengan proses latihan yang tepat.
b. Pelatih memiliki berbagai peran dan kewajiban untuk mengembangkan atlet
menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani mental dan spritual bukan hanya
sekedar mencapai prestasi tertinggi. Pelatih perlu memiliki falsafah bagi diri
dan atletnya berpendoman pada prinsip dan nilai yang pada olahraga, hal ini
karena:
1) Kesehatan dan keselamatan atlet adalah hal yang utama dibandingkan
lainnya, sedangkan ”kemenangan bukan segala-galanya”.
2) Saling menghagai kawan dan lawannya dalam pertandingan.
3) Menghormati peraturan dan keputusan wasit sebagai hakim dilapangan,
bahkan wasit dalam melakukan kesalahan yang tidak disengaja.
4) Menghargai usaha masing-masing untuk mencapai prestasi, sehingga
kecurangan dapat dihindari dan menempatkan yang terbaik pantas
mendapat kemenangan.
5) Bersama-sama menjunjung tinggi karena olahraga sebagai tempat
ibadah sebagai Altar yang suci, sehingga yang dilakukan di arena
pertandingan adalah pengabdian pada bangsa, negara, dan Tuhan Yang
Maha Esa.

2.4 Landasan Kepimpinan pada pelatih

Menurut Fenanlampir, (2020:7), arti kepimpinan secara luas yaitu


kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Selain itu pemimpin adalah seseorang
yang mampu memotivasi, memberi arahan, pengarahan untuk berbuat,
mengendalikan atau mengontrol orang lain, serta memberikan tantangan, mengatasi

5
masalah dan membuat keputusan untuk mencapai tujuan bersama. Ada 2 macam
pendekatan yang berkaitam tentang kualitas pemimpin yaitu:

1. Tralf Theorites
Menjelaskan bahwa menjadi pemimpin adalah dilahirkan (bakat) sejak lahir.
2. Bahavioral Theories
Pemimpin tidak dilahirkan tetapi dibentuk melalui latihan, yang dapat dicapai
dengan proses pendidikan dan latihan.

2.5 Gaya Kepemimpinan

Pelatih sebagai pemimpin memiliki karakteristik berdasarkan gaya yang


berbeda-beda. Menurut Pate, dkk (1984) dalam Fenanlampir, (2020:8) terdapat 2
macam klasifikasi gaya kepempinan Autoritarian versus demokratis dan gaya
kepimpinan Berorientasi tugas, berikut karakteristik setiap gaya:

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter


1) Bersifat memerintah
2) Mengontol orang lain menggunakan autoritasnya
3) Berusaha berjalan sesuai kemauan sendiri
4) Berbuat dengan tidak personal
5) Menghukum anggota yang keliru
6) Menentukan pembagian tugas
7) Menetapkan sesuatu harus dikerjakan

Kelebihannya : cocok untuk situasi yang memerlukan keseriusan dan


kedisiplinan, cocok untuk pengikut kurang memiliki rasa percaya diri dan perlu
perlindungan dari pemimpin. Sedangkan kekurangan: banyak peserta yang
tertekan, tidak mau menerima masukan dari orang lain.

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis


1) Terbuata secara bersahabat dan bersifat personal
2) Semua terlibat
3) Bebas berinteraksi tanpa harus minta ijin
4) Menerima saran dan masukan

6
Kelebihan: pengikut merasa dihargai, meningkatkan kekompakan dan
persatuan, berpeluang besar dalam nilai pendidikan. Selain itu memiliki
kekurangan tidak cocok mengharuskan pengambilan keputusan secara cepat,
memerlukan disiplin ketat, waktu yang kurang efisien.

c. Gaya Kepemimpinan Berpusat Pada Orang (Hubungan Baik Antar Individu)


1) Kebutuhan afiliasi dan independen tinggi
2) Kebutuhan pencapaian, autoritas rendah
3) Toleransi terhadap kemenduaan tinggi
d. Gaya Kepemimpinan Berorientasi Tugas (Menyelesaikan Tugas)
1) Kebutuhan afiliasi dan independen rendah
2) Kebutuhan pencapaian materi dan autoritas tinggi
3) Toleransi terhadap kemenduaan rendah

Namun ada pendapat lain mengenai klasifikasi gaya kepemimpinan


yang diungkapkan dalam buku Beginning Coaching yang diterbitkan oleh
Australian, (dalam buku yang ditulis oleh Fenanlampir, 2020:10) coaching
countil membedakan berdasarkan berberapa gaya yaitu:

1) Pelatih autoritarian (Autoritarian Coach)


a. Selalu menggunakan perintah atau komando
b. Lugas dan disiplin
c. Sering menghukum
d. Semangat bila timnya menang, berkata kasar jika kalah
e. Menggunakan cara marah-marah agar di hormati
2) Pelatih praktis dan cekatan (Businesslike Coach)
a. Berorientasi pada tugas
b. Bekerja keras dan sepenuh hati dalam tugasnya
3) Pelatih ramah dan baik hati (Nice Guy Coach)
a. Pendekatan personal dan kooperatif
b. Perhatian dan ramah terhadap atlet
c. Peduli masalah yang dihadpi atlet
4) Pelatih bersemangat (Intense Coach)
a. Menggunakan marah-marah agar dihormati
b. Tampak tegang dan gelisah

7
c. Memberikan dorongan dengan menggebu-gebu
d. Menghadapi situasi dengan sikap emosional
5) Pelatih tenang dan gampangan (Easygoing Coach)
a. Santai dan sambil lali dalam menhadapi situasi
b. Tidak menunjukkan keseriusan menghadapi masalah
c. Sikap tenang dan acuh tak acuh dalam menhadapi masalah

2.6 Peran Pendidikan Jasmani

Menurut Permana (2021: 44), dalam proses Pendidikan Jasmani sebagai


wadah penyempurnaan kepribadian dan sarana pengembangan sikap, kepribadian
dan perilaku melandaskan nilai moral yang kuat melalui nilai-nilai dari olahraga itu
sendri seperti sportivitas, kejujuran, kedisiplinan, bertanggung jawab, kerjasama,
percaya diri, dan demokratis. Penilaian ini masuk ke pendidikan moral yang bersifat
abstrak, dalam aksinya harus ditetapkan atau diajarkan melalui aktivitas langsung
supaya perserta didik memiliki pengalaman mengenai nilai yang diajarkan. Sehingga
dengan basis teori dan praktek dianggap cara efektif dalam pengembangkan nilai
moral.

2.7 Azas Pada Guru Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani atau olahraga berhubungan dengan komponen-
komponen khusus dan metode untuk tampilan yang baik. Dengan mengetahui azas-
azas mekanika dan menerapkannya dalam kegiatan olahraga maka hasil terbaik akan
dapat dicapai. Pengetahuan ini akan membantu para guru dan pelatih dalam
menganalisa ketrampilan/gerakan untuk tujuan mengevaluasi teknik dan perbaikan
kesalahan (Marzuki, 2009).

Seorang pengajar pendidikan jasmani harus banyak mempunyai variasi


dalam mengajar atau cara mengajar, baik itu bermain membentuk kelompok atau
individual sehingga peserta didik senang dalam mengikuti kegiatan olahraga dan
bermain (Permana & Prasetyo, 2021). Adapun faktor penentu dalam proses belajar
mengajar, yaitu adanya pendidik yang memiliki peran sebagai manager yang
mengelola kelas dengan baik serta mampu membangun motivasi peserta didik
terhadap materi yang diajarkan. Hal ini menciptakan situasi kelas yang kondusif

8
sehingga mempengaruhi proses belajar serta tingkah laku peserta didik. Terdapat

9
beberapa azas yang harus diperhatikan oleh guru Penjasorkes dalam mengajar
(Lutan, 2022 dalam Permana & Prasetyo, 2021), yaitu:

a. Azas Pendidikan Menyeluruh

Azas ini memiliki artian bahwa Penjasorkes tidak hanya


mengembangkan ketrampilan dan kesegaran jasmani, tetapi juga
mengembangkan aspek lain seperti kognitif dan afeksi. Hendaknya guru
Penjasorkes merumuskan tujuan secara lengkap di dalam (lesson plan) baik
kognisi, afeksi, psikomotor dan sosialnya, sehingga tergambar dalam kegiatan
belajar mengajar.

b. Azas Perumusan Tujuan yang Realistik


Azas ini memiliki artian bahwa guru harus memperhatikan karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik seperti tingkah laku
(behaviour), kondisi (condition), dan tingkatan (degree) dalam perumusan
tujuan.
c. Azas Individualistik Dalam Penjas
Azas ini memiliki artian bahwa peserta didik merupakan individu
dengan ciri yang tersendiri, seperti potensi, tempo belajar, kelemahan dan
keunggulan, sehingga kemajuan belajar anak bersifat perorangan. Oleh karena
itu, guru harus memperhatikan individu masing-masing pesesta didik.
d. Azas Mengutamakan Kesenangan dan Kebebasan Bergerak
Azas ini memiliki artian bahwa pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik. Guru dituntut untuk merencanakan pembelajaran yang
menciptakan kesenangan seperti modifikasi olahraga. Hal in akan
membangkitkan rasa senang dan semangat dalam berkompetisi.
e. Azas Partisipasi Merata dan Menyeluruh
Azas ini memiliki artian bahwa dalam pembelajaran harus melibatkan
seluruh peserta didik tanpa membeda-bedakan. Guru harus merancang
permainan yang membangkitkan semangat peserta didik tanpa terkesan hanya
untuk jenis kelamin apa saja.
f. Azas Pengutamaan Pengalaman Sukses
Azas ini memiliki artian untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melakukan tugas penjasorkes sebanyak mungkin. Dengan adany
apengalaman gerak, diharapkan peserta didik mampu merasakan gerakan yang

1
dilakukannya.

1
2.8 Domain
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan menyebabkan perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik secara fisik, mental, maupun emosional.
Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran penting dalam pembentukan sosial
dan masa depan. Adapun domain pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang
terbagi menjadi 4, yaitu:

1. Domain Psikomotor
Fokus utama pada domain ini adalah kemapuan siswa dalam melakukan
gerak tubuh dan kontrol tubuh. Adapun isinya antara lain berupa kemampuan
siswa dalam (Permana & Prasetyo, 2021) :
a. Menghubungkan, memanipulasi dan memindahkan suatu objek
b. Mengontrol tubuh atau objek menjadi seimbanh
c. Bergerak dan mengontrol tubuh atau bagian tubuh dalam jarak waktu
singkat untuk bergerak
d. Melakukan pengontrolan serangkaian gerak secara tepat (tidak dibatasi oleh
waktu) dalam keadaan yang terkontrol maupun tidak terkontrol.
2. Domain Kognitif
Perolehan dan penambahan pengetahuan menjadi indikator keberhasilan pada
domain kognitif melalui partisipasi aktif dalam penjasor di sekolah. Oleh karena
itu, domain kognitif meliputi kemampuan siswa dalam:
a. Mengingat mengenai fakta, ide, maupun prosedur.
b. Memahami, yaitu mengartikan, menterjemah, dan memperhitungkan.
c. Menganalisis, yaitu mengatur pola dan hubungan.
d. Memecahkan, yaitu menerapkan gagasan dan menilai.
e. Membuat keputusan, yaitu memilih dan mengelompokkan.
3. Domain Afektif
Keberhasilan domain afektif diukur melalui aktivitas penjasor yang
menekankan pada emosi atau merasakan, yaitu mengena perhatian, sikap dan
nilai, perkembangan watak, motivasi dan proses internalisasi siswa. Domain
afektif ditunjukkan oleh kemampuan siswa dalam:
a. Menilai, berupa pemilihan, tanggung jawab, penerimaan, dan pilihan.
b. Menghargai, yaitu mengevaluasi dan memilih.

1
c. Motivasi, yaitu perhatian dan ketekunan.
4. Domain Sosial
Domain ini berkaitan dengan pribadi dan penyesuaian sosial siswa yang
berhubungan dengan proses sosialisasi melalui penjasor. Domain sosial siswa
akibat mengikuti penjasor yaitu:
a. Perilaku, berupa sikap sportif, kejujuran, rasa hormat kepada
yang berwenang dan peraturan.
b. Stabilitas emosi dalam situasi pertandingan, berupa kontrol emosi dan
kematangan bertanding.
c. Hubungan antar pribadi, berupa kerjasama dan persaingan sehat.
d. Hubungan antar pribadi

2.9 Pendekatan
Selain nilai-nilai yang harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran
penjasorkes, terdapat tiga pendekatan untuk mengembangkan moral (Weinberg &
Gould, 2003 dalam Permana & Prasetyo, 2021), yaitu:

1. Pendekatan Pembelajaran Sosial


Melalui pendekatan ini, peserta didik diharapkan dapat mempelajari
permodelan atau observasional, penguatan, dan pembandingan sosial.
Lingkungan belajar sedemikian rupa dapat mendidik moral peserta didik.
2. Pendekatan Perkembangan Struktural
Fokus dari pendekatan ini adalah adanya perubahan secara psikologikal dan
perkembangan ketika peserta didik berinteraksi dengan pengalaman-pengalaman
lingkungan untuk membentuk alasan moral. Pemikiran moral dapat
dikembangkan dengan dilema moral, sehingga menuntut kemampuan peserta
didik untuk mengambil keputusan saat kondisi yang dilematis. Dengan demikian,
pemikiran moral dapat berkembang dari tingkat otoritas karena takut akan
hukuman.
3. Pendekatan Sosial Psikologikal
Pendidikan moral dilaksanakan melalui pendekatan sosial psikologikal yang
memiliki makna melihat moralitas dan karakter yang melekat pada diri seseorang
dalam pendekatan perkembangan struktural. Dengan demikian, diharapkan

1
peserta didik mampu mempelajari perilaku moral dalam pelaksanaan pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan.

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Interaksi atlet, pelatih dan lingkungan sangat mempengaruhi prestasi atlit.
Pelatih memiliki berbagai peran dan kewajiban untuk mengembangkan atlet
menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani mental dan spritual bukan hanya
sekedar mencapai prestasi tertinggi salah satunya adalah dengan landasan dan
gaya kepemimpinan seorang pelatih itu sendiri.

Seorang pelatih harus mengetahui azas-azas mekanika dan menerapkannya


pada kegiatan olahraga agar hasil terbaik dapat dicapai. Hal ini adalah untuk
menganalisa ketrampilan/gerakan dengan tujuan mengevaluasi teknik dan
perbaikan kesalahan pada seorang atlet.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan
dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup
dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya

1
DAFTAR PUSTAKA

Davis, L., Appleby, R., Davis, P., Wetherell, M., & Gustafsson, H. (2018). The role of coach-
athlete relationship quality in team sport athletes’ psychophysiological exhaustion:
implications for physical and cognitive performance. Journal of sports
sciences, 36(17), 1985-1992.
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/02640414.2018.1429176

Fenanlampir, A. (2020). Ilmu Pelatihan Atletik . Penerbitan Jakad Media.


https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=ljbeDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1
&dq=ciri-
ciri+kepribadian+pelatih+buku&ots=mZYv6g_EQO&sig=OZyU_pjA16xNJdBOU5a
s_gdNiZU&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

https://www.proquest.com/docview/2837480697/A05250B5B5E443AFPQ/6

https://www.proquest.com/scholarly-journals/is-there-link-between-previous-exposure-
sport/docview/1898105145/se-2?accountid=201395

Ita, S., Kardi, I. S., Hasan, B., & Nurhidayah, D. (2022). Level of motivation, self-
confidence, anxiety control, mental preparation, team cohesiveness and concentration
of elite and non-elite athletes. Journal of Physical Education and Sport, 22(12), 3177-
3182. https://efsupit.ro/images/stories/decembrie2022/Art%20403.pdf

Jackson, B., Dimmock, J. A., Gucciardi, D. F., & Grove, J. R. (2011). Personality traits and
relationship perceptions in coach–athlete dyads: Do opposites really
attract?. Psychology of Sport and Exercise, 12(3), 222-230.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1469029210001469

Juriana, J., Tahki, K., & Zulfitranto, G. (2018). Pengetahuan psikologi olahraga pada pelatih
renang Indonesia. Jurnal Ilmiah Sport Coaching and Education, 2(1), 31-38.
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsce/article/view/6476/4669

Kusumajati, D. A. (2012). Psikologi Olahraga dan Filsafat. Humaniora, 3(1), 246-252.


https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3307

1
Marzuki, C. (2009). Azas-Azas Mekanika Dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Padang:
Wineka Media.

Negara, F. B., Yarmani, Y., & Nopiyanto, Y. E. (2021). Pengetahuan Psikologi Olahraga Pada
Pelatih Renang dengan Prestasi Atlet Renang Di Rejang Lebong. SPORT.

Permana, D., & Prasetyo, A. F. (2021). PSIKOLOGI OLAHRAGA Pengembangan Diri dan
Prestasi. Penerbit Adab.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=lbNVEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA
82&dq=psikologi+olahraga+dalam+kepribadian+pelatih+&ots=dGXuBCHoUZ&sig=
Z3ihVeH7O5MtWmsq2T6OVuvMX- 4&redir_esc=y#v=onepage&q=psikologi
%20olahraga%20dalam%20kepribadian%20 pelatih&f=false

Sugiarto, A. (2020). Sinergitas Pelatih dengan Atlet Dalam Upaya Meraih Prestasi
Puncak. CENDIKIA, 4(2), 127-142.
https://cendikia.ikippgrikaltim.ac.id/index.php/cendikia/article/view/87

Anda mungkin juga menyukai